PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK IPA TERPADU
BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERINTEGRASI PENDIDIKAN
KARAKTER MELALUI F OUR STEPS TEACHING MATERIAL
DEVELOPMENT
Ardian Asyhari1 , Widya Wati2 , Irwandani3 , Nani Umi Saidah4
1,2,3,4

Pendidika n Fisika, IAIN Ra den Inta n La mpung, Ba nda r La mpung
a rdia na syha ri@ra deninta n.a c.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya
Lembar Kerja Peserta Didik yang mendukung pembelajaran
IPA Terpadu pada tema indera pendengaran dan sistem sonar
pada makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan, menguji kelayakan, mengetahui respons
peserta didik, dan memaparkan karakteristik Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) IPA Terpadu berbasis inkuiri
terbimbing yang terintegrasi pendidikan karakter melalui Four
Steps Tea ching Ma teria l Development (4S TMD).
Penelitian ini dilakukan dengan metode Resea rch a nd

Development (R&D) dengan tahapan seleksi, strukturisasi,
karakterisasi, dan reduksi didaktik. Berdasarkan uji kelayakan
produk, yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kelayakan
kegrafikan, LKPD yang dikembangkan terkategori “Sangat
Layak”. Karakteristik LKPD yang dikembangkan meliput i
kedekatan tema ajar dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik, kesesuaian LKPD dengan BSNP, dan karakteristik
LKPD yang mendukung pendidikan karakter. Respons peserta d idik terhadap LKPD yang
dikembangkan terkategori “Sangat Baik”. Produk dari penelitian ini adalah berupa Lembar Kerja
Peserta Didik dengan tema sistem sonar pada makhluk hidup berbasis inkuiri terbimbing dan
terintegrasi pendidikan karakter.
Kata kunci : Lemba r Kerja Peserta Didik, Pembela ja ra n IPA Terpa du, Inkuiri Terbimbing ,
Pendidika n Ka ra kter

ABSTRACT
This research was motivated by the absence of Worksheet Students that support learning
Integrated Sciences on the theme of the sense of hearing and sonar systems in living things. This
research aims to develop, test feasibility, knowing student’s responses, and describes the
characteristics of Worksheet Students (LKPD) Integrated Science-based guided inquiry that
integrates character education through the Four Steps Teaching Material Development (4S TMD).

The Stages of Research and Development (R&D) was the selection process, structure,
characterization, and didactic reduction. Based on the due diligence of products, namely the
feasibility of the content, presentation, language, and graphic feasibility, LKPD categorized as "Very
Decent". Characteristics include proximity LKPD developed the theme of teaching with everyday
life learners, LKPD conformity with National Education Standards and LKPD characteristics that
support character education. Response learners to LKPD categorized as "Very Good". The products
of this research is in the form of Worksheet Students with themes so nar system in living organisms
based guided inquiry and integrated character education.
Keywords: Worksheet Students, Learning Integrated Science, Guided Inquiry, Character Education

PENDAHULUAN
Bahan ajar dikembangkan

berdasarkan pada kebutuhan

yang dapat

mendukung pembelajaran. Banyak penelitian tentang pengembangan bahan ajar
yang terfokus pada learning object. Learning object pada lingkup pendidikan yang
dimaksud adalah berupa bahan yang dapat digunakan ataupun digunakan kembali

dalam pembelajaran, seperti rencana pembelajaran, video, buku, dll (Wang, 2006).
Kebutuhan akan bahan ajar yang dapat mendukung pembelajaran IPA Terpadu
menurut Yuliati (2013) sangat tinggi, hal tersebut dikarenakan tidak tersedianya
bahan ajar yang secara tepat memadukan fisika, biologi, dan kimia dalam satu
pokok tema ajar. Kebutuhan akan bahan ajar IPA Terpadu juga bisa kita lihat pada
gambar yang diperoleh dari Google Trend berikut ini.

