LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN UJI L (1)

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN UJI
PEMANASAN BAHAN BITUMEN
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Jalan Raya di
Laboratorium Bahan Bangunan

Mata Kuliah:
Konstruksi Jalan Raya

Dosen Pengampu:
Faqih Ma’arif, A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng.
Kata Pengantar

disusun oleh:
Ricky Darmawan (14505241055)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

i


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa sholawat
serta salam selalu terpanjatkan keharibaan Nabi Muhammad SAW semoga syafaat
serta salam selalu tercurah untuk kita semua di hari kiamat nanti.
Ucapan terimakasih dengan tulus penulis sampaikan teruntuk:
1. Bapak Faqih Ma’arif A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng selaku dosen pengampu.
2. Mas Muhammad Nuruzzudin selaku asisten dosen.
3. Bapak Kimin Triono S.Pd.T. selaku teknisi laboratorium bahan bangunan.
4. Teman-teman dari kelas 6B1 yang turut serta dalam praktikum.
Penulis sadar bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Maka kritik dan saran
yang membangun amat sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 02 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

ii


KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

v

A. Jenis Pengujian

1


B. Kajian Teori

1

1. Aspal

1

2. Jenis-Jenis Aspal

2

3. Kegunaan Aspal

4

C. Alat dan Bahan

4


1. Alat

4

2. Bahan

8

D. Langkah Kerja

9

E. Penyajian Data

10

F. Pembahasan

11


G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum

12

H. Kesimpulan

12

I. Saran-Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

14


iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Hasil Pengujian

11

\

iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cawan

5

Gambar 2. Kompor Listrik

6


Gambar 3. Penjepit

6

Gambar 4. Termometer

7

Gambar 5. Piring

7

Gambar 6. Stopwatch

8

Gambar 7. Sendok

8


Gambar 8. Kain Lap

9

Gambar 9. Aspal

9

Gambar 10. Kerosene

10

Gambar 11. Perlengkapan Alat

15

Gambar 12. Pengukuran Suhu Awal

15


Gambar 13. Proses Awal Pemanasan Bitumen

15

Gambar 14. Proses Pengadukan Aspal Mencair

16

Gambar 15. Kontrol Pengukuran Suhu

16

Gambar 16. Pengukuran Suhu Akhir

16

v

A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian yang dilakukan adalah mengukur pemanasan bahan

bitumen pada suhu tertentu. Ini merupakan pengujian yang pertama kali
dilakukan. Pengujian ini bertujuan untuk mengangkat oksigen yang
terkandung di dalam bitumi yang masih ‘lembek’. Caranya adalah dengan
dipanaskan pada suhu lebih dari 100°C. Sedangkan suhu yang diukur
adalah kisaran antara 110°-120°C. Dengan mengetahui kapan aspal
tersebut mencair sempurna maka dapat diketahui pula kapan saat terbaik
untuk proses pencampurannya dengan bahan lain.

B. KAJIAN TEORI
1. Aspal
Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa kata aspal berasal dari kata
atau asphalt (USA), atau bitumen (Inggris) Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia aspal mempunyai arti sebagai berikut:
a. Campuran hidrokarbon alam yang amorf berwarna coklat hitam
dan berupa zat padat atau setengah padat yang dihasilkan dari
minyak bumi dengan suhu pembakaran tinggi.
b. Bahan pelapis jalan yang rupanya seperti ter .
Menurut Sukirman (2003:26-27),.aspal adalah material
termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur
berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.

Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur, yang
dipengaruhi komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin mempunyai
nilai penetrasi atau viscosity yang sama pada temperatur tertentu.
Aspal yang mengandung lilin lebih peka terhadap temperatur
dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Kepekaan
terhadap temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk
menjadi retak ataupun mengeras. Bersama dengan agregat, aspal
merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

1

Menurut

Suprapto

(2004:11),

secara

fungional

aspal

merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki
beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal
modifikasi. Yang memiliki bahan susun berupa senyawa Hidrokarbon
yang terdiri dari parafins, naptene, aromatics. Kemudian bahan
tersebut membentuk kelompok-kelompok yang disebut:
a) Asphaltenese
Kelompok ini membentuk butiran halus, berdaasarkan aromatic
benzene structure serta mempunyai berat molekul tinggi.
b) Oils

Kelompok ini membentuk cairan yang melarutkan aspahaltenese,
tersusun dari parafins (waxy), cyclo paraffins (wax-free), dan
aromatics serta mempunyai berat molekul rendah.
c) Resins

Kelompok ini membentuk cairan menyelubungi asphaltenese dan
mempunyai berat molekul sedang. Selanjutnya gabungan resins
dan oil sering juga disebut maltenese.
2. Jenis-Jenis Aspal
Aspal yang digunakan sebagai bahan utama untuk perkerasan jalan
terbagi atas dua jenis yaitu:
a. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang terdapat di alam yang terkandung
dalam deposit batuan dengan jumlah kandungan air dan kadar
bitumen yang berubah-ubah, yang disebabkan oleh cuaca. Aspal
jenis ini banyak terkandung di alam.
Menurut Suprapto (2004:12), proses terjadinya yaitu di
suatu daerah yang mengandung minyak bumi (beserta aspal) terjadi
gerakan kulit bumi. Gerakan ini menyebabkan terjadinya
penurunan dan retak-retak pada kulit bumi. Tekanan ini
menyebabkan minyak bumi keluar sehingga aspalnya akan
tertinggal di dalam batuan yang dilewatinya.

2

Aspal alam terdiri atas senyawa organik dan mineral dann
mengandung sejumlah air yang terkandung di alam. Komponen
organik terdiri dari campuran kompleks dari hidrokarbon,
asphaltenes, dan senyawa organik lain dengan kandungan sulfur,

oksigen, dan nitrogen. Kandungan lainnya adalah logam vanadium,
nikel, besi dan logam lainnya (Yen dan Chilingar, 2000:37).
Menurut Suprapto (2004:11-12), aspal alam dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1) Lake Asphalt
Yang terdapat di Ttrinidad, Bemuda dengann bahan-bahan
komposisi
-

40% bitumen

-

30% bahan eteris

-

25% bahan mineral

-

5 % bahan organik

2) Batu Aspal (Rock Asphalt)
Terdapat di pulau Buton (Sulawesi Tenggara). Adalah aspal
yang terdapat di dalam batu karang sehingga aspalnya
tercampur dengan batu kapur (CaCCO3). Pada umumnya
tersusun dari:
-

30% bahan bitumen

-

65% bahan mineral

-

5% bahan lain

b. Aspal Buatan
Menurut Sukarni (2003:30), jenis aspal ini dibuat dari
proses pengolahan minyak bumi, maka bahan baku yang dibuat
untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak
mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Aspal Keras

3

Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal
yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau
penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras.
2) Aspal Cair
Menurut Sukirman (2003:30), aspal cair (cutback
asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang.

Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan
bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti
minyak tanah, bensin, atau solar. Menurut bahan pencairnya
aspal cair dibedakan menjadi rapid curing cut back asphalt
(RC), medium curing cut back asphalt (MC) dan slow curing
cut back asphalt (SC).

3) Aspal Emulsi
Menurut Sukirman (2013:30), aspal emulsi adalah
suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi yang
dialkukan di pabrik pencampur. Sehingga membuatnya lebih
cair dari aspal cair. Di dalamnya terdapat butir-butirnya larut
dalam air. Untuk menghindari bentukan butir yang lebih besar
maka diberi muatan listrik yang dibedakan menjadi dua yaitu
kationik, anionik dan nonionik.
4) Ter
Menurut Yen and Chilingar (2000:44), istilah 'pasir
tar' telah didefinisikan dalam aksi konservasi minyak dan gas
Albertha sebagai pasir yang memiliki bahan hidrokarbon
minyak mentah yang sangat kental dan tidak dapat didapatkan
dalam keadaan alami dengan metode produksi biasa. Tegasnya
tar pasir adalah istilah yang tidak pantas karena tar di lapangan
adalah zat yang dihasilkan dari distilasi dari bahan organik, dan
seperti untuk tar di pasir tar jarang tersirat. juga dalam
prakteknya, perbedaan antara pasir tar dan pasir yang
mengandung minyak mentah berat tidak mudah digambarkan.

