Hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga - USD Repository

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA PADA PRAJURIT TNI-AD DI YONIF 400/RAIDER DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Hapsari Retno Dewi

  NIM : 049114054 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2008

  

MOTTO

Lord didn’t promise that life would become easy…

but

  

He promises to go with you in every step of your way and don’t

be afraid in everything problem..

  

‘cause

There is nothing impossible with God..

  

Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak

akan hilang

Ams 23:18

so..

  

When you weak, try to up

When you hopeless, try to hope again

When you badmood, try to change it to good

When you alone, believe GOD always with you Kupersembahkan Karya ini untuk : ♥ Tuhan Yesus, tumpuan hidupku ♥ Bapak dan Ibu tercinta ♥ Mas Pandu tercinta ♥ Kandaku…Mas Nando yang kucintai

  

ABSTRAK

Hapsari Retno Dewi (2008). Hubungan Antara Stres Kerja Pada Prajurit

TNI-AD di Yonif 400/Raider dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga:

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga. Pada penelitian ini terdapat hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga. Subjek dalam penelitian ini adalah prajurit bergolongan tamtama yang sudah menikah di Yonif 400/Raider. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 104 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.

  Metode pengunpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran model Likert, yaitu skala stres kerja dan skala kekerasan dalam rumah tangga. Uji coba skala dilakukan pada 80 prajurit tamtama yang sudah menikah di Yonif 203/AK. Koefisien reliabilitas pada skala stres kerja sebesar 0,907 dan pada skala kekerasan dalam rumah tangga sebesar 0,899. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Carl

  

Pearson , hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara stres kerja pada

  prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi yang bernilai 0,497 (p < 0,05). Kata kunci : stres kerja, kekerasan dalam rumah tangga

  

ABSTACT

Hapsari Retno Dewi (2008). The correlation between stress in the workplace

at soldier of TNI-AD in Yonif 400/Raider and domestic violence. Yogyakarta

: Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.

  This objective of this research was to find out the correlation between stress in the workplace at soldier of TNI-AD in Yonif 400/Raider and domestic violence. The hypothesis proposed in this research was that there was a correlation between stress in the workplace at soldier of TNI-AD in Yonif 400/Raider and domestic violence. The subjects in this research were tamtama soldiers of Yonif 400/Raider who have been married. The sample of this research was included 104 soldiers that acquired by purposive sampling technique.

  Data gathering method used in this research was used Likert rating scales, which were divided into stress in the workplaces scale and domestic violence scale. The try out scale had been done to 80 tamtama soldiers who have been married. The reliability coefficient on stress in the workplace scale was 0,907 and 0,899 on domestic violence scale. The data was analyzed by using correlational Product Moment technique, and the result showed that there was a correlation between stress in the workplace at soldier of TNI-AD in Yonif 400/Raider and domestic violence. This result can be seen from the correlation coefficient in the amount of 0,497 (p <0,05).

  Keyword : stress in the workplace, domestic violence

KATA PENGANTAR

  Puji Tuhan kepada Tuhan Yesus,akhirnya selesai juga karya ilmiah ini. Rasa syukur yang tak henti-hentinya penulis ungkapkan karena berkat dan bimbingan- Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

  Pada proses penyelesaian karya ilmiah ini, banyak pihak yang memberikan bantuan, doa, dukungan semangat, dan motivasi tiada hentinya kepada penulis sehingga sampai pada tahap ini dengan baik.

  Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dengan ketulusan dan hati yang paling dalam pada :

  1. Ibu M.L.Anantasari,S.Psi.,M.Si. Terima kasih ya bu atas semangat yang telah diberikan sehingga penulis menjadi yakin bahwa skripsi ini bisa cepat selesai. Terima kasih juga atas saran dan bimbingan yang telah diberikan selama ini sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan lancar.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto,S.Psi.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijn untuk mengadakan penelitian ini.

  3. Bapak V.Didik Suryo Hartoko,S.Psi.,M.Si. Terima kasih telah memberikan semangat dan bantuan konsultasi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

  4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan penguji skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan semangat yang diberikan. Terima kasih juga atas bantuan konsultasi penelitian ini.

  5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si selaku dosen penguji skripsi.

  Terima kasih atas bimbingan dan konsultasi yang diberikan pada penelitian ini.

  6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi. Terima kasih karena telah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan, dan membuat pola pikir peneliti menjadi lebih dewasa dan bijaksana sehingga menjadi seseorang yang lebih baik.

  7. Pak Giyanto, Mas Gandung, Mas Muji dan Mba Nanik atas semua bantuan, kesabaran dan keramahan sikap dalam melayani kepentingan akademik.

  8. Bapak, Ibu, Mas Pandu. Terima kasih buat dukungan semangat, perhatian dan kebaikan hati membantu penelitianku. Terima kasih sekali karena telah membantu penelitianku semaksimal mungkin dan selalu mendampingiku hingga keluar kota. Tanpa kalian, penelitianku ini ga bisa selesai. Aku sayang banget sama kalian, aku ingin membuat kalian bangga.

