Pemerolehan Leksikon Anak-Anak Usia 7 Tahun di SD Negeri 067690 Medan

(1)

PEMEROLEHAN LEKSIKON ANAK-ANAK

USIA 7 TAHUN DI SD NEGERI 067690 MEDAN

TESIS

OLEH

NOVITA SARI

NIM: 127009023/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PEMEROLEHAN LEKSIKON ANAK-ANAK

USIA 7 TAHUN DI SD NEGERI 067690 MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

NOVITA SARI

NIM: 127009023/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : PEMEROLEHAN LEKSIKON ANAK-ANAK USIA 7 TAHUN DI SD NEGERI 067690 MEDAN

Nama Mahasiswa : Novita Sari Nomor Pokok : 127009023 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Mulyadi, M.Hum

Ketua Anggota

Dr. Deliana, M.Hum

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. T. Silvana, M.A.,Ph.D.) (Dr.Syahron Lubis, M.A.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Mulyadi, M.Hum Anggota : 1. Dr. Deliana, M.Hum 2. Dr. Dwi Widayati, M.Hum 3. Dr. Mahriyuni, M.Hum 4. Dr. Nurlela, M.Hum


(5)

SURAT PERNYATAAN Judul Tesis

PEMEROLEHAN LEKSIKON ANAK-ANAK USIA 7 TAHUN DI SD NEGERI 067690 MEDAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas pemerolehan leksikon anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan. Urgensi dalam penelitian ini meliputi leksikon anak usia 7 tahun, kelas kata, dan relasi semantis. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pemerolehan leksikon anak usia7 tahun, (2) mengidentifikasi kelas kata yang dikuasai, dan (3) mendeskripsikan relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen gambar seri. Data dianalisis dengan menerapkan metode padan dan metode agih, kemudian keabsahan data diuji dengan menggunakan teknik triangulasi. Penelitian ini menggunakan teori pemerolehan bahasa, konsep kelas kata, dan teori semantik struktural sebagai alat analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon anak usia 7 tahun meliputi dua belas ranah leksikon yaitu nama orang, hewan, kendaraan, anggota tubuh, pakaian, mainan, perabotan, perlengkapan rumah tangga, makanan/minuman, sifat dan keadaan, kegiatan, dan teknologi informasi. Selanjutnya, kelas kata leksikonnya mencakup verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi, dan pertindihan kelas. Relasi semantis yang terbentuk pada leksikon anak usia 7 tahun meliputi sinonim, antonim, hiponim, meronim, homonim, dan polisemi.


(7)

ABSTRACT

This research analyzed the acquisition of lexicon by children of 7 years old at SD Negeri 067690 medan. The urgent research includes the lexicon by children 7 years old, class word and semantic relation. The aims of research are (1) to descript the acquisition of lexicon by children of 7 years old, (2) to identify class word which is got, (3) to descript semantic relation which is formed between words. The data obtained by using the observation and interview methods which is conducted through the field research. The data is analyzed by using the identity method and distributional method.Then, the appropriateness method of the word with the triangulation technique. This research uses the language acquisition theory, class word concept, and semantic structural theory as analysis tool. The finding show that the lexicon by children of 7 years old include eleven lexicon, they are people, animal, transportation, part of body, clothes, toys, furniture, household items, food and drink, properties and states, and activities. Then, class word in lexicon by children of 7 years old include verb, adjective, noun, pronoun, number, adverb, interogative, demonstrative, article, preposition, conjunction, fatis category, intejection, overlapping class, and semantic relation which formed in lexicon by children of 7 years old are synonymy, antonymy, hyponymy, meronymy, homonymy, and polysemy.


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Pemerolehan Leksikon Anak-Anak Usia 7 Tahun di SD Negeri 067690 Medan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan pernyataan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K), atas berbagai fasilitas pendidikan;

2. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., dan Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Dr. Nurlela, M.Hum, yang selalu memberikan nasihat, masukan dan motivasi kepada penulis.

3. Bapak Dr. Eddy Mulyadi, M.Hum. (Pembimbing I), yang telah memberikan masukan yang sangat berharga. Selama bimbingan beliau selalu menyempatkan diri dan meluangkan waktu khusus untuk memberikan ilmu dan arahan, serta tidak pernah bosan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat ditulis dengan harapan dan ketentuan akademik;

4. Ibu Dr. Deliana, M.Hum (Pembimbing II), yang membimbing dengan penuh kesabaran dan memberi saran-saran kepada penulis dalam suasana akrab;


(9)

5. Tim Penguji, Dr. Dwi Widayati, M.Hum., Dr. Mahriyuni, M.Hum., dan Dr. Nurlela, M.Hum., atas berbagai saran, koreksi, sanggahan, dan kritik yang konstruktif;

6. Staf administrasi Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas pelayanan akademik yang baik;

7. Kepala Sekolah SD Negeri 067690 Medan Johor, Ibu Hj. Deli Kesuma, S.Pd, atas perizinan tempat penelitian;

8. Guru-guru dan siswa/siswi SD Negeri 067690 Medan yang telah ikut memberikan dukungan dan doa kepada penulis;

9. Kedua orang tua penulis yang semasa hidupnya selalu mencurahkan kasih sayang yang tulus dan memberikan nasihat dan doa kepada penulis;

10.Kedua mertua penulis, H.Kasim dan Hj. Radiah yang senantiasa mendukung karir penulis;

11.Suami tercinta, Imanda, yang sangat sabar mendampingi penulis dalam perjalanan menyelesaikan tesis ini dan tidak pernah bosan untuk memberi semangat, dukungan, dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini;

12.Teman-teman kuliah pada Program Studi Magister Linguistik USU, terkhusus Bu del, Inun, rahma, Nanda, Rendra, dan Ilham yang selama ini menjalani kebersamaan dan persahabatan demi menggapai cita-cita dan berjuang meraih mimpi bersama-sama;


(10)

Tesis ini belum sempurna. Segala kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini menjadi tanggung jawab penulis. Semoga tesis ini dapat memberikan konstribusi terhadap kajian pemerolehan bahasa dan semantik leksikal, khususnya pada bahasa-bahasa di Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2014


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ...………... 1

1.2Rumusan Masalah...………..………... 5

1.3Tujuan Penelitian ...………... 6

1.4Manfaat Penelitian...…………...…………...… 6

1.4.1 Manfaat Teoretis.………... 6

1.4.2 Manfaat Praktis... 7

1.5 Definisi Istilah... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA…...………...………... 9

2.1Teori-Teori yang Relevan…………...………..…... 9

2.1.1 Teori Pemerolehan Bahasa... 9

2.1.2 Kelas Kata... 12

2.1.3 Teori Semantik Struktural...……... 17

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan... 21

2.3 Kerangka Kerja Teoretis... 26

BAB III METODE PENELITIAN………... 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..………... 29

3.2 Pendekatan dan Metode yang Digunakan………... 30

3.3 Data dan Sumber Data…...……... 31

3.4 Prosedur Pengumpulan Data...………... 30

3.5Analisis Data ... 33


(12)

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN………... 38

4.1 Pengantar...………...…………... 38

4.2Paparan Data ... 38

4.3Temuan Penelitian ... 56

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ...………... 57

5.1 Pengantar ...………... 57

5.2 Pemerolehan Leksikon... 57

5.2.1 Leksikon Nama Orang .………... 57

5.2.2 Leksikon Hewan ... 58

5.2.3 Leksikon Kendaraan ... 59

5.2.4 Leksikon Anggota Tubuh ... 60

5.2.5 Leksikon Pakaian ... 61

5.2.6 Leksikon Mainan ... 62

5.2.7 Leksikon Perabotan ... 64

5.2.8 Leksikon Perlengkapan Rumah Tangga ... 65

5.2.9 Leksikon Makanan/Minuman ... 66

5.2.10 Leksikon Sifat dan Keadaan ... 67

5.2.11 Leksikon Kegiatan ... 69

5.3 Kelas Kata ...………... 70

5.4 Relasi Semantis ... 79

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...………... 85

5.1 Simpulan ………... 85

5.2 Saran ... 86


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1 Cerita gajah dan semut 39

4.2 Cerita bermain bola 40

4.3 Cerita membantu ibu 41

4.4 Cerita kegiatan sehari-hari 42 4.5 Cerita menonton pacuan kuda 43

4.6 Kelompok leksikon 44

4.7 Kelas kata 48

4.8 Sinonim 51

4.9 Antonim 52

4.10 Hiponim 53

4.14 Homonim 55

5.1 Leksikon nama orang 59

5.2 Leksikon hewan 59

5.3 Leksikon kendaraan 60

5.4 Leksikon anggota tubuh 61

5.5 Leksikon pakaian 62

5.6 Leksikon mainan 63

5.7 Leksikon perabotan 65

5.8 Leksikon perlengkapan rumah tangga 66 5.9 Leksikon makanan/minuman 67 5.10 Leksikon sifat dan keadaan 68


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Meronim ‘rumah’ 21

2.2 Kerangka kerja teoretis 29

4.11 Meronim ‘kepala’ 54

4.12 Meronim ‘rumah’ 54

4.13 Meronim ‘ sekolah’ 54


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian 91 LAMPIRAN 2 Data Penelitian 94

Data Asli 108

LAMPIRAN 3 Data Wawancara 118

LAMPIRAN 4 Data Leksikon 121

LAMPIRAN 5 Data Kelas Kata 124


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas pemerolehan leksikon anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan. Urgensi dalam penelitian ini meliputi leksikon anak usia 7 tahun, kelas kata, dan relasi semantis. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pemerolehan leksikon anak usia7 tahun, (2) mengidentifikasi kelas kata yang dikuasai, dan (3) mendeskripsikan relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen gambar seri. Data dianalisis dengan menerapkan metode padan dan metode agih, kemudian keabsahan data diuji dengan menggunakan teknik triangulasi. Penelitian ini menggunakan teori pemerolehan bahasa, konsep kelas kata, dan teori semantik struktural sebagai alat analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon anak usia 7 tahun meliputi dua belas ranah leksikon yaitu nama orang, hewan, kendaraan, anggota tubuh, pakaian, mainan, perabotan, perlengkapan rumah tangga, makanan/minuman, sifat dan keadaan, kegiatan, dan teknologi informasi. Selanjutnya, kelas kata leksikonnya mencakup verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi, dan pertindihan kelas. Relasi semantis yang terbentuk pada leksikon anak usia 7 tahun meliputi sinonim, antonim, hiponim, meronim, homonim, dan polisemi.