4

3. Kegunaan Aspal
Aspal memiliki beberapa kegunaan antara lain:
a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan
akibat lalu lintas (water proofing, perlindungan terhadap erosi)
b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
1) Resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
2) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang
diletakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis
berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.
3) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar,
agregat halus, dan filler .

C. ALAT DAN BAHAN
Dalam setiap pengujian tentu ada bahan yang diuji dan alat untuk menguji.
Sesuai peraturan yang tercantum dalam SNI untuk metode pengujian
bahan bitumen maka dibawah ini merupakan alat dan bahan yang
digunakan dalam pengujian.
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari
a. Cawan
Cawan berfungsi sebagai wadah untuk aspal yang akan
dipanaskan. Cawan yang digunakan pada saat pengujian adalah
cawan contoh terbuat dari logam berbentuk silinder dengan dasar
rata berdiameter ± 5 cm.

Gambar 1. Cawan

5

b. Kompor Listrik
Kompor listrik digunakan untuk memanaskan cawan yang berisi
aspal yang masih ‘beku’.

Gambar 2. Kompor Listrik

c. Penjepit
Pada saat cawan yang berisi aspal ‘beku’ dinaikkan keatas
kompor listrik yang terjadi adalah aspal mulai mengalami proses
pelelehan. Ketika cawan dalam kondisi panas dibutuhkan sebuah
alat penjepit yang akan digunakan untuk mengangkat cawan
tersebut.

Gambar 3. Penjepit

a. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu yaitu pada
saat sebelum dan sesudah aspal dipanaskan. Karena perubahan

6

suhu yang akan diamati adalah kisaran antara 110°-120°C maka
termometer yang digunakan harus memiliki kapasitas pengukuran
suhu hingga 200°C.

Gambar 4. Termometer

b. Piring
Piring berfungsi sebagai tatakan untuk meletakkan cawan.
Untuk berjaga-jaga apabila aspal di dalam cawan yang dipanaskan
akan meluap dan tumpah ke kompor listrik. Dan piring yang
digunakan terbuat dari seng sehingga mampu menghantarkan
panas dengan baik dari kompor listrik ke cawan.

Gambar 5. Piring

c. Pengatur Waktu (Stopwatch)
Untuk mengetahui lamanya proses pemanasan perlu
diketahui dengan sebuah alat pengatur waktu. Untuk pengukuran
penetrasi dengan tangan (manual) diperlukan stop watch dengan
7

skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan
tertinggi per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

Gambar 6. Stopwatch

d. Pengaduk
Untuk memudahkan dan mempercepat proses pencairan
aspal perlu dilakukan pengadukan agar seluruh partikel dapat
mencair. Dan juga agar supaya aspal dapat mengeluarkan oksigen
didalamnya. Maka diperlukan suatu alat untuk mengaduk.
Pengaduk cukup menggunakan sendok.

Gambar 7. Sendok

e. Kain Lap
Digunakan untuk memudahkan proses pengangkatan cawan yang
panas. Dan juga berfungsi sebagai pembersih apabila tangan
praktikan kotor akibat aspal.

8

Gambar 8. Kain Lap

2. BAHAN
Dibawah ini merupakan daftar bahan yang digunakan dalam pengujian
pemanasan aspal. Selain bahan utama terdapat juga bahan pendukung
yang berguna untuk memudahkan di dalam langkah-langkah pengujian
ini.
a. Aspal
Aspal/bitumen yang digunakan dalam pengujian ini adalah
aspal yang dijual di pasaran. Mula-mula aspal diambil dari satu
penyimpanan berupa drum. Sampel diambil secara acak tanpa
memperhatikan populasi. Saat proses pengambilan aspal, sampel
dalam kondisi lembek dan lengket.

