Sejarah Perkembangan Peradaban Sains Isl

Sejarah Perkembangan
Peradaban Sains Islam dan
Lahirnya Ilmu Kimia
(Paper Kimia)
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mandiri Kimia

Oleh : Yusyril Dwi Kurniawan
YAYASAN HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG
PESANTREN TEBUIRENG 2
UNIT SMA TRENSAINS TEBUIRENG 2
2014

A. Latar Belakang
Saat bicara tentang perkembangan kebangkitan Islam, maka hal yang
dibahas mulai dari bangkitnya, berkembang, dan hancurnya. Pertama-tama, mulai
dari bangkitnya sains di dunia islam. Namun yang perlu didefinisikan terlebih dahulu
adalah apa yang sebenarnya disebut dengan “bangkit”. Sebab, jangan-jangan,
makna kata “bangkit” itu sendiri sudah kabur di benak banyak kaum Muslimin.
Seperti kaburnya makna kata “kemajuan”, “pembangunan”, “kebebasan”, dan
sebagainya.
Misalnya negara-negara Barat yang mendefinisikan makna “kemajuan” ,

“bangkit” secara matrealistik. Mereka membagi bagi negara di dunia menjadi negara
maju, negara berkembang, negara terbelakang. Tentu saja, ukuran – ukuran yang
digunakan merupakan ukuran kemajuan materi. Faktor akhlak tidak dimasukkan
dalam ukuran “kemajuan” atau “pembangunan”. Jadi, jika suatu negara sudah
dikatakan maju yang dimaksudkan adalah kemajuan materi, khususnya sains,
teknologi, ekonomi, serta rata-rata pendidikan masyarakatnya. Padahal, secara
akhlak negara itu hancur berantahkan.
Kita, kaum muslimin yang memiliki keimanan dan menjunjung tinggi akhlak,
seharusnya tidak kalah dengan dunia barat yang serba gemerlap dalam dunia
materi. Begitu pula dalam hal sains dan teknologi yang akhir-akhir ini kaum muslimin
tertinggal jauh dengan dunia barat yang perkembangan sains dan teknologinya
begitu pesat. Namun, jika kita menengok kembali ke zaman dimana kaum muslimin
yang memegang puncak ilmu pengetahuan pada zamannya sekitar abad ke-7.
Disaaat dunia barat masih berada pada zaman kegelapan. Kepeloporan dan
keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad
itu. Yang telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inofatif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam tak bertahan lama. Karena
diakibatkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal yang menyebabkan
mundurnya sains di dunia islam.

Serta sejarah lahirnya ilmu kimia. Ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi. Serta
karena ilmu kimia itulah menyebabkan lahirnya metode ilmiah dalam menyelesaikan
suatu permasalahan secara ilmiah.

B. Tujuan
Penyusun memiliki beberapa tujuan dalam menyusun paper ini. Tujuan-tujuan
tersebut antara lain :
a. Dalam rangka memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh guru.

b. Untuk melatih dan mengenalkan bagaimana membuat sebuah karya tulis ilmiah
dengan baik dan benar.
c. Untuk menambah wawasan tentang perkembangan sains di dunia islam dan juga
sejarah lahirnya kimia.
d. Untuk membangkitkan kembali semangat kaum muslimin dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi.
e. Untuk menambah wawasan tentang sejarah lahirnya ilmu kimia

