REVISI TINJAUAN ANALISIS AKUNTANSI docx]

TINJAUAN ANALISIS AKUNTANSI
Tinjauan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi derajat kemampuan akuntansi
perusahaan untuk menangkap realitas bisnis yang ada pada perusahaan.
Dengan mengidentifikasi tempat terjadinya flesibilitas akuntansi serta mengevaluasi
ketepatan kebijakan dan estimasi akuntansi, analisis dapat menentukan tingkat distorsi dalam
angka akuntansi perusahaan.
Distorsi akuntansi adalah sebuah kondisi ketidaksesuaian informasi data keuangan
perusahaan dengan keadaan sebenarnya. Contoh sederhananya, perusahaan membuat laporan
keuangan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 10 Milyar namun pada
kenyataanya perusahaan hanya untung 1 Milyar. Distorsi akuntansi bisa terjadi secara sengaja
ataupun tidak sengaja. Kesalahan estimasi, kesalahan standar akuntansi yang digunakan
adalah distorsi yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan manajemen laba & income
smoothing adalah distorsi akuntansi yang terjadi secara sengaja dan merupakan tindakan
yang merugikan banyak pihak khususnya para investor.
A. Kerangka Dasar Institusional untuk Pelaporan Keuangan
Kerangka dasar ini diperlukan mengingat manfaatnya yaitu:
1.

Kerangka dasar akan memberikan definisi yang luas mengenai tujuan, istilah serta
konsep konsep yang terdapat dalam praktek penyusunan dan penyajian laporan keuangan
saat ini. Penentuan definisi, istilah, tujuan dan konsep dasar maka kerangka dasar dapat

memberikan penjelasan mengenai batas batas akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan
demikian akan memberikan kesamaan pemahaman antara penyusun maupun pemakai
dalam menginterpretasikan laporan keuangan.

2.

Kerangka dasar berguna untuk pengembangan standar baru dan peninjauan atas
standar yang pernah ada. Hal ini disebabkan oleh lingkungan usaha yang selalu
berkembang

seiring

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan


dan

teknologi.

Perkembangan lingkungan usaha secara otomotis akan menimbulkkan berbagai jenis
transaksi baru yang memerlukan pengaturan cara melaporkan dan menyajikannya dalam
laporan keuangan.

3.

Kerangka dasar juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling tepat untuk
pelaporan aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan standar untuk penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang ada menyediakan lebih dari satu pilihan pelaporan untuk
transaksi tertentu.
Mengevaluasi kualitas data laporan keuangan secara efektif, analisis perlu memahami fitur
dasar pelaporan keuangan dan kerangka dasar institusional (Institusional Framework) yang
mengatur seperti :
a. Akuntansi Akrual (Accrual Accounting)
Akrual adalah suatu metode akuntansi di mana penerimaan dan pengeluaran diakui
atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi

tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan dalam metode ini bebas
dari pengaruh waktu kapan kas diterima dan kapan pengeluaran dilakukan.
Akrual adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap
transaksi yang terjadi dicatat

berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya,

Contoh: pada tanggal 1 januari PT. X membayar sewa gedung sebesar 2.000.000
untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan PT. X akan menjurnal :
Sewa dibayar dimuka

2.000.000

Kas

2.000.000

b. Delegasi Pelaporan pada Manajemen
Meski definisi dasar elemen laporan keuangan sederhana, namun aplikasinya dalam
praktik sering kali melibatkan penilaian yang kompleks.

Manajer di percaya untuk melakukan penilaian yang tepat dalam menggambarkan
transaksi bisnis yang sangat banyak dalam perusahaan dengan menggunakan kerangka
dasar akuntasi akrual karena manajer memiliki pengetahuan yang penting berkaitan
dengan bisnis perusahaan. Diskresi akuntansi yang diberikan pada manajer sangat
berharga karena memungkinkan manajer guna merefleksikan informasi dalam
perusahaan pada laporan keuangan perusahaan.
Namun, karena investor hanya melihat laba sebagai pengukur kinerja manajer, manajer
mempunyai insentif untuk menggunakan diskresi akuntansi untuk mendistorsi laba
dengan membuat asumsi yang bias.
Manajemen laba ini mengganggu data akuntansi keuangan, mengurangi nilainya bagi
pengguna eksternal laporan keuangan. Delegasi keputusan pelaporan keuangan pada
manajemen ada manfaat dan biayanya. Aturan akuntansi dan audit merupakan

mekanisme yang di desain untuk mengurangi biaya dan mempertahankan manfaat
delegasi pelaporan keuangan pada manajer perusahaan.
c. Standar Pelaporan Keuangan Perusahaan
Sulitnya investor luar perusahaan untuk menentukan apakah manajer telah
menggunakan fleksibilitas akuntansi untuk memberi sinyal informasi yang dimilikinya
atau hanya untuk menyembunyikan realitas, sejumlah konsep dan konversi akuntansi
telah dikembangkan untuk mengurangi masalah tersebut.