(17)

ABSTRACT

This research analyzed the acquisition of lexicon by children of 7 years old at SD Negeri 067690 medan. The urgent research includes the lexicon by children 7 years old, class word and semantic relation. The aims of research are (1) to descript the acquisition of lexicon by children of 7 years old, (2) to identify class word which is got, (3) to descript semantic relation which is formed between words. The data obtained by using the observation and interview methods which is conducted through the field research. The data is analyzed by using the identity method and distributional method.Then, the appropriateness method of the word with the triangulation technique. This research uses the language acquisition theory, class word concept, and semantic structural theory as analysis tool. The finding show that the lexicon by children of 7 years old include eleven lexicon, they are people, animal, transportation, part of body, clothes, toys, furniture, household items, food and drink, properties and states, and activities. Then, class word in lexicon by children of 7 years old include verb, adjective, noun, pronoun, number, adverb, interogative, demonstrative, article, preposition, conjunction, fatis category, intejection, overlapping class, and semantic relation which formed in lexicon by children of 7 years old are synonymy, antonymy, hyponymy, meronymy, homonymy, and polysemy.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk membentuk sebuah kalimat. Anak-anak yang memiliki leksikon yang luas dapat menyusun kalimat dengan mudah karena leksikon yang digunakan oleh anak mewakili ekspresi mereka dalam berbahasa.

Dalam pemerolehan bahasa, hal yang pertama kali diperoleh oleh anak-anak adalah kata (Clark,1993:1). Dengan leksikon seorang anak-anak dapat menyampaikan keinginan mereka, misalnya ingin membeli mainan, ingin makan sesuatu, dan lain-lain. Leksikon yang dimiliki oleh anak-anak dapat diwujudkan dalam kalimat yang sederhana, yang terdapat kesesuaian antara subjek dan predikat. Misalnya pada kalimat, aku makan roti, aku merupakan subjek, makan adalah predikat, dan roti adalah objek. Jadi, tanpa kata tidak ada struktur bunyi, struktur kata, dan struktur sintaktis.

Penguasaan leksikon dapat memengaruhi keterampilan berbahasa anak. Keterampilan berbahasa anak meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat (Tarigan, 1993: 14). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak leksikon yang dimiliki oleh anak, makin baik pula bahasa yang disampaikannya. Anak akan mudah menyampaikan maksud dan tujuan dengan leksikon yang telah dimilikinya dan orang lain juga mudah memahami maksud yang disampaikan oleh anak.


(19)

Salah satu upaya untuk mempercepat penguasaan leksikon anak adalah melalui membaca. Rimm (dalam Pelenkahu, 2009:188) menyatakan bahwa membacakan buku untuk anak sangat berguna saat anak mulai dapat memusatkan perhatian untuk jangka waktu yang pendek (sebagian anak mulai bisa melakukan kegiatan ini pada usia enam bulan). Melalui buku anak dapat melakukan gerakan sederhana seperti bertepuk tangan atau menepuk-nepuk untuk menunjukkan perasaan senang. Mereka juga senang dengan kalimat-kalimat yang dibacakan atau mengisi kata-kata yang hilang atau mengoreksi jika secara sengaja melewatkan satu kata dalam membaca.

Penelitian ini membahas pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun. Ada empat alasan mengapa topik ini dipilih. Pertama, ada silang pendapat di antara para ahli dalam kajian tentang pemerolehan leksikon, khususnya dalam penentuan jumlah kosakata anak usia 7 tahun. Misalnya, Fry dan Cutterden (dalam Raja, 2008:234) menyatakan bahwa kosakata aktif anak berjumlah 4.000 pada usia 7 tahun. Raja (2008:234) mengungkapkan bahwa kosakata aktif anak pada usia 7 tahun adalah 7.760 dan 10.908 kata. Sementara itu, Clark (1993: 13) memprediksikan bahwa usia 7 tahun anak memperoleh 17.000 kata.

Alasan kedua adalah adanya pendapat ahli yang berbeda mengenai kelas kata yang dikuasai lebih awal oleh anak. Bloom (dalam Dardjowidjodjo, 2000: 37) mengatakan bahwa kata fungsi lebih banyak digunakan oleh anak daripada nomina. Begitu juga, Tardif (dalam Dardjowidjodjo, 2005: 259) menyatakan bahwa verba dikuasai lebih awal dan lebih banyak daripada nomina. Pada kasus Echa (Dardjowidjodjo, 2005:259) kelas kata nomina lebih banyak dikuasai


(20)

daripada verba. Hal ini terjadi karena Echa bergantung pada masukan yang diterimanya. Dalam penelitian ini diungkapkan kelas kata yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan.

Alasan ketiga adalah bahwa anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan berasal dari berbagai suku, misalnya Jawa, Toba, Mandailing, Melayu, Karo dan Aceh. Keheterogenan suku anak di SD ini tampaknya memengaruhi leksikon yang diperoleh, contohnya, bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa Jawa, seperti yang terdapat dalam kalimat Aku gak jadi ding. Contoh lain terdapat pada ujaran anak yang bersuku Karo, Siapa nama kam?, akibatnya, leksikon yang diperoleh anak memiliki perbedaan antara satu anak dan anak lainnya.

Kenyataan ini didukung oleh Dardjowidjojo (2000: 34), yang menyatakan bahwa pemerolehan leksikon dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah budaya, latar belakang keluarga, taraf hidup, tingkat pendidikan, dan lokasi (desa atau kota besar). Anak-anak yang tinggal di desa akan memiliki kosakata yang berbeda dengan anak-anak yang tinggal di kota. Demikian pula anak-anak yang berasal dari keluarga yang kaya berbeda leksikonnya dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang miskin.

Alasan keempat ialah bahwa leksikon adalah pusat dalam pemerolehan bahasa (Clark, 1993:1). Dalam berbahasa diperlukan leksikon. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam merangkai sebuah ide atau gagasan, anak juga memerlukan kata agar ide dan gagasan dapat disampaikan dengan baik. Kajian mengenai pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun merupakan dasar untuk memahami buku teks yang menjadi sumber belajar anak-anak. Meskipun leksikon


(21)

merupakan bentuk yang sederhana bagi anak untuk diingat, dalam kenyataannya leksikon juga mudah dilupakan oleh anak karena tidak selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, anak-anak tidak benar-benar lupa mengenai leksikon yang ingin diucapkan melainkan karena adanya gejala lain dalam wicara yang berkaitan dengan ingatan (lihat Dardjowidjodjo, 2005: 153).

Pemilihan anak usia 7 tahun sebagai subjek penelitian ialah karena secara teoretis anak usia 7 tahun berbahasa sudah seperti orang dewasa. Namun, mereka masih kesulitan dalam menceritakan kegiatan harian mereka secara berurutan. Dalam hal ini pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun diteliti melalui cerita gambar seri yang mereka ungkapkan dalam bahasa mereka sendiri.

Penelitian ini membahas kelas kata dan relasi semantis. Dalam penelitian ini diidentifikasi kelas kata yang digunakan anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690. Dalam pengamatan awal diperoleh data yang berupa hasil cerita berdasarkan gambar seri yang diberikan kepada anak. Berikut contoh teks yang dikutip dari dua responden.

(1) Buaya dan kancil di sungai. Kancil meminum air sungai. Buaya berenang dan melihat kancil. Tiba-tiba buaya memakan kaki kancil karena buaya lapar. Itu bukan kakiku itu kayu kata kancil. Buaya kemudian melepaskan kaki kancil. Kancil berkata terima kasih buaya dan kancil pergi ke hutan meninggalkan buaya. (2) Kancil meminum air sungai. Tiba-tiba seekor buaya datang ia

menggigit kaki si kancil. Kata si kancil itu bukan kakiku itu kayu. Buaya melepaskan kaki kancil. Terima kasih buaya kata si kancil kemudian si kancil berjalan meninggalkan buaya.

Dari dua teks tersebut tampak bahwa anak sudah memiliki leksikon hewan, anggota tubuh, kegiatan dan lain-lain. Kelas kata yang terdapat dalam teks tersebut juga bervariasi seperti nomina kancil, buaya, sungai, kaki, dan hutan,


(22)

verba meminum, melihat, menggigit, meninggalkan, dan melepaskan, dan konjungsi dan, karena, dan kemudian. Berdasarkan teks, kelas kata yang tampak adalah nomina, verba, dan konjungsi. Hal ini menjadi bagian dalam penelitian yang dilakukan untuk menemukan kelas kata yang diperoleh anak usia 7 tahun.

Dalam kaitan dengan relasi semantis, anak usia 7 tahun sudah dapat menyebutkan beberapa jenis hewan yaitu gajah, kelinci, buaya, dan sapi. Jika dilihat relasi pada leksikon hewan akan diketahui bahwa terdapat bentuk relasi hiponim dalam leksikon hewan tersebut. Jenis hewan yang disebutkan anak merupakan kata khusus dari hewan. Artinya, bahwa leksikon anak usia 7 tahun sudah membentuk relasi semantis hiponim.

1.2Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji difokuskan pada pemerolehan leksikon pada anak usia 7 tahun. Adapun masalahnya dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemerolehan leksikon anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690?

2. Kelas kata apa sajakah yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690?

3. Bagaimanakah relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690?


(23)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690.

2. Mengidentifikasi kelas kata yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690.

3. Mendeskripsikan relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik pada tataran teoretis maupun pada tataran praktis di bidang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini antara lain:

1. Menjadi salah satu model acuan yang dapat diandalkan untuk penelitian tentang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon.

2. Memperkaya kajian tentang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon anak.

3. Menjadi bahan acuan bagi para peneliti yang berfokus pada kajian pemerolehan bahasa.


(24)

1.4.2 Manfaat Praktis

Pada tataran praktis, hasil kajian ini dapat digunakan sebagai berikut: 1. Menjadi bahan pengajaran pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan

leksikon anak usia 7 tahun.

