Hubungan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat - USD Repository

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI

  

INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA

PERAWAT

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  

Lisna Indrawati

NIM : 029114141

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA PERAWAT

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  Lisna Indrawati NIM : 029114141 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  Take time to think It is the source of power Take time to play It is the secret to staying young

  Take time to be quiet It is the opportunity to seek God Take time to lought It is the music of the soul

  Take time to pray It is the greates power on earth ( Ecclesiates 3:1)

  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

  

Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karyaku ini kepada....

  

The One and The Only

My Jesus Chirts

  

Mbah Kakung dan Mbah Putri

Pawiro Dinomo dan Karni

  ....yang telah mengukir jiwaku, menjaga ragaku dan mendidikku dengan kasih sayang yang tulus...

  

Bapak dan Ibu

Andri Andoyo dan Lanjarwati

  ....doamu selalu mengalir bagaikan sungai yang tak pernah kering menyertai setiap langkah hidupku..

  

Adik – Adikku Terkasih

Mandra dan Enggar

  ...atas kasih sayang dan senyum tawa yang selalu membuatku kembali tersenyum...

  

Kekasihku Tercinta

Marianus Trias Manda Guna

....you showed that you care when I was really down….you never turn away.

  Thanks to be my everything…..

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI

  

INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA

PERAWAT

  Lisna Indrawati Universitas Sanata Dharma

  2007 Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan yang negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat di rumah sakit umum. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat.

  Subjek penelitian adalah perawat di RSU Palang Biru Kutoarjo dan perawat RSUD Saras Husada Purworejo. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 perawat. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan skala stres kerja perawat. Koefisien reliabilitas dari skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebesar 0,956 dan koefisien reliabilitas skala stres kerja perawat sebesar 0,930.

  Untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat digunakan teknik koefisien korelasi

  

product momen Pearson. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian

  ini adalah sebesar -0.416 dengan taraf signifikansi (p) 0,000. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja perawat. Maka semakin tinggi ketrampilan komunikasi interpersonal perawat semakin rendah stres kerja perawat.

  

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN NURSE WITH PATIENT

  

INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL AND NURSE WORK

STRESS

  Lisna Indrawati Sanata Dharma University

  2007 The aim of this research is to test the negative significant correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress at hospital. The Hypotheses of the research is there is a negative significant correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress.

  The research subjects are nurses at Palang Biru Kutoarjo Hospital and nurses at Saras Husada Purworejo Hospital. There are 60 nurses subject in this research. Scale of nurse with patient interpersonal communication skill and scale of nurse work stress are use to collects the data. The reliability coefficient from scale of nurse with patient interpersonal communication skill is 0,956 and reliability coefficient from scale of nurse work stress is 0,930.

  To know the correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress, the collected data are analyzed using Pearson product moment technique. The result of this research show a high significant and negative correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress (r = -0.416, p < 0,000). The higher nurse interpersonal communications skill get, the lower nurse work stress will get.

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan puji syukur kepada Bapa di Surga dan Tuhan Yesus Kristus putra tunggalNya, karena kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ” Hubungan Antara Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat Dan Stres Kerja Perawat”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, atas segala bantuan dan dukungan selama penulis menjalani kuliah.

  2. Ibu Agnes Endar Etikawati., S.Psi.,M.Si.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mendukung dan memberikan dorongan bagi penulis dalam menyusun dan akhirnya menyelesaikan skipsi ini

  3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan bagi penulis untuk memyempurnakan penyusunan skripsi.

  4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran – saran yang sangat berarti bagi penulis dalam

  5. Bapak Agung dan Ibu Nimas selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, atas nasehat, dukungan, dan bantuannya selama penulis menjalani kuliah.

  6. Ibu Kristina Dewayani, S.Psi., M.Si atas kesediaanya meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya, atas masukan – masukan yang sangat berarti bagi penulis.

  7. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto,M.Si, atas kesempatan yang diberikan untuk menimba pengalaman di P2TKP.

  8. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan wawasannya kepada penulis selama ini.

  9. Karyawan Fakultas Psikologi Ibu Nani, Mas Gandung dan Pak Gie di sekertariat Psikologi serta mas Muji dan mas Dony di lab. Fakultas Psikologi.

  Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  10. Seluruh staf P2TKP, Bapak Toni, Ibu Tiwi, Mbak Thia, Mbak Etik, Mas Adi, Desta, Kobo, dan Katrin atas sharing dan pengalaman baru yang sangat bermanfaat dan berkesan bagi penulis.