Standar dan aturan akuntansi juga membatasi kemampuan manajer untuk
menyalahgunakan penilaian akuntansi dengan mengatur bagaimana pencatatan untuk
transaksi tertentu. Prinsip pengungkapan memandu jumlah dan jenis informasi yang di
ungkapkan serta meminta perusahaan untuk menyediakan informasi kualitatif terkait
dengan asumsi, kebijakan, dan ketidakpastian yang mendasari data kuantitatif yang di
sajikan.
d. Audit Eksternal
Didefinisikan secara luas sebagai verifikasi atas integritas laporan keuangan yang
dilaporkan yang dilakukan oleh orang yang tidak menyiapkan laporan keuangan tsb
guna meyakinkan bahwa manajer menggunakan aturan dan konvensi akuntansi secara
konsisten sepanjang waktu dan estimasi dilakukannya secara wajar.
Meski auditor menerbitkan opini atas laporan keuangan yang diterbitkan, namun harus
di ingat bahwa tanggung jawab utama atas laporan keuangan tsb tetap berada di tanagan
manajer perusahaan. Auditing meningkatkan kualitas dan kredibilitas data akuntansi
dengan membatasi kemampuan perusahaan untuk mendistorsi laporan keuangan sesuai
dengan tujunannya sendiri. Audit oleh pihak ketiga juga bisa mengurangi kualitas
laporan keuangan karena membatasi aturan dan kovensi akuntansi yang berkembang
sepanjang waktu.
e. Liabilitas Hukum
Lingkungan hukum tempat perselisihan anatara manajer, auditor, dan investor di

putuskan juga memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas angka yang di laporkan.
Ancaman tuntutan hukum dan penalti memiliki efek menguntungkan bagi peningkatan
keakuratan pengungkapan.
Liabilitas hukum terjadi karena tidak adanya kesepakatan antara pihak-pihak tsb.
f. Pengawasan publik
Jaminan akhir pada kualitas pelaporan terdapat dewan pengawan publik yang secara
proaktif/berdasarkan keluhan yang di sampaikan, me-review ketaatan perusahaan

terhadap standar akuntansi dan melakukan tindakan untuk mengoreksi ketidakpatuhan
tsb. Sebagai contoh OJK, BPK
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Akuntansi
1.

Kekacauan dari aturan akutansi
Aturan akuntansi menimbulkan kekacauan(ketidakberesan atau keadaan yang kacau
tanpa peraturan) dan bias (simpangan) karena sering kali sulit untuk membatasi diskresi
(kebebasan mengambil keputusan sendiri dr setiap situasi yg dihadapi) manajemen tanpa
mengurangi kandungan informasi dari data akuntansi.
Contoh: Catatan dan laporan akuntansi harus didasarkan pada data yang bisa dipercaya
sebagai laporan yang menyajikan informasi yang tepat dan berguna. Data yang bisa

dipercaya adalah data yang bisa diverifikasi (diperiksa kebenarannya). Data semacam itu
harus bisa dikonfirmasi oleh pengamat yang independen. Oleh karena itu catatan
akuntansi harus didasarkan pada informasi yang berawal dari kegiatan yang
didokumentasi dalam bentuk bukti yang obyektif. Seandainya akuntansi tidak mengenal
prinsip obyektivitas, maka pencatatan akuntansi akan didasarkan pada hal-hal yang tidak
obyektif dan bisa mengakibatkan kekacauan.

2.

Kesalahan Peramalan
Sumber kekacauan lain dalam akuntansi timbul dari kesalahan manajemen tidak bisa
memprediksi konsekuensi transaksi saat ini di masa mendatang secara sempurna.
Akibatnya terjadi kesalahan peramalan.