Gambar 1. Grafik Pencarian Bahan Ajar IPA Terpadu Januari 2007-Januari 2016

LKPD menurut Trianto (2011) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa
lembaran berisi tugas yang didalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk
menyelesaikan tugas. LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembanga n
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran
dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi. Menurut Depdiknas dalam
panduan pelaksanaan materi pembelajaran SMP (2008), (1) LKPD dapat membantu
peserta didik untuk menemukan suatu konsep dengan mengetengahkan terlebih
dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan
konsep yang akan dipelajari, memuat apa yang (harus) dilakukan peserta didik
meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis, (2) membantu peserta didik
menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan, (3)


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

berfungsi sebagai penuntun belajar, penguatan, dan juga berfungsi sebagai petunjuk
praktikum.
Bidang studi IPA diajarkan pada tataran SMP dalam bingkai pembelajaran
terpadu. Secara umum,

pembelajaran

terpadu memiliki

kesamaan dengan

pembelajaran biasa, yang membedakannya secara mendasar adalah pembelajaran
terpadu dalam pengemasan materi belajarnya tidak mengikuti struktur suatu disiplin
ilmu atau mata pelajaran tertentu, tapi terjadi lintas bahasan bidang studi/topik
bahasan bidang studi/topik bahasan yang dipadukan oleh suatu fokus tertentu
(Hartati, 2015). Trianto (2014) menyatakan bahwa melalui pembelajaran terpadu,

peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah
kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Peserta didik akan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
konsep yang dipelajari secara meluruh (holistis), bermakna, autentik, dan aktif.
Pembelajaran IPA SMP/MTS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmia h
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(BSNP, 2006). Pembelajaran inkuiri yang tepat untuk diberikan kepada peserta
didik SMP adalah jenis inkuiri terbimbing (Yuniarita, 2014) karena Model inkuir i
ini banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi petunjuk,
baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama
proses inkuiri (Suparno, 2007).
Pengintegrasian pendidikan karakter terhadap bahan ajar sebagai penunjang
sarana pembelajaran, selain berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga telah sesuai dengan
prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa yang dikemukakan oleh Kemendiknas (2010), yaitu berkelanjutan, melalui
semua mata pelajaran, nilai dikembangkan, dan dilakukan dengan aktif dan
menyenangkan. Sehingga dengan prinsip ini, peserta didik dapat belajar melalui
proses berpikir, bersikap, dan berbuat.

Four Step Teaching Materials Development (4S-TMD) menurut Anwar

(2014), merupakan langkah pengolahan bahan ajar dengan tahapan berupa proses
seleksi, strukturisasi, karakterisasi, dan reduksi didaktis. Kelebihan dari 4S-TMD

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

tidak hanya menyeleksi materi subjek dari sumber-sumber bahan ajar seperti buku
teks atau buku referensi yang lain, tetapi juga dikembangkan nilai-nilai yang dapat
digali oleh peserta didik saat mempelajari materi subjek tersebut. Tahapan 4S-TMD
tidak berhenti pada proses seleksi, namun terdapat tiga tahapan lain yang digunakan
untuk mengembangkan bahan ajar. Tiga tahapan tersebut masing- masing adalah:
tahapan strukturisasi, tahapan karakterisasi dan tahapan reduksi yang tidak terdapat
dalam cara mengolah bahan ajar lainnya. Ketiga tahapan ini merupakan tahapan
lanjutan yang harus dilakukan guna mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Dalam
tiga tahapan lanjutan ini, melibatkan peserta didik untuk membangun struktur
konsep dalam pikiran peserta didik, mengkarakterisasi konsep materi berdasarkan
tingkat kesulitan menurut peserta didik, dan mengurangi tingkat kesulitan tersebut

agar peserta didik dapat lebih paham dalam memahami konsep materi yang
disajikan pada bahan ajar (Hendri, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan, dan
mengetahui respons peserta didik terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing yang terintegrasi pendidikan karakter
melalui Four Steps Teaching Material Development (4S-TMD).

METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan Research and Development (R &
D) yang langkah-langkah pengembangannya mengadopsi Four Step Teaching
Material Development menurut Anwar (2014) yaitu, (1) Seleksi, yaitu berupa studi

literatur untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, sumber bahan ajar, dan studi konsep tentang tema sistem sonar
pada makhluk hidup, (2) Strukturisasi, yaitu berupa proses penyusunan isi LKPD
yang ditinjau dari aspek kognitif dan karakter berdasarkan indikator yang telah
dikembangkan, (3) Karakterisasi, yaitu berupa proses uji coba terhadap konsepkonsep yang telah disusun pada tahapan sebelumnya, (4) dan reduksi didaktik, yaitu
berupa proses mengurangi atau menghilangkan konsep yang dianggap sulit
berdasarkan hasil pada tahap karakterisasi.


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa metode penelitian R & D pada akhirnya
akan menghasilkan produk tertentu. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini
adalah berupa LKPD IPA Terpadu dengan tema indera pendengaran dan sistem
sonar pada makhluk hidup dengan sebelumnya melakukan pengujian kelayakan
produk dan kelayakan bahan ajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
selain berupa instrumen validasi kelayakan isi, kegrafikan, kelayakan guna, dan
respons peserta didik yang berupa data kuantitatif, juga terdapat instrume n
penelitian yang digunakan pada setiap langkah pengembangan yang dilakukan
berupa data kualitatif; pada tahap seleksi, instrumen yang digunakan adalah
instrumen kesesuaian konsep, indikator, dan kesesuaian kompetensi dasar. Pada
tahap strukturisasi,

instrumen yang digunakan adalah instrumen kesesuaian

sistematika LKPD, dan instrumen yang digunakan pada tahap karakterisasi adalah
berupa instrumen untuk mengetahui keterpahaman terhadap kalimat. Penelitian ini
melibatkan 2 orang ahli, yaitu ahli media dan ahli materi, 1 orang praktisi

pendidikan, dan melibatkan 29 orang peserta didik pada MTs Ma’arif Tanjungsar i.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan mengkonversinya dalam skala
kuantitatif dengan ketentuan yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penskoran Data Kualitatif
Kategori
SS
S
R
TS
STS

Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
5
1
4
2
3
3
2

4
1
5

Skor dari setiap pernyataan, seluruhnya dirata-ratakan dan dinyatakan
dalam bentuk persentase capaian dengan menggunaka n rumus:

Keterangan:
SS

= Skor rata-rata

Sm

= Skor maksimal

%�� =

̅̅̅
��

��

%

Untuk menginterpretasikan persentase tanggapan, digunakan kriteria
yang terdapat pada Tabel 2. berikut ini:

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Tabel 2. Kriteria Tanggapan
Tanggapan Responden (%)
R=0
0 < R < 25
25 < R < 50
R = 50
50 < R < 75
75 < R < 100
R = 100

Kriteria
Tak seorang pun
Sebagian kecil
Hampir setengah
Setengah
Sebagian besar
Hampir seluruh
Seluruh
(Riduwan dalam Muslim, 2014)

Sedangkan untuk data kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini di analisis
dengan metode persentase setiap aspek (Bramianto, 2014), dengan kriteria
penilaian kelayakan LKPD yang di adaptasi dari Kemendikbud (2013) yang
ditunjukkan pada Tabel 3.
��� =

Σ�

Σ













� ℎ

� �
� �

%

Tabel 3. Kriteria Penilaian Kelayakan Bahan Ajar
Persentase
Penilaian
90% < x ≤ 100%
75% < x ≤ 90%
60% < x ≤ 75%
≤ 60%