  11. Seluruh perawat di RSU Saras Husada Purworejo dan RSU Palang Biru Kutoarjo terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  12. Bapak R. Supriyadi di RSU Saras Husada, Mbak Theresia dan Mbak Cicil atas atas bantuan dan sambutan yang ramah.

  13. Kakek dan nenekku tersayang atas kasih sayang yang tiada batas, dengan penuh kesabaran mendidik dan membesarkan penulis, sejak kecil hingga

  14. Bapak dan ibuku yang kusayangi, atas dukungan dan doa yang tak pernah berhenti dan tak pernah letih terucap.

  15. Adik – adikku yang baik, dek Mandra dan dek Enggar yang selalu membuatku merasa rindu untuk bercanda bersama.

  16. Marianus Trias Manda Guna, terimakasih atas kebersamaannya yang indah, yang selalu hadir dalam setiap tawa dan tangisku, yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat hidup. Aku selalu merasa tegar saat bersamamu... Thanks to be my everything…..

  17. Teman – teman yang selalu memberikan kenangan tidak terlupakan semasa perkuliahan Tanti, Joe, Rio, Thea, Ajeng, Fiesta, Lita, Nopex, dan Wedha.

  Terima kasih untuk kebersamaan dan tempat untuk berbagi rasa bagi penulis selama masa perkuliah.

  18. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman – teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

  Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dri sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.

  Yogyakarta, Mei 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN MOTTO............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................vi ABSTRAK............................................................................................................vii

  

ABSTRACT ...........................................................................................................viii

  KATA PENGANTAR...........................................................................................ix DAFTAR ISI.........................................................................................................xii DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1 B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................6 C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................7 D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  B. STRES KERJA PERAWAT

  1. Pengertian Stres Kerja.........................................................................11

  2. Sumber Stres Kerja..............................................................................14

  3. Faktor – Faktor Stres Kerja.................................................................16

  4. Indikator Stres Kerja...........................................................................21

  5. Stres Kerja Perawat.............................................................................23

  C. KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN

  1. Pengertian Ketrampilan Komunikasi Interpersonal............................26

  2. Komponen Dasar Komunikasi Interpersonal......................................29

  3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan Komunikasi Interpersonal........................................................................................31

  4. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Pasien.......33

  5. Indikator Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan pasien...................................................................................................34 D. HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI

  INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA PERAWAT.................................................................................................39

  E. HIPOTESIS.................................................................................................43

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN...................................................................................44

  C. DEFINISI OPERASIONAL

  3. Reliabilitas...........................................................................................58

  C. DESKRIPSI SUBJEK DAN DATA PENELITIAN……………..…….....65

  B. PELAKSANAAN PENELITIAN................................................................65

  2. RSU Palang Biru Kutoarjo..................................................................62

  1. RSUD Saras Husada Purworejo..........................................................60

  BAB IV HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

  H. METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA............................................59

  2. Seleksi Item.........................................................................................52

  1. Stres Kerja Perawat.............................................................................44

  1. Validitas..............................................................................................51

  G. PERTANGGUNGJAWABAN ALAT UKUR

  2. Skala Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien..................................................................................................49

  1. Skala Stres Kerja.................................................................................47

  E. PROSEDUR PENELITIAN........................................................................47 F. METODE PENGUMPULAN DATA.

  D. SUBJEK PENELITIAN..............................................................................46

  2. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan pasien ........45

  D. ANALISIS DATA PENELITIAN

  b. Uji Linieritas..............................................................................68

  2. Uji Hipotesis........................................................................................69

  E. PEMBAHASAN..........................................................................................70

  BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN............................................................................................75 B. SARAN........................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................78 LAMPIRAN...........................................................................................................81

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 3.1. Tabel Indikator dan Distribusi Skala Stres Kerja Untuk Item Uji coba......................................................................................................49Tabel 3.2. Tabel Indikator dan Distribusi Skala Ketrampilan Komunikasi

  Interpersonal Perawat.........................................................................52

Tabel 3.3. Tabel Distribusi Item tiap Aspek Skala Stres Kerja setelah Try

  Out .......................................................................................................54

Tabel 3.4. Tabel Distribusi Item Lolos Seleksi Skala Stres Kerja.......................55Tabel 3.5. Tabel Distribusi Item tiap Aspek Skala Ketrampilan Komunikasi

  Interpersonal Perawat setelah Try Out.............................................57