2. Sumber informasi dan rujukan bagi penelitian lanjutan dan bahan perbandingan untuk melakukan kajian lanjut.

3. Masukan pemikiran kepada semua pihak yang terkait dalam perkembangan bahasa anak.

1.5Definisi Istilah 1. Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang berlangsung dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya yang dilakukan secara natural (lihat Dardjowidjodjo, 2005: 225; Chaer, 2003: 167; bdk. Tarigan 1986: 243; O’grady 1989:270; Goodluck 1992: 1).

2. Pemerolehan Leksikon

Pemerolehan leksikon adalah proses bagaimana anak mengidentifikasi kata-kata dari bahasa mereka, mengisolasi (memisahkan) bentuk kata, dan mengidentifikasi calon makna (Clark, 1997:14).

3. Leksikon

Leksikon adalah daftar kata dan makna yang dimuat dalam kamus (Saeed, 2000:10).


(25)

4. Leksem

Leksem adalah sejumlah daftar kata yang ada dalam kamus (Saeed, 2000:55).

5. Relasi Semantis

Relasi semantis adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa dengan kata atau

6. Kelas Kata

hubungan struktural di antara kata-kata (Geeraerts, 2010:52). Relasi semantis itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, dan ketercakupan makna. Dalam hal ini relasi semantis dapat dilihat dari bentuk relasi leksikal seperti sinonim, antonim, hiponim, dan lain-lain.

Kelas kata adalah pengkategorian kata yang memposisikan suatu kata pada tempat tertentu seperti nomina, ajektiva, verba, dan lain-lain (Kridalaksana, 1994: 33).


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan

2.1.1 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (Dardjowidjodjo, 2005: 225). Goodluck (1991: 1) menambahkan bahwa kajian mengenai pemerolehan bahasa adalah bagaimana dan kapan anak-anak mendapatkan pengertian linguistik.

Pandangan Chomsky mengenai pemerolehan bahasa (Haegemen, 1992:15) adalah bahwa anak dibekali Language Acquisition Device (LAD) sejak lahir. LAD yaitu perangkat lunak pemerolehan bahasa yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci suatu tata bahasa universal. Tata bahasa universal merupakan dasar pemerolehan bahasa. Proses pemerolehan digerakkan oleh pengetahuan pada pengalaman linguistik anak (Haegemen, 1992:15). Pengetahuan juga akan memungkinkan anak untuk mempelajari kosakata suatu bahasa, dalam hal ini adalah leksikon.

Seorang anak mengungkapkan sesuatu dengan sebuah bahasa, yaitu leksikon yang telah mereka rekam dalam memori dan suatu waktu mereka mengungkapkan suatu benda dengan leksikon yang telah disimpan dalam memori sehingga kata yang digunakan untuk menyatakan suatu benda tersebut tepat.

Masalah utama pada anak-anak dalam pemerolehan leksikon adalah pemetaan makna ke dalam bentuk kata. Artinya, mereka harus mengidentifikasi makna kata, memisahkan bentuk-bentuk kata kemudian memetakan makna kata


(27)

ke dalam bentuk yang relevan. Dalam melakukan hal ini, mereka menggambarkan kategori konsep dalam mengidentifikasi makna. Pada waktu yang sama, mereka menggambarkan masukan bahasa yang ditujukan kepada mereka pada bentuk yang sama dan juga petunjuk terhadap makna bentuk kata tersebut (Clark,1993: 14).

Kata-kata merupakan unit semantis terkecil yang dapat berubah dalam sebuah ujaran yang dapat berubah untuk membentuk persesuaian yang baru dengan makna yang berbeda. Bandingkan The man chased the dog dengan he dog chased the man. Perubahan ini berbeda dengan keadaan morfem dalam kata-kata tersebut. Morfem lain diatur, seperti dalam kata chased berlawanan dengan kata tanpa ‘ed-chase’ atau calmly berlawanan dengan ‘ly-calm’. Kategori bentuk gramatikal menyarankan dua atau lebih kata-kata yang memiliki bentuk sama. Bandingkan kata kerja open dalam Rod opened the door atau The door opened dengan kata kerja open dalam The open window atau The door is standing open. Kadang-kadang dalam pembentukan gramatikal yang sama, kata mungkin memiliki perbedaan makna yaitu satu kata menduduki lebih dari satu makna yang berbeda, misalnya bank dalam He fished from the river bank dengan The bank is a good example of art deco.

Penentuan awal mula pemerolehan leksikon anak berlandaskan pandangan Dromi (dalam Dardjowidjodjo, 2005:258) yang mengatakan bahwa suatu bentuk dapat dianggap telah dikuasai anak jika bentuk itu memiliki kemiripan fonetik dengan bentuk kata orang dewasa dan korelasi yang ajeg antara bentuk dan referen atau maknanya.


(28)

Dardjowidjojo (2000:36) mengatakan bahwa gambaran mengenai jumlah kosakata yang diperoleh anak tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Menurutnya siapa yang mencari angka bahkan hanya mendekati kemutlakan tidak akan dapat memperolehnya.

Berdasarkan hasil penelitian Clark (1993: 31) terhadap seorang anak yang bernama Damon, ditemukan 12 item leksikon yang dikuasainya. Di antaranya adalah:

1. People: 18 istilah (termasuk nama orang) Misalnya: baby, man, mummy, boy, girl, people

2. Animal : 25 istilah

Misalnya : cat, dog, rabbit, duck, mouse, zebra, animal. 3. Vehicles : 18 istilah

Misalnya : car, truck, train, bike, sled, fire-truck. 4. Body parts : 14 istilah

Misalnya : nose, toe, eye, head, finger, hand, knee. 5. Clothing : 14 istilah

Misalnya : diaper, sock, jacket, shirt, button. 6. Toys : 35 istilah

Misalnya : block, ball, clown, doll, bus, slinky, toy 7. Furniture : 12 istilah

Misalnya : chair, cushion, table, rug, bed, bath. 8. Household items and utensils : 39 istilah Misalnya : telephone, light, kettle, plug, clock, stairs.


(29)

9. Food : 31 istilah

Misalnya : milk, juice, cheese, nut, egg, carrot, food, cereal. 10.Properties and states: 24 istilah

Misalnya : hot, big, stuck, wet, tight, shut, sleepy. 11.Activities : 74 istilah

Misalnya : get, put, go, do, up, out, fall, jump, drive.

2.1.2 Kelas Kata

Kelas kata adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama. Dalam menentukan kelas kata dalam bahasa Indonesia perilaku sintaksis tersebut dijadikan ciri dasar (Kridalaksana, 1994: 44). Sumber yang digunakan untuk menjelaskan kelas kata adalah pendapat Kridalaksana (1994: 51-120). Berikut adalah kelompok dalam kelas kata:

1.Verba

Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan atas: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur; (2) verba turunan, a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi; b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik haji, belai kasih.

2. Adjektiva

Dari bentuknya ajektiva dapat dibedakan atas: (1) Ajektiva dasar, misalnya adil, alim, bahagia, genap, tunggal. (2) Ajektiva turunan, misalnya terhormat,


(30)

elok-elok, gagah-gagah, kesepian, kesakitan, kemerah-merahan, abadi, duniawi, hewani, alami, melimpah, terbuka, terkejut, atas, bawah, depan, belakang, bertambah, berkurang, berkecukupan, menyeluruh.

3. Nomina

Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan, misalnya: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Berikut adalah contoh nomina: rumah, orang, burung, keuangan, perpaduan, tetamu, rumah-rumah, batu-batuan, kesinambungan, pengembangan, kebersamaan, ketinggian, kesatuan, kelebihan, jatuhnya.

4. Pronomina

Pronomina berfungsi untuk menggantikan nomina dan yang digantikannya disebut anteseden.

1. Pronomina intratekstual, menggantikan nomina yang ada dalam wacana. Misalnya : Kitti nama kucing saya. Bulunya sangat halus

2. Pronomina ekstratekstual, menggantikan nomina diluar wacana. Misalnya: Aku yang menggantinya

3. Pronomina takrif, misalnya: saya, aku, kami, kita, dia, mereka 4. Pronomina tak takrif, misalnya: seseorang, sesuatu, siapa, dll.

5. Numeralia

Numeralia dapat dikategorisasikan dalam numeralia takrif dan taktakrif. Numeralia takrif tergolong atas: (1) numeralia utama dalam bilangan penuh, bilangan pecahan, dan bilangan gugus, (2) numeralia tingkat, (3) numeralia


(31)

kolektif. Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah taktentu. Misalnya: suatu, beberapa, pelbagai, semua, dan lain-lain.

6. Adverbia

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Misalnya, dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses dan gabungan morfem.

7. Interogativa

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu disebut anteseden. Anteseden tersebut berada di luar wacana dan karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat kataforis.

Ada interogativa dasar, seperti apa, bila, kapan, mana. Ada interogativa turunan, seperti apabila, apakah, bagaimana, bagaimanakah, berapa, betapa. Ada pula interogativa terikat seperti kah dan tah.

8. Demonstrativa

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Sesuatu itu disebut anteseden. Dari sudut bentuk


(32)

dapat dibedakan antara (1) demonstrativa dasar, seperti itu dan ini, (2) demonstrativa turunan, seperti berikut, sekian, (3) demonstrativa gabungan seperti di sini, di sana, ini itu, di sana-sini.

9. Artikula

Artikula merupakan sebuah partikel, sehingga dapat berafiksasi. Dalam bahasa Indonesia artikula merupakan kategori yang mendampingi (1) nomina dasar; misalnya, si kancil, sang dewa, para pelajar, (2) nomina deverbal; misalnya, si terdakwa, si tertuduh, (3) pronomina misalnya, si dia, dan (4) verba pasif misalnya, kaum tertindas, si tertindas.

10. Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain, terutama nomina sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi yaitu: (1) preposisi dasar, yaitu preposisi yang tidak dapat mengalami proses morfologis, (2) preposisi turunan, dan (3) preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa dan sebagainya.

11. Konjungsi

Konjungsi merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.

12. Kategori Fatis

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan lawan bicara. Kelas kata ini


(33)

biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara.

Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam nonstandar, kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya kok kamu pergi juga; ada yang di tengah kalimat, misalnya bukan dia, kok, yang mengambil buku itu!; dan ada juga yang diakhir kalimat, misalnya saya hanya lihat saja, kok!

Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh,atau selamat, dan wujud bentuk terikat, misalnya lah, atau pun.

13. Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri.

Interjeksi dapat ditemui dalam bentuk dasar, seperti aduh, aduhai, amboi, wah, ayo, bah, eh, hai, lho dan dalam bentuk turunan, biasanya berasal dari kata-kata biasa atau penggalan kalimat Arab, seperti alhamdulillah, astaga, masyaallah, syukur, halo dan lain-lain.


(34)

14. Pertindihan Kelas

Pertindihan kelas merupakan kelas kata yang memiliki kategori yang berbeda pada kata yang sama dalam kalimat. Misalnya pada contoh kalimat berikut (Kridalaksana, 1994 : 21):

(3) a. Kucing saya mati kemarin. b. Mati itu bukan akhir segalanya. c. Ini harga mati.

Pada kalimat di atas terdapat kata mati yang digolongkan atas 3 kategori, yaitu mati pada kalimat pertama sebagai verba intransitif, mati pada kalimat kedua sebagai nomina, dan mati

Dalam hal kategori kata ini, sebagian besar para peneliti berpandangan bahwa kata utama dikuasai lebih awal daripada kata fungsi. Dari semua kata utama, kebanyakan ahli berpandangan bahwa kata utama yang dikuasai awal adalah nomina. Bahkan Gentner dalam Darjowidjojo (2000:36) mengatakan bahwa kategori kata yang dikuasai lebih awal adalah nomina, dan ini dianggapnya universal. Menurutnya juga ada perbedaan yang nyata antara nomina dengan verba dari segi representasi batinnya. Nomina secara tipikal merujuk pada benda konkrit dan yang dapat dipegang atau yang kasat mata. Sebaliknya, verba merujuk pada hubungan unsur yang abstrak dan beraneka ragam. Berdasarkan perbedaan inilah mengapa nomina dikuasai lebih dahulu.

sebagai verba intransitif (atributif).

2.1.3 Teori Relasi Semantis

Geeraerts (2010:48) menerangkan bahwa semantik struktural merupakan pendekatan strukturalis yang dibawa pada ranah semantik leksikal. Secara teori dan deskripsi semantik struktural muncul dengan rangkaian hubungan konsep


(35)

makna strukturalis. Ada tiga pendekatan dalam semantik struktural, yaitu ranah leksikal, analisis komponen, dan relasi semantis (Geeraerts, 2010:52). Dalam hal ini, relasi semantis akan digunakan sebagai kajian teoretis. Relasi semantis mengembangkan ide dari gambaran relasi struktural dalam kata-kata yang berhubungan (Geeraerts, 2010:52)

Ada sejumlah perbedaan jenis relasi semantis. Leksem merupakan bagian dari relasi semantis. Agar lebih akurat, leksikon dianggap sebagai sebuah jaringan daripada daftar kata sebuah kamus. Prinsip organisasi yang penting dalam leksikon adalah bidang leksikal. Ini adalah kelompok leksem yang memiliki bagian pengetahuan secara khusus, seperti istilah dalam memasak ataupun berlayar, atau kosakata yang digunakan oleh dokter ataupun pemanjat tebing (Geeraerts, 2010:53). Salah satu bidang leksikal adalah hubungan leksikal yang lebih umum antara leksem dalam bidang yang sama. Dalam penelitian ini, teori yang diterapkan untuk menjelaskan tentang relasi semantis adalah teori Saeed (2000:63). Berikut merupakan contoh relasi semantis.

1. Homonim

Saeed (2000:63) menyebutkan bahwa homonimi adalah bentuk kata secara fonologi sama tetapi maknanya tidak berhubungan. Beberapa penulis membedakan homograf (kata yang tulisannya sama tetapi maknanya berbeda) dengan homofon (kata yang pengucapannya sama tetapi maknanya berbeda). Saeed menyebut kedua istilah tersebut homonim. Perbedaan tipe tersebut bergantung dari perilaku sintaksis dan pengucapannya, misalnya:


(36)

a. leksem dari kategori sintaksis dan pengucapan yang sama, misalnya well ‘baik’ dan well ‘sumur’.

b. kategori yang sama tetapi pengucapannya berbeda, misalnya: night ‘malam’ dan knight ‘ksatria’.

c. kategori yang berbeda tetapi pengucapannya sama, misalnya: verba keep ‘menjaga’ dan nomina keep ‘nafkah’.

d. kategori yang berbeda dengan pengucapan yang berbeda, misalnya : not ‘tidak’ dan knot ‘simpul’.

2. Polisemi

Saeed mengatakan (2000:64) bahwa polisemi yaitu sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu dan maknanya masih saling berhubungan satu sama lain. Secara leksikologi, homonim dan polisemi memiliki perbedaan. Meskipun keduanya memiliki pengertian yang sama, dalam polisemi ada relasi makna yang erat antara kata yang bentuknya dan ucapannya sama.

Misalnya: hooker ‘ kapal bot komersil menggunakan kait dan jaring’ dan hooker ‘orang yang memancing’.

3. Sinonim

Sinonim adalah kata yang berbeda secara fonologi, tetapi memiliki makna yang sama atau hampir sama (Saeed, 2000:65). Pada halaman yang sama Saeed (2000: 65) juga mengatakan bahwa tidak ada sinonim yang sempurna karena tidak ada bahasa yang maknanya persis sama. Biasanya terdapat perbedaan pada wilayah penggunaannya dan penilaian citarasa (konotasi) serta asosiasi tertentu.


(37)

Misalnya, kata karcis bersinonim dengan tiket, tetapi wilayah penggunaan karcis ada pada kendaraan bus, sedangkan tiket digunakan pada pesawat.

4. Antonim

Secara terminologi, antonim merupakan relasi leksikal yang menggambarkan makna yang bertentangan. Lebih lanjut, Saeed (2000:66-68) menyebutkan lima jenis oposisi, yaitu:

a. Antonimi Sederhana: hubungan antara pasangan kata-kata yang jika salah satunya positif, yang lainnya negatif. Pasangan ini sering disebut pasangan komplementer atau pasangan binari. Contoh: dead ‘mati’ dengan alive ‘hidup’.

b. Antonimi Bertingkat: hubungan antara opisisi yang jika salah satunya positif, yang lainnya tidak harus negatif. Contoh: hot ‘panas’ dengan cold ‘dingin’.

c. Kebalikan (reverses): relasi yang menunjukkan gerakan arah yang berlawanan. Contoh: push ‘dorong’ dan pull ‘tarik’.

d. Konversi (converses): Hubungan antara dua maujud dari sudut pandang yang berganti. Contoh: employee ‘pekerja’ dengan employer ‘pemberi kerja’.

e. Taksonomi (taxonomic sisters): hubungan antara kata-kata dalam sistem klasifikasi. Contoh: red ‘merah’ dan blue ‘biru’.


(38)

5. Hiponim

Hiponimi adalah hubungan inklusi. Hiponimi mengacu pada hubungan vertikal dari taksonomi (Saeed 2000:68-69). Saeed menyamakan istilah hiponimi dengan hipernimi (superordinasi).

Contoh: dog ‘anjing’ dan cat ‘kucing’ adalah hiponim dari animal ‘hewan’. 6. Meronim

Meronim adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan hubungan leksikal (Saeed, 2000:70). Misalnya cover dan page adalah meronim dari book. Meronim merefleksikan hierarki leksikon seperti taksonomi sistem, seperti:

rumah

atap kamar lantai dapur tidur mandi

Gambar 2.1 Meronim ‘rumah’

2.2Kajian Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian mengenai pemerolehan bahasa sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti khususnya dalam bahasa Indonesia. Beberapa penelitian tersebut menjadi sumber acuan dalam penelitian ini. Pertama, Ramli (2002) dalam artikelnya yang berjudul “Hubungan Penguasaan Kosakata dan Struktur Kalimat dengan Pemahaman Informasi”. Penelitian ini merupakan kajian teoretis yang memfokuskan hakikat penguasaan kosakata, struktur kalimat dan hubungan antara penguasaan kosakata dengan pemahaman informasi. Hasil penelitian tersebut


(39)

membuktikan bahwa variabel kosakata dan struktur kalimat mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemahaman informasi. Peneliti juga menyarankan bahwa pengajaran kosakata dan struktur kalimat perlu diberi penekanan dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, yang dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pengajaran membaca pemahaman juga harus diperhatikan agar seseorang dapat membaca dengan baik.

Ramli tidak menyinggung pemerolehan bahasa dalam artikelnya khususnya pemerolehan leksikon. Penelitian tersebut didasari oleh kajian teoretis mengenai penguasaan kosakata. Kontribusi penelitiannya terletak pada konsep kosakata. Hasil penelitiannya dapat memperkaya wawasan dalam mengkaji kosakata dalam bahasa Indonesia.

Kedua, Raja (2008) dalam artikelnya yang berjudul “Pelambatan dan Pertumbuhan Kosakata” mendiskusikan pertumbuhan kosakata yang terjadi pada anak usia 1 tahun 9 bulan. Kajian ini merupakan telaah ulang atas hasil penelitian pengamatan libat naturalistik atas produksi kebahasaan seorang anak laki-laki yang bernama Mika. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gejala pelambatan dan pertumbuhan kosakata Mika diikuti oleh kemajuan yang cukup pesat pada aspek leksikal, fonologi, morfologis, sintaksis, dan semantis. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan bahwa proses pemerolehan bahasa yang sesungguhnya mulai terjadi saat anak menunjukkan gejala pelambatan pertumbuhan kosakata dengan alasan bahwa saat inilah anak mulai menginternalisasi dan mencipta ulang sistem leksikogrammar dari bahasa target.


(40)

Kajian Raja sangat menarik dan memberi inspirasi karena penelitian yang dilakukan membutuhkan waktu satu tahun dalam pengumpulan data. Meskipun penelitiannya tidak membicarakan mengenai pemerolehan leksikon, uraian yang terdapat dalam pelambatan dan pertumbuhan kosakata anak bermanfaat untuk menjelaskan perkembangan bahasa anak, khususnya kosakata.