Gambar 9. Aspal

b. Kerosene (Minyak Tanah)
Kerosene digunakan sebagai bahan ‘pelarut’ aspal. Maksudnya

disini adalah apabila cawan atau tangan praktikkan terdapat aspal

9

yang menempel dari padanya maka dapat dibersihkan dengan
mudah apabila menggunakan kerosene.

Gambar 10. Kerosene

D. LANGKAH KERJA
Pengujian ini terdiri dari dua tahap yaitu persiapan alat dan bahan yang
diperlukan dan pelaksanaan. Langkah kerjanya adalah:
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Isi cawan kosong dengan aspal. Padatkan hingga menyentuh garis
batas bawah pada cawan.
c. Termometer diambil dan ditusukkan hingga setengah bagian aspal di
dalam cawan. Kemudian suhunya dicatat.
d. Kompor listrik yang sudah disiapkan kemudian dinyalakan
e. Piring diletakkan di atas kompor yang sudah menyala
f. Setelah kompor dirasa cukup panas cawan dinaikkan ke atas kompor.
g. Pengatur waktu dihidupkan.
h. Amati prosesnya. Lihat apakah mulai terjadi perubahan.
i. Apabila aspal sudah meleleh sempurna termometer dimasukkan ke
dalam cawan. Suhu diamati.
j. Apabila suhu yang diinginkan sudah dicapai pengatur waktu
dimatikan.
k. Kompor dimatikan.

10

l. Cawan diturunkan dari atas kompor listrik menggunakan penjepit.
m. Aspal yang telah mencair ditunggu hingga dingin lalu simpan untuk
bahan praktikum selanjutnya.
n. Alat dan laboratorium dibersihkan.
E. Penyajian Data
Pengujian dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017 di
laboratorium bahan bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pengujian
berlangsung selama ± 1 jam yang dimulai pada pukul 11.07–12.04 WIB

dengan kondisi cuaca cerah. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian
yang telah dilakukan.
Tabel 1. Data Hasil Pengujian
JENIS PENGUJIAN

NO

PEMANASAN
1

BAHAN BITUMEN

SUHU (°C)
AWAL AKHIR

WAKTU

31,5°C

9 : 56 :35

118°C

F. Pembahasan
Praktikum ini merupakan proses awal dari keseluruhan praktikum
uji penetrasi aspal. Sekaligus merupakan praktikum dasar bagi praktikumpraktikum yang selanjutnya akan dilakukan. Yaitu ketika aspal dijadikan
sebagai bahan utama atau bahan campuran maka agar hasilnya baik aspal
harus dalam keadaan cair telebih dahulu.
Hal ini dikarenakan aspal memilikI banyak sifat-sifat fisik yang
melekat dari padanya. Salah satunya adalah disebut sebagai kepekaan
aspal terhadap temperatur. Pada dasarnya seluruh aspal memiliki sifat
termoplastik yaitu menjadi lebih keras (memadat) apabila temperatur

menurun. Sebaliknya aspal akan melunak apabila mengalami kenaikan
suhu. Maka dari itu apabila pemanasan yang dilakukan optimal maka yang
akan terjadi adalah aspal, agregat, serta filler akan tercampur dengan
sempurna.