Tabel 3.6. Tabel Distribusi Item Lolos Seleksi Skala Ketrampilan Komunikasi

  Interpersonal Perawat..........................................................................58

Tabel 4.1. Tabel Deskripsi Statistik Data Penelitian.............................................67Tabel 4.2. Tabel Hasil Uji Normalitas..................................................................68Tabel 4.3. Tabel Hasil Uji Linieritas.....................................................................69Tabel 4.4. Tabel Analisis Korelasional..................................................................70Tabel 4.5. Tabel Analisis R Square........................................................................71

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran A. Alat Ukur..........................................................................................81 Lampiran B. Data Uji Coba...................................................................................83 Lampiran C. Reliabilitas Skala............................................................................103 Lampiran D. Data Penelitian................................................................................111 Lampiran E. Analisis Data Penelitian…………………………………………..129 Lampiran F. Surat Keterangan Penelitian............................................................131

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting. Di tengah kehidupan masyarakat yang semakin berkembang saat ini perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan semakin besar. Kebutuhan masyarakat akan tersedianya jaminan kesehatan dan fasilitas

  kesehatan yang memadai juga menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat kita dewasa ini.

  Rumah sakit sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai. Meskipun banyak rumah sakit yang hadir di tengah – tengah masyarakat, namun masyarakat memiliki pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam memilih suatu rumah sakit. Pertimbangan masyarakat dalam menentukan rumah sakit pada umumnya didasarkan pada mutu pelayanan, mutu kesehatan, harga, dan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam rumah sakit. Menurut Hasanah (2000), dari berbagai pertimbangan tersebut mutu pelayanan memiliki persentase terbesar di antara aspek lainnya. Masyarakat akan lebih mempertimbangkan rumah sakit yang memiliki mutu pelayanan

  Perawat adalah suatu profesi yang disoroti oleh banyak pihak dalam pelayanan di rumah sakit. Perawat merupakan sumber daya manusia yang besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang menentukan kinerja rumah sakit secara keseluruhan (Harnanti,1995). Tugas perawat adalah membantu proses penyembuhan dan perawatan pasien (Gunarsa, 1995). Menurut Smett (1994), perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang melakukan fungsi keperawatan dan pelayanan kesehatan.

  Selain itu berdasarkan intensitas dan lamanya waktu, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling intens dan lama dalam memberikan pelayanan dan berhubungan langsung dengan pasien.

  Hal tersebut dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan rumah sakit di bagian rawat inap. Sebagai tenaga kesehatan, para perawat di bagian rawat inap selama 24 jam harus berada di dekat pasien untuk merawat dan melayani kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri selama sakit. Selain bertugas merawat pasien, perawat seringkali juga harus berhadapan dengan karakteristik pasien yang berbeda – beda. Para perawat seringkali dihujani dengan berbagai keluhan, kecemasan, dan keingintahuan dari pasien maupun keluarganya mengenai perawatan yang dilakukan.

  Perawat dalam melaksanakan tugas pekerjaannya selalu bergelut dengan para pasien yang menderita berbagai macam penyakit dan diperlukan tanggung jawab yang tinggi dalam penanganannya. Pekerjaan yang penuh Perawat dituntut bekerja dengan batasan waktu yang kaku dan harus bertemu serta merawat para pasien yang berbeda kebutuhannya. Melihat karakteristik dan kondisi kerja perawat tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja.

  Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa para pekerja di bidang kesehatan mengalami stres kerja yang lebih tinggi daripada para pekerja di bidang lain dan pekerjaan tersebut salah satunya adalah perawat (Messer & Meldrum,1999). Hasil penelitian yang dilakukan oleh The National Institute

  

for Occupational Safety and Health menemukan bahwa pekerjaan yang

  berhubungan dengan kesehatan di rumah sakit memiliki kecenderungan tinggi terkena gangguan mental seperti depresi dan stres (Inayati, 1996).

  Sebuah survei di Perancis mengungkapkan bahwa 64% perawat merasa kesal terhadap lingkungan kerja mereka yang penuh stres (Melsa.ned.id).

  Sarafino (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan ketidakseimbangan antara tuntutan – tuntutan lingkungan dan situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dalam diri individu. Sutherland & Cooper (1990) juga mendefinisikan stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan individu dengan kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut.