  9. My lovely Lettu.Inf Fernando Batubara. Terima kasih ya nda atas dukungan doa, semangat yang tiada henti-hentinya. Terima kasih juga buat bantuannya memecahkan tiap permasalahan skripsiku.

  10. Lettu.Inf Leo Abi Melek Sibuea, Kapt.Inf Faisal Akbar Yunus dan rekan yang lain. Terima kasih atas bantuan informasi yang diberikan pada penulis sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

  11. Letk.Inf Masduki Yonif 203/AK Tangerang. Terima kasih karena telah menyediakan waktu khusus untuk membantu menyebarkan kuisioner try-

  out . Bagi prajurit di Yonif 203/AK, terima kasih atas kesediaan waktu di

  tengah kesibukan untuk mengisi kuisioner penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

  12. Letk.Inf Sachono Yonif 400/Raider. Terima kasih karena telah membantu, memberikan ijin serta kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Yonif 400/Raider Semarang.

  13. Kapt.Inf Amrul Huda. Terima kasih ya Bang atas kebaikannya karena telah membantu kelancaran penelitian. Terima kasih telah membantu mengumpulkan anggota-anggotanya dan memberikan informasi mengenai Yonif 400/Raider. Terima kasih juga buat prajurit di Yonif 400/Raider ini atas ketulusan hati dan kebaikannya membantu mengisi kuisioner ini.

  14. Cratz Family. Jenk Ndul tengkiu ya selalu mendukung dan memberi semangat, temenin aku mencari bahan-bahan penelitian. Jadi wanita jalanan ya kita jenk kemaren. Buat Jenk Munz, tengkiu ya atas semangat dan dukungannya. Juga buat Jenk Tya...terima kasih selalu dengerin curhatanku..Jenk Mae..tengkiu ya atas semangatnya..Tak tunggu lo kalian..Semangat !!!

  15. Buat Canna Exclusive. Funz, Jegeg, M’Nur, Weni, Lia, Nana, Cahya, Tinul dan exclusive lainnya. Tengkiu buat perhatian dan pengertiannya. Maaf ya jadi jarang ngumpul n pegi bareng tiap malem..Tengkiu mao dengerin

  16. Buat Humas. Pak Tatang. Terima kasih ya Pak atas kebaikan hatinya membantu kelancaran penelitianku. Buat anak-anak Humas. Intan, Oneng, Oon, Sheila, Berta, Lita, Rahma, Feri, Mbak Bunga, Mbak Ratih. Terima kasih ya buat semangatnya, perhatian dan dukungannya.

  Fiuh...akhirnya...ayo, kalian juga harus semangat.

  17. Buat anak-anak psikologi 2004. Terima kasih telah membantu kelancaranku dalam SPSS. Betty, tengkiu buat sharingnya sehingga bisa saling bertukar informasi penting. Buat temen-temen yang lain, terima kasih buat dukungan dan semangatnya. Ayo, kita harus mengharumkan angkatan kita, semangat !!

  18. Miss Luci di Lembaga Bahasa USD. Makasih ya Miss buat bantuannya sehingga skripsiku dapat berjalan dengan lancar.

  19. Bagi semua pihak yang belum disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya.

  Akhir kata, penulis menyadari bahwa hasil karya ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritikan dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

  Hormat Penulis,

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

  1. Manfaat Teoretis .................................................................................. 8

  2. Manfaat Praktis .................................................................................... 8

  BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10 A. TNI-AD..................................................................................................... 10

  1. Pengertian TNI ................................................................................... 10

  2. Peraturan Disiplin Militer pada TNI-AD............................................ 10

  B. Stres Kerja................................................................................................. 11

  1. Pengertian Stres Kerja......................................................................... 11

  3. Respon-Respon Stres ......................................................................... 13

  1. Skala Stres Kerja ................................................................................ 46

  BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 60 A. Orientasi Kancah Penelitian ..................................................................... 60

  H. Metode Analisis Data ............................................................................... 58

  3. Reliabilitas .......................................................................................... 58

  b. Kekerasan dalam Rumah Tangga ................................................. 52

  a. Stres Kerja .................................................................................... 50

  2. Seleksi Item ........................................................................................ 51

  1. Validitas ............................................................................................. 49

  G. Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 49

  F. Uji Coba Alat Ukur .................................................................................. 49

  2. Skala Kekerasan dalam Rumah Tangga ............................................. 46

  E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 46

  4. Faktor-Faktor yang Dapat Membangkitkan Stres .............................. 15

  D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 45

  2. Kekerasan dalam Rumah Tangga........................................................ 43

  1. Stres Kerja .......................................................................................... 41

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 41 A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 41 B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 41 C. Definisi Operasional ................................................................................. 41

  F. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 39

  E. Hubungan Antara Stres Kerja dan Kekerasan dalam Rumah Tangga ..... 34

  3. Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga ........................... 28

  2. Dimensi Kekerasan dalam Rumah Tangga ........................................ 25

  1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga .................................... 24