Ketiga, Pelenkahu (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak kembar Usia Dua Tahun Delapan Bulan” mengemukakan pemerolehan bahasa khususnya perkembangan morfologi anak kembar yang berusia dua tahun delapan bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik naturalistik, yaitu mengamati pola pendidikan yang dilakukan orangtua terhadap anak-anaknya dan melakukan perekaman pengembangan pemerolehan bahasa anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pelenkuhu menunjukkan bahwa anak kembar usia dua tahun delapan bulan yang menjadi subjek penelitian ini dalam mengujarkan satu, dua dan tiga kata mengawalinya dengan mengujarkan suku kata awal dan akhir secara bergantian.

Dalam pemerolehan morfologinya anak sangat bergantung pada pola kehidupan berbahasa yang ada di lingkungan keluarganya, maksudnya sedikit banyaknya bergantung pada pola berbahasa yang dilakukan oleh ibu mereka, kemudian ayah, dan saudara-saudaranya. Kebanyakan kata yang mampu diujarkan merupakan gambaran kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam kehidupan kedua anak tersebut. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa kedua anak tersebut kurang memiliki bakat bahasa yang dibawa sejak lahir sehingga orang tua


(41)

perlu mengembangkannya agar tidak mengalami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa yang baik dan benar.

Pelenkahu tidak menyinggung secara khusus pemerolehan leksikon, namun penelitiannya sangat menarik karena data diambil dengan teknik naturalistik. Dalam penelitian tersebut, kontribusi yang diberikan terletak pada teori pemerolehan bahasa yang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Referensi yang digunakan oleh Pelenkahu juga memberikan banyak manfaat sebagai acuan tambahan dalam kajian ini.

Keempat, Andriany (2009) dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Stimuli terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Prasekolah” bertujuan mengetahui perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah pemberian stimuli terhadap pemerolehan kosakata bahasa anak, mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa anak usia 4 tahun dari aspek pemerolehan kosakata, dan mengetahui responden yang masih melakukan generalisasi terhadap makna benda yang memiliki karakteristik yang sama. Responden dalam penelitian ini adalah anak prasekolah yang berusia 4 tahun dengan sampel 10 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitiannya menggunakan angket dan wawancara. Alat yang digunakan berupa gambar-gambar benda melalui tiga langkah, yaitu prauji, reinforcement (penguatan) dan pascauji. Pada tahap reinforcement peneliti melakukan proses pemberian stimulus kepada responden dengan menunjukkan gambar-gambar yang menjadi instrumen. Selanjutnya data dianalisis melalui metode induktif. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menemukan bahwa pemberian stimulus kepada anak usia 4 tahun sangat memengaruhi perkembangan bahasa anak, artinya dengan pemberian


(42)

stimuli secara intensif, pemerolehan kosakata responden berkembang dengan cepat.

Kesimpulan Andriany adalah bahwa anak prasekolah masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang sama. Selain itu apabila lingkungan memberikan stimuli secara intensif, semakin pesat perkembangan pemerolehan bahasa anak prasekolah. Penelitian Andriany berfokus pada pengaruh pemberian stimuli terhadap pemerolehan kosakata anak. Namun , kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah pada metode penelitian khususnya metode pengumpulan data dan bermanfaat juga untuk menjelaskan pemerolehan leksikon anak.

Kelima, Mangarnap (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Semantik Leksikal Siswa Sekolah Dasar” bertujuan mendeskripsikan pemaknaan leksikal siswa di tingkat sekolah dasar, yaitu di kelas V. Penelitiannya mempersoalkan kesesuaian makna yang diberikan siswa dengan makna kamus, melihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan, dan perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik, yaitu teori referensial, teori kontekstual, teori mentalisme, dan teori pemakaian makna. Pendekatan yang dipilih adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangarnap menunjukkan bahwa dalam kesesuaian pemberian makna dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), siswa laki-laki lebih banyak yang sesuai dibandingkan dengan siswa


(43)

perempuan. Pada siswa laki-laki tingkat kesesuaiannya sebanyak 36% (108 kata) dan untuk siswa perempuan sebanayak 10% (30 kata). Perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa berpengaruh pada pola pikir siswa. Siswa yang berlatar belakang dari keluarga mampu dalam memberi makna lebih kepada makna fungsi dan aksi dari makna kata tersebut, dan mengutamakan fisik dan aksi dalam pemberian makna. Dalam kesesuaian makna dengan makna kamus dapat digambarkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan lebih banyak memberikan makna yang sesuai pada adjektiva, sedangkan ketidaksesuaian makna`lebih dominan pada nomina dan verba.

Mangarnap tidak menyinggung pemerolehan leksikon. Leksikon disinggung hanya pada penyesuaian makna yang dipahami anak dengan makna kamus, sedangkan penelitian ini membahas leksikon anak yang dihubungkan dengan relasi semantis. Dalam penelitian tersebut, kontribusi yang diberikan adalah pada teori pemerolehan bahasa secara umum dan referensi yang berkenaan dengan pemerolehan leksikon.

Semua hasil penelitian terdahulu sangat membantu dalam menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu, penulis dapat membandingkan hasil yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut.


(44)

2.3 Kerangka Kerja Teoretis

Analisis dalam kajian ini berangkat dari data penelitian yaitu uraian yang ditulis oleh anak usia 7 tahun. Penelitian ini membahas tiga permasalahan, yaitu pemerolehan leksikon, kelas kata dan relasi semantis. Untuk menjelaskan pemerolehan leksikon digunakan teori pemerolehan bahasa oleh Chomsky, kemudian untuk membahas kelas kata mengacu pada konsep kelas kata oleh Kridalaksana (1994) dan relasi semantis dijelaskan dengan menggunakan teori semantik strukturalis yang dikembangkan oleh Saeed (2000). Hasil uraian yang dituliskan anak, diklasifikasikan menurut kelompok leksikon dan kelas katanya, kemudian dilihat relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh. Selanjutnya, pemerolehan leksikon, kelas kata dan relasi semantis dianalisis berdasarkan data yang ditemukan dengan metode analisis yang telah ditetapkan sehingga ditemukan sebuah temuan dalam penelitian. Berikut adalah gambaran mengenai kerangka kerja secara umum.


(45)

Kerangka Kerja Pemerolehan Leksikon

LEKSIKON

Pemerolehan leksikon Kelas Kata Relasi Semantis

TEORI PEMEROLEHAN BAHASA KELAS KATA TEORI SEMANTIK STRUKTURAL

ANALSIS DATA

TEMUAN


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 067690 di Jalan Karya Jaya No. 56 Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor 20143. Sekolah ini didirikan pada tahun 1984, dengan status tanah dan gedung adalah milik pemerintah dan luasnya 1500m2

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena kondisi ekonomi orang tua siswa yang beragam sehingga diasumsikan bahwa kondisi ekonomi sebuah keluarga memengaruhi ragam leksikon yang digunakan anak. Alasan lain adalah karena adanya suku yang heterogen. Hal ini diasumsikan bahwa keheterogenan suku pada siswa SDN 067690 memberikan perbedaan pada pemerolehan leksikon anak satu sama lain.

. Gedung sekolah ini memiliki dua lantai yang terdiri atas 7 kelas, 3 kamar mandi, 1 kantor kepala sekolah, dan 1 perpustakaan.

Waktu penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yang meliputi penyiapan bahan dan instrumen penelitian, pengumpulan data di lapangan, pengkajian dan analisis data serta penulisan laporan. Sejak Februari 2014 sudah dilakukan proses observasi awal guna mendapatkan informasi mengenai data-data sekolah, guru, dan siswa. Alokasi waktu yang telah ditetapkan tersebut memungkinkan peneliti mencermati dan menganalisis data secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian.


(47)

3.2 Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” (Moleong, 2007:3). Hal ini mengindikasikan bahwa data deskriptif yang terdapat dalam penelitian kualitatif dideskripsikan berdasarkan tujuan penelitian.

Pendekatan kualitatif dianggap berguna untuk mengungkapkan pemerolehan leksikon anak, relasi semantis yang terdapat dalam leksikon anak, dan kelas kata yang digunakan oleh anak usia 7 tahun. Hal ini dapat dilihat dari masalah yang diteliti. Pendekatan kualitatif ini dipilih untuk menjelaskan temuan dalam penelitian dan dibutuhkan pendeskripsian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak digunakan untuk mengumpulkan data tulis. Metode ini memiliki teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar digunakan dengan menggunakan teknik sadap, yakni menyadap cerita dari gambar seri yang diceritakan oleh anak-anak. Mahsun (2007: 92) menyatakan bahwa menyadap penggunaan bahasa tidak hanya secara lisan, tetapi juga secara tertulis. Kemudian, teknik lanjutan berupa (1) teknik simak libat cakap, yakni penyadapan dilakukan dengan cara melibatkan diri secara langsung percakapan dengan anak, (2) teknik catat, yakni mencatat semua situasi yang terjadi dilapangan yang mungkin memengaruhi data, (3) teknik rekam, yakni merekam pembicaraan anak.


(48)

Selanjutnya, metode cakap yaitu peneliti melakukan percakapan langsung kepada anak untuk mendapatkan data lisan. Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik pancing. Dalam hal ini, media gambar seri digunakan sebagai alat pemancing agar anak mau bercerita, sehingga data dapat diperoleh dengan mudah. Kemudian, terdapat juga teknik lanjutan, yakni teknik cakap semuka digunakan untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya dengan cara melibatkan anak dalam percakapan secara langsung.

3.3 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata (Moleong, 2007:155). Data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data tulis yang dikumpulkan berupa uraian yang ditulis anak-anak berdasarkan gambar seri sebagai media. Data tulis ini merupakan data yang dianalisis. Gambar seri digunakan sebagai media dalam pengambilan data agar anak dapat bercerita dan data mengenai leksikon yang digunakan anak usia 7 tahun dapat diperoleh dengan mudah. Sebagaimana yang dikatakan O’grady (1989: 271) bahwa media gambar merupakan salah satu media yang digunakan untuk menguji anak dalam berbahasa agar anak-anak mudah bercerita dengan kata-kata mereka sendiri berdasarkan gambar yang ada.

Data sekunder adalah data lisan berupa wawancara anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan yang dikumpulkan dalam bentuk pertanyaan


(49)

bebas yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan gambar seri agar anak dapat menceritakan gambar seri dengan mudah dan memberikan informasi lebih mendalam, misalnya dalam gambar seri terdapat cerita dengan tokoh salah satu hewan yaitu gajah, untuk mengetahui hewan apalagi yang diketahui anak maka anak ditanya dengan beberapa pertanyaan. Data lisan digunakan untuk mendukung data tulis memperoleh data yang shahih.