Kriteria Kelayakan
Sangat Layak
Layak
Cukup Layak
Kurang Layak
(Kemendikbud, 2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah hasil dan pembahasan setiap tahap dari penelitian dan
pengembangan yang telah dilakukan dengan langkah 4S-TMD.
1. Tahap Seleksi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tema indera pendengeran dan
sistem sonar pada makhluk hidup yaitu:
Standar Kompetensi :
Memahami konsep getaran, gelombang,

bunyi,

dan pendengaran,

serta

penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran,
serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan
sehari-hari
2. Melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran, gelombang, dan
bunyi
Indikator :
1. Menjelaskan hubungan antara struktur dan fungsi organ pendengaran pada
manusia
2. Menjelaskan proses mendengar pada manusia
3. Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi pada getaran
4. Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang
longitudinal
5. Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat
gelombang, dan panjang gelombang
6. Menyebutkan karakteristik gelombang bunyi.
7. Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
8. Mengidentifikasi gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari.
9. Mendeskripsikan sistem sonar serta pemanfaatan sistem sonar dalam
teknologi
10. Melakukan percobaan dan pengamatan tentang getaran.
11. Melakukan percobaan dan pengamatan tentang gelombang bunyi.
Setelah melalui proses penilaian

kesesuaian konsep, indikator,

dan

kesesuaian kompetensi dasar oleh ahli, diketahui nilai yang diperoleh adalah 100
(R=100), artinya konsep, indikator, dan kompetensi dasar, seluruhnya telah sesuai.
2. Tahap Strukturisasi
Berdasarkan hasil

seleksi SK, KD, Indikator,

dan nilai

karakter,

dikembangkanlah peta konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan sistematika
penyusunan

isi

LKPD. Peta konsep (Lampiran

1) disusun

berdasarkan

pertimbangan terhadap hirarki konsep yang terdapat pada tema indera pendengaran
dan sistem sonar pada makhluk hidup.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Pembuatan

peta konsep dalam tahap strukturisasi

bertujuan

untuk

membangun struktur kognitif peserta didik berkaitan dengan materi / konsep yang
akan dipelajari (Arifin, 2015). Pada tahap ini pula nilai karakter yang akan
diintegrasikan di strukturisasi bersama Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
agar dapat menunjang pengembangan nilai- nilai karakter pada tiap hirarki konsep
yang telah dipetakan. Karakter yang dipilih untuk diintegrasikan dalam LKPD ini
menggunakan panduan pengembangan nilai oleh Kemendiknas (2010) untuk
jenjang kelas 7-9, yaitu rasa ingin tahu, kerja keras, jujur, disiplin, dan kreatif.
Tabel 4. Strukturisasi Nilai Karakter yang terintegrasi dengan SK dan KD
Standar
Kompetensi

Kompetensi Dasar

Memahami
1. Mendeskripsikan
konsep getaran,
konsep getaran,
gelombang,
gelombang,
bunyi,
dan
bunyi, dan
pendengaran,
pendengaran,
serta
serta
penerapannya
penerapannya
dalam
sistem
dalam sistem
sonar
pada
sonar pada hewan
hewan
dan
dan dalam
dalam
kehidupan seharikehidupan
hari
sehari-hari.
2. Melakukan
pengamatan atau
percobaan
tentang getaran,
gelombang, dan
bunyi

Nilai
Karakter
Rasa Ingin
Tahu

Kreatif

Indikator Nilai
Berdasarkan
Jenjang Kelas 7-9
Mengajukan
pertanyaan untuk
mengetahui tentang
indera pendengaran
dan sistem sonar
pada makhluk hidup
Kreatif dalam
bertanya dan
menyampaikan
pendapat