C. Pembahasan
a. Kebangkitan Sains Islam

Sains adalah aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia
yang dimotivasi oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan
untuk memahami alam tersebut; serta keinginan untuk memanipulasi alam dalam
rangka memuaskan keinginan atau kebutuhannya.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan
dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi
kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya karena Allah
telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling
melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi.
Penerapan sains dalam dunia modern telah menghasilkan banyak
teknologi yang membuat kehidupan manusia lebih baik, lebih nyaman dan aman.
Oleh karena itu, sains merupakan sebuah karunia dari Allah SWT.
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis
untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam AlQuran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam
surat Al-Anbiya ayat 80, yang artinya : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud
membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu;
Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Bagian dasar dari kesaksian iman Islam , la ilaha illallah (“Tak ada Tuhan
selain Allah”), adalah sebuah pernyataan pengetahuan tentang realitas. Orang

islam memandang berbagai sains, ilmu alam, ilmu sosial, dan yang lainnya
sebagai beragam bukti yang menunjuk pada kebenaran bagi pernyataan yang
paling fundamental dalam Islam.
Kesadaran beragama orang Islam pada dasarnya adalah kesadaran akan
Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan semangat religius,
karena ia merupakan bagian terpadu dengan Keesaan Tuhan itu. Memiliki
kesadaran akan Keesaan Tuhan berarti meneguhkan kebenaran bahwa Tuhan
adalah Satu dalam Esensi-Nya dalam Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, dan
dalam Perbuatan-Nya. Satu konsekuensi penting dari pengukuhan kebenaran
sentral ini adalah bahwa orang harus menerima realitas objektif kesatuan alam
semesta. Sebagai sumber ilmu pengetahuan, agama bersifat empatik ketika
mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini saling berkaitan dalam
jaringan kesatuan alam melalui hukum-hukum kosmis yang mengatur mereka.
Semangat ilmiah para ilmuwan dan sarjana muslim pada kenyataannya
mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid. Tak diragukan bahwa, secara
religius dan historis, asal-usul dan perkembangan semangat ilmiah dalam Islam

berbeda dari asal-usul dan perkembangan hal yang sama di Barat. Tak ada yang
lebih baik dalam mengilustrasikan sumber religius semangat ilmiah dalam islam
ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat dalam ilmu-ilmu

agama.
Orang islam mulai menaruh perhatian pada ilmu-ilmu alam secara serius
pada abad ke-3 Hijriah (abad ke-9 Masehi). Tetapi pada saat itu mereka telah
memiliki sikap ilmiah dan kerangka berpikir ilmiah, yang mereka warisi dari ilmuilmu agama. Semangat untuk mencari kebenaran dan objektivitas, pada bukti
empiris yang memiliki dasar yang kuat, dan pikiran yang terampil dalam
pengklasifikasian merupakan sebagian ciri yang amat luar biasa dari para
ilmuwan. Muslim awal sebagaimana yang dapat dilihat dengan jelas dalam
kajian-kajian mereka tentang Fiqih dan hadis Nabi.
Dalam Islam, logika tak pernah dianggap berlawanan dangan keyakinan
agama. Di kalangan para filosof dan ilmuawan muslim, logika senantiasa
dipandang sebagai suatu alat berfikir ilmiah yang tak dapat dikesampingkan.
Mereka juga memandang logika sebagai bentuk hikmah (kebijakan), sebentuk
pengetahuan yang amat diagungkan oleh Al-qur’an. Dalam menggunakan logika,
mereka sangat memperhatikan kejelasan dan konsistensi sebagaimana halnya
terhadap kebenaran dan kepastian. Mereka juga menyadari fakta bahwa logika
adalah sebuah instrument bermata dua yang dapat menyajikan kebeneran
maupun kekeliruan.
Logika dikembangkan oleh para filosof dan ilmuwan muslim di dalam
kerangka kesadaran religius. Sebuah fungsi nyata logika dalam hubungannya
dengan kebenaran agama adalah untuk membantu menjelaskan rasionalitas dan

menjelaskan seluruh konsistensi pada hal-hal yang secara lahiriah tampak tidak
logis dan kontradiktif.
Penting untuk diperhatikan bahwa al-burhan , istilah yang digunakan
dalam logika muslim untuk menunjukkan metode ilmiah demonstrasi atau bukti
demonstratif, adalah berasal dari Al-Qur’an. Menurut Al-Ghazzali, istilah AlQur’an al-mizan, yang biasanya diterjemahkan sebagai timbangan, merujuk
antara lain logika. Logika adalah timbangan yang dengannya manusia
menimbang ide-ide dan pendapat-pendapat untuk sampai pada pertimbangan
atau penilaian yang benar. Luasnya penggunaan logika tidak membawa pada
semacam rasinalisme dan logisisme seperti yang kita temukan di Barat modern
secara persis, karena penggunaan rasio tidak pernah dipisahkan dengan
keimanan pada wahyu ilaih. Para sarjana muslim diilhami oleh kesadaran religius
yang kuat, mereka pada umumnya meneguhkan gagasan superioritas wahyu
ilaih atas rasio wahyu. Demikian pula halnya, pentingnya pemikiran logis tidak
mematikan semangat eksperimentasi di kalangan ilmuwan muslim.
Lama sebelum Roger Bacon memperkenalkan dan mempopulerkan
metode eksperimen ke dunia sains Eropa, studi-studi empiris tentang alam, yakni
studi-studi yang didasarkan pada observasi dan eksperimentasi yang sering
disebut dengan Metode ilmiah, sudah tersebar luas di dunia muslim. Studi-studi
seperti itu tentu dilakukan oleh orang-orang islam dalam skala yang jauh lebih
besar daripada yang pernah diupayakan dalam seluruh peradaban sebelumnya.

Sebagaimana luasnya penggunaan logika tidak membawa pada
rasionalisme secular yang memberontak terhadap Tuhan dan agama, demikian
pula luasnya praktik eksperimentasi tidak menggiring pada sebuah empirisme
yang memandang pengalaman indrawi sebagai satu-satunya sumber

pengetahuan. Epistemologi Islam tradisional memberikan semua pengamanan
yang diperlukan untuk mencegah penyimpangan filosofis semacam itu. Islam
adalah agama kesatuan (tauhid) dan keseimbangan (I’tidal). Dengan demikian, ia
menegakkan gagasan hirarki dan kesatuan pengetahuan dan cara-cara untuk
mengetahui. Semua jalan yang mungkin untuk menuju pengetahuan diakui
dengan sewajarnya, dan masing-masing disesuaikan dengan tempat dan
fungsinya ysng absah dalam skema epistemologi Islam.
Pemikiran logis, analisis matematis, observasi, eksperimentasi, dan
bahkan interpretasi rasional terhadap Kitab Suci Al-Qur’an semuanya memiliki
peran yang sah dalam upaya ilmiah para ilmuwan muslim awal. Selama orang
muslim berpegang dengan setia pada semangat tauhid yang sejati, menerapkan
keimanan tersebut pada gagasan tentang hierarki dan kesatuan pengetahuan,
mereka terbebas dari kemalangan dan situasi intelektual yang berbahaya di
mana suatu cara untuk menegetahui dikukuhkan dengan mengorbankan cara
yang lain, atau keabsahan sebagian cara dinafikan demi menegakkan

keunggulan cara-cara lain.
Selaras dengan prinsip tauhid, orang muslim meyakini bahwa hanya
Tuhanlah yang Mutlak dan bahwa semua yang lain adalah nisbi (kebenaran
relatif). Sebagai Kebenaran Mutlak (Al-Haqq), Tuhan merupakan sumber dari
semua kebenaran lain yang, meski demikian, mengakui adanya suatu hierarki
atau tingkatan-tingkatan kenisbian.
Selain dari faktor yg telah dijelaskan diatas tersebut, sains bangkit di
dunia islam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, pendirian sekolah di
Irak, Syiria, dan Mesir. Pendirian secara besar-besaran sekolah menunjukkan
pemerintahan Islam disaat itu sudah menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan.
Kedua, adanya dukungan dari Pemerintah. Seperti faktor yang pertama
merupakan contoh dari dukungan Pemerintah, dan juga pemerintah selalu
memfasilitasi masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan saat itu sangat dijunjung tinggi. Ketiga,
penerjemahan buku milik filsuf-filsuf Yunani dan orang-orang Barat secara besarbesaran di Bait Al-Hikmah. Islam tak pernah menolak ilmu yang berasal dari
mana pun, walaupun ilmu tersebut berasal dari para filsuf Yunani yang memiliki
kepercayaan dan iman yang berbeda dengan umat islam, namun yang terpenting
ilmu mereka itu benar dan berguna.

b. Kemunduran Sains Islam


Kemunduran sains di dunia islam dipengaruhi oleh lima faktor. Pertama,
Perpecahan internal serta tekanan dari luar (faktor eksternal). Pada zaman disaat
Sains islam mengalami kemunduran, umat islam terpecah menjadi banyak
golongan dan mahzab. Setiap golongan memiliki prinsip dan ideologi masingmasing dan menganggap bahwa golongan yang mereka anut merupakan
golongan paling sempurna. Maka terjadilah perpecahan antara umat muslim
pada saat itu hingga mereka tak lagi memikirkan tentang ilmu pengetahuan,
mereka hanya saja memikirkan golongan yang mereka anut dan mencari
kelemahan dari golongan lainnya, dan ilmu pengetahuan pun tak berkembang.
Adapun tekanan dari luar yang juga berpengaruh terhadap mundurnya sains di
dunia islam. Tekanan yang membuat jatuhnya peradaban Islam adalah Perang
Salib, yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 12201300an. Perang salib pada dasarnya merupakan imperialism barat yang

ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan meteri dengan menggunakan agama
sebagai medium psikologisnya. Sedangkan serangan Mongol hanya perebutan
wilayah kekuasaan. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah
berakhir.
Kedua, Kehilangan ideologi. Umat islam yang awalnya bersatu, memiliki satu
ideology yang sama namun setelah perpecahan mereka sudah lupa ideologi
antara mereka semua, mereka hanya mengakui ideology dari golongannya

masing-masing.
Ketiga, Kesulitan ekonomi. Pemerintahan islam yang pada saat itu kewalahan
dengan adanya perpecahan internal dan juga kaum agama lain yang mendesak
umat islam dalam peperangan membuat Pemerintah kehabisan dana dan
mengakibatkan kesulitan ekonomi yang terjadi pada umat islam. Muncul
kemiskinan, kelaparan dimana mana. Dan juga banyak pejabat yang melakukan
korupsi.
Keempat, Pemerintahan yang tak jelas. Dari sisi pemerintahan juga sudah
tidak mencerminkan agama islam itu sendiri. Banyak pejabat-pejabat yang
melakukan korupsi, mengambil uang rakyat untuk dirinya sendiri. Dan juga
perbuatan para pemimpin yang buruk, hingga mereka tidak dapat mengendalikan
umat islam juga. Kelima, Keterpencilan. Tidak adanya akses informasi bagi umat
islam

c. Tokoh Ilmuan Islam

Dalam perkembangan sains di dunia islam banyak menciptakan ilmuwanilmuwan yang produktif dan inofatif, hal ini juga disebabkan oleh dukungan positif
dari Pemerintahan islam. Berikut ini beberapa ilmuwan islam yang paling terkenal
di dunia Barat.
 Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu

Haitham (Basra,965 – Kairo 1039).
Dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan
nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains,
falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula
melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham
kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop serta teleskop. Bidang lain: Physics,Optics, Mathematics.
 Abu Musa Jabir bin Hayyan / Jabir Ibnu Hayyan.
Orang-orang Eropa menamakannya Gebert, ia hidup antara tahun
721-815 M. Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan
mengembangkan dunia Islam yang pertama. Ilmu tersebut kemudian
berkembang dan kita mengenal sebagai ilmu kimia. Bidang keahliannya,
(dimana dia mengadakan peneltian) adalah bidang : Logika, Filosofi,
Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya
 Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (780 – 850)
Seorang pakar dalam bidang matematik, astronomi dan geografi dari
Iran. Al-Khawarizmi juga dikenali sebagai bapa algebra. Orang Eropa
menyebutnya dengan Al Gorisma. Nama itu kemudian dipakai orang-orang
barat dalam arti kata Aritmatika atau ilmu hitung. Mengapa ? Karena dia
adalah seorang muslim yang pertama-tama dan ternama dalam ilmu
Matematika dan ilmu hitung. Bukunya yang terkenal berjudul Al-jabar Wal
Muqobalah, kemudian buku tersebut disalin oleh orang-orang barat dan
sampai sekarang ilmu itu kita kenal dengan nama Al-Jabar.

 Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (980 - 1037 M)
Dikenali sebagai Ibnu Sina atau "Avicenna" di dunia barat merupakan
salah seorang pakar sains dari Uzbekistan yang hidup antara tahun 980 1037 M. Ibnu Sina menguasai pelbagai ilmu pengetahuan termasuk bahasa,
sastra, falsafah tetapi beliau lebih menonjol dalam bidang kedokteran. Maha
karya beliau yang berjudul Al Qanun fi al-Tibb telah diterjemahkan ke
berbagai bahasa di dunia dan buku beliau menjadi rujukan serta pondasi dari
kedokteran seluruh dunia. Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku
yang diberi judul al-Adwiyat al-Qalbiyyah ("The Remedies of the Heart") yang
berisi tentang perobatan. Dalam buku itu, beliau telah menceritakan dan
menguraikan 760 jenis penyakit bersama dengan cara untuk mengobatinya.
Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu perobatan
saja, tetapi turut merangkumi bidang dan ilmu lain seperti metafisik, musik,
astronomi, philologi (ilmu bahasa), syair, prosa, dan agama. Ini dapat
diperhatikan dalam sebuah lagi kitab agung beliau berjudul Kitab al-Syifa
(Bahasa Arab: ‫ )کتاب الشفاء‬yang isinya berupa kaitan antara sains dan
falsafah.

d. Lahirnya Ilmu Kimia

Sejarah kimia dimulai lebih dari 4000 tahun yang lalu dimana bangsa Mesir
mengawali dengan the art of synthetic “wet” chemistry. 1000 tahun SM,
masyarakat purba telah menggunakan tehnologi yang akan menjadi dasar
terbentuknya berbagai macam cabang ilmu kimia. Ekstrasi logam dari bijihnya,
membuat keramik dan kaca, fermentasi bir dan anggur, membuat pewarna untuk
kosmetik dan lukisan, mengekstraksi bahan kimia dari tumbuhan untuk obatobatan dan parfum, membuat keju, pewarna, pakaian, membuat paduan logam
seperti perunggu.
Mereka tidak berusaha untuk memahami hakikat dan sifat materi yang
mereka gunakan serta perubahannya, sehingga pada zaman tersebut ilmu kimia
belum lahir. Tetapi dengan percobaan dan catatan hasilnya merupakan sebuah
langkah menuju ilmu pengetahuan.
Para ahli filsafat Yunani purba sudah mempunyai pemikiran bahwa materi
tersusun dari partikel-partikel yang jauh lebih kecil yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi (atomos). Namun konsep tersebut hanyalah pemikiran yang tidak ditunjang
oleh eksperimen, sehingga belum pantas disebut sebagai teori kimia.
Ilmu kimia sebagai ilmu yang melibatkan kegiatan ilmiah dilahirkan oleh para
ilmuwan muslim bangsa Arab dan Persia pada abad ke-8. Salah seorang bapak
ilmu kimia yang terkemuka adalah Jabir ibn Hayyan (700-778), yang lebih dikenal
di Eropa dengan nama Latinnya, Geber. Ilmu yang baru itu diberi nama al-kimiya
(bahasa Arab yang berarti “perubahan materi”). Dari kata al-kimiya inilah segala
bangsa di muka bumi ini meminjam istilah: alchemi (Latin), chemistry (Inggris),
chimie (Perancis), chemie (Jerman), chimica (Italia) dan kimia (Indonesia).
Sejarah kimia dapat dianggap dimulai dengan pembedaan kimia dengan
alkimia oleh Robert Boyle (1627–1691) melalui karyanya The Sceptical Chymist
(1661). Baik alkimia maupun kimia mempelajari sifat materi dan perubahanperubahannya tapi, kebalikan dengan alkimiawan, kimiawan menerapkan metode
ilmiah.

Pada tahun 1789 terjadilah dua jenis revolusi besar di Perancis yang
mempunyai dampak bagi perkembangan sejarah dunia. Pertama, revolusi di
bidang politik tatkala penjara Bastille diserbu rakyat dan hal ini mengawali
tumbuhnya demokrasi di Eropa. Kedua, revolusi di bidang ilmu tatkala Antoine
Laurent Lavoisier (1743-1794) menerbitkan bukunya, Traite Elementaire de
Chimie, hal ini mengawali tumbuhnya kimia modern. Dalam bukunya Lavoisier
mengembangkan hukum kekekalan massa. Penemuan unsur kimia memiliki
sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel
periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.
Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada
pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawanalkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus)
mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan
mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan
pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan
membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun
demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine
Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan
unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan
diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun
1869.
Ilmu kimia berkembang dari tiga sumber, yaitu alchemy/alkimia, ilmu
kedokteran dan kemajuan teknologi.
Alkimia adalah protosains yang menggabungkan unsur-unsur kimia, fisika,
astrologi, seni, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme, dan agama.
Kata alkimia berasal dari Bahasa Arabal-kimiya atau al-khimiya (‫ الكيمياء‬atau
‫)الخيمياء‬, yang mungkin dibentuk dari partikel al- dan kata Bahasa Yunani
khumeia (χυμεία) yang berarti “mencetak bersama”, “menuangkan bersama”,
“melebur”, “aloy”, dan lain-lain (dari khumatos, “yang dituangkan, batang logam”).
Etimologi lain mengaitkan kata ini dengan kata “Al Kemi”, yang berarti “Seni
Mesir”, karena bangsa Mesir Kuno menyebut negerinya “Kemi” dan dipandang
sebagai penyihir sakti di seluruh dunia kuno.

D. Kesimpulan
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang Alam,
yang berawal dari motivasi keingintahuan manusia tentang sekitar mereka dan
memahaminya, serta keinginan untuk mengolah dan memanipulasi alam dalam
rangka memuaskan keinginannya dan kebutuhannya.
Seperti yang telah kita ketahui sejauh ini, kemajuan Sains dan teknologi
berpengaruh terhadap kesejahteraan kehidupan manusia. Umat Islam yang
memiliki kitab suci berupa Al-Quran, juga berisi landasan-landasan sains dan
teknologi itu sendiri. Maka dari itu umat islam dalam mengembangkan sains
harus menggali dan mengkaji Al-Quran tersebut yang sudah jelas kebenarannya.
Munculnya semangat ilmiah dalam umat muslim tak lepas dari kesadaran
religius, tentang Keesaan Tuhan. Kesadaran akan Keesaan Tuhan berarti
meneguhkan kebenaran bahwa Tuhan adalah Satu dalam Esensi-Nya dalam

Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, dan dalam Perbuatan-Nya. Satu konsekuensi
penting dari pengukuhan kebenaran sentral ini adalah bahwa orang harus
menerima realitas objektif kesatuan alam semesta. Dilihat dari asal-usul dan
perkembangan semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal-usul dan
perkembangan hal yang sama di Barat. Tak ada yang lebih baik dalam
mengilustrasikan sumber religius dan semangat ilmiah menjadi sebuah
keterpaduan.
Orang islam mulai menaruh perhatian pada ilmu-ilmu alam secara serius
pada abad ke-3 Hijriah (abad ke-9 Masehi). Tetapi pada saat itu mereka telah
memiliki sikap ilmiah dan kerangka berpikir ilmiah, yang mereka warisi dari ilmuilmu agama. Semangat untuk mencari kebenaran dan objektivitas, pada bukti
empiris yang memiliki dasar yang kuat, dan pikiran yang terampil dalam
pengklasifikasian merupakan sebagian ciri yang amat luar biasa dari para
ilmuwan.
Kemajuan Sains di dunia islam juga dipengaruhi oleh penggunakan logika
secara besar-besaran oleh ilmuwan muslim. Namun, penggunaan logika
dikalangan ilmuwan muslim tidak membawa pada rasionalisme sekular yang
memberontak terhadap Tuhan dan agama seperti yang terjadi di Barat.
Pemikiran logis, analisis matematis, observasi, eksperimentasi, dan bahkan
interpretasi rasional terhadap Kitab Suci Al-Qur’an semuanya memiliki peran
yang sah dalam upaya ilmiah para ilmuwan muslim awal
Faktor yang juga mempengaruhi kemajuan sains di dunia islam berupa,
pendirian sekolah di Irak, Syiria, dan Mesir, adanya dukungan dari Pemerintah,
penerjemahan buku milik filsuf-filsuf Yunani dan orang-orang Barat secara besarbesaran di Bait Al-Hikmah. Perkembangan sains di dunia islam juga melahirkan
ilmuwan-ilmuwan yang kreatif, inovatif, produktif, dan juga memiliki keimanan
yang tinggi, seperti Ibnu Sina, Ibnu Al-Haitham, Jabir bin Hayyan, Al-Khawarizmi.
Secara garis besar, kemunduran sains di dunia islam disebabkan oleh lima
faktor sebagai berikut, Perpecahan internal dalam umat islam serta tekanan dari
luar (faktor eksternal), kehilangan ideologi, kesulitan ekonomi, pemerintahan
yang tak jelas, keterpencilan umat islam.
Sejarah kimia dimulai sekitar 4000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. 1000
tahun SM, masyarakat purba telah menggunakan tehnologi yang akan menjadi
dasar terbentuknya berbagai macam cabang ilmu kimia. Namun Mereka tidak
berusaha untuk memahami hakikat dan sifat materi yang mereka gunakan serta
perubahannya, sehingga pada zaman tersebut ilmu kimia belum lahir.
Ilmu kimia sebagai ilmu yang melibatkan kegiatan ilmiah dilahirkan oleh para
ilmuwan muslim bangsa Arab dan Persia pada abad ke-8. Salah seorang bapak
kimia yang terkemuka ialah Jabir ibn Hayyan (700-778). Ilmu yang baru itu diberi
nama al-kimiya (bahasa Arab yang berarti “perubahan materi”). Dari kata alkimiya inilah segala bangsa di muka bumi ini meminjam istilah: alchemi (Latin),
chemistry (Inggris), chimie (Perancis), chemie (Jerman), chimica (Italia) dan
kimia (Indonesia).

Dengan perkembangannya, ilmu kimia inilah yang melahirkan suatu metode
untuk mengetahui, menyelidiki sesuatu yang dinamakan metode ilmiah.
Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai
puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri
Mendeleyev pada tahun 1869.

E. Daftar Pustaka
Bakar, Osman. 1991. Tawhid and Science : Essays on the History and
Phillosophy of Islamic Science, terjemahan Yuliani Liputo dengan judul “ Tauhid
dan Sains : Esai – Esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam. Bandung :
Pustaka Hidayah.
http://liputanislam.com/kajian-islam/sejarah/perkembangan-sains-dan-teknologidalam-sejarah-islam-klasik-1/
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkemi
http://hergianiq.blogspot.com/2012/11/faktor-penyebab-kemunduran-islam.html
http://forum.kompas.com/sains/40717-101-ilmuwan-yangterlupakan.html