  D. Kekerasan dalam Rumah Tangga ............................................................. 24

  C. Agresi yang dialihkan .............................................................................. 22

  1. Profil Yonif 400/Raider ...................................................................... 60

  C. Deskripsi Subjek Penelitian ..................................................................... 63

  D. Uji Asumsi Hasil Penelitian ..................................................................... 64

  1. Uji Normalitas .................................................................................... 65

  a. Sebaran Data Variabel Stres Kerja ............................................... 65

  b. Sebaran Data Variabel KDRT ....................................................... 65

  2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 66

  3. Uji Linearitas ...................................................................................... 66

  E. Uji Hipotesis ............................................................................................. 69

  F. Pembahasan .............................................................................................. 70

  BAB V KESIMPULAN, SARAN........................................................................ 79 A. Kesimpulan .............................................................................................. 79 B. Saran ......................................................................................................... 79

  1. Bagi Pihak Satuan .............................................................................. 79

  2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Blue Print Skala Stres Kerja (sebelum uji coba) ................................ 47Tabel 3.2 : Blue Print Skala KDRT (sebelum uji coba) ..................................... 48Tabel 3.3 : Hasil Korelasi Item Total Skala Stres Kerja ..................................... 52Tabel 3.4 : Item yang Sahih dan Gugur pada Skala Stres Kerja ......................... 52Tabel 3.5 : Distribusi Item Skala Stres Kerja untuk Penelitian ........................... 53Tabel 3.6 : Hasil Korelasi Item Total Skala KDRT ............................................ 54Tabel 3.7 : Item yang Sahih dan Gugur pada Skala KDRT ................................ 54Tabel 3.8 : Distribusi Item Skala KDRT untuk Penelitian ................................. 57Tabel 4.1 : Deskripsi Suku Bangsa Subjek Penelitian.......................................... 63Tabel 4.2 : Deskripsi Lama Bekerja Subjek Penelitian......................................... 64Tabel 4.3 : Deskripsi Lama Menikah Subjek Penelitian ...................................... 64Tabel 4.4 : Data Hasil Penelitian .......................................................................... 66

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Skala Try Out ……………………………………………………..... 86 Lampiran Skala Penelitian ..............................................................…….…….. 102 Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Stres Kerja …….………..…... 114 Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Try Out KDRT …………………..…... 121 Lampiran Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ....................................... 127 Lampiran Hasil Uji Linearitas Data Hasil Penelitian ......................................... 128 Lampiran Hasil Uji Hipotesis dan Mean Kekerasan Fisik ..................................129 Lampiran Hasil Uji Hipotesis dan Mean Kekerasan Psikologis .........................132 Lampiran Hasil Uji Hipotesis dan Mean Kekerasan Seksual..............................135 Lampiran Hasil Uji Hipotesis dan Mean Kekerasan Finansial............................138 Lampiran Verbatim Subjek Penelitian ................................................................141 Lampiran Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................ 162 Lampiran Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 163

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 : Hubungan Antara Stres Kerja dan KDRT ......................................... 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang akhir-akhir ini marak terjadi dalam kehidupan sehari-

  hari adalah kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh lapisan masyarakat manapun. Kekerasan dalam rumah tangga yaitu pola perilaku yang bersifat menyerang sehingga menciptakan ancaman atau melukai yang dilakukan oleh pasangannya (Kyriacou dalam Luhulima, 2000:54-55).

  Berdasarkan hasil penelitian dan kasus yang banyak terjadi, Tamtiari (2005 : 14) menjelaskan bahwa fenomena kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri terbukti paling banyak terjadi. Maka, pada penelitian ini, fenomena kekerasan dalam rumah tangga dibatasi berdasarkan relasi gender antara suami dengan istri. Poerwandari menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tersebut dapat dipilah ke dalam berbagai bentuk, yaitu kekerasan fisik, psikologis, seksual, finansial dan spiritual (Luhulima, 2000 : 11-12).

  Menurut psikolog Jari, Ida Hidayat dan Endang Sukawati (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/21/0105.htm), dari tahun ke tahun, KDRT dengan korban wanita cenderung meningkat. Pada bulan April 2002 hingga bulan Maret 2007, Jari telah menangani 134 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Bentuk kekerasan yang banyak dialami oleh perempuan adalah kekerasan psikis dan fisik.

  Kekerasan dalam rumah tangga ini juga dapat terjadi dimanapun, termasuk dalam satuan militer, salah satunya TNI-AD. Adib & Muttaqin (2005 : 17) juga menjelaskan bahwa di daerah militer banyak terjadi kekerasan terhadap perempuan. Pelaku kekerasan tersebut berasal dari kalangan militer. Bentuk kekerasan yang dilakukan berupa kekerasan fisik, seksual dan psikologis. Lebih lanjut lagi, berdasarkan data kasus yang dimiliki LSM Rifka Annisa pada tahun 2006, terdapat 17 kekerasan yang dilakukan oleh TNI/Polri. Kekerasan tersebut terdiri dari 12 kekerasan terhadap istri, 4 kekerasan dalam pacaran, dan 1 perkosaan. Lettu Inf. Leo.A.S yang merupakan Pasi Intel Yonif 726/Tamalatea juga mengatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga terjadi di Kompi-C pada Yonif 726/Tamalatea (wawancara pribadi, 21 Februari 2008). Lettu Inf. Leo.A.S menjelaskan bahwa istri prajurit TNI-AD yang memiliki golongan Tamtama tersebut mengalami kekerasan fisik yaitu dipukul oleh suaminya.