  Hampir semua orang dalam kehidupan mereka mengalami stres situasi stres itu begitu terasa dan berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menurut Cooper .,dkk (2001) dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal dalam diri individu. Faktor internal adalah faktor – faktor yang bersumber dalam diri individu, seperti usia dan pengalaman kerja, kemampuan individu menyesuaikan diri, dan juga faktor kepribadian. Faktor eksternal adalah faktor – faktor yang bersumber dari lingkungan di luar individu, misalnya: karakteristik tempat kerja, hubungan interpersonal dalam bekerja, peran dalam organisasi, struktur organisasi, promosi pekerjaan, dan peristiwa – peristiwa yang dialami individu dalam kehidupan sehari – hari. Dalam buku karya Abraham Charles & Shanley E (1997), Gray-Toff dan Anderson menyatakan bahwa stres kerja pada perawat dipengaruhi oleh faktor organisasional yang terdiri dari; ketegangan peran, hubungan interpersonal (dengan teman sekerja, dengan dokter/ supervisor, dan dengan pasien), jenis kepemimpinan organisasi, dan tuntutan pekerjaan.

  Hubungan antar pribadi adalah faktor penting dalam kesehatan individu (Munandar, 2001). Sutherland & Cooper (1990) menyatakan bahwa masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah faktor stres kerja yang paling potensial diantara faktor – faktor yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menjalin hubungan interpersonal yang dimiliki oleh perawat dapat menunjukkan tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dialami. Keefektifan hubungan antar pribadi ditentukan oleh ketrampilan individu untuk mengkomunikasikan secara jelas informasi yang ingin disampaikan, menciptakan kesan tertentu atau mempengaruhi orang lain (Supratiknya, 1995). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang ketrampilan komunikasi interpersonal yang berkaitan dengan stres kerja, khususnya pada perawat di rumah sakit.

  Johnson (dalam Supratiknya, 1995) merumuskan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi dua arah yang berlangsung apabila pengirim pesan cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima yang menangkap pesan yang dikirimnya. Komunikasi interpersonal memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang efektif.

  Ketrampilan berkomunikasi memiliki lima landasan dasar yaitu kemampuan untuk saling memahami, mengkomunikasikan pikiran/ perasaan secara jelas dan tepat, saling menolong, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif (Supratiknya, 1995). Komunikasi yang akrab, hangat, dan produktif dengan orang lain dapat dikembangkan dan dipelihara dengan ketrampilan berkomunikasi yang baik.

  Proses ketrampilan komunikasi interpersonal dalam keperawatan dapat dilakukan antara perawat/ teman sekerja, perawat/ dokter, perawat/ dengan pasien. Ketrampilan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien yang baik nampak pada kemampuan perawat untuk memberikan pelayanan kepada pasien, yang terdiri dari keramahan perawat, perhatian perawat, kesopanan perawat, kesabaran, dan ketulusan perawat (Supratiknya, 1995).

  Dari uraian di atas, nampak adanya hubungan yang negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal dengan pasien dan stres kerja perawat melalui variabel mediator hubungan interpersonal. Dengan adanya latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk menguji signifikansi hubungan negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat.

  B. Perumusan Masalah

  Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat?”

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Memberi informasi kajian teoritis dan menambah pengetahuan di bidang psikologi klinis dan psikologi industri mengenai hubungan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi peneliti tentang ketrampilan komunikasi interpersonal dan stres kerja, penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan tentang sumbangan ketrampilan komunikasi interpersonal terhadap stres kerja.

  b. Bagi perawat, penelitian ini memiliki sumbangan pemahaman mengenai pentingnya faktor ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat, sehingga perawat lebih dapat mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal yang dimiliki untuk menghadapi stres.

  c. Bagi pihak rumah sakit, dapat mengetahui pentingnya tingkat ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien, sehingga dapat menjadi fasilitator yang dapat meningkatkan ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebagai salah satu upaya pencegahan stres kerja pada perawat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perawat berasal dari kata

  rawat yang berarti pelihara atau urus. Jadi kata perawat berarti orang yang memelihara atau mengurus. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (dalam Dewi,2002), perawat adalah orang yang menyeselesaikan pendidikan dasar , memenuhi syarat, dan kepadanya diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan penuh tanggung jawab. Jadi untuk dapat menjadi seorang perawat harus menjalani pendidikan dasar perawat, yaitu program pendidikan terencana yang memberikan landasan yang luas dan mendasar untuk melaksanakan tugas keperawatan yang efektif.