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan yang berjumlah 26 responden. Alasan pemilihan anak usia 7 tahun sebagai sumber data adalah karena anak pada usia tersebut masih duduk di kelas rendah dan sudah dituntut untuk memahami teks bacaan. Oleh karena itu, pemahaman leksikon yang diperoleh oleh anak usia 7 tahun sangat penting dalam memahami isi bacaan.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Data diambil dengan menggunakan media gambar seri, kemudian anak diminta untuk menuliskan cerita yang terdapat dalam gambar. Dalam gambar seri yang diberikan kepada anak terdapat variasi jalan cerita yang berbeda agar leksikon yang digunakan anak untuk membuat cerita juga bervariasi sehingga tampak pula kelas kata yang digunakan dalam cerita tersebut. Untuk memudahkan anak bercerita, anak ditanya dengan pertanyaan yang berkenaan dengan gambar seri.


(50)

2. Setelah data awal diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan mewawancarai anak sebagai narasumber. Dalam hal ini, wawancara yang dilakukan bersifat tak terstruktur. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menemukan data tentang pemahaman leksikon anak yang dihubungkan dengan relasi semantis. Misalnya, dalam uraian yang dituliskan anak terdapat kata gajah yaitu salah satu jenis hewan, untuk mengetahui pengetahuan anak tentang hewan apa saja yang diketahuinya maka anak diwawancarai.

3. Semua leksikon yang terkumpul dipilah berdasarkan kelas kata dan dilihat relasi semantis yang terbentuk sehingga terlihat pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun.

3.5 Analisis Data

Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode padan dan metode agih. Metode padan disebut juga dengan identitas yaitu metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan satuan lingual. Metode ini merupakan metode yang menggunakan alat penentu di luar dan bukan bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode ini akan digunakan dalam penelitian ini karena pemerolehan leksikon merupakan bagian dari pemerolehan bahasa yang mendeskripsikan pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun.

Sudaryanto (1993:15) membedakan metode padan menjadi lima subjenis yang digunakan dalam mengklasifikasikan macam alat penentu, yakni (1) kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, (2)


(51)

organ pembentuk bahasa atau organ wicara, (3) pembeda larik tulisan, (4) pembeda reaksi dan kadar keterdengaran, dan (5) sifat dan watak aneka langue. Dalam hal ini, kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa digunakan sebagai alat penentu dalam pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun.

Untuk rumusan pertama yaitu leksikon anak usia 7 tahun diterapkan metode padan. Metode ini bekerja untuk menentukan leksikon yang digunakan anak dengan menunujukkan sifat referensialnya. Misalnya pada kalimat “kucing mencuri ikan” yang diujarkan anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan.

Pada kalimat tersebut dapat diidentifikasi leksikon yang digunakan adalah: a. Hewan

contohnya: kucing dan ikan b. Kegiatan

contohnya: mencuri

Dengan demikian dapat dilihat bahwa anak usia 7 tahun dapat mengembangkan leksikonnya seperti hewan dan kegiatan.

Rumusan kedua yaitu kelas kata yang terdapat pada anak usia 7 tahun diterapkan metode agih. Metode agih adalah metode yang menggunakan bahasa sebagai alat penentu, yaitu dengan mengelompokkan kata dengan satuan bahasa. Metode agih terdapat teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik sisip, teknik ganti, dan teknik balik. Teknik bagi unsur langsung digunakan untuk membagi satuan bahasa yang datanya dibagi menjadi beberapa bagian, dan bagian-bagian yang bersangkutan dianggap sebagai bagian-bagian yang langsung membentuk satuan bahasa yang dimaksud.


(52)

Teknik ganti merupakan teknik yang pada penerapannya menggantikan unsur tertentu dengan unsur yang lain sehingga diketahui kadar kesamaan kelas kata dengan unsur pengganti (Sudaryanto, 1993: 48). Misalnya pada kalimat berikut.

(4) a. Harimau melihat kancil. b. Singa melihat kancil.

Kata harimau pada kalimat 4a menempati posisi sebagai subjek. Dalam kalimat subjek merupakan nomina. Jika kata harimau diganti dengan kata singa, maka kalimatnya menjadi singa melihat kancil, kata singa tetap berperan sebagai nomina.

Teknik berikutnya adalah teknik balik, yaitu pembalikan unsur satuan lingual. Misalnya:

(5) Saya bangun tidur pagi-pagi. (6) Saya pagi-pagi bagun tidur. (7) Pagi-pagi saya bangun tidur.

Kata pagi-pagi pada kalimat (5) merupakan adverbia. Jika kata pagi-pagi diletakkan pada posisi tengah atau awal seperti pada kalimat (6) dan (7), tampak bahwa tidak ada perubahan kelas pada kata pagi-pagi. Pada kalimat (5), (6) dan (7) kata pagi-pagi tetap menduduki kelas adverbia, meskipun posisinya sudah dibalik. Dengan demikian teknik balik dapat digunakan dalam penentuan kelas kata.

Rumusan ketiga yaitu relasi semantis yang terbentuk pada leksikon yang diperoleh anak usia 7 tahun dijelaskan dengan metode padan. Teknik yang digunakan adalah teknik hubung banding sama dan teknik hubung


(53)

banding beda. Namun, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kata kucing dipadankan dengan ikan. Kemudian, dianalisis dengan teknik hubung banding beda. Kucing dan ikan merupakan dua jenis hewan yang hidup di tempat yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kalimat berikut.

(8) a. Kucing hidup di darat b. Ikan berenang di laut.

Secara skematis kalimat (a) dan (b) dideskripsikan sebagai berikut: Kucing darat

Ikan air

Darat X air

Dalam kalimat tersebut terdapat kata darat yang merupakan lawan kata dari air. Kedua kata tersebut menunjukkan bahwa kucing adalah antonim dari ikan dilihat dari tempat hidup masing-masing hewan tersebut.

3.6 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini dilakukan untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data. Prosedur triangulasi meliputi penggunaan data dari berbagai sumber. Untuk menambah nilai argumen, makin banyak bukti yang diperoleh, maka akan semakin baik.

Triangulasi diperlukan karena terdapat perbedaan pemahaman makna leksikon dari anak yang satu dengan anak yang lain meskipun data yang digunakan sama. Oleh karena itu, triangulasi ini dilakukan untuk


(54)

menguji pemahaman peneliti dan narasumber mengenai hal-hal yang diinformasikan oleh narasumber kepada peneliti (Bungin, 2011:264).

Ada empat cara dalam melakukan triangulasi (Bungin, 2011:265), yaitu: (1) triangulasi kejujuran peneliti, yaitu dengan cara pengecekan langsung oleh peneliti, wawancara ulang dan merekam data yang sama di lapangan, misalnya dengan cara meminta bantuan guru kelas dengan melakukan pengecekan langsung, wawancara ulang dan merekam data yang sama, (2) triangulasi dengan sumber data, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan sautu informasi melalui waktu dan cara yang berbeda, misalnya untuk menguji kredibilitas data, maka pengujian data dapat dilakukan dengan wawancara kepada guru wali kelas dan teman murid. Data dari kedua sumber tersebut dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dengan kedua sumber tersebut, (3) triangulasi dengan metode, yaitu mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda, (4) triangulasi dengan teori, yaitu dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan pembanding, yaitu fakta yang ditemukan di lapangan diperiksa tidak hanya dengan satu teori, namun dengan teori yang akan diperlukan untuk penjelasan banding. Misalnya, fakta mengenai teori relasi semantis diperiksa tidak hanya diperiksa dengan teori yang dikemukakan oleh Saeed (2010), namun dapat juga diperiksa dengan teori lain atau mengecek melalui teori Lyon (1977).


(55)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 4.1 Pengantar

Bab ini membahas paparan data dan temuan penelitian. Paparan data dalam bab ini mendeskripsikan data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan membahas presentasi data dengan memfokuskan pada pengklasifikasian data. Kemudian, bagian temuan penelitian menerangkan hasil analisis data. Temuan ini menyangkut tiga masalah penelitian, yakni pemerolehan leksikon, kelas kata, dan relasi semantis yang terbentuk pada leksikon anak-anak usia 7 tahun.

4.2 Paparan Data

Data dalam penelitian ini mengacu pada leksikon yang digunakan anak usia 7 tahun yang dihubungkan dengan kelas kata dan relasi semantis yang terbentuk pada leksikon anak. Seluruh data dikumpulkan dengan menggunakan media gambar seri. Selanjutnya, data yang telah dikumpulkan dengan media gambar seri, diklasifikasikan berdasarkan kelompok dan kelas kata yang terdapat dalam leksikon anak.

Terkait dengan pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun, paparan data dalam penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut.

(1) Data yang dikumpulkan berupa uraian yang ditulis oleh anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan.

Berikut ini adalah data penelitian yang ditulis oleh anak usia 7 tahun berdasarkan gambar seri yang telah disusun sedemikian rupa. Dalam penyajiannya, setiap cerita dikelompokkan pada tabel yang berbeda.


(56)

Berdasarkan instrumen penelitian terdapat lima gambar seri, maka ada lima kelompok cerita yang terdapat pada setiap tabel.

Tabel 4.1 Cerita Gajah dan Semut

No Uraian

1. Gajah dan semut jalan-jalan di halaman. Mereka melihat sampah. Mereka membersihkan sampah dengan sapu dan serokan kemudian dia menyapu sampah lalu mereka beristirahat.

2. Pada suatu hari gajah dan semut di depan halaman ada sampah terus mereka membersihkanya. Mereka mengambil sapu dan serokan. Mereka membersihkannya gajah berkeringat. Gajah dan semut berteduh di atas pohon

3. Gajah dan semut pergi jalan ke taman. Lalu gajah dan semut sampai di taman lalu gajah dan semut membersihkannya sampai selesai. Gajah dan semut membersihkan sampah. Gajah dan semut beristirahat.