  Namun demikian, prajurit itu membela diri dengan mengatakan bahwa yang salah adalah istrinya. Kesalahan istrinya ialah berhutang uang di berbagai tempat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (wawancara pribadi, 21 Februari 2008).

  Fenomena ini dapat dikatakan unik karena banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun demikian sering ditutupi sehingga tidak dapat diketahui oleh banyak orang dengan alasan tabu, aib keluarga, dan dianggap urusan intern keluarga (Andari, 2005:22 ; Tursilarini, 2004:41 ; Prastyowati, 2004:47). Hal ini akan mempersulit mengungkap kenyataan sesungguhnya seberapa besar dan seberapa banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga yang sedang terjadi.

  Kekerasan dalam rumah tangga ini dapat terjadi karena berbagai faktor. Langley, dkk (dalam Prastyowati, 2003 : 62-63) menyatakan bahwa budaya patriarki menempatkan laki-laki untuk memegang kekuasaan dalam keluarga Pernyataan tersebut juga didukung oleh Poerwandari (dalam Luhulima, 2000 : 14-16) mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Struktur sosial dan pembagian kekuasaan masyarakat juga mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga.

  Struktur sosial ini memberikan hak istimewa dengan mengutamakan laki-laki. Selain itu, faktor psikis dapat membuat suami melakukan kekerasan pada istri. Faktor psikis tersebut antara lain penyelewengan seks, citra diri yang rendah, frustrasi, perubahan situasi dan kondisi, dan kekerasan sebagai sumber daya untuk menyelesaikan masalah (Langley dalam Djannah, 2003 :20).

  Salah satu faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga yaitu stres kerja. Diahsari (2001 : 363) menjelaskan stres kerja sebagai ancaman yang berasal dari tuntutan pekerjaan atau kurang terpenuhinya kebutuhan individu di tempat kerja. Respon stres yang muncul pada individu yaitu perilaku, kognitif, fisiologis, dan psikologis. Respon perilaku meliputi peningkatan konsumsi pada rokok dan alkohol, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, dan sebagainya. Pada respon kognitif meliputi ketidakmampuan mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi, peka terhadap ancaman, dan sebagainya. Respon fisiologis berupa sulit tidur, sakit kepala, sulit buang air besar, dan sebagainya (Handoyo, 2001 : 65-66). Respon psikologis seperti marah, cemas, frustrasi, dan sebagainya.

  Pada saat individu mengalami stres kerja maka salah satu respon psikologis yang muncul yaitu frustrasi (Spector, 1994 : 419). Frustrasi ialah suatu situasi pada individu saat tidak tercapainya tujuan karena ada rintangan yang menghalangi individu tersebut (Rukminto, 1994 : 165). Hal ini didukung oleh Mulyati (1999) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stres kerja dengan perilaku agresi pada anggota ABRI. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu manifestasi dari agresi. Selain itu, juga ada penelitian dari berbagai peneliti (Utami, 2005:18 ; Salmah, 2004:63 ; Prastyowati, 2003:63) yang menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kekerasan dalam rumah tangga yaitu stres pekerjaan.

  Stres kerja pada prajurit TNI-AD dapat dipengaruhi oleh disiplin militer. Pada Bab 1 Pasal 1 Peraturan Disiplin Militer (2005 : 2-3) menyebutkan disiplin militer sebagai segala bentuk peraturan dan ketentuan-ketentuan mengenai ketaatan dan kepatuhan terhadap semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan dengan seksama dan bertanggung jawab. Hal ini berarti prajurit TNI patuh dan taat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kedinasan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, ada indikasi disiplin tersebut disalahgunakan oleh atasan sehingga terjadi penyimpangan disiplin militer. May. Siswono (2005 : 28) menjelaskan bahwa cukup banyak perwira mengeluarkan kata-kata berupa ancaman dan dendam karena tidak terpenuhinya kebutuhan pribadi sehingga menghambat karir anggota-anggotanya.

  Heriyono (dalam Gema Infanteri 2005 : 18) juga menjelaskan bahwa terkadang perintah atasan sering berubah, tidak jelas dan berlebihan di luar jam dinas. Selanjutnya, terkadangpun terjadi pemaksaan kehendak dan tanpa memikirkan kepentingan bawahannya. Lebih lanjut lagi, kondisi fisik juga mempengaruhi stres kerja. Ada indikasi bahwa pekerjaan sebagai TNI-AD mempunyai resiko kematian yang tinggi.