  Perawat merupakan seorang tenaga kesehatan yang melakukan fungsi keperawatan pada pelayanan kesehatan (Smet, 1994). Priharjo (1995), mengungkapkan bahwa fungsi keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara umum dalam bentuk biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. menyembuhkan orang sakit, usaha rehabilitasi, dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah pengawasan supervisi, dokter atau suster kepala. Seorang perawat mendedikasikan dirinya pada pekerjaannya didasari oleh beberapa hal, antara lain: minat terhadap orang lain, derajat sensitivitas, menghargai hubungan dan memiliki sikap terhadap mereka yang berkedudukan tinggi. Gunarsa (1995), mengungkapkan bahwa seorang perawat dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan sosialnya perlu mendalami beberapa sifat yang harus dimilikinya, yaitu antara lain: sehat, penampilan menarik, jujur, sportif, rendah hati, empati, dapat dipercaya, pandai bergaul, pandai menimbang perasaan, dan memiliki sikap sopan santun.

  Perawat sebagai salah satu tokoh penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada orang yang dalam keadaan fisik dan mental yang lemah serta kepada mereka yang membutuhkan. Menurut Bouwhuizen (1995), tugas dari pekerjaan perawat adalah untuk memberikan pertolongan (yang dilandasi keahlian) kepada orang yang sedang mengalami gangguan fisik dan kejiwaan serta dalam proses penyembuhan sehingga nantinya mereka dapat hidup mandiri dengan keterbatasan yang mereka miliki.

  Henderson (dalam Priharjo,1995) mengungkapkan fungsi perawat keperawatan meliputi empat area, yaitu; peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan perawatan orang menjelang ajal ( Koizer dalam Priharjo,1995).

  Menurut Lloyd (dalam Krismi Diah, 2002), dalam menjalankan tugasnya seorang perawat mempunyai tanggung jawab yang besar, yaitu; a. Legal Responsibilities, bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku.

  b. Etical Responsibilities, bertanggung jawab terhadap kode etik profesi.

  c. Moral Responsibilities, tanggung jawab moral (misalnya pada kasus aborsi dan euthanasia ).

  d. Contractual Responsibilities, memenuhi kontrak kepada organisasi tempat bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

  e. Personal Responsibilities, tanggung jawab sebagai individu misalnya membantu dan menyelamatkan pasien sehingga dapat memunculkan perasaan positif ketika melakukannya.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan khusus serta diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan bertanggung jawab serta merawat orang sakit maupun orang sehat dengan penuh kasih sayang yang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah pengawasan dokter sehingga orang tersebut dapat mempertahankan kesejahteraan pasien, dan bertanggungjawab pada instansi di mana ia mengabdikan dirinya.

B. Stres Kerja Perawat

1. Pengertian Stres Kerja

  Tokoh yang pertama kali meneliti tentang stres adalah Hans Selye, ia mengungkapkan bahwa stres adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik ketika seseorang berhadapan dengan sumber – sumber stres (Landy & Conte,2004). Dalam Munandar (2001), Selye mengungkapkan bahwa ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktifitas sistem saraf simpatetik. Tanpa memperhatikan penyebab, individu akan merespon dengan pola reaksi yang tidak spesifik (non spesific response). Disebut respon non spesifik karena respon tersebut dapat berupa respon fisik ataupun respon psikologis.

  Sarafino (1990) mendefinisikan stres sebagai kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan adanya persepsi jarak antara tuntutan – tuntutan lingkungan dan situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dalam diri individu. Sama halnya dengan Sarafino, Sutherland & Cooper tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan untuk menemukan tuntutan tersebut.

  Dalam penelitian sekarang ini, stres sering didasarkan pada asumsi bahwa stres adalah hasil dari ketidaksesuaian antara individu (kepribadian, bakat, dan kecakapan) dengan lingkungannya yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. Stres biasanya nampak dari gejala – gejala dan tanda – tanda faal, perilaku, psikologikal, dan somatik ( Fincham & Rhodes dalam Munandar, 2001).

  Pada definisi stres yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat dilihat bahwa para ahli mengacu kepada pendekatan stres sebagai respon. Pendekatan stres sebagai respon, memandang stres sebagai variabel akibat. Stres dipandang sebagai suatu respon yang muncul dari dalam diri individu.

  Secara umum stres dapat disimpulkan sebagai kondisi yang mengancam, menekan dan tidak menyenangkan dalam diri individu yang dapat mengakibatkan reaksi perubahan fisik, psikologis, dan tingkah laku.

