BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Punk - Kehidupan Subkultur Punk di Kota Gorontalo (Studi Kasus di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo) - Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah dan Perkembangan Punk

  Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik, yang begitu identik dengan pergerakan kultur anak muda (Bannett Andy, 2006)

  1 Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan

  segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

  Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer (Triggs teal,

  2

2006) dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem

  berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

  Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas 1 bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan,

  

Dalam beberapa penelitian seperti yang disebutkan oleh Alan O’connor bahwa dalam perkembangannya, kelompok Punk di Inggris juga terdiri dari sekumpulan anak sekolah dan mahasiswa. Lihat dalam Alan O’c onnor, The Sociology of Youth Subcultures dalam Peace seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati.

  Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.

2.2. Punk; Idiologi dan Gaya Hidup

  Ideologi dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) dapat diartikan sebagai sekumpulan konsep bersistem; cara berpikir seseorang atau suatu golongan manusia; paham, teori, dan tujuan yg berpadu merupakan satu program sosial politik. Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa ideologi bisa berarti cara berpikir seseorang atau kelompok yang membentuk sekumpulan konsep bersistem, berupa pemahaman, maupun teori dengan tujuan tertentu.

  . Ideologi diambil dari kata ideas dan logos yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk pada saat ini mulai mengembangkan proyek jor-joran yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata masing-masing. Di Indonesia sendiri khususnya Gorontalo punk bukan lagi merupakan sebuah kelompok anak muda pendendam atau jiwa pemberontak, tetapi berkembang menjadi sebuah gaya hidup (life style).

  Sebagai salah satu gerakan subkultur, punk tergantung pada fashion dan musik sebagai bentuk dari ekspresinya (Clark Dylan, 2003) selain itu, beberapa penanda lain adalah tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker. Sebagai kelompok, anggota punk adalah heterogen, walaupun

  3 dalam beberapa kelompok, laki-laki sering mendominasi .

  Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang

  4

  berlandaskan dari keyakinan (DIY) Do It Your Self . Dengan mempromosikan DIY, punk menggambarkan sebuah trasnformasi dari konsumen yang difasilitasi

  5

  media masa, menjadi agen penghasil kultur. . Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

6 Menurut Hebdige Punk menggunakan bahasa media dengan krisis

  3 mendaur ulang bahasa itu dengan ekspresi tubuh dan visual. Gaya punk adalah 4 Lihat dalam Baron. W. S, 1989. Hal 299.

  

DIY atau “buat sendiri” merupakan slogan Punk sebagai respon terhadap konsumerisme yang

ditawarkan oleh sistem dominan dan kapitalisme. Dengan slogan DIY mereka berkata “make your own culture and stop consuming that which is made for you ”. Lihat dalam Teal Triggs, 5 2006.

  Dunn. C. Kevin. 2008. Sama seperti Teal Triggs (2006), sepakat bahwa aktivitas DIY punk merupakan salah satu parameter kultural yang menjadi penanda perbedaan punk dengan subkultur yang lain. tersedia untuk umum yang kemudian ditandai ulang, dihubungkan dengan sekumpulan masalah kontemporer. Punk merefleksikan ironi kondisi sosial

  7

  disekitarnya, dengan memparodikannya lewat gaya dan tingkah lakunya . Bahkan

  

Kevin Dunn (2008) mengatakan bahwa punk adalah pesan subversif dalam

  maknanya sendiri. Para pemuda yang memiliki keunikan tersendiri dalam menjalani dan memaknai hidup, hidup yang melampaui kehidupan.

  8 Gaya hidup punk mempunyai keanekaragaman komunitas yaitu :

  a. Anarcho Punk Komunitas Punk ini termasuk salah satu komunitas yang sangat keras.

  Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya.

  Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist. Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.

  b. Crust Punk

  Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya 7 disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam

  

Moore bahkan menambahkan bahwa “punk mendaur ulang image kultur dan kepingannya dengan tujuan untuk memparodikannya dan merunutnya secara mengejutkan, sehingga mendekonstruksikan dan mensimulasikan arti dominannya untuk memenuhi ruang sosial. Lihat Moore, 2004: Postmodernism and Punk Subculture: Cultures of Authenticity and pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.

  c. Glam Punk

  Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya.

  d. Hard Core Punk

  Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.

  e. Nazi Punk

  Komunitas ini merupakan komunitas minoritas dari kalangan punk. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri menyebar ke Amerika Serikat. Nazi Punk erat sekali dengan beberapa kelompok

  

skin head , hal ini berkaitan dengan faham fasis dan rasis yang sama-sama mereka

  anut. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock Against Communism

  f. Street Punk

  Street Punk adalah komunitas punk yang sebenarnya tidak terlalu peduli dengan musik, mereka merupakan kelompok anak muda yang menghabiskan seluruh aktifitasnya di jalanan. Street punk identik dengan paham komunisme, yang mengambil jargon equality dan sering terlibat demonstrasi buruh.

  g. Queer Core

  Komunitas Punk ini sendiri terdiri dari para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transexual. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985.

  h. Riot Grrrl

  Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC.

i. Scum Punk

  Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang

  

Edge Scene . Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan,

  kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri.

  Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing. Jenis musik yang mereka mainkan adalah melodic punk.

  k. Ska Punk

  Ska Punk merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau

  , tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memiliki

  Pogo beat-beat yang sangat cepat.