11

Pengujian ini bertujuan untuk mengangkat oksigen yang
terkandung di dalam bitumi yang masih ‘lembek’. Caranya adalah dengan
dipanaskan pada suhu lebih dari 100°C. Sedangkan suhu yang diukur
adalah kisaran antara 110°-120°C. Dengan mengetahui kapan aspal
tersebut mencair sempurna maka dapat diketahui pula kapan saat terbaik
untuk proses pencampurannya dengan bahan lain.
Ketika aspal dipanaskan hingga suhu 110°C partikel-partikel
aspal yang sudah mencair akan menjadi monolit. Yaitu masa dimana aspal
akan menjadi lebih menyatu apabila akan dilakukan pencampuran dengan
bahan lainnya. Dengan saling mengisinya partikel tersebut maka aspal
akan menjadi semakin kuat ketika sudah memadat nantinya.
Data suhu ruangan menunjukkan angka 31,5°C. Pada pengujian
yang telah dilakukan diketahui bahwa kenaikan suhu aspal dibarengi
dengan melelehnya aspal secara perlahan. Hingga tepatnya ketika
termometer menunjukkan angka 80°C kenaikan mulai terlihat signifikan.
Maka ketika mencapai suhu 110°C aspal sudah mencair seluruhnya.

G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum.
Pada dasarnya pengujian ini tidaklah terlalu sulit dilakukan.
Karena apabila semua anggota kelompok mengetahui dan melaksanakan
tugasnya

masing-masing

kemudian

saling

bekerja

sama

dalam

menyelesaikan pengujian ini, tentunya tidak akan menemui kendala yang
berarti. Sedangkan kendala yang dialami adalah:
1. Aspal yang ‘lembek’ menyebabkan kesulitan saat proses pengambilan
bahan.
2. Ruang praktikum yang serba terbatas kurang mengakomodir
kebutuhan praktikkan menyulitkan mobilisasi dan koordinasi.
3. Kesulitan dalam mengabadikan perubahan suhu yang terjadi pada
termometer.
4. Panas yang terjadi membuat praktikkan cukup sulit ketika mengamati
bacaan termometer.

12

H. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian ini adalah aspal akan mencair secara
maksimal ketika dipanaskan hingga suhunya mencapai lebih dari 110°C.
Ketika mencair, partikel-partikelnya akan menjadi lebih monolit sehingga
lebih menyatu ketika memadat nantinya. Dikarenakan adanya proses
saling isi antar partikel di dalam rongga-rongga terkecilnya.
I. Saran
Sebelum praktikum dimulai:
1. Setiap anggota kelompok harus sudah paham akan tugasnya masingmasing. Sehingga tidak ada miskomunikasi yang megakibatkan
gagalnya praktikum atau kurangnya informasi yang didapat dari
pengujian tersebut.
2. Mengamati dengan seksama perubahan suhu yang terjadi agar
dokumentasi mendapatkan hasil yang baik.

13

DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvi. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. 1 . ed. Jakarta:
Granit.
Suprapto. (2004). Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Biro
Penerbit KMTS FT UGM.
Yen dan Chilingar. (2000). Bitumens Asphalt Tar Sands. Netherland: Elsevier.
SNI 06-2456-1991: Metode Penetrasi Bahan-bahan Bitumen. Departemen
Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia.
Tim Penyusun Tugas Akhir Skripsi. (2013). Pedoman Penulisan Tugas Akhir
Skripsi. FT UNY.

14

LAMPIRAN

Gambar 11. Perlengkapan Alat.

Gambar 12. Pengukuran Suhu Awal.

Gambar 13. Proses Awal Pemanasan Bitumen

15

Gambar 14. Proses Pengadukan Aspal Mencair.

Gambar 15. Kontrol Pengukuran Suhu.

Gambar 16. Pengukuran Suhu Akhir.

16

17

Lembar Konsultasi

NO

Tanggal

Keterangan

Paraf

18

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN DAN ANALISIS ALAT UJI GETARAN PAKSA MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

23 212 19

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

UJI EFEKTIFITAS BERBAGAI DOSIS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

3 39 1

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

MOTIVASI MENGEMIS LAGI DI JALAN PADA GELANDANGAN PENGEMIS DI BARAK(STUDI KASUS DI BARAK GELANDANGAN PENGEMIS KOTA MALANG)

0 38 1

HASIL UJI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA MAHASISWA BARU FMIPA TAHUN 2015 DAN ANALISA BUTIR SOAL TES DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS POINT BISERIAL

2 67 1

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16