  Dalam dunia kerja, sering timbul berbagai masalah sehubungan dengan stres dan kondisi – kondisi yang dapat memicu munculnya stres.

  Stres yang disebabkan oleh faktor lingkungan pekerjaan biasa disebut dengan stres kerja. atau tuntutan yang tidak seimbang dalam pekerjaan. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan munculnya ketidakpastian yang dirasakan seseorang dalam kehidupan kerjanya. Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah respon individu dalam menyesuaikan diri terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpangan fisik, psikis, dan prilaku individu yang berpartisipasi dalam suatu organisasi.

  Menurut Riggio (2002), stres kerja adalah suatu reaksi fisiologis dan/atau psikologis terhadap suatu peristiwa yang dirasa mengancam atau membebani. Peristiwa yang mengancam dan membebani tersebut kemudian biasa disebut sebagai stressor kerja. Definisi stres kerja juga dikemukakan oleh Karasek (dalam Landy & Conte,2004), yaitu stres pada pekerjaan terjadi karena tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi dan fungsi kontrol yang rendah. Beban pekerjaan yang tinggi juga dapat menyebabkan stres kerja. Fungsi kontrol yang dimaksud adalah kombinasi antara otonomi dalam pekerjaan dan keleluasaan dalam menggunakan kemampuan yang berbeda.

  French dkk (dalam Riggio, 2002) mengemukaan bahwa stres dalam pekerjaan muncul karena adanya ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungannya. Jadi kesesuaian antara individu dengan lingkungan akan mempengaruhi jumlah stres yang dialami. Seseorang dikatakan kerjanya. Menurut Landy dan Conte (2004), tingkat stres yang diterima seseorang dipengaruhi oleh bagaimana persepsi terhadap tuntutan pekerjaan yang dibuat oleh lingkungan dan persepsi terhadap kemampuan orang itu untuk mengatasi tuntutan tersebut. Hal ini berarti tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan individu akan menyebabkan kondisi yang penuh stres sehingga akan berpengaruh pada kondisi fisik, psikologis, dan tingkah laku seseorang.

  Dari uraian mengenai beberapa definisi stres kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku yang muncul karena stressor dalam pekerjaan yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada kesehatan seseorang.

2. Sumber Stres Kerja

  Menurut Sarafino (1990), beberapa hal yang dapat meningkatkan stres kerja antara lain disebabkan oleh lingkungan fisik, kurangnya kontrol, kurangnya hubungan interpersonal, dan kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.

  Sumber stres kerja menurut Sutherland & Cooper (1990) berasal dari pekerjaan itu sendiri dan dari interaksi lingkungan sosial, yaitu antara lain; b). Konflik peran : peran dalam pekerjaan yang tidak jelas dan tanggungjawab yang tidak jelas.

  c). Masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah stressor yang potensial, seperti hubungan dengan atasan, rekan sejawat, dan hubungan atasan – bawahan.

  d). Perkembangan karir; promosi jabatan dan keselamatan kerja.

  e). Iklim dan struktur organisasi,seperti; ada peraturan pembatasan perilaku dan budaya dalam organisasi.

  f). Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.

  Sumber stres kerja menurut Hardjana (1994) yaitu antara lain; tuntutan kerja, kerja yang penuh tanggung jawab, lingkungan fisik kerja, rasa kurang memiliki pengendalian diri, hubungan antar manusia, pengakuan dan penghargaan, dan keamanan kerja. Sumber stres kerja tersebut bila tidak diperhatikan dan dilakukan pencegahan akan potensial memunculkan stres kerja pada karyawan.

  Yuzalita (1995) mengemukakan bahwa perselisihan di lingkungan kerja, rasa jenuh, rasa bersalah, perasaan diperlakukan tidak adil, dan ketidakpastian atas sistem kenaikan pangkat merupakan kondisi yang dapat memicu pekerja untuk berada dalam keadaan stres. Luthans (2005) mengungkapkan bahwa tempat kerja yang penuh atau padat, ramai, kurang

  , suhu ruang yang tidak tepat, bau yang tidak sedap, dan

  privacy menuntut kehati – hatian dan ketelitian, dan tingkat keamanan yang kurang juga dapat mengakibatkan stres kerja.

  Dari uraian di atas penulis menarik kesimpulan bahwa sumber stres kerja antara lain adalah; beban kerja, hubungan interpersonal, konflik peran, perkembangan karir, iklim dan struktur organisasi, adanya konflik antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan keluarga.