  Selanjutnya, perintah komandan bersifat mutlak (prerogatif). Schultz & Schultz (2006:368) mengungkapkan bahwa pola kepemimpinan merupakan salah satu pembangkit stres. Pembangkit stres yang terakhir adalah ciri-ciri individu. Individu yang berada pada suatu lingkungan kerja harus dapat beradaptasi dan menginternalisasi nilai-nilai yang dianggap penting bagi organisasi tersebut. Jika individu tidak dapat beradaptasi maka dapat menimbulkan stres.

  Respon individu pada tuntutan lingkungan tergantung dari penilaian kognitif dan kemampuan individu dalam pemecahan masalah mengenai tuntutan tersebut. Individu akan mengalami distress jika merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dianggap penting baginya sehingga memandang permasalahan sebagai suatu ancaman. Sebaliknya, individu akan mengalami eustress jika merasa mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang dianggap penting sehingga memandang permasalahan sebagai suatu tantangan yang dapat memotivasi dirinya (Schultz & Schultz, 2006:358 ; Munandar, 2001:399-400). Individu yang mengalami stres akan muncul gejala-gejala seperti fisiologis, psikologis, kognitif dan perilaku.

  Ada indikasi bahwa ketidakberanian individu untuk mengungkapkan perasaan ini membuat perasaan menjadi tertekan terutama yang bersifat negatif sehingga dialihkan ke anggota keluarga yang mempunyai kedudukan lebih lemah dari dirinya (Sears, 2005:23-24). Salah satu bentuk pengalihan perasaannya tersebut ialah kekerasan dalam rumah tangga yang merupakan manifestasi dari agresi.

  Kekerasan juga dipengaruhi oleh karakteristik individu. Sejak masa anak- anak ada yang diberi pelajaran mengenai perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan memberikan hukuman fisik. Hal ini menjadi proses belajar sosial pada masa anak-anak bahwa kekerasan merupakan hal yang wajar dilakukan. Proses belajar pada anak-anak tersebut berkembang menjadi karakter kepribadian individu.

  Pada penelitian ini, individu yang akan diteliti adalah prajurit TNI-AD. Prajurit TNI-AD termasuk individu yang jarang diteliti dalam penelitian sehingga penelitian ini akan menjadi menarik dan unik. Selain itu, pada satuan militer masih jarang membicarakan sisi psikologis suatu kehidupan di lingkungan tersebut. Individu tersebut yaitu prajurit pada tingkat Tamtama karena merupakan tingkat yang paling rendah dibandingkan bintara dan perwira. Prajurit yang diteliti adalah yang sudah menikah dengan usia pernikahan minimal 6 bulan dan bertempat tinggal di rumah dinas Yonif 400/Raider Semarang.

  Peneliti ingin membahas mengenai stres kerja yang dialami prajurit TNI- AD dengan kekerasan dalam rumah tangga pada istrinya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menambah pemahaman dan kesadaran di lingkungan bahwa masalah ini merupakan tanggung jawab bersama baik di keluarga, masyarakat, pemuka agama, dan lain sebagainya.

  A. Rumusan Masalah

  Penelitian ini ingin meneliti “Apakah ada hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga yang terdiri dari dimensi kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan kekerasan finansial.

  B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga yang terdiri dari dimensi kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan kekerasan finansial.

C. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi klinis mengenai hubungan antara stres kerja pada prajurit TNI-AD di Yonif 400/Raider dan kekerasan dalam rumah tangga.

  2. Manfaat Praktis

  a. Manfaat untuk satuan militer Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi satuan yang diteliti agar dapat menjadi bahan evaluasi mengenai hubungan antara stres kerja dan kekerasan dalam rumah tangga secara menyeluruh dan mendalam.

  b. Manfaat bagi Pimpinan-Pimpinan Militer Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pimpinan militer untuk menjadi bahan refleksi mengenai hubungan antara stres kerja dan kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, pimpinan juga dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar kebijakan dalam memberikan pengarahan kepada prajurit mengenai hubungan antara stres kerja dan kekerasan dalam rumah tangga. c. Manfaat bagi Prajurit TNI-AD Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi prajurit- prajurit TNI-AD sebagai bahan evaluasi diri mengenai hubungan antara stres kerja dan kekerasan dalam rumah tangga.

BAB II DASAR TEORI A. TNI-AD

1. Pengertian TNI

  Berdasarkan UU RI No.34 tahun 2004 tentara adalah warga negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk tugas-tugas pertahanan negara guna menghadapi ancaman militer maupun ancaman bersenjata. Sedangkan TNI merupakan alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Tentara merupakan prajurit yang lulus dari pendidikan untuk membentuk prajurit siswa menjadi prajurit TNI. Pasal 29 pada UU RI No.34 Tahun 2004 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan untuk pengangkatan prajurit terdiri atas pendidikan perwira, bintara, dan tamtama.

  Pasal 32 pada UU RI No.34 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Tamtama dibentuk dari pendidikan pertama tamtama yang berasal langsung dari masyarakat dengan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

  Pimpinan berhak untuk memberi perintah dan hukuman apabila melanggar disiplin militer yang telah ditetapkan. Hukuman disiplin diberikan apabila prajurit melakukan pelanggaran yang ringan, sedangkan pelanggaran yang berat diserahkan bagian Mahkamah Militer Penyidik (peraturan disiplin prajurit TNI, 2005:2).

  Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek penelitian pada golongan tamtama. Alasannya adalah karena tamtama termasuk pangkat terendah yang mempunyai banyak pemimpin sehingga ruang lingkup geraknya menjadi terbatas.

1. Peraturan Disiplin Militer pada TNI-AD

  Pada Bab 1 Pasal 1 (peraturan disiplin prajurit TNI, 2005:1), Peraturan Disiplin Prajurit Tentara Indonesia menyatakan bahwa Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang selanjutnya disebut peraturan disiplin adalah segala bentuk peraturan dan ketentuan-ketentuan tentang ketaatan dan kepatuhan terhadap semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan dengan seksama dan bertanggung jawab, yang berlaku bagi para prajurit TNI, baik dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kedinasan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

  Gerrig & Zimbardo (2008:389) menjelaskan stres sebagai pola respon yang dibuat oleh individu berdasarkan stimulus yang merupakan peristiwa yang mengganggu keseimbangan atau melebihi kemampuan individu dalam mengatasinya.

  Stres yaitu respon adaptif dari karakter individu atau proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari berbagai perilaku/situasi eksternal/tuntutan fisik, psikologis individu (Thomas & Wadsworth, 2005 : 130).

  Taylor (dalam Douglas, 2002 : 378) mendefinisikan stres sebagai emosi negatif dan proses fisiologis yang terjadi saat individu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.

  Westen (1996 : 426) mendefinisikan stres sebagai kesempatan individu untuk menyanggupi beradaptasi pada tuntutan internal maupun eksternal sehingga akan terjaga secara fisiologis dan membebani secara emosional. Proses adaptasi tersebut akhirnya akan menimbulkan respon kognitif atau perilaku.

  Pada penelitian ini, stres yang diteliti adalah stres di tempat kerja. Stres kerja merupakan ancaman yang berasal dari tuntutan pekerjaan atau kurang terpenuhinya kebutuhan individu di tempat kerja (Diahsari, 2001 : 363).

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah pola respon individu secara fisiologis, perilaku, kognitif dan psikologis saat beradaptasi pada tuntutan pekerjaan.

2. Jenis – Jenis Stres

  Selye (dalam Landy & Conte, 2004 : 554) membedakan stres kekuatan yang positif dimana individu melihat situasi stres sebagai suatu tantangan sehingga memotivasi individu untuk bekerja keras dan dapat mencapai tujuannya. Distress yaitu melihat situasi stres sebagai suatu hal yang sangat berlebihan sehingga dapat mengurangi kapasitas kerja dan dapat mengalami berbagai penyakit yang berat (Thomas & Wadsworth, 2005 : 131).

3. Respon – Respon Stres

  Stres di tempat kerja mempunyai ancaman yang serius bagi kesehatan individu di suatu organisasi. Spector (1996 : 283) menjelaskan bahwa ancaman tersebut disebabkan karena adanya tuntutan kerja sehingga menimbulkan berbagai respon stres seperti respon psikologis, respon fisik dan respon perilaku. Pendapat ini dilengkapi lagi oleh Wadsworth (2005 : 132) yang menambahkan respon kognitif pada respon-respon stres yang telah dijelaskan sebelumnya. Respon – respon stres, yaitu : a. Respon Psikologis

  Thomas & Wadsworth (2005 : 133) menjelaskan respon stres tersebut seperti cemas dan depresi. Lebih lanjut lagi, Spector (1996 : 284) menambahkan respon stres seperti marah, frustrasi, tidak adanya kepuasan kerja dan kehidupan. Selain itu, Schultz & Schultz (1994 : 419) menyatakan respon psikologis pada stres yaitu kelelahan secara psikologis, dan rendahnya harga diri.

  b. Respon Fisiologis Sagrestano (dalam Thomas & Wadsworth, 2005 : 132) berpendapat respon stres yang muncul yaitu meningkatnya tekanan darah dan meningkatnya aktivitas hormon. Spector (1996 : 283) menambahkan respon stres seperti sakit kepala, pusing, keringat dingin, gangguan tidur dan gangguan perut.

  Hawari (2006 : 41) juga menjelaskan respon stres seperti lambung terasa mual, mulas, kembung, pedih dan diare.

  c. Respon Perilaku Spector (1996 : 283) menjelaskan bahwa respon perilaku yang muncul pada individu adalah menggunakan zat-zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan, merokok berlebihan dan kecelakaan. Thomas & Wadsworth (2005 : 133) menambahkan juga respon perilaku saat stres seperti kekerasan di tempat kerja, gangguan makan, adanya permasalahan dalam keluarga, minum- minuman alkohol yang berlebihan.

  d. Respon Kognitif Respon kognitif yang mungkin muncul saat stres pada individu yaitu kurangnya konsentrasi dan perhatian, kurangnya

  short-term dan long-term memory, dan rusaknya rencana-rencana

  133). Selain itu, individu juga sulit untuk membuat keputusan, terutama jika berada dalam tekanan (Landy & Conte, 2004 : 361).