4. Gajah dan semut pergi ke kebun. Gajah dan semut melihat sampah

berserakan. Lalu gajah dan semut membersihkan sampahnya lalu gajah dan semut menyapu sampai bersih dengan memakai sapu. Lalu gajah dan semut beristirahat di depan pohon gajah dan semut.

5. Gajah dan semut melihat sampah berserakan, lalu gajah dan semut

membersihkan sampah itu lalu mereka menyapu bersama-sama lalu gajah dan semut istirahat.

6. Gajah dan semut berkeliling di halaman terus itu di sekeliling halaman gajah melihat sampah, kata si semut ayo kita bersihkan halaman ini, dan orang itu segera menyapu halamannya, menyapu daun sampai gajah berkeringat siap gajah dan semut duduk di bawah pohon.

7. Gajah dan semut berjalan-jalan. Tiba-tiba mereka nengok sampah

berserakan. Gajah dan semut membersihkan halaman menggunakan sapu. Ayo semut kita bersihkan bersama kata gajah. Semut dan gajah duduk di halaman bawah pohon karena capek.

8. Gajah dan semut jalan-jalan. Gajah dan semut menyapu bersama-sama.

Gajah dan semut menyapu sampai bersih dan beristirahat bersama-sama.

9. Gajah dan semut jalan-jalan di halaman. Tiba-tiba semut dan gajah

menampak sampah. Lalu semut dan gajah membersihkan sampah. Semut dan gajah membersihkan sampah. Semut dan gajah menyapu. Lalu sudah selesai gajah dan semut kecapean.

10. Gajah dan semut berjalan-jalan. Gajah dan semut membersihkan sampah. Mereka menyapu sampah. Setelah menyapu mereka bersantai di bawah pohon.


(57)

Tabel 4.2 Cerita Bermain Bola

No. Uraian

1. Pada suatu hari ajil bermain bola bersama temannya di lapangan bola

Di lapangan bola itu lapangannya becek baru itu ajil terjatuh karna becek baru itu ajil mencuci bajunya

2. Adit membawa bola ke lapangan adit bermain bola dengan teman-temannya. Adit terjatuh. Adit menangis. Adit pulang kerumahnya. Adit mencuci bajunya.

3. Rian bermain bola sepak kemudian Rian bermain bola sepak dengan teman-temannya. Rian bermain bola sepak di lapangan. Di lapangan becek kemudian Rian terpeleset dilapangan kemudian baju Rian kotor kemudian Rian menyuci baju sendiri.

4. Rian bawa bola. Dia mau bermain bola di lapangan. kemudian Rian

mengajak teman-temannya. Rian bermain bola sepak di lapangan becek kemudian Rian terpeleset dilapangan kemudian baju Rian kotor kemudian Rian menyuci baju sendiri.

5. Ajil ke lapangan membawa bola lalu dia ke lapangan bermain bola lalu dia terjatuh dilapangan dia kena becek lalu dia pulang kerumah mencuci baju dia.

6. Pas yang lalu Farhan mengajak temannya bermain bola. Mereka bermain

bolanya di lapangan. Setelah itu Farhan jatuh dan bajunya basah. Pas sampe di rumah dia menyuci bajunya sendiri karena kotor waktu dia jatuh maen bola di lapangan sama temannya.

7. Faras bermain bola di lapangan bersama teman-temannya. Faras terjatuh karena di tendang. Dia mencuci baju.

8. Rizki membawa bola. Riski main bola di lapangan, tapi lapangannya kotor. Rizki kepeleset karena ada air di lapangan. Rizki mencuci bajunya karena bajunya kotor.

9. Pada hari minggu nopal libur Nopal bermain sepak bola

Tiba-tiba nopal jatuh kelapangan becek bajunya berlumpur Nopal mencuci bajunya sendiri

10. Faras membawa bola untuk bermain bola bersama teman-teman. Ketika faras main Faras terjatuh sampai di rumah Faras mencuci baju supaya bersih karena bajunya kotor.


(58)

Tabel 4.3 Cerita Membantu Ibu

No Uraian

1. Najwa mencuci baju pake sabun. Abis nyuci bajunya dijemur di halaman. Najwa menggosok bajunya. Setelah itu najwa menonton tv.

2. Najwa sedang mencuci baju abis itu menjemurnya. Habis menjemur najwa menggosoknya habis menggosok najwa menonton televisi.

3. Endang menyuci baju, setelah Endang menyuci baju lalu Endang

menjemurkan pakaian. Lalu Endang menggosok baju. Selesai menggosok baju Endang menyapu rumahnya.

4. Najwa sedang mencuci kain di kamar mandi lalu najwa menjemur di depan rumah memakai jemuran

Lalu najwa menggosok kainnya abistu najwa menonton TV.

5. Qiara mencuci baju, dia membantu ibunya. terus bajunya dijemur di halaman rumah. pas udah kering bajunya di gosok. abis tu Qiara nonton tivi karena kerjaannya udah siap.

6. Alya mencuci pakaiannya sendiri. Dia menggosok bajunya dengan rapi. Pas itu dia menjemur pakaiannya sendiri terus dia menonton tivi karena kerjaannya udah abis.

7. Ibu mencucui baju dengan menggunakan sabun dan air. Lalu dijemur

pakaiannya lalu digosok. Setelah itu menonton. 8. Ibu mencuci baju setelah itu ibu menjemur pakaian

Ibu menggosok baju Ibu menonton televisi

9. Alya menyuci baju. Dia membantu ibunya lalu baju dijemur lalu baju

digosok lalu dipakai.

10. Nafa mencuci baju kemudian Nafa menjemur baju kemudian Nafa


(59)

Tabel 4.4 Cerita Kegiatan Sehari-hari

No Uraian

1. Azil bangun tidur pagi-pagi. Terus dia mandi pake sabun dan sampo biar badannya bersih. Abistu dia sarapan nasi pake ikan dan sayur dan minum susu. Kemudian dia salaman sama orang tuanya. Terus dia pergi sekolah jalan kaki. Sampai di sekolah dia duduk sendirian dan belajar sama ibu guru. 2. Saya bangun tidur. Terus mandi pake sabun dan sampo. Setelah mandi saya

berpakaian terus sarapan pake nasi, susu, ikan dan sayur bayam. Abis tu saya menyalami ayah dan ibu pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Sampe di sekolah saya belajar sama ibu guru.

3. Najwa bangun tidur lalu najwa mandi lalu najwa makan memakai ayam dan nasi dan sayur kangkung. Lalu najwa pergi sekolah najwa pergi sekolah berjalan kaki lalu najwa duduk sendiri karena najwa datang duluan.

4. Najwa baru bangun tidur. Abistu Najwa mandi abistu Najwa makan nasi

minum susu abistu Najwa pergi ke sekolah sampai di sekolah Najwa duduk sendiri karena dia datang duluan.

5. Pertama dia baru bangun tidur barutu ajil dia mandi siap mandi dia makan nasi dan minum susu lalu dia pergi ke sekolah lalu dia berjalan kaki menuju ke sekolah lalu dia belajar

6. Saya bangun tidur, terus saya mandi, terus berpakaian seragam. Abis tu saya sarapan nasi pake ikan dencis. Abis sarapan saya berpamitan kepada orang tua saya. Saya berjalan kaki ke sekolah. Saya duduk di kelas sendirian karena saya sampe duluan di sekolah.

7. Parhan bangun tidur pagi hari. Kemudian Parhan mandi memakai sabun. Parhan memakan nasi ayam dan ikan dan susu. Parhan menyalam orangtuanya. Parhan berjalan kaki ke sekolah. Parhan sampai di sekolah sendirian dan duduk di kelas sendirian karena duluan datang.

8. Saya bangun tidur. Saya mandi pake sampo, terus saya pake baju sekolah dan sarapan nasi. Abis sarapan saya pamitan kepada oran tua. Saya salaman sama orang tua. Terus saya pigi sekolah dengan jalan kaki. Saya di sekolah duduk sendirian karena saya duluan sampe di sekolah.

9. Saya bangun tidur. Setelah itu saya mandi memakai sabun, sikat gigi dan sampoan. Saya memakai baju. Saya makan sayur bayem ikan tongkol. Setelah itu saya berpamitan bersama ibu dan bapak. Saya mau pergi sekolah jalan kaki. Saya sudah sampai di sekolah.

10. Saya bangun tidur, terus mandi di kamar mandi pake sabun, terus sikat gigi. Terus saya memakai baju. Saya makan memakai nasi goreng ikan dencis. Setelah itu saya berpamitan bersama ibu dan bapak. Lalu saya berangkat ke sekolah.


(60)

Tabel 4.5 Cerita Menonton Pacuan Kuda

No Uraian

1. Pada hari minggu adit, bara, ajil, fares membeli tiket untuk nonton kuda. Mereka antri untuk membeli tiket, banyak sekali orang beli tiket. Mereka kehabisan tiket akhirnya mereka nonton dari atas tembok padahal itu sangat berbahaya. Tiba-tiba pak polisi datang menegur mereka. Jangan duduk di situ ayo turun nanti jatuh. 2. Adit, Riski, Azri, Rian beli tiket di loket mau nonton lomba kuda. Orangnya

banyak yang beli tiket. Tiketnya sampe abis. Jadi orang itu gak bisa masuk. Mereka nontonnya dari atas tembok. Orang itu gak takut jatuh. Tiba-tiba pak polisi datang dari belakang katanya jangan duduk di atas tembok nanti jatuh.

3. Pada hari minggu alip azri rian adit riski mengantri tiket lomba kuda kemudian tiket lomba kuda abis. Mereka nonton dari atas tembok kemudian pak polisi datang dari samping tembok terus menegur mereka. Pak polisi marah.

4. Pada hari minggu ajil, fares, rian, dayat membeli tiket. Kemudian karna banyak yang membeli tiket jadi tiketnya habis. Akhirnya mereka nonton di atas tembok, mereka duduk dan tidak takut. mereka menonton lomba lari kuda. Kemudian pak polisi datang dari belakang turun dari atas tembok kalok tidak turun nanti jatuh. 5. Pada hari minggu mereka membeli tiket , ajil, farez, rian, dayat, azri kemudian

karna banyak yang membeli tiket jadi tiketnya habis. Akhirnya mereka nonton di atas tembok, menonton pacuan kuda. Kemudian pak polisi datang turun dari atas tembok kalau tidak turun nanti jatuh.