Parah tindaknya kesalahan pada peramalan

manajemen tergantung pada beberapa faktor diantaranya: kompleksitas transaksi bisnis,
dapat atau tidaknya lingkungan perusahaan diprediski dan perubahan ekonomi yang tidak
dapat diduga.
Contoh:


Saat perusahaan menjual produk secara kredit, akuntansi akrual meminta

manajer membuat perkiraan tentang probabilitas pemgumpulan pembayaran dari
konsumen. Jika pembayaran memiliki tingkat kepastian yang tinggi, perusahaan
memperlakukan transaksi itu sebagai penjualan, menciptkan piutang dagang dalam
neraca . Lalu manajer membuat estimasi proporsi piutang dagang yang tidak dapat
dilunasi. Estimasi ini bisa saja berbeda dengan piutang dagang yang sesungguhnya
terjadi karena manajer tidak memiliki tinjauan masa depan yang sempurna.
3.

Pilihan Akuntansi Manajer
Manajer perusahaan juga bisa menimbulkan kekacauan dan bias dalam data akuntansi
melalui pilihan akuntansinya.

a. Akuntansi perjanjian utang. Manajer dapat membuat keputusan akuntansi

untuk

memenuhi kewajiban kontraktual tertentu dalam perjanjian utangnya.

Contoh: Perjanjian utang perusahaan dengan bank dan debitur lainnya meminta
mereka untuk memenuhi perjanjian yang berhubungan dengan bunga pinjaman, rasio
modal kerja dan aset neto yang semuanya didefinisikan dalam rangka akuntansi.
b. Kompensasi manajemen. Kenyataan bahwa kompensasi dan keamanan pekerjaan
manajemen sering kali dikaitkan dengan laba yang dilaporkan.
Contoh: Manajer menerima kompensasi bonus jika bisa mendapatkan laba melebihi
targetnya.
c. Kompetisi pengendalian korporat. Pada kompetisi pengendalian korporat seperti
pengambilan yang dilakukan oleh pihak yang bermusuhan, grup manajemen yang
saling berkompetisi untuk menggambil hati pemegang saham perusahaan.
Contoh: Angka akuntansi digunakan secara ekstensif dalam mendiskusikan kinerja
manajer. Oleh sebab itu manajer akan mengambil keputusan akuntansi yang dapat
digunakan untuk memengaruhi persepsi investor dalam kompetisi tersebut.
d. Pertimbangan pajak. Manajer juga dapat membuat pilihan yang bersifat tarik menarik
antara pelaporan keuangan dengan pajak.
Contoh: Perusahaan di Amerika Serikat diminta menggunakan akuntansi persediaan
LIFO untuk kepentingan pelaporan pajak. Menggunakan LIFO saat ada kenaikan
harga dapat berakibat pada laba yang lebih rendah sehingga mengurangi pembayaran
pajak. Beberapa perusahaan mungkin memutuskan untuk mengabaikan pengrangan
pajak agar bisa melaporkan laba yang lebih tinggi dalam laporan keuangannya. Di

negara yang hubungan langsung antara pelaporan keuangan dan perlaporan pajak
tidak ada, pertimbangan pajak mungkin masih memberikan efek yang tidak langsung
terhadap keputusan pelapran manajer.
e. Pertimbangan regulator. Manajer pada beberapa perusahaan dapat menggunakan
keputusan untuk memenuhi keputusan regulator (FASB, SEC, Kongres) karena angka
akuntansi yang digunakan oleh regulator beraneka ragam konteksnya.
Contoh: Situasi regulator saat angk akuntansi digunakan untuk mengakhiri atau
mencegah pelanggaran undang-undang yang saling berlawanan, tarif import untuk
melindungi industri domestik atau kebijakan pajak.
f. Pertimbangan pasar modal. Manajer dapat menggunakan keputusan akuntansi untuk
memengaruhi persepsi pasar modal.

Contoh: Saat ada asimetri informasi antara manajer dan pihak luar, strategi ini akan
sukses untuk memengaruhi pesepsi investor meski hanya untuk sementara.
g. Pertimbangan pemegang saham. Manajer juga dapat meggunakan keputusan
akuntansi untuk memenuhi persepsi pihak yang penting dalam perusahaan.
Contoh: Saat serikat pekerja dapat menggunakan laba yang sehat guna meminta
kenaikan gaji, manajer bisa memilih akuntansi