3. Faktor – Faktor Stres Kerja

  Stres kerja yang dialami masing – masing individu berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Taylor (1995) mengelompokkan faktor penyebab stres antara lain; faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis yaitu faktor penyebab stres yang berasal dari keadaan fisiologis individu, meliputi; kesehatan, kelelahan, kurang gizi, dan cacat tubuh. Faktor psikologis berasal dari keadaan psikis individu yang mengalami hambatan misalnya individu yang memiliki pola pikir irasional lebih rentan terhadap stres daripada individu yang memiliki pola pikir rasional. Faktor sosial yaitu penyebab stres yang berhubungan dengan keadaan lingkungan, seperti kepadatan, kebisingan, dan tekanan ekonomi.

  Hardjana (2003) menjelaskan bahwa faktor penyebab stres yang dialami oleh seseorang berasal dari 3 faktor antara lain: faktor individu, keluarga, dan lingkungan. Lingkungan yang dapat menjadi sumber stres

  Landy dan Conte (2004) membagi faktor stres kerja menjadi dua bagian, yaitu fisik dan psikis.

  a. Fisik Stresor fisik berasal dari lingkungan fisik seorang pekerja. Hal ini berkaitan dengan tugas – tugas yang diterima oleh pekerja, misalnya banyaknya pekerjaan, jam kerja yang harus dipenuhi dan sebagainya. Selain itu juga berupa kondisi lingkungan yang mengelilingi seorang pekerja misalnya suara bising, ruang kerja sempit, dan sirkulasi udara buruk akan memudahkan pekerja rentan terhadap stres.

  b. Psikis, terdiri dari ; 1). Kurangnya fungsi kontrol

  Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol terhadap pekerjaannya akan lebih mudah mengalami stres (www.vtaide.com,2006). 2). Konflik interpersonal

  Konflik interpersonal merupakan interaksi negatif antara karyawan dengan rekan sejawat, supervisor ataupun klien. Dampak dari konflik interpersonal adalah gangguan kesehatan, ketidakpuasan kerja, dan stres kerja (Landy dan Conte,2004).

  3). Ketaksaan peran Peran yang ambigu, konflik peran, dan peran yang overload

  4).

   Emotional Labor Emotional labor adalah pekerjaan yang bergerak dibidang

  pelayanan (Statt, 1994). Emotional labor memicu munculnya stres ketika seseorang harus menunjukkan emosi tertentu yang berlawanan dengan apa yang sedang dirasakannya (Landy dan Conte, 2004)

  Munandar (2001) menyatakan bahwa stres yang dialami oleh individu ditentukan oleh individu itu sendiri, sejauh mana ia melihat situasi yang ia alami penuh stres. Reaksi – reaksi psikologis, fisiologis, dan reaksi perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individu, yang mencakup ciri – ciri kepribadian yang khusus dan pola – pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan, dan kecakapan. Dapat disimpulkan bahwa faktor dalam diri individu memiliki peranan penting dalam menanggapi situasi stressfull. Faktor ini menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap stress.

  Robbins (2005) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan munculnya stres kerja dibedakan menjadi 3 faktor yaitu; a. Faktor lingkungan, meliputi;

  1.) Ketidakpastian ekonomi ; dapat berupa naik turunnya nilai mata uang, naik turunnya harga barang, dan terjadinya krisis ekonomi.

  2.) Ketidakpastian politik ; misalnya sering terjadi kerusuhan, perpecahan suku bangsa, dan situasi pemerintahan yang tidak jelas. 3.) Ketidakpastian teknologi ; dapat berupa kemajuan teknologi yang sangat pesat yang muncul dengan berbagai inovasi baru, teknologi komputer, dan otomatisasi yang menyebabkan karyawan dituntut lebih terampil dan berpengalaman.

  b. Faktor Organisasional 1.) Kondisi intrinsik tugas; tuntutan tugas, karakteristik tugas, pelaksanaan tugas, dan hubungan antara satu tugas dengan tugas yang lain. 2.) Karakteristik peran; ketidakjelasan peran dan konflik peran. 3.) Karakteristik lingkungan sosial; dalam organisasi tugas dan peran antara individu yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Hal ini membentuk pola hubungan interpersonal dalam organisasi. Apabila hubungan interpersonal dalam organisasi tidak terjalin dengan baik akan berpotensi memunculkan stres.