6. Farhan, Nabil, Nopal, Pandu beli tiket di loket 1 mau nonton lomba kuda. Yang beli tiket banyak sampe tiketnya abis. Terus orang itu tidak bisa masuk karena tiketnya abis. Jadinya orang itu nonton di atas tembok. Orang itu gak takut jatuh. Tiba-tiba pak polisi datang. Kata pak polisi turun nanti jatuh.

7. Faras, Nopal, Farhan, Nabil membeli tiket di loket 1 mau nonton lomba kuda. Karena tiketnya habis orang itu nonton di atas tembok. Mereka asik menonton lomba kuda. Mereka tidak tahu nonton di atas tembok sangat berbahaya. Tiba-tiba datang polisi kata polisinya turun dari atas tembok kalau tidak turun nantik jatoh. 8. dimana Faras beli tiket? Di loket satu. Dia menonton lomba kuda di atas tembok.

Dia lalu menonton lomba kuda sama teman. Tiba-tiba dia dan teman-temannya ditegur pak polisi ayo turun.

9. Dimas, Farel, Rehan, Farhan beli tiket lalu tiket habis. Karena habis tiket mereka tidak boleh masuk. Lalu Dimas, Farel, Rehan, Farhan ditembok nengok perlombaan kuda. Pas di atas tembok mereka mau turun tiba-tiba datang pak polisi katanya turun-turun.

10. Faras, Farhan, Nabil, Nofal mengantri tiket lomba pacuan kuda. Karena mereka kehabisan tiket mereka menonton diatas tembok. Mereka menonton diatas tembok perlombaan kuda. Tiba-tiba polisi datang memarahi mereka supaya tidak mengulangi lagi


(61)

(2) Data berupa uraian yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan berdasarkan kelompok leksikon.

Misalnya data yang ditulis oleh subjek penelitian yang telah dipaparkan pada tabel 4.1 sampai 4.5 dikelompokkan berdasarkan leksikonnya sehingga kelihatan leksikon yang digunakan anak usia 7 tahun. Berikut adalah tabel pengelompokan leksikon yang diperoleh dalam penelitian.

Tabel 4.6 Kelompok Leksikon

No Kelompok Leksikon

1. Nama orang

a. Laki-laki 1. Rian, 2. Farras, 3. Ajil, 4. Bara, 5. Adit, 6. Fares, 7. Azri, 8. Dayat, 9. Farhan, 10. Nabil, 11. Nopal, 12. Pandu, 13. Dimas, 14. Farel, 15. Rehan, 16. Dedek,17. Firman, 18. Zaki, 19. Riski

b. Perempuan 1. Najwa, 2. Qiara, 3. Alya, 4. Nafa, 5. Nabila, 6.

Nazwa, 7. Rina, 8. Nafisha, 9. Liza, 10. Melisa, 11. Kawi, 12. Gayatri, 13. Sofi

2 Hewan

a. Jinak 1. gajah, 2. semut, 3. kancil, 4. burung, 5. ikan, 6.

kelinci, 7. sapi, 8. tikus, 9. kucing, 10. ayam, 11. bebek, 12. tikus, 13. monyet, 14. orang utan, 15. lebah, 16. anak anjing, 17. kambing, 18. ayam, 19. cicak, 20. kodok, 21. tupai, 22. zebra, 23. entok, 24. panda, 25. unta, 26. kuda, 27. badak, 28. kecoa, 29. lumba-lumba, 30. kupu-kupu, 31. siput, 32. bintang laut, 33. udang, 34. marmut, 35. nyamuk, 36. angsa, 37. kerbau, 38. marmut, 39. lembu

b. Buas 1. ular, 2. beruang, 3. harimau, 4. singa, 5. Serigala, 6.

Macan tutul, 7. Hiu, 8. buaya, 9. anjing, 10. komodo

3 Kendaraan

a. mesin 1. mobil, 2. Kereta api, 3. Pesawat, 4. Taksi, 5.

Helikopter, 6. Truk, 7. Kapal, 8. Becak, 9. Angkot, 10. Bus, 11. Kereta 12. Ambulan, 13. Mobil pemadam kebakaran, 14. Odong-odong, 15. Truk sampah, 16. Pesva, 17. Kapal laut, 18. Truk air, 19. Truk minyak, 20. Pesawat jet, 21. Kereta listrik, 22.perahu, 23. Mobil balap


(1)

Guli, boneka, 97. Congkak, 98. Bola, 99. Game, 100. PS, 101. Mobil-mobilan, 102. Boneka, 103. Berbi, 104. Monopoli, 105. Ular tangga, 106. lemari baju,

No Kelas Kata Leksikon

107. Tempat tidur, 108. Meja belajar, 109. meja makan, 110. Kursi makan, 111. Lemari piring, 112. lemari buku, 113. Lemari tv, 114. Lemari kaca, 115. Meja tamu, 116. Kursi tamu, 117. Sofa,118. Kursi amben, 119. Lemari buku, 120. Meja bulat. 121. Pisau, 122. tempat masak, 123. tempat panggang ikan, 124. kompor gas, 125. sendok masak, 126. gas, 127. Sendok, 128.garpu, 129. gelas, 130. cangkir,131. piring, 132. mangkok, 133. pisau, 134. tong sampah, 135. Lampu, 136. jam dinding, 137. sabun, 138. Sampo, 139. Molen pisang, 140. molen coklat, 148. molen ubi, 149. Bakso bakar, 150. Rujak, 151. Kentang goreng, 152. Telur saos, 153. mi sop, 154. Kentaki, 155. Bakso, 156. Bubur kacang ijo, 157. Bubur sum-sum, 158. Bubur jagung, 159. Bubur kacang merah, 160. Mi goreng, 161. Mi rebus, 162. Mi ayam, 163. Mi balap, 164. Mi aceh, 165. Telur mata sapi, 166. Es jagung, 167. Es tebu, 168. Es cendol, 169. Es krim, 170. es teh, 171. pop es, 172. susu, air, 173. ikan tongkol, 174. ikan dencis, 175. sayur bayam, 176. sayur daun ubi, 177. sayur wortel, 178. sayur kol, 179. sayur kacang panjang, 180. nasi, 181. nasi goreng, 182. Telur, 183. komputer, 184. Laptop, 185. Tab, 186. Tv, 187. Radio, 188. lapangan, 189. minggu, 190. Tiket, 191. tembok, 192. sampah, 193. sekolah, 194. halaman, 195. rumah, 196. taman, 197. kain, 198. jemuran, 199. berserakan, 200. pohon, 201. becek, 202. kelas, 203. berlumpur, 204. atas, 205. bawah

4. Pronomina 1. Mereka, 2. saya, 3. dia, 4. –nya, 5. Sendiri 5. Numeralia 1. berdua, 2. Satu, 3. Banyak, 4. Sekali

6. Adverbia 1. sangat, 2. Tiba-tiba, 3. Jangan, 4. Boleh, 5. Tidak, 6. Mau, 7. Kehabisan, 8. Pagi-pagi, 9. Nanti, 10. Bersama-sama, 11. Sendirian, 12. Sudah, 13. Belum, 14. Bisa

7. Interogativa Mana

8. Demonstrativa 1. Itu, 2. situ, 3. sini, 4. sana, 5. Ini, 6. Atas, 7. bawah


(2)

10. Preposisi 1. pada, 2. Dari, 3. Di, 4. Ke, 5. Sama, 6. Sampe

No Kelas Kata Leksikon

11. Konjungsi 1. dan, 2. Karena, 3. Abis tu, 4. Kemudian, 5. Jadi, 6. Tapi, 7. Terus, 8. Lalu, 9. Baru itu, 10. Untuk, 11. Yang, 12. Kalau

12. Kategori fatis Kok

13. Interjeksi 1. Ayo, 2. aduh 14. Pertindihan kelas Sampai


(3)

Lampiran 5

Relasi Semantis

7.

Sinonim

Sinonim

Kotor

=

Jorok

ribut

=

Bising

tiket

=

Karcis

depan

=

Muka

sampai

=

Tiba

nengok

=

Liat

kawan

=

Teman

senang

=

Gembira

selesai

=

Siap

halus

=

Lembut

kemudian

=

Lalu

Baru itu

=

Abis tu

8.

Antonim

Antonim

memasukkan

><

Mengeluarkan

Pergi

><

Pulang

Menarik

><

Mendorong

Berlari

><

Berjalan

Maju

><

Mundur

Besar

><

Kecil

Keras

><

Lembut

Gemuk

><

Kurus

Gelap

><

Terang

Panjang

><

Pendek

Basah

><

Kering

Halus

><

Kasar

Senang

><

Sedih

Jahat

><

Baik

Jauh

><

Dekat

Depan

><

Belakang

Bersih

><

Kotor

Atas

><

Bawah

Banyak

><

Sedikit

Sana

><

Sini

Ini

><

Itu

Tangan

><

Kaki


(4)

9.

Hiponim

No

Hiponim

Leksikon

1.

kendaraan

Mobil

Kereta

Kereta api

Pesawat

Sepeda

Kapal

2.

hewan

Gajah

Semut

Buaya

Kancil

Kelinci

Sapi

Kerbau

Harimau

Singa

Serigala

Macan

Zebra

Jerapah

Kuda

Anjing

Kodok

Ikan

Ayam

Perabotan

Kursi

Sofa

Meja

Tempat tidur

Lemari

Alat makan

Sendok

Garpu

Gelas

Piring

Mangkok

Cangkir

mi

Mi ayam

Mi sop

Mi goreng


(5)

Mi rebus

Mi balap

Mi aceh

Es

Es jagung

Es cendol

Es tebu

Es krim

10.

Meronim

Kepala

Mata

hidung

mulut

telinga

pipi

Gigi

lidah

rumah

atap

pintu

jendela

gerbang

sekolah

guru

murid

buku

membersihkan

menyapu

menyikat mencuci

mandi


(6)

11.

Homonim

Homonim

Nanti

1

‘menunggu’

Nanti2

‘waktu kemudian’

Pake

1

‘menggunakan’

Pake

2

‘dengan’

Mau

1

‘keinginan akan sesuatu’

Mau

2

‘akan’

Sampai

1

‘ tiba’

Sampai

2

‘hingga’

12.

Polisemi

-

Ibu

: ‘ mama’