Rasa Ingin
Tahu

Melakukan
pengamatan untuk
mengetahui indera
pendengaran dan
sistem sonar pada
makhluk hidup
Kerja Keras Melakukan berbagai
upaya
Jujur
Melaporkan hasil
pengamatan dan
percobaan sesuai
dengan kenyataan
Disiplin
Melakukan
pengamatan dan
percobaan sesuai
dengan arahan guru
dan petunjuk
percobaan
(Diadaptasi dan dikembangkan dari Kemendiknas, 2010)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Untuk penilaian terhadap sistematika penyusunan LKPD, diketahui nilai
yang diperoleh adalah 70 (R=70) yang berarti sebagian besar penyusunan hirarki
konsep, pengintegrasian nilai, pemenuhan terhadap aspek LKPD berbasis inkuir i
terbimbing, dan sistematika penulisan dapat diterima.
3. Tahap Karakterisasi
Setelah melewati tahap seleksi dan strukturisasi, disusunlah LKPD yang
akan diujicobakan kepada 29 orang peserta didik pada MTs Ma’arif Tanjungsar i
untuk mengetahui keterpahaman mereka terhadap struktur kata dalam paragraf atau
dalam pertanyaan. Sehingga didapatkanlah data yang berupa paragraf atau
pertanyaan yang harus direduksi. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa nilai yang
diperoleh pada penilaian keterpahaman adalah 80 (R=80), yang berarti hampir
seluruh pertanyaan dan pernyataan dalam paragraf yang menyusun LKPD dapat
diterima.
4. Tahap Reduksi
Pertanyaan dan pernyataan dalam paragraf yang tidak dipahami oleh peserta
didik dan harus direduksi adalah berkaitan dengan (1) pertanyaan yang kurang jelas
(penggunaan diksi), (2) kalimat yang menjelaskan konsep yang bersifat abstrak
tanpa disertai contoh dan gambar / ilustrasi, serta (3) pemakaian diksi dalam
menyusun langkah pengamatan dan percobaan yang kurang tepat.
Jumlah pertanyaan dan pernyataan yang harus direduksi ditunjukkan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Reduksi Pertanyaan dan Pernyataan LKPD
Kegiatan
Jumlah pertanyaan dan
pernyataan yang
direduksi

1

2

3

4

1

2

3

2

Pertanyaan dan pernyataan yang telah direduksi kemudian disusun kembali
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik.
Setelah 4 tahapan pengembangan dilewati, produk yang dikembangka n
kemudian divalidasi kepada ahli media dan ahli materi, berikut ini adalah hasil
validasi media yang disajikan pada Gambar 2.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

120%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%
80%

60%
40%
20%
0%

Gambar 2. Hasil Validasi Ahli Media
Berdasarkan hasil validasi terhadap desain LKPD yang dikembangka n
diketahui bahwa persentase nilai untuk tiap aspek, yaitu desain sampul, desain isi,
kelugasan bahasa, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan kaidah bahasa, dan
persentase penilaian pada aspek penggunaan istilah, simbol dan ikon adalah, 100%
sehingga rerata dari persentase hasil validasi media adalah 100% dengan kategori
“Sangat Layak”. Contoh dari desain LKPD terdapat pada Lampiran 2. Hasil validasi
ahli materi selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
120%
100%

80%

89%

94%

94%

100%

100%

100%

100%

70%

60%
40%
20%

0%

Gambar 3. Hasil Validasi Ahli Materi
Berdasarkan hasil validasi terhadap materi (isi) LKPD yang dikembangka n,
persentase untuk aspek kesesuaian materi dan SK-KD adalah 89%, keakuratan
materi 94%, kemutakhiran materi 94%, mendorong rasa ingin tahu 100%, teknik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

penyajian 70%, pendukung penyajian 100%, pendukung pembelajaran 100%, dan
aspek koherensi mendapatkan persentase nilai sebesar 100%. Sehingga rerata untuk
validasi materi adalah 93,75% dengan kategori “Sangat Layak”. Contoh dari isi
LKPD terdapat pada Lampiran 3. Berikut ini adalah hasil penilain praktisi
pendidikan yang disajikan pada Gambar 4.
120%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