  4.) Iklim organisasi; budaya organisasi, sistem penggajian, disiplin kerja, struktur organisasi, dan proses pengambilan keputusan.

  5.) Karakteristik fisik lingkungan kerja; ventilasi, suhu, penerangan, peralatan kerja, tingkat keamanan, dan tugas yang menuntut c. Faktor Individual 1.) Kepribadian ; orang yang memiliki tipe kepribadian A dicirikan sebagai individu yang semangat kompetisinya tinggi dan disiplin yang tinggi sehingga cenderung mudah mengalami stres. 2.) Persepsi individu ; hal ini menyebabkan perbedaan individu dalam merespon stresor yang dihadapi.

  3.) Pengalaman kerja ; individu yang sudah memiliki pengalaman kerja yang lama akan lebih tahan terhadap stres karena sudah memiliki bentuk mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi stres.

  4.) Locus of control ; individu yang memiliki locus of control eksternal lebih mudah mengalami stres daripada individu yang memiliki locus of contol internal. Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat stres kerja pada individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: persepsi individu, locus of control, kepribadian, usia, jenis kelamin, dan strategi cooping individu. Sementara faktor eksternal terdiri dari: dukungan sosial, pengalaman kerja, pendidikan, dan hubungan interpersonal. Dalam penelitian ini faktor penyebab stres dilihat dari faktor ekternal khususnya hubungan interpersonal sebagai salah satu faktor penyebab stres.

4. Indikator Stres Kerja

  Indikator stres kerja pada individu dapat dibagi menjadi tiga kategori umum meliputi; gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala prilaku (Luthans, 2005; Robbins,2005), yaitu:

  a. Gejala Fisiologis Gejala fisiologis yaitu dengan munculnya berbagai macam keluhan – keluhan fisik seperti gatal – gatal dikulit, rambut rontok, nyeri lambung, berkeringat, dan tubuh panas dingin. Stres dapat mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh, meningkatnya tekanan darah, peningkatan kadar gula darah, meningkatnya laju detak jantung, gangguan pernafasan, menimbulkan serangan sakit kepala, dan bahkan menyebabkan timbulnya serangan jantung.

  b. Gejala Psikologis Gejala psikologis yang muncul sebagai akibat dari stres antara lain menimbulkan ketegangan, mudah marah, perasaan terbebani, ketidaktenangan, kecemasan, kebosanan, dan suka menunda – nunda pekerjaan. Semua ini dapat mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi lain yang berkaitan erat dengan prestasi kerja, ketidaksukaan pada pengawas, gangguan konsentrasi, dan keputusasaan.

  c. Gejala Perilaku Gejala prilaku dikaitkan dengan stres mencakup gangguan komunikasi kebiasaan makan, meningkatnya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, penyalahgunaan obat, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur. Luthans (2005) menemukan bahwa stres menimbulkan dampak yang kuat pada tindakan – tindakan agresif seperti sabotase, agresi interpersonal, permusuhan dan berbagai macam keluhan. Hal ini berkaitan dengan performansi kerja yang rendah, tingkat harga diri yang rendah, kebencian, dan kemarahan.

  Menurut Hardjana (1994), gejala stres kerja yang muncul pada individu menyerang segala segi dalam diri individu. Manusia merupakan suatu kesatuan antara jiwa dan badan. Maka gejala stres yang muncul juga menyerang kedua kesatuan dalam diri manusia tersebut. Gejala stres ditemukan dalam segala segi individu yang penting meliputi: fisik, emosi, intelektual, dan interpersonal.

  Gejala – gejala stres menurut Hardjana (1994) dijelaskan sebagai berikut ; a. Gejala fisik dapat berupa sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, sakit punggung, gangguan pencernaan, gatal – gatal pada kulit, ketegangan otot, tekanan darah tinggi/ serangan jantung, berubah selera makan, dan terlalu banyak mengeluarkan keringat.

  b. Gejala emosional yang dirasakan dapat berupa gelisah, cemas, sedih, depresi, berubah – ubah mood, mudah marah, gugup, terlalu peka, dan c. Gejala intelek dapat dirasakan dari gejala – gejalanya yaitu susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, produktivitas dan prestasi kerja menurun, banyak melakukan kekeliruan dalam bekerja, dan kehilangan rasa humor yang sehat.

  d. Gejala interpersonal yang dirasakan akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Gejala – gejala interpersonal yang dialami adalah kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka menyerang atau mencari kesalahan orang lain dan bersikap terlalu tertutup pada orang lain.