  Jadi, ada 4 respon pada individu saat menghadapi tuntutan yang berasal dari lingkungan yaitu respon psikologis, fisiologis, perilaku dan kognitif. Respon psikologis seperti marah, kecewa, sedih, bingung, dan sebagainya. Respon fisiologis seperti keringat dingin, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan perut, dan sebagainya. Respon perilaku seperti tidak ada nafsu makan atau makan berlebihan, kesulitan komunikasi, menunda pekerjaan, dan sebagainya. Respon yang terakhir yaitu respon kognitif seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan.

5. Faktor-Faktor yang dapat Membangkitkan Stres Kerja

  Landy & Conte (2004 : 555) menjelaskan bahwa stressor merupakan suatu tuntutan fisik dan psikologis yang akan direspon oleh individu. Munandar (2001 : 380) juga menjelaskan pengertian stressor sebagai faktor-faktor pembangkit stres. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa setiap aspek pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Namun demikian, hanya individulah yang dapat menentukan sejauh mana situasi yang sedang dihadapi tersebut merupakan situasi stres atau tidak. Munandar (2001 : 380) memilah stressor menjadi beberapa a. Intrinsik dalam Pekerjaan Pada faktor ini, Munandar (2001 : 381) memilahnya lagi menjadi dua tuntutan, yaitu : 1). Tuntutan Fisik

  Munandar dan Schultz & Schultz (1994 : 416) menjelaskan bahwa suatu kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal. Lebih lanjut lagi, Menurut Munandar (2001 : 382), tuntutan fisik tersebut seperti lingkungan yang berdebu, kotor, tempat beristirahat yang kurang baik, toilet yang kurang memadai dapat dikatakan sebagai faktor yang tinggi pembangkit stres.

  2). Tuntutan Tugas Beban kerja berlebih dan terlalu sedikit dapat mempengaruhi stres kerja (Schultz & Schultz, 2006 : 366 ; Landy & Conte, 2004 :

  556 ; Munandar, 2001 : 383). Lingkungan militer merupakan lingkungan dimana prajurit selalu siaga 24 jam. Kapten Inf Faisal A.Y (wawancara pribadi, 10 April 2008) menyatakan bahwa perintah dinas adalah segalanya sehingga bawahan harus selalu loyal dan siaga diperintahkan oleh atasan kapan pun juga. Hal ini dapat membuat pihak bawahan menjadi stres karena sehingga menjadi tidak tenang untuk melakukan aktivitas apapun sekalipun

  Pembangkit stres pada tuntutan tugas lainnya ialah paparan terhadap resiko dan bahaya. Resiko dan bahaya ini tergantung pada profesi yang dimiliki individu. Munandar (2001 : 389-390) menjelaskan bahwa profesi yang memiliki resiko dan bahaya, salah satunya adalah tentara. Makin besar kesadaran akan bahaya dan akibat dari pembuatan kesalahan maka makin besar depresi dan kecemasan. Anggota TNI mempunyai resiko kematian yang tinggi saat melakukan tugas operasi.

  b. Peran dalam Organisasi 1). Konflik Peran (Role Conflict)

  Konflik peran terjadi ketika prosedur yang ditetapkan tersebut sulit, tidak dapat diterima atau tidak mungkin untuk disetujui dengan prosedur lain yang sudah ditetapkan (Ivancevich & Matteson ; Sagrestano dalam Thomas & Wadsworth, 2005 : 136). Selanjutnya, Schultz & Schultz (1994 : 415) mendefinisikan konflik peran muncul saat ada perbedaan antara kebutuhan kerja atau antara tuntutan kerja dengan nilai dan harapan individu.

  Munandar (2001 : 390) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi individu sehingga mengalami konflik peran, yaitu :

  a). Pertentangan antara tugas-tugas yang harus individu b). Tugas-tugas yang harus dilakukan, menurut pandangan individu bukan merupakan bagian dari pekerjaannya.

  c). Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan atau orang lain yang dinilai penting bagi individu.

  d). Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadi sewaktu melakukan tugas pekerjaannya.

  2). Peran yang Ambigu Thomas & Wadsworth (2005 : 136) berpendapat ketaksaan peran ada saat individu tidak memberikan informasi yang cukup atau menjelaskan kepentingan perannya, pekerjaan yang obyektif dan kemampuan untuk mengerti mengenai tanggung jawab dari pekerjaannya. Munandar (2001 : 392) menjelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaan peran, yaitu, ketidakjelasan dari tujuan-tujuan kerja, kesamaran tentang tanggung jawab, ketidakjelasan tentang prosedur kerja, kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain, kurang adanya timbal balik kerja c. Hubungan dalam Pekerjaan

  Argyris & Cooper (dalam Munandar, 2001 : 395) satu kelompok kerja merupakan faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi. Selain itu, adanya ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan kerja yang rendah, penurunan kondisi kesehatan dan rasa diancam oleh atasan dan rekan kerjanya (Kahn dalam Munandar, 2001 : 395).