yang mengurangi laba saat


bernegosiasi engan serikat pekerja.
h. Pertimbangan kompetitif. Dinamika kompetisi dalam industri juga bisa memengaruhi
pilihan akuntansi perusahaan.
Contoh: Keputusan pengungkapan segmen bisa dipengaruhi oleh pemikiran bahwa
pengungkapannya terpisah dapat membantu kompetitor dalam keputusan bisnisnya.
C. Tahap-Tahap dalam Analisis Akuntansi
1. Tahap 1 : Identifikasi kebijakan utama akuntansi
a. Faktor kunci kesuksesan dalam industry perbankan meliputi tingat bunga dan
manajemen risiko kredit. Pada Industri ritel, manajemen persediaan merupakan factor
kunci kesuksesan ; dan untuk perusahaan yang berkopetisi dalam kualitas produk dan
inovasi maka riset dan pengembangan serta kerusakan produk purna jual menjadi area
kunci yang harus diperhatikan.
b. Factor kesuksesan yang penting dalam bisnis sewa jual adalah membuat prediksi nilai
residual peralatan yang disewakan pada akhir periode sewa secara akurat.
2. Tahap 2 : Menentukan fleksibilitan akuntansi
Estimasi akuntansi : perkiraan unsur laporan keuangan, termasuk perkiraan niali suatu
transaksi yang angka baru diketahui dimasa depan dan data yang angka partinya tidak
mungkin didapat secara tepat wakti dan hemat biaya.
3. Tahap 3 : Evaluasi strategi akuntansi
Fleksibilitas akuntansi mereka bisa menggunakannya untuk mengomunikasikan situasi
ekonomi perusahaan/justru menyembunyikan kinerja yang sebernarnya.
4. Tahap 4 : Evaluasi kualitas pengungkapan
Manajer dapat mempermudah/mempersulit analisis dalam menilai kualitas akuntansi
perusahaan atau menggunakan laporan keuangannya untuk memahami realitas bisnisnya.
5. Tahap 5 : Identifikasi potensi tanda bahaya

Perubahan akuntansi yang tidak dijelaskan , khususnya saat kinerja buruk. Kondisi ini
dapat mengisyaratkan bahwa manajer menggunakan diskresi akuntansinya untuk
memperbaiki laporan keuangannya.
6. Tahap 6 : Membatalkan distorsi akuntansi
Distorsi adalah kondisi ketidaksesuaian informasi data keuangan perusahaan dengan
keadaan yang sebenarnya. Contoh : perusahaan membuat laporan keuangan bahwa
perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 10 miliar namun pada kenyataannya
perusahaan hanya untung 1 miliar.
D. Kendala Analisis Akuntansi
1. Akuntansi konservatif bukan akuntansi yang “baik”
Akuntansi konservatif biasanya digunakan untuk membiayakan pengeluaran riset dan
iklan, serta penyusutan cepat untuk asset tidak berwujud selain goodwill. Cara ini biasanya
digunakan untuk mendukung cadangan kerugian yang besar pada perusahaan asuransi
untuk biaya merger dan restrukturisasi.
Berdasarkan sudut pandang pengguna laporan keuangan, sangat penting untuk mengakui
bahwa akuntansi konservatif tidak sama dengan akuntansi yang “baik”. Akuntansi
konservatif memberi kesempatan bagi manajer untuk mengurangi volatilitas laba yang
dilaporkan biasanya disebut sebagai “perataan laba”.
Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan.
Basu (1997) mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan
mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons berita buruk (bad news), tetapi tidak
meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespons berita baik (good news).
Contohnya, perusahaan menyiapkan cadangan kerugian piutang tak tertagih sebesar 2%
dari jumlah piutang, dimana 2% tersebut telah diperhitungkan berdasarkan jumlah piutang
tak tertagih pada periode sebelumnya.
2. Tidak semua akuntansi yang tidak biasa merupakan akuntansi yang dipertanyakan
Pilihan akuntansi yang tidak biasa dapat mempersulit untuk membandingkan kinerja
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pilihan akuntansi semacam ini bisa dibenarkan
jika ada kondisi luar biasa pada bisnis perusahaan. Sangat penting bagi analisis untuk
memperkirakan segala kemungkinan yang bisa menjelaskan alasan perubahan akuntansi