2.3. Punk Sebagai Subkultur

  Subkultur adalah sekumpulan norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan, atau

  9

  gaya hidup yang berbeda dari kultur dominan. Secara harfiah, subkultur terdiri dari dua kata Sub yang berarti bagian, sebagian dan kultur kebiasaan dan pembiasaan Tapi secara konseptual, subkultur adalah sebuah gerakan atau kegiatan atau kelakuan (kolektif) atau bagian dari kultur yang besar yang biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan akan kultur mainstream tersebut, bisa segala yang dianggap mainstream. Secara kasar itu bisa diartikan juga sebagai budaya yang menyimpang. Proses ini dimulai dengan melawan tertib alami, punk merupakan salah satu contoh yang dapat menunjukan keberadaan sebagai subkultur.

  Konsep subkultur merupakan hal yang berdaya mobilitas mengkonstitusi obyeknya dari studi. Hal ini merupakan suatu istilah klasifikatori yang mencoba memetakan dunia sosial didalam suatu tindakan terhadap representasi (Thornton,

  10

  1997) . Keakuratan subkultur bukan pada sejauh mana mampu berfungsi dalam pemakaiannya. Kata “Sub” bermakna sebagaI istilah dan menunjukan pembedaan dengan jelas arus utama budaya dominan dalam masyarakat. Dengan kata lain, subkultur dimaksudkan agar bagian masyarakat tertentu mampu memaknai hidup secara baru sehingga dapat menikmati kesadaran menjadi yang lain dalam perbedaan terhadap budaya dominan masyarakat. Bagi cultural studies (kajian

  11

  budaya) , kata kultur dalam istilah subkultur mengacu pada “keseluruhan cara hidup” atau “peta-peta makna” yang rmemungkinkan anggota kultur/budaya tersebut dapat memahami dunia. Awalan “sub” berkonotasi dengan kekhasan dan perbedaan dari masyarakat dominan atau mainstream. Karena pengertian tentang adanya subkultur yang autentik bergantung pada oposisi binernya, yaitu ide tentang kebudayaan dominan hasil produksi massal yang autentik. Subkultur dipandang sebagai ruang-ruang budaya yang menyimpang untuk menegosiasikan persoalan “perlawanan” terhadap budaya yang dominan. Dalam kajian budaya hal

10 Dalam Chris Barker, Cultural Studies teori dan praktik, Yogyakarta: ,Bentang (PT Bentang

  Pustaka), 2005 hal.426 ini semula ditangkap hanya berdasar kelas.Tapi kemudian berkembang dan melibatkan pula persoalan-persoalan gender, ras, seksualitas.

  Hebdige (1999) berpendapat bahwa kata subkultur sarat dengan misteri. Ia mengesankan kerahasiaan, janji persekutuan rahasia, suatu Dunia Bawah...

  Menurut Liliweri (2003) yang dimaksud dengan subkultur adalah suatu kelompok atau sub unit budaya yang berkembang ketika adanya kebutuhan sekelompok orang untuk memecahkan sebuah masalah berdasarkan pengalaman bersama. Apa yang mereka hasilkan itu acapkali merupakan suatu resolusi yang kontradiktif dalam struktur sosial bersama, akibat selanjutnya adalah kelompok itu membentuk suatu identitas kolektif dari sejumlah identitas individual yang pada akhirnya mereka diterima bersama. Kebudayaan subkultur acapkali merupakan gambaran sebuah kelompok minoritas yang ada dalam kehidupan budaya mayoritas.

  Dalam tinjauan yang menarik mengenai subkultur punk, Clark Dylan

  

(2003) , membagi sub kultur punk kedalam 2 fase yaitu Classical Punk dan Post-

Punk / Contemporary Punk. Classical Punk menurutnya adalah subkultur punk

  mula-mula pada awal kemunculannya, dan Post-Punk / Contemporary Punk merupakan sub kultur yang telah termodifikasi akibat dari kultur indusri dan

  12 modernisme .

  keterbatasan karena mengambil tempat di jalanan bukan dalam sebuah institusi 12 dimana perubahan dapat di buat, dengan begitu, subkultur punk dapat dikatakan

  

Clark Dylan menjelaskan bagaimana pergeseran kultur punk pada awal kemunculannya sampai saat ini. Bagaimana komodifikasi yang dilakukan oleh pasar terhadap kultur punk, dan bagaimana kooptasi media menyumbangkan subjekfikasi dalam rangka membentuk identitas hanya sebagai representasi simbolik dan kritik terhadap kontradiksi stuktural. Dimana menurutnya, anggota subkultur ini, menggunakan subkultur sebagai media untuk melarikan diri dari kelas dan kooptasi dalam sebuah sikap simbolik.

  Para teoritikus kajian budaya tidak mengkonsepkan anak muda sebagai suatu kelompok yang homogen dan lebih suka memerhatikan adanya perbedaan kelas dan artikulasinya dengan nilai-nilai kebudayaan dominan atu mainstream. Subkultur disini lihat sebagai solusi-solusi magis atau simbolis atas masalah- masalah kelas. Seperti diungkapkan Brake

  13

  , Brake melanjutkan dengan memerhatikan lima fungsi yang bisa dimainkan oleh subkultur bagi pengikut- pengikutnya:

  1. Menyediakan solusi-solusi magis untuk bbebagai masalah sosial- ekonomis;

  2. Menawarkan sebentuk identitas kolektif yang berbeda dari identitas dari sekolah dan pekerjan;

  3. Merebut ruang untuk pengalaman dan peran alternatif atas realitas sosial;

  4. Memasok berbagai aktivitas waktu santai yang bertolak-belakang dengan sekolah dan pekerjaan; identitas. Subkultur muncul sebagai usaha untuk meyelesaikan masalah-masalah yang dialami secara kolektiv masalah-masalah yang lahir dari berbagai kontradiksi struktur kelas. Subkultur melahirkan sebentuk identitas kolektiv yang bisa menjadi sumber identitas individual diluar identitas-identitas yang didiktekan oleh kelas, pendidikan, dan

  14

  pekerjaan. (Brake, 1958)