  Mayor Siswono (2005 : 28) mengungkapkan bahwa cukup banyak perwira yang sering mengeluarkan kata-kata ancaman serta dendam karena tidak terpenuhinya kebutuhan pribadi. Hal tersebut pada akhirnya dapat menghambat karir anggotanya.

  d. Struktur dan Iklim Organisasi Struktur dan iklim organisasi ini tergantung dari cara individu mempersepsikan kebudayaan, iklim dan kebiasaan organisasi.

  Perilaku kepemimpinan yang kurang merupakan salah satu faktor pembangkit stres. Pola kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak menerima bawahan untuk mengambil bagian dalam membuat keputusan (Schultz & Schultz, 2006 : 368).

  Peraturan Disiplin Militer juga menyebutkan bahwa prajurit TNI harus menghormati dan patuh kepada atasannya. Perintah dinas adalah segalanya (wawancara pribadi, 10 April 2008). Pola kepemimpinan militer adalah pola kepemimpinan yang cenderung otoriter (wawancara pribadi, 10 April 2008). Kapten segala-galanya dan mutlak. Heriyono (dalam Gema Infanteri 2005 : 18) juga menambahkan bahwa perintah atasan seringkali berubah-ubah dan tidak jelas, adanya perintah yang berlebihan di luar jam dinas, pemaksaan kehendak dan tanpa memikirkan kepentingan bawahannya.

  e. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan Munandar (2001 : 397) menjelaskan tuntutan di luar organisasi melingkupi segala unsur kehidupan seseorang yang berkaitan dengan kejadian dalam kehidupan dan kerja pada suatu organisasi sehingga dapat memberikan tekanan pada individu.

  Permasalahan tersebut seperti isu tentang keluarga, krisis kehidupan, keuangan, dan sebagainya. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.

  f. Ciri-Ciri Individu 1). Nilai dan Kebutuhan

  Pada setiap organisasi memiliki kebudayaan yang berarti adanya keyakinan, nilai dan norma yang mendukung organisasi dalam menghadapi permasalahan. Individu belajar beradaptasi dan menginternalisasi nilai yang dianggap penting. Jika individu tidak dapat beradaptasi maka akan terjadi pertentangan nilai sehingga ada pertentangan kebutuhan dan mengalami stres (Munandar, 2001 : 401).

  2). Kecakapan Individu yang sedang mengalami masalah dan merasa tidak mampu memecahkan masalah tersebut, padahal masalah tersebut dianggap penting baginya akan merasa terancam dan mengalami stres. Di sisi lain, individu yang merasa mampu menghadapi permasalahannya akan merasa tertantang dan motivasi meningkat. Individu tersebut mengalami eustress.

  Kecakapan tersebut dapat juga diistilahkan dengan kata lain, yaitu cognitive appraisal, artinya bagaimana interpretasi kognitif dan penilaian individu terhadap stressor. Penilaian kognitif ini merupakan pusat untuk mendefinisikan situasi seperti seberapa besar ancamannya dan dapat mengatasi ancaman atau tidak. Selain itu juga untuk mengukur diri apakah memiliki kemampuan untuk mengatasi ancaman tersebut (Gerrig&Zimbardo, 2008 : 397). Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan respon adaptif individu terhadap tuntutan eksternal baik fisik maupun psikologis dari lingkungannya. Stres kerja berarti tuntutan atau ancaman yang berasal pekerjaan, resiko dan bahaya pekerjaan, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari luar organisasi, dan ciri-ciri individu. Respon tersebut dipengaruhi oleh penilaian kognitif individu. Individu yang melihat tuntutan tersebut sebagai suatu tantangan sehingga lebih termotivasi akan mengalami

  eustress . Sedangkan individu yang melihat tuntutan sebagai suatu

  ancaman maka akan mengalami distress. Respon stres individu terhadap lingkungannya terdiri dari 4 aspek. Pertama, respon psikologis seperti cemas, depresi, kelelahan, dan sebagainya. Kedua, respon fisiologis seperti keringat dingin, jantung berdebar, gangguan perut dan sebagainya. Ketiga, respon perilaku dimana individu akan merokok berlebihan, terjadi kekerasan di tempat kerja, dan sebagainya.

  Aspek yang terakhir yaitu respon kognitif, konsentrasi dan perhatian yang menurun pada individu, sulit membuat keputusan, dan sebagainya.

C. Agresi yang Dialihkan (Displacement Agression)

  Baron&Byrne (2005 : 144) mengungkapkan bahwa frustrasi merupakan salah satu faktor yang secara potensial menyebabkan agresi.

  Frustrasi terkadang menghasilkan agresi karena adanya hubungan yang mendasar antara afek negatif (perasaan yang tidak menyenangkan) dengan perilaku agresif. Hal ini didukung dengan pernyataan Berkowitz (dalam mediator penting antara frustrasi dan agresi. Frustrasi merupakan salah satu kejadian aversif yang dapat menimbulkan afek negatif dalam bentuk marah.

  Kejadian aversif tersebut seperti ketakutan, kesakitan fisik, atau ketidaknyamanan secara psikologis.