80%
70%

80%
60%
40%
20%
0%

Gambar 4. Hasil Penilaian Praktisi Pendidikan
Berdasarkan hasil penilaian praktisi pendidikan diketahui bahwa, persentase
nilai untuk kualitas isi adalah 100%, kebenaran konsep 100%, kedalaman materi
80%, penggunaan bahasa 100%, kemudahan penggunaan 100%, karakteristik
inkuiri

terbimbing

70%, kemenarikan

desain 100%, dan aspek koherensi

mendapatkan persentase nilai sebesar 100%. Sehingga rerata untuk penilaia n
praktisi pendidikan adalah sebesar 93,75% dengan kategori “Sangat Layak”.
98%
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%
82%
80%

97%
93%
90%

86%

86%

Respons Peserta Didik

Gambar 5. Hasil Respons Peserta Didik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Berdasarkan hasil respons peserta didik, diketahui bahwa bahasa sebanyak
86% peserta didik menilai LKPD mudah dipahami, 97% menilai mudah di baca,
90% mempermudah belajar, 86% menilai LKPD menjadikan belajar lebih terarah,
dan 93% menilai LKPD yang dikembangkan semakin memotivasi untuk belajar.
Sehingga rerata dari respons peserta didik adalah 90,4% dengan kategori “Sangat
Baik”.

KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulka n
bahwa produk yang dikembangkan, yaitu berupa LKPD dengan tema indera
pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup terkategori “Sangat Layak” dan
respons peserta didik terhadap produk terkategori “Sangat Baik”.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 2014. Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan
Ajar SPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arifin. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Pada Tema Udara Melalui
Four Step Teaching Material Development. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, 2(1).
Bramianto, Erix Triadi. 2014. Pengembangan Media Komputer Pembelajaran
(CAI) pada mata pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(1):
31-45
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan
Pembelajaran SMP . Jakarta: Depdiknas.

Pelaksanaan

Materi

Hartati, Risa. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelaja ran
IPA Terpadu Siswa SMP. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015, 505-508.
Hendri, Silvana, Setiawan, Wayan. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tema Gempa
Bumi Menggunakan Four Step Teaching Materials Development. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 12(1): 65-76.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

Kemendikbud. 2013. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Kemendikbud
Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas RI.
Muslim. 2014. Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi
Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. Disertasi UPI: Tidak
diterbitkan.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian & Pengembangan.Bandung: Alfabeta
Suparno,

Paul. 2007. MetodologiPembelajaran Fisika Konstruktivistik &
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
---------. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Bandung: Bumi Aksara
Wang, Hei-Chia, Hsu, Shien-Wei. 2006. Teaching-Material Design Center: An
ontology - based system for customizing reusable e-materials. Elsevie r
Computers & Education Journal, 46(2): 458-470
Yuliati. 2013. Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu Terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9(1): 5357
Yuniarita. 2014. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatka n
Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1):
111-116

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung

A.

INDRA PENDENGAR
DAN SISTEM SONAR
MAKHLUK HIDUP

LAMPIRAN 1: PETA KONSEP

Frekuensi

ORGAN PENDENGARAN
MANUSIA

memiliki

GETARAN

Terdiri dari

Periode

merambat melalui

Telinga
Luar

Telinga
Tengah

Telinga
Dalam

BUNYI

Amplitudo

GELOMBANG

Berdasarkan
frekuensi

Berdasarkan
pemantulan

Infrasonik

Gaung

Berdasarkan energinya

Audiosonik

Daun
Telinga

Saluran
Telinga

Gema

meliputi

meliputi

meliputi

Organ
Korti

Rumah
Siput

Gelombang
elektromagnetik

Gelombang
Mekanik

Ultrasonik

meliputi

SISTEM
SONAR
Gendang
Telinga

Tulang
Telinga

Saluran
Eustachius

Terdiri dari

Martil

Landasan

Sanggurdi

Gelombang
Transversal

Gelombang
Longitudinal

Ekolokasi

manfaat

Mengukur
Kedalaman
Laut

Tes USG

B. LAMPIRAN 2: CONTOH DESAIN LKPD

C. LAMPIRAN 3: CONTOH ISI LKPD

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2016 Hal 37-58
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung