Gambaran Kebiasaan Merokok di Kalangan Perempuan Muda di Kota Medan Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Rokok
Pengertian rokok dari Kamus Dewan Bahasa Indonesia, 2014 adalah

gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas daun nipah dan sebagainya.
Merokok merupakan kata kerja yang dilakukan dengan menghisap gulungan
tembakau yang dibalut dengan kertas daun nipah dan sebagainya (Kamus Dewan
Bahasa Indonesia, 2014).

2.1.1. Bahan-bahan Yang Terkandung Dalam Rokok
Rokok diperbuat daripada gulungan tembakau yang telah siap difermentasi
selama 1 hingga 3 tahun terbukti kandungan rokok mempunyai sekitar 2500
komponen bahan berbahaya kepada kesihatan tubuh kita terutamanya asap rokok
yang dihisap (Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A.S., 2010). Rokok dihidupkan
dengan memulakan pembakaran pada ujung batang rokok, dimana pembakaran
tersebut tidak menukarkan 1100 komposisi bahan kimia berbahaya yang
terkandung dalam asap rokok dan sisa selebihnya iaitu 1400 bahan kimia lain

mengalami perubahan komposisi dan bereaksi untuk membentuk bahan komposisi
yang baru (Samsuri Tirtosastro, S dan Murdiyati, A.S., 2010). Menurut
Mulyaningsih, T.R. (2009), kandungan asap rokok mempunyai lebih dari 5000
bahan kimia yang berbahaya dan lebih dari 40 bahan didalam asap rokok tersebut
adalah bersifat karsinogik.
Untuk menjaminkan mutu dan aroma rokok yang sedap dan wangi, banyak
pihak pengeluaran rokok membuat pelbagai adaptasi dari segi rasa dan aroma
rokok. Rokok yang diperbuat dari pelbagai jenis tembakau akan memberikan rasa
dan aroma yang berbeda. Bahan tambahan lain seperti menthol dan cengkih
banyak digunakan untuk memberikan rasa yang berbeda pada setiap rokok. Rasa
dan aroma yang harum, wangi dan menyegarkan merupakan pilihan utama dalam

Universitas Sumatera Utara

penghasilan rokok dengan jenis tembakau yang bermutu tinggi (Tirtosastro, S. dan
Murdiyati, A.S., 2010). Tembakau yang ditanam dan dikeringkan turut
mengandungi bahan kimia yang berupa residu dari pertumbuhan tanaman
tembakau tersebut seperti pestisida, fumigan dan insektisida (Mulyaningsih, T.R.,
2009).
Kualiti tembakau yang dipilih dan digunakan dalam penghasilan rokok

amat mempengaruhi aroma dan rasa rokok, maka pemilihan jenis tembakau akan
mempengaruhi zat-zat lain yang terkandung dalam rokok (Tirtosastro, S dan
Murdiyati, A.S., 2010). Zat-zat yang terkandung dalam tembakau rokok adalah
senyawa nitrogen (nikotin, protein), senyawa karbohidrat (pati, pektin, selullosa,
gula), resin dan minyak atsiri dan zat warna.
Menurut Tirtosastro, S. et al., nikotin yang terkandung dalam rokok akan
menyebabkan ketagihan dimana ia akan merangsang psikologis perokok manakala
rasa mengigit atau pedas pada tenggorakkan disebabkan oleh protein. Senyawa
protein ini harus ditukarkan ke asam amino atau amida bagi mengurangkan rasa
pedas dan mengigit tadi. Senyawa karbohidrat seperti gula akan memberi rasa
enak pada rokok, tetapi kandungan gula yang tinggi juga akan memberi rasa yang
jelek dan boleh menyebabkan irritasi pada tenggorakkan. Kandungan sellulosa
yang tinggi dalam rokok juga akan merugikan rasa dan aroma pada rokok. Resin,
minyak atsari dan zat warna akan memberikan bau wangi dan campuran yang
berbeda akan memberikan rasa enak pada mulut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Kandungan tembakau, unsur kimia dalam rokok
Golongan


Kandungan (%)

Selulose
Gula
Trigliserida
Protein
Nikotin
Pati
Abu (Ca, K)
Bahan Organik
Lilin
Pektinat, polifenol,
flavon, karotenoid,
minyak atsiri, paraffin,
sterin dll.

7,0 – 16,0
0,0 – 22,0
1,0

3,5 – 20,0
0,6 – 5,5
2,0 – 7,0
9,0 – 25,0
7,0 – 25,0
2,5 – 8,0

Dampak Terhadap
Mutu Rokok
+
+
+
+
+/+

7,0 – 12,0

+/-

Sumber: Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A.S. (2010)


Menurut Mulyaningsih, T.R. (2009), unsur logam seperti Bromin (Br),
Natrium (Na), Kalium (K), Besi (Fe), Kobalt (Co), Skandium (Sc), Stontium (Sr),
Kromium (Cr), Seng (Zn), Tantalum (Ta), Emas (Au) dan Lantanum (La)
merupakan bahan torsinogenik yang terdapat hampir dalam semua jenis rokok
buatan terutama dari negara Amerika iaitu dari Philips Morris International (PMI)
dimana produk rokok ini sudah pun berada di pasaran umum di Indonesia.
Kandungan bahan berbahaya ini adalah berbeda-beda bagi setiap rokok yang
dihasilkan tergantung dengan jenis rokok, kualiti tembakau dan bahan yang
mempengaruhi pembuatan rokok.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Komposisi distribusi unsur logam pada filter atau putung rokok, abu dan
asap, dan neraca bahan pada rokok filter dan kretek dengan basis per batang rokok

Unsur
Na
Br
K

Co
La
Zn
Fe
Au
Sc
Ta
Cr
Sr
Cs

Je nis
Rokok

Total
Input
Sumber
(µg)
651,80
640,53

25,10
26,26
20069
20100
3,00
2,09
0,77
0,66
64,60
50,66
1096,30
441,66
0,03
0,02
0,14
0,23
9,40

Filter (F)
Kretek (K)

Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
Kretek (K)
Filter (F)
1,70

Kretek (K) 3,14
Filter (F)
252,10
Kretek (K) 3,14
Filter (F)
Kretek (K) 0,79

Neraca Tertahan
Terbawa
Terbawa
Bahan
Filter
Asap
Abu (%)
(%)
(%)
(%)
73,59
72,21
69,65

46,63
31,47
75,12
89,83
21,22
81,87
49,52
70,13
77,83
54,91
70,45
94,87
69,12
96,88
83,25
55,10

0,77
2,01
1,56

0,94
0,21
9,11
44,47
3,20
17,14
19,22
24,88
10,63
19,87
5,03
54,93
36,89
38,38
6,65
21,07

72,82
70,20
68,09
45,67
31,26
66,02
45,35
17,10
64,72
30,30
45,25
67,20
35,04
65,42
39,95
32,21
58,50
76,60
34,03

26,41
27,79
30,35
53,38
68,53
24,87
10,17
79,68
18,13
50,46
29,87
22,21
45,09
29,54
5,13
30,88
3,12
16,75
44,90

96,38
71,19
86,14
66,79

34,22
16,19
16,82
23,32

62,61
55,00
69,32
43,48

3,62
28,81
13,86
45,92

94,23

18,30

75,93

5,77

Sumber: Mulyaningsih, T.R. (2009)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok di kalangan masyarakat Indonesia merupakan suatu
kebiasaan yang merugikan diri sendiri mahupun lingkungannya. Kebiasaan
diertikatakan sebagai perbuatan yang biasa dilakukan. Menurut penelitian GATS
(2011), yang dilakukan ke atas penduduk di Indonesia, kebiasaan merokok ini
dapat dibagikan kepada tiga kelompok berdasarkan batang rokok yang dihisap per
hari iaitu perokok ringan, sedang dan berat. Perokok ringan adalah perokok yang
menghisap kurang dari 10 batang rokok sehari manakala perokok sedang
menghisap 10 hingga 20 batang rokok sehari. Perokok berat pula menghisap lebih
dari 20 batang rokok sehari.
Sadli, M., dan Riantirtando, R. menyatakan kebiasan merokok diartikan
sebagai perilaku mengkonsumsi rokok yang dapat dibagikan kepada dua
kelompok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap sehari yaitu:
a. Perokok ringan yaitu perokok yang menghabiskan 10 batang rokok atau
kurang dari 10 batang rokok dalam sehari.
b. Perokok berat yaitu perokok yang merokok lebih dari 10 batang sehari.

2.1.3. Kategori Perokok
Kategori perokok dapat dibagi kepada dua kategori iaitu perokok aktif dan
pasif. Perokok pasif menurut World Health Organization (WHO), adalah
merupakan orang yang tidak merokok tetapi menghirup serta terpapar dirinya
dengan asap rokok yang merupakan campuran dari pelbagai zat-zat kimia yang
berbahaya yang dihembuskan oleh si perokok dari rokok yang sedang membara
atau perangkat rokok lainnya seperti cerutu, pipa, bidi dan lain-lainnya. Perokok
pasif ini selalunya dikenali sebagai ‘second-hand smoker’.
Perokok aktif pula menurut WHO adalah orang yang merokok dan
mempunyai kebiasaan merokok seharinya dimana perokok menghisap asap utama
(mainstream) rokok serta dapat mengakibatkan bahaya bagi kesihatan tubuhnya
mahupun lingkungan sekitarnya. Mainstream smoke atau asap rokok utama adalah

Universitas Sumatera Utara

asap yang dihisap dan dihirup perokok pada ujung rokok yang dimulutnya
kemudian dihembuskan kembali keluar manakala side-stream smoke atau asap
rokok sampingan adalah asap yang berembus dari ujung rokok yang menyala,
cerutu, atau pipa.

2.1.4. Jenis Rokok Yang Dihisap
Masyarakat Indonesia mengenal hampir semua jenis rokok yang
dikonsumsi. Jenis rokok yang dijual di pasaran umum di Indonesia dapat
dibedakan atas tiga jenis iaitu perbedaan bahan pembalut rokok, bahan baku atau
isi rokok dan penggunaan filter dan non-filter pada rokok (Sadli, M. dan
Riantirtando, R., 2010)
Bahan pembalut rokok pula dapat dibedakan dari empat jenis iaitu koblot,
kawung, sigaret dan cerutu. Rokok koblot menggunakan bahan pembalut rokok
dari daun jagung yang telah siap dikeringkan manakala rokok kawung pula
menggunakan daun eran sebagai pembungkus rokok. Sigaret dan cerutu pula
masing-masing bahan pembalut rokoknya adalah diperbuat dari kertas dan daun
tembakau (Sadli, M. dan Riantirtando, R., 2010).
Bahan baku atau isi rokok yang terkandung dalam rokok juga berpengaruh
dengan jenis rokok. Terdapat tiga bahan baku atau isi rokok yang dibedakan
melalui jenis pembuatannya iaitu rokok putih, rokok kretek dan rokok klembak
(Atlas Tembakau Indonesia, 2013). Menurut Atlas Tembakau Indonesia (2013),
rokok putih mempunyai bahan baku atau isinya tembakau yang diawet dengan
rasa dan aroma yang harum tertentu, manakala bahan baku atau isi bagi rokok
kretek pula berbeda dengan rokok putih iaitu dengan hanya penambahan cengkeh.
Rokok klembak pula berbeda dari rokok putih dan rokok kretek, dimana bahan
baku atau isinya diperbuat dari tembakau, cengkeh dan kemenyen serta
ditambahkan sedikit saus untuk memberi efek dari segi rasa dan aromanya.
Rokok dengan penggunaan filter merupakan rokok yang terkenal di
kalangan masyarakat umum di Indonesia. Rokok yang dihisap mempunyai dua

Universitas Sumatera Utara

jenis iaitu filter dan non-filter. Kebanyakkan rokok non-filter adalah merupakan
rokok jenis kretek manakala rokok filter boleh didapati dalam dua kemasan iaitu
kretek dan rokok putih (Mulyaningsih, T.R., 2009). Filter terletak pada ujung
pangkal rokok yang diperbuat daripada gabus. Rokok yang mempunyai gabus
diujung pangkalnya disebut rokok filter (Faslah, F. et al., 2012). Menurut Faslah,
F.et al. dengan penggunaan rokok filter, ini dapat menapis asap rokok yang
dihisap manakala rokok non-filter tidak dapat menapis kandungan zat-zat kimia
dan karsinogenik yang berbahaya yang terdapat dalam asap rokok.
Rokok kretek atau lebih dikenali umum dengan panggilan ‘kretek’
merupakan rokok yang paling popular dikalangan perokok aktif di Indonesia.
Rokok kretek ini mengandungi zat-zat aktif lain yang terbukti dapat
membahayakan kesehatan (Tirtosastro. S., dan Murdiyati. A. S., 2010). Zat-zat
yang terkandung dalam rokok seperti di pengetahuan umum itu adalah tembakau,
tar, nicotine dan bahan adatif lainnya. Produksi rokok di Indonesia itu terbagi atas
dua jenis rokok yaitu rokok putih dan rokok kretek. Perbedaan diantara rokok
kretek dan rokok putih itu adalah rokok kretek ini lebih banyak diproduksi dari
negara Indonesia sendiri sedangkan rokok putih ini jenamanya diimport dari
negara luar atau global branding seperti Marlboro dan Mix9 (GATS, 2011).
Merek rokok tempatan yang popular adalah A Mild (PMI) yang mana merek
internasional yang popular adalah Marlboro (PMI) pada tahun 2011 mengikut
report dari Southeast Asia Initiative on Tobacco Tax (SITT) dan Resource Center
of the Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang dipublikasi pada
tahun 2012.

2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Itu Merokok
Kebanyakkan perokok saat ini mempunyai alasan dan sebab kenapa
mereka merokok diusia yang lebih dini. Oleh yang demikian, terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi seseorang itu merokok diantaranya merupakan
pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor keperibadian, pengaruh iklan dan
faktor lingkungan (Maharani, T.D., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Orang tua sangat memainkan peranan dalam mendidik anak-anak agar
menjadi insan yang beramal soleh dan berkepribadian baik serta mereka
merupakan yang paling dekat dengan kita dan banyak mempengaruh kita dalam
melakukan sesuatu perkara (Maharani, T.D., 2011). Orang tua yang merokok
didepan anak-anak mereka sangat mempengaruhi dalam melahirkan perasaan
ingin tahu dikalangan anak-anak yang masih muda ini adalah kerana mereka
mempunyai dua tanggapan iaitu pertama melihat orang tuanya merokok
membuatkan mereka merasakan diri lebih gagah dan dewasa dan yang kedua ialah
mereka sudah terbiasa dengan asap rokok di ruangan rumah sehingga dikemudian
kelak mereka gampang berubah dari perokok pasif ke perokok aktif (Prasetya,
L.D., 2012).
Teman merupakan orang yang lebih dekat dengan kita setelah keluarga
kita. Menurut Prasetya, L.D. (2012), lingkungan teman sebaya mahu pun tidak
sebaya banyak memainkan peranan lebih dari 90% dalam mendorong seseorang
itu untuk mula merokok. Tambahannya lagi, seseorang itu gampang merokok dan
agak susah ingin berhenti jika temannya juga seorang perokok aktif dan sentiasa
mendampinginya seperti dirumah kost atau sebilik dengan teman yang merokok,
dikantor dengan ruangan yang bebas merokok dan ditempat makan yang boleh
berkumpul bersama teman-teman.
Dari pengaruh teman, faktor keperibadian juga memainkan peranan dalam
seseorang itu mula merokok diusia dini. Faktor keperibadian yang banyak
mempengaruhi seseorang itu merokok adalah perasaan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari masalah, membebaskan diri dari kebosanan dan rasa sakit
fisik atau jiwa (Prasetya, L.D., 2012). Perasaan ingin tahu ini selalunya dilahirkan
sejak usia dini lagi terutamanya dikalangan anak-anak yang sedang membesar
dimana perasaan ingin tahu tentang rokok ini selalunya meliputi bagaimana rasa
rokok yang dihisap dan persepsi umum terhadap perokok. Menurut Tri Dita
Maharani, T.D.

(2011), merokok dapat membebaskan diri dari masalah dan

kebosanan merupakan alasan utama yang sering timbul dikalangan perokok aktif
yang telah sekian lama merokok.

Universitas Sumatera Utara

Faktor pengaruh iklan rokok juga memainkan peranan untuk seseorang itu
mula merokok atau mencuba untuk merokok terutamanya apabila terdapat merek
atau jenis rokok yang baru keluar dengan pelbagai edisi mahupun promosi
(Prasetya, L.D., 2012). Pengaruh iklan rokok ini terbagi kepada beberapa jenis

iaitu melalui television (media Video/Visual, Audio, Talent, Grafik dan Pacing),
melalui koran dan iklan di sekitar jalan raya (menggunakan pancaindera
penglihatan iaitu mata) dan iklan di radio (menggunakan pancaindera
pendengaran iaitu telinga) (Ginting, T., 2012). Menurut Ginting, T. (2012), iklan
rokok menggunakan video atau visual yang ditayang di television mahupun di
bioskop sangat memainkan peranan dalam penangkapan isi maklumat oleh minda
masyarakat umum yang ingin disampaikan menerusi iklan. Ini adalah kerana iklan
rokok yang dibuat dari visual atau video ini disampaikan dengan cara penglihatan
dan pendengaran dan akan memberikan efek secara langsung ke atas sikap dan
tindakan si perokok dibandingkan iklan rokok di radio mahupun penggunaan
‘poster’ besar-besaran di sekitar jalaan raya dan toko-toko kecil atau swalanyan.
Tambahnya lagi, video atau visual grafik dan pacing yang hebat serta model yang
menarik dalam iklan rokok di television juga mempengaruhi seseorang itu untuk
mencuba merek rokok tersebut.
Faktor lingkungan seperti anggapan orang ramai terhadap si perokok turut
memainkan peranan dalam mendorong seseorang itu untuk merokok (Prasetya,
L.D., 2012). Anggapan orang ramai terhadap perokok itu melihatkan mereka lebih
kelihatan dewasa, menunjukkan diri lebih berdikari, bersosialisasi, menyesuaikan
diri dengan teman-teman perokoknya serta meningkatkan rasa percaya diri
mereka. Selain itu, sikap tidak peduli dan kurang tegas pihak berkuasa dalam
menegaskan penjualan rokok hanya kepada usia 18 tahun ke atas serta harga
rokok yang murah menjadi faktor yang cukup mudah bagi sesiapa saja untuk
mendapatkan rokok tidak kira dari sudut ekonomi mereka yang rendah mahupun
tinggi atau dari sudut pendidikan mereka.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Efek atau Dampak Merokok Ke Atas Kesehatan Tubuh
Efek merokok ke atas kesihatan tubuh badan sangat tergantung dengan
berapa kekerapan seseorang itu menghisap rokok per batang sehari, ukuran dan
berat badan, risiko menghidapi penyakit lain atau bawaan dan sebagainya (Doe, J.
dan DeSanto, C., 2009). Efek atau dampak merokok ini dapat dibedakan kepada
dua jenis efek iaitu efek secara langsung dan efek jangka panjang.
Merokok boleh mengakibatkan kemungkinan terjadinya risiko pada paru
kita sehingga diperkirakan perokok saat ini di Sumatera Utara dengan anggaran
28,4 % berdasarkan Riskesdas (2013). Laporan Riskesdas juga turut menyatakan
angka kejadian adalah tingggi dari pelbagai jenis penyakit paru seperti asma,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker dan penyakit lainnya yang terlibat
secara langsung.

2.1.6.1.Efek Secara Langsung
Efek secara langsung atau ‘immediate effect’ dari penggunaan rokok dapat
dibedakan kepada dua jenis iaitu dosis rendah ke dosis sedang dan dosis tinggi.
Pengertian dosis disini bererti kekerapan menghisap rokok dengan perhitungan
kadar nikotin dalam rokok.
Efek dosis rendah ke dosis yang tinggi yang mungkin dialami setelah
merokok tembakau meliputi perkara-perkara berikut:
1. Terjadinya penurunan aktivitas otak dan sistem saraf pada stimulasi awal
seperti meningkatnya kewaspadaan dan konsentrasi pada lingkungan sekitar
2. Merasakan diri sangat relaks (relaksasi)
3. Tekanan darah dan denyut jantung yang meningkat akibat nikotin
4. Kurangnya alirang darah ke perifer (ujung-ujung jari dan kaki) serta
penurunan suhu kulit (mudah merasa sejuk) dan mulut yang berbau
5. Penurunan nafsu makan
6. Merasakan diri seakan pusing atau sakit kepala
7. Terasa ingin mual atau muntah dan kondisi perut yang kurang selesa

Universitas Sumatera Utara

8. Batuk; kerana iritasi dari asap rokok

Efek dari merokok dengan kadar nikotin yang tinggi dapat menyebabkan
seseorang itu overdosis dimana dari erti kata lain tubuh mereka tidak dapat
mengatasi kandungan nikotin yang dihirup dari asap rokok tersebut sehingga
dapat menimbulkan efek samping daripadanya. Efek dari dosis nikotin yang
sangat besar dapat meliputi perkara-perkara berikut:
1. Perasaan ingin pengsan
2. Merasa kebingungan
3. Menurunnya tekanan darah dan denyutan nadi
4. Merasa kejang
5. Boleh menyebabkan hentinya bernafas dan kematian (60 mg nikotin yang
dihisap secara oral dapat menyebabkan kematian bagi orang dewasa;
sekitar lebih dari 50 batang rokok dalam satu masa)

2.1.6.2.Efek Jangka Panjang
Merokok dapat menyebabkan pelbagai jenis penyakit termasuklah asma,
penyakit obstruktif kronik paru, kanker paru dan tenggorokan dan sebagainya
pada perokok aktif. Merokok yang terlalu lama dan dan kekerapan merokok akan
memberikan kesan yang berwarna kuning kecoklatan pada jari perokok dan gigi.
Bukan itu sahaja, bahkan asap rokok yang mengandungi karbon
monoksida dapat mengurangi jumlah oksigen yang tersedia ke otak, otot dan
darah dimana karbon monoksida tersebut akan menghambat pengikatan oksigen
pada hemoglobin. Ini akan menyebabkan otak dan otot berasa fatigue atau lemas.
Oleh itu jantung akan bekerja lebih keras untuk mengantar oksigen ke seluruh
tubuh terutama otak bagi memenuhi kebutuhanya. Kekurangan oksigen dengan
penyempitan saluran udara akan menyebabkan tekanan darah meningkat justeru
boleh menyebabkan serangan jantung dan stroke kepada penderita. Tingginya

Universitas Sumatera Utara

kadar nikotin dan karbon monoksida dalam badan boleh meningkatkan risiko
penyakit jantung, masalah peredaran darah dan lainnya. Terdapat beberapa efek
jangka panjang dari kebiasaan merokok yang mungkin dialami antara lain adalah
(Doe, J. dan DeSanto, C., 2009):
1.

Tingginya risiko terjadinya stroke

2.

Rosak pembuluh darah di otak dan boleh menyebabkan matinya sel otak

3.

Boleh menyebabkan katarak pada mata, degenerasi makula, menguning
pada putih mata

4.

Kurang dan hilangnya indera penciuman dan rasa

5.

Gigi dan jari perokok berwarna kuning, kerusakan gigi dan mulut yang
berbau

6.

Tingginya risiko tejadinya kanker paru, mulut, bibir dan tenggorakkan

7.

Kemungkinan timbul gangguan pendengaran

8.

Tingginya risiko untuk terjadinya osteoporosis

9.

Mengalami sesak napas dan batuk yang sering

10.

Tingginya risiko terjadinya bronchitis kronis, empisema, penyakit paru
obstruktif kronik, penyakit jantung dan sebagainya

11.

Dapat memicu asma

12.

Terjadinya penyumbatan pada aliran darah yang memicu kepada
terjadinya serangan jantung dan stroke

13.

Menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi)

14.

Menyebabkan leukemia myeloid, kanker yang mempengaruhi sumsum
tulang dan organ yang membuat darah

15.

Kanker kandung kemih, sakit maag, nafsu makan yang menurun

16.

Kulit menjadi keriput dini

17.

Luka penyembuhan lebih lambat, kerusakan pada dinding pembuluh darah

18.

Peningkatan kerentanan tubuh terhadap infeksi

19.

Kesuburan yang lebih rendah dan peningkatan risiko keguguran, jika pada
wanita hamil boleh menyebabkan kecacatan pada bayi atau matinya bayi
dalam kandungan serta dapat menyebabkan keguguran

20.

Menstruasi yang tidak teratur bagi perempuan

Universitas Sumatera Utara

21.

Menopause lebih awal dari jangkaan waktu

2.1.7. Efek atau Dampak Merokok Ke Atas Masyarakat dan Pemerintah
Dampak negatif lain dari rokok adalah dapat merugikan masyarakat sekitar
baik dari segi kualitas hidup, perekonomian, pembiayaan negara maupun dari segi
kesehatan. Sehingga saat ini, masalah rokok masih menjadi perdebatan dari
berbagai pihak. Hal ini menjadi lebih serius mengingat semakin gencarnya iklan
rokok yang menjadi pintu gerbang untuk membidik kalangan muda, terutama
anak-anak dan permasalahan ini merupakan salah satu dari tiga masalah utama
dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) di Indonesia. Oleh karena itu,
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah terkait program Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) sudah sepenuhnya, bahkan hampir seluruh provinsi mengeluarkan
Peraturan Daerah (PERDA) bagi penetapan kawasan larangan merokok atau
kawasan bebas dari asap rokok.
Amanat Undang-Undang Kesehatan No.36/2009 telah mewajibkan tiap
daerah di setiap provinsi untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di sambut
baik oleh beberapa provinsi di Indonesia salah satunya Provinsi Sumatera Barat
dengan menyusun Peraturan Daerah (PERDA) tentang Kawasan Tanpa Rokok di
daerah masing-masing. Institusi yang telah diterapkan sebagai Kawasan Tanpa
Rokok umumnya adalah institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, Dinas
Kesehatan, puskesmas, institusi pendidikan seperti SD, SLP dan SLTA, serta
beberapa perusahaan swasta seperti bank, plaza dan hotel. Penyusunan program
Kawasan Tanpa Rokok ini merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya
mengendalikan kebiasaan merokok atau mempengaruhi dampak rokok terhadap
kesehatan serta melindungi masyarakatnya dari bahaya rokok (Azkha, N., 2013).
Program KTR ini merupakan program yang cukup efektif dalam menangani
masalah jumlah perokok yang semakin meningkat tetapi penerapan KTR ini
memerlukan dana yang cukup besar yaitu Rp. 75,000,000.00 dari cukai rokok dan
Rp.24,000,000.00 yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi pengawasan
intstitusi pemerintah seperti rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas, institusi

Universitas Sumatera Utara

pendidikan dan perkantoran pemerintah serta sosialisasi bagi satu KTR di suatu
daerah.
Laporan RISKESDAS 2013 turut menyatakan perilaku merokok penduduk
15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan dari tahun 2007 ke 2013 dimana
tercatat peningkatan dari 34,2 % pada tahun 2007 menjadi 36,3 % pada tahun
2013 dan sebanyak 64,9 % laki-laki dan 2,1% perempuan masih menghisap rokok
pada tahun 2013. Jumlah perokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun ini
sangat memberikan efek yang cukup luas dari segi perekonomian negara yang
berdampak negatif dan pembiayaan pemerintah ke atas masalah kesehatan
masyarakat yang disebabkan oleh rokok. Secara nasional, sebanyak 50,5 %
penduduk Indonesia belum memiliki jaminan kesehatan. Askes/ ASABRI dimiliki
oleh sekitar 6 % penduduk, Jamsostek 4,4 %, asuransi kesehatan swasta dan
tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7 %. Kepemilikan
jaminan didominasi oleh Jamkesmas (28,9%) dan Jamkesda (9,6%). Sehingga
kini, provinsi Aceh adalah provinsi yang paling tinggi cakupan kepemilikan
jaminan di antara provinsi lain, yaitu sekitar 96,6 % penduduk atau hanya 3,4 %
yang tidak punya jaminan apapun. Sebaliknya, DKI Jakarta menjadi provinsi
dengan cakupan kepemilikan jaminan kesehatan yang paling rendah dan 69,1 %
penduduknya tidak punya jaminan. Ini menunjukkan pembiayaan pemerintah
dalam memfasilitasi masalah kesehatan masyarakat belum mencapai sepenuhnya.
Pentahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJPK)
dalam Tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K)
bagi tahun 2010-2014 yang dibentangkan oleh Depertamen Kesehatan juga turut
mengatakan bahwanya pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah akan
lebih meningkat lagi dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin
yang Penerima Bantuan Insuran (PBI) dan akan terus meningkat sampai ke tahun
2025.

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Penduduk Wanita Di Kota Medan
Kepadatan penduduk di Kota Medan mempunyai kepadatan penduduk

yang tertinggi di Sumatera Utara yaitu berjumlah 2,122,804 orang menurut data
BPS Sumatera Utara (2012). Tambahannya lagi, jumlah penduduk dan jenis
kelamin menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2012 di Kota Medan sebanyak
1,047,875 orang penduduk adalah laki-laki dan sebanyak 1,074,929 orang
penduduk adalah perempuan yang memuatkan jumlah keseluruhan kepadatan
penduduk di Kota Medan adalah 2,122,804 orang penduduk.
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota Tahun 2012
Kabupaten/Kota
Regency/City
(1)

Laki-laki
Male

(3)

(4)

Rasio Jenis
Kelamin
Sex Ratio
(5)

68 175
209 245
134 955
158 896
143 633
87 933
210 192
337 574
417 115
136 911
180 750
917 181
484 461
148 121
87 996
20 554
61 210
300 987
189 371
114 085
115 877
139 595
166 132
64 855
43 104

132 860
410 931
268 095
318 908
283 871
174 865
424 644
677 876
830 986
273 394
358 823
1 845 615
976 885
294 069
174 765
41 492
121 594
604 026
381 023
229 064
232 166
284 809
335 459
128 533
82 701

94,88
96,39
98,66
100,70
97,64
98,86
102,03
100,81
99,22
99,69
98,52
101,23
101,64
98,53
98,61
101,87
98,65
100,68
101,20
100,78
100,36
104,03
101,92
98,19
91,86

Perempuan
Female

(2)
Kabupaten/Regency
01. Nias
64 685
02. Mandailing Natal
201 686
03. Tapanuli Selatan
133 140
04. Tapanuli Tengah
160 012
05. Tapanuli Utara
140 238
06. Toba Samosir
86 932
07. Labuhanbatu
214 452
08. Asahan
340 302
09. Simalungun
413 871
10. Dairi
136 483
11. Karo
178 073
12. Deli Serdang
928 434
13. Langkat
492 424
14. Nias Selatan
145 948
15. Humbang Hasundutan
86 769
16. Pakpak Bharat
20 938
17. Samosir
60 384
18. Serdang Bedagai
303 039
19. Batu Bara
191 652
20. Padang Lawas Utara
114 979
21. Padang Lawas
116 289
22. Labuhanbatu Selatan
145 214
23. Labuhanbatu Utara
169 327
24. Nias Utara
63 678
25. Nias Barat
39 597

Jumlah
Total

Universitas Sumatera Utara

Kota/City
71. Sibolga
72. Tanjungbalai
73. Pematangsiantar
74. Tebing Tinggi
75. Medan
76. Binjai
77. Padangsidimpuan
78. Gunungsitoli
Sumatera Utara

43 036
79 202
115 488
73 036
1 047 875
124 869
96 841
62 793
6 591 686

42 816
77 973
121 459
74 735
1 074 929
125 383
101 968
65 544
6 623 715

85 852
157 175
236 947
147 771
2 122 804
250 252
198 809
128 337
13 215 401

100,51
101,58
95,08
97,73
97,48
99,59
94,97
95,80
99,52

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara (2012)

2.2.1. Perempuan Muda
Perempuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kaum putri
manakala muda bererti belum sampai setengah umur. Menurut WHO usia muda
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana batasan
usia muda berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Tambahannya lagi
usia remaja adalah diantara 12 - 24 tahun. Dari Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan tahun 2011 hingga 2014 yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan (DepKes) mendefinisikan penduduk usia muda di
Indonesia adalah dibawah usia 15 tahun dan usia reproduktif di Indonesia adalah
dari rentang umur 15 tahun sehingga dengan 64 tahun manakala menurut BkkbN
(2010) batasan usia muda adalah diantara 10 - 21 tahun.
Berdasarkan laporan WHO Expert Comitte yang ditulis pada tahun 1974
dan diguna pakai sehingga kini mengatakan batasan usia muda adalah bersifat
konseptional dan dibedakan kepada 3 kategori iaitu biologis, psikologis dan sosial
ekonomi. Usia muda mencakupi perkara berikut:
1.

Individu yang membesar (meningkat usia) dan menunjukkan tanda-tanda
seksual sekunder seperti tumbuh bulu dikemaluan dan sebagainya sampai ia
mencapai kematangan sendiri.

2.

Individu yang berkembang dari segi psikologis dari masa kanak-kanak
sehingga menjadi dewasa.

Universitas Sumatera Utara

3.

Individu mula berdikari dan mandiri; Peralihan dari ketergantungan sosial
ekonomi

Di samping itu menurut GATS (Global Adult Tobacco Survey, 2011)
menyatakan usia muda dibagi kepada dua kelompok iaitu usia dewasa muda dan
usia dewasa muda pertengahan dimana batasan usia dewasa muda adalah diantara
15 - 24 tahun manakala batasan usia muda pertengahan adalah diantara 25 hingga
44 tahun. Menurut Reimondos, A. et al. (2010), dari laporan survei Merokok dan
Penduduk Dewasa Muda di Indonesia mendefinisikan usia muda di Jakarta,
Tangerang dan Bekasi adalah diantara 20 - 34 tahun manakalah usia muda di
Indonesia adalah diantara 15 - 44 tahun.

Universitas Sumatera Utara