dan menyelidikinya dengan menggunakan informasi kualitatif yang tersedia pada laporan
keuangan.
Contohnya, perusahaan yang melakukan inovasi dalam pemasarannya dan berhasil
sehingga omset penjualan perusahaan terus bertambah pesat sehingga hal kenaikan
tersebut dapat diterima.
3. Standar akuntansi umum tidak sama dengan praktik akuntansi umum
Standar dasar dari suatu lembaga formal internasional yang menjadi patokan untuk
persatuan negara tertentu tidak selalu sejalan dengan praktek yang diterapkan pada masing
– masing negara karena setiap negara memiliki standarnya masing – masing.
Contohnya, di Indonesia menggunakan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang
merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada, seperti IFRS,
GAAP,IAS,ETAP. Sedangkan standar akuntansi internasional yang berlaku sekarang
adalah Internasional Financial Reporting Standards (IFRS).
E. Nilai Data Akuntansi
1. Nilai Data Akuntansi
Nilai Data Akuntansi merupakan informasi berupa angka yang disajikan didalam suatu
laporan keuangan.
2. Analisis Akuntansi
Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka akuntansi perusahaan
mencerminkan realitas ekonomi.
Peneliti telah menguji nilai laba dan imbal hasil atas ekuitas (ROE) dengan
membandingkan imbal hasil saham yang bisa diperoleh investor yang memiliki tinjauan
masa depan yang lengkap tentang laba, imbal hasil atas ekuitas (ROE) dan arus kas untuk
tahun berikutnya. Guna menilai pentingnya laba, investor hipotesis diasumsikan membeli
saham perusahaan yang laba periode berikutnya mengalami penurunan. Jika strategi ini
terus dilakukan selama tahun 1964 sampai 1996, investor hipotesis ini akan mendapatkan
imbal hasil rata-rata sebesar 37,5%.
Jika strategi ini kemudian digabungkan dengan melihat ROE yaitu membeli saham yang
mengalami peningkatan ROE dan menjual saham yang mengalami penurunan ROE maka
imbal hasil yang lebih besar akan diperoleh yaitu sebesar 43%. Sebaliknya, data arus kas
tampak kurang bernilai disbanding informasi laba atau ROE. Imbal hasil tahunan yang

diperoleh dari membeli saham yang arus kas operasinya mengalami kenaikan dan menjual
saham yang arus kasnya mengalami penurunan hanya akan memperoleh 9% saja. Temuan
ini mengisyaratkan bahwa kinerja laba dan ROE merupakan informasi yang lebih relevan
bagi investor daripada kinerja arus kas.
Riset ini mengindikasikan jika investor tidak melihat majamenen laba dapat menjadikan
data laba menjadi tidak reliable.
3. Manajemen Laba
Manajemen laba dapat diartikan sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper 1989).
Manajemen laba sering kali tertutup dan harga saham akan bereaksi negative pada
perusahaan yang melakukan penggelembungan laba pada periode sebelumnya melalui
akuntansi yang menyesatka.
Contoh, PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia
pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam
menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah
dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001
disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.
Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56
miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang
dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7
miliar.
F. Contoh Kasus
Krisis Ekonomi Global 2008 Serta Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis
ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk

konsumsi (propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas
kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu
kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut
bangkrut karena kehilangan likuiditasnya, karena piutang perusahaan kepada para kreditor
perumahan telah digadaikan kepada lembaga pemberi pinjaman. Pada akhirnya perusahaan –
perusahaan tersebut harus bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya
yang mengalami jatuh tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan
finansial tersebut mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaanperusahaan besar tak sanggup bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman Sachs. Krisis
tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Krisis keuangan di
Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya
daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar
atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu
menyebabkan volume impor menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negaranegara produsen berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh
industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar,
maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di seluruh dunia menjadi
serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat.
Dari sumber yang penulis dapatkan, terdapat enam penyebab terjadinya krisis ekonomi
Amerika Serikat, yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya program
pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan Negara,
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan, lembaga
pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak mengawasi
mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas
perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir adalah keputusan
suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang berlebihan. Penurunan
suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve of The United States atau bank sentral
Amerika yang kala itu dipimpin oleh master ekonom dunia Alan Greenspan membuat gejolak
baru di pasar amerika.
Krisis ekonomi Amerika tersebut yang semakin lama semakin merambat menjadi krisis
ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini saling terhubung satu sama
lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya. Dan tidak
jarang dampak yang terjadi jauh lebih besar daripada yang terjadi di tempat asalnya. Oleh
karena itu Indonesia juga turut merasakan krisis ekonomi global ini. Indonesia merupakan

Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya
krisis global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia.
Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing yang tadinya akan
digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan
hilang, banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah
yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta.
Nilai ekspor Indonesia juga berperan dalam sebagai penyelamat dalam krisis global
tahun 2008 lalu. Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic Bruto) cukup
menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis finansial di akhir tahun 2008 lalu. Di regional
Asia sendiri, Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak negatif paling ringan dari
krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Beberapa pihak mengatakan bahwa ‘selamat’nya
Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal dari Amerika itu adalah berkat
minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Negara-negara yang memiliki rasio ekspor dengan
PDB yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, seperti Singapura yang
rasio ekspornya mencapai 200% dan Malaysia mencapai 100%, sedangkan Indonesia sendiri
‘terselamatkan’ dengan hanya memiliki rasio ekspor sebesar 29%
Dampak lainnya adalah karena krisis global, kini semakin banyak perusahaan yang
mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi pengangguran
pada tahun 2009. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita
juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut bertambah pula. Karena krisis
yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja kita yang ada di luar negeri juga
merasakan imbasnya. Malaysia merencanakan untuk memulangkan sekitar 1,2 juta tki yang
mayoritas berasal dari Indonesia karena akan memprioritaskan pekerja lokal. Itu baru dari
satu Negara, belum lagi dari Negara-negara lainnya. Hal tersebut tentu saja sangat
mempengaruhi roda perekonomian Negara kita. Jika pemerintah tidak dapat menyediakan
lapangan kerja yang cukup, maka krisis ini akan menjadi krisis yang sangat besar.
Langkah antisipasi untuk mengatasi dampak krisis ini nampaknya sudah dipikirkan oleh
pakar ekonomi negera ini. Pakar-pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi yang tergabung
dalam organisasi KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada) merekomendasikan
beberapa langkah untuk mengatasi krisisi gobal yang kini melanda bangsa Indonesia.
Meskipun mereka mengakui pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
berkaitan dengan antisipasi krisis keuangan global tersebut, tetapi kebijakan tersebut menurut
mereka perlu dikaji kembali secara menyeluruh tentang segala aspek kehidupan dan bersifat
antisipatif jauh ke depan. Dua puluh enam pakar ekonomi yang diketuai oleh ekonom

terkemuka Prof. Dr. Sjafrie Sairin, MA ini menghasilkan beberapa langkah rumusan untuk
mengatasi dampak krisis global, antara lain
1.

Melakukan penyesuaian APBN 2009 dengan prioritas untuk pembangunan
infrastruktur dalam bentuk program padat karya disamping melakukan penataan bagi
sektor informal di kota-kota dengan kebijakan anti penggusuran.

2.

Di bidang pertanian, diambil langkah untuk mengarahkan petani miskin dan
penganggur untuk mendapatkan lahan produktif sebagai modal untuk meningkatkan taraf
hidup serta membatalkan rencana pemberlakuan pajak terhadap produk-produk pertanian.

3.

Untuk bidang ekonomi makro, mendesak diturunkan suku bunga dan melonggarkan
likuiditas untuk menggerakkan sektor riil serta memberikan insentif pajak bagi industri
yang mempunyai basis penyerapan tenaga kerja yang besar.

4.

Pemerintah disarankan secara serius mengelola resiko ekonomi dan fiskal disamping
melakukan penguatan pada sektor UMKM dan kewirausahaan.

5.

Pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan ekonomi domestik untuk lebih
mandiri dan melakukan revitalisasi industri dengan prioritas pada sumberdaya industri dan
pembanganun infrastruktur.

6.

Indonesia perlu membangun perekonomian yang memiliki daya tahan dan kelenturan
yang tinggi agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam kondisi yang semakin
dinamis dan kompetitif

7.

Diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga-tenaga sarjana yang
terkena imbas PHK sebagai tenaga pendampingan di sektor pertanian, kesehatan dan
kependudukan dan terakhir, melakukan reorientasi kebijakan-kebijakan pembangunan
yang mendorong ke arah kemandirian bangsa.
Inti dari solusi tersebut adalah penguatan sektor mikro yang relatif tidak terpengaruh oleh

faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, kebutuhan negara lain, keadaan ekonomi politik
negara lain, dan perjanjian dalam forum perdagangan seperti WTO. Sudah saatnya ekonomi
Indonesia berbasis SDM serta SDA asli Indonesia diberi peluang lebih untuk membangun
fondasi perekonomian Indonesia berbasis usaha mikro yang terbukti lebih tahan terhadap
goncangan serta dapat lebih memberdayakan tenaga kerja negara ini agar tingkat
pengangguran semakin berkurang.
Dengan adanya kasus tersebut, para ekonom Indonesia sudah seharusnya mengambil
hikmah dari krisis 1998 dan 2008 agar jika krisis-krisis yang sama terulang di tahun-tahun ke
depan, Indonesia sudah memiliki fondasi yang kuat serta antisipasi yang matang untuk
menghadapinya.