HUBUNGAN TINGKAT RETARDASI MENTAL ANAK DENGAN PERSONAL HYGIENE DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

HUBUNGAN TINGKAT RETARDASI MENTAL ANAK DENGAN PERSONAL

  HYGIENE DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG Budi Suprapto*Arif Wijaya**Leo Yosdimyati*** ABSTRAK

  PENDAHULUAN: Anak dengan Retardasi mental membutuhkan stimulus dan dukungan

  orang-orang terdekat terutama orang tua sangat penting untuk mengoptimalkan kemampuan anak retardasi mental dalam hal mengembangkan personal hygiene. TUJUAN penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat retardasi mental anak dengan Personal Hygiene di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Peterongan Kabupaten Jombang.Desain penelitian ini

  cross sectional . Populasi dalam penelitian ini semua anak retardasi mentalanak retardasi

  mental berjumlah 42 responden METODE Simple Random sampling didapatkan sampel sebanyak 29 responden.Variabel independen adalah tingkat retardasi mental dan variabel

  dependen adalah personal hygiene. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, dianalisa data

  dengan uji

  Spearman rank’s.HASIL PENELITIAN didapatkan bahwa tingkat retardasi

  mental sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %),

  personal hygiene sebagian besar responden Baik dalam menjaga personal hygiene sebanyak

  18 (62,1 %) responden.. Berdasarkan uji statistik didapatkan dengan nilai P (0,000) < 0,05), maka H diterima. KESIMPULAN Ada hubungan tingkat retardasi mental anak dengan 1 personal hygine.

  .

  Kata Kunci : Retardasi mental, Personal hygiene dan anak SDLB

RELATIONSHIP OF CHILDREN'S MENTAL RETARDATION AND PERSONAL HYGIENE

  

IN THE EXTRAORDINARY BASIC SCHOOL (SDLB)

JOMBANG DISTRICT CONTROL

ABSTRACT

  INTRODUCTION Children with mental retardation need stimulus and the support of closest people, especially parents, is very important to optimize the ability of children with mental retardation in developing personal hygiene. THE PURPOSE of this study was to determine the relationship between the level of mental retardation of children with Personal Hygiene at the Extraordinary Elementary School (SDLB) Peterongan, Jombang Regency. METOD His research design is cross sectional. The population in this study all children retarded mentally retarded mentals amounted to 42 respondents with Simple Random sampling obtained a sample of 29 respondents. Independent variables are the level of mental retardation and the dependent variable is personal hygiene. The measuring instrument used was a questionnaire, analyzed by Spearman rank's test. THE RESULTS showed that the majority of respondents experienced mental retardation experienced 16 mild mental retardation (55.2%), most of the personal hygiene respondents were good in maintaining personal hygiene as many as 18 (62.1%) respondents. Based on statistical tests obtained with the value P (0,000) <0,05), then H1 is accepted. Conclusion there is a relationship between the level of mental retardation of children with personal hygiene.

  Keywords : mental retardation, personal hygiene and SDLB children

  PENDAHULUAN

  Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak hanya fisik tetapi juga secara social, psikososial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat, asuhan kesehatan pada anak berpusat pada keluarga. Keluarga merupakan sebuah sistem terbuka dimana anggota-anggotanya merupakan subsistem.. Perubahan masalah kesehatan pada anak dapat mempengaruhi seluruh anggota keluarga (Rohman, 2009, 30). Anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuikan diri susah berkembang dan di sertai oleh difisit fungsi adaptasi, seperti kegagalan mengurus diri sendiri (Personal

  Hygiene

  ) (Pieter, 2011, 25) (Dikutip dari jurnal Risa dwi nurmaini). Data dari WHO (World Health

  Organization ) memperkirakan jumlah anak dengan disabilitas adalah sekitar 7-10%.

  dari sekitar 295. 250 anak yang berada di masyarakat dalam pembinaan dan pegawasan orang tua dan keluarga. Dan dari data tersebut 3% diantaranya mengalami retardasi mental. Data dari Riskesdes tahun 2013 sebanyak 14% anak dengan retardasi mental dari 130.572 anak penyandang disabilitas. Anak retardasi mental di Provinsi Jawa Timur yang tertampung di SLB-C tahun 2014 berjumlah 6.633 orang atau 61.21% dari seluruh anak berkebutuhan khusus di Jawa Timur yang jumlahnya 10.836 orang anak tunagrahita (Idris, A., 2014, 75) Data di Kabupaten Jombang jumlah anak disabilitas yang tertampung di SLB pada tahun 2015 adalah 642 siswa, dengan perbandingan siswa laki-laki 63% dan siswa perempuan 37% (Dinas Pendidikan jombang ,2016, 27).

  Pada Anak yang mengalami retardasi mental tetap memiliki kemampuan lain yang masih dapat dikembangkan dan dioptimalkan untuk membantunya beraktivitas seperti orang normal, dan memberikan peran tertentu di masyarakat meskipun terbatas. Adanya keterlambatan dirinya dalam upaya memelihara kebersihan, kebersihan pribadi anak tidak lepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan, karena menjaga kebersihan diri (Personal

  hygiene ) anak retardasi mental secara

  optimal tidak mungkin terwujud tanpa adanya dukungan dari orang tua (Aziz, 2009, 50). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15 Maret 2018 dilakukan pada anak retardasi mental berjumlah 10 anak, diketahui kebersihan dirinya sangat kurang dilihat dari kebersihan rambut sampai ujung kaki masih belum bersih. Berdasarkan penelitian terkait yang dilakukan oleh Elisabeth (2012, 42) diketahui sebagian besar orang tua yang menerapkan pola asuh positif, anaknya mempunyai status personal hygiene cukup sebesar (46,8%). Berdasarkan penelitian oleh Ramawati (2011, 37), didapatkan bahwa anak dengan tuna grahita (retardasi mental) tanpa bantuan orang lain hanya 38,4% yang memiliki tingkat kemampuan

  personal hygiene tinggi. Sedangkan

  sisanya 61,6% tingkat kemampuan perawatan dirinya rendah. personal

  hygiene merupakan suatu tindakan untuk

  memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk memelihara baik fisik maupun psikis (Rumoyo, 2013, 24). Pada intinya, anak dengan retardasi mental memiliki kemampuan yang dapat dioptimalkan dan dikembangkan selayaknya anak-anak normal pada umumnya. Dalam hal ini, stimulus dan dukungan orang-orang terdekat terutama orang tua sangat penting untuk mengoptimalkan kemampuan anak retardasi mental dalam hal mengembangkan personal hygiene . Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang “hubungan tingkat retardasi mental anak dengan Personal Hygiene di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Peterongan Kabupaten Jombang.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  Desain penelitian ini adalah analitik korelasional, menggunakan rancangan

  2. Cukup 8 27,6

  Persentase (%)

  1. Ringan 16 55,2

  2. Sedang 13 44,8 TOTAL 29 100 %

  Sumber: Data Primer, 2018

  Tabel 3 diatas menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami retardasi mental sedang 13 (44,8 %). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan personal hygiene

  No Kriteria Frekuensi Persentase (%)

  1. Baik 18 62,1

  3 Kurang 3 10,3 TOTAL 29 100 %

  Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Retardasi Mental No Tingkat

  Sumber: Data Primer, 2018

  Cross Sectional yaitu, penelitian dengan

  peneliti mendapatkan tanda tangan dari pembimbing.

  Spearment. penelitian ini dilakukan setelah

  variabel dependent personal hygiene pada anak SLB Desa Mancar Kecamatan Peterongan. Pada penelitian ini responden diberikan checklist. Analisa data menggunakan uji Rank

  independent tingkat retardasi mental dan

  melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit. Populasi Semua anak retardasi mental di SDLB peterongan Kabupaten Jombang yang berjumlah 42 siswa. Besar sampel sejumlah 29 anak dengan menggunakan teknik Random sampling. Variabel

  RM Frekuen si

HASIL PENELITIAN

  Tabel 2 diatas menunjukkan sebagian besar responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 murid (51,7 %), dan hampir setengah responden jenis kelamin perempuan 14 (48,3 %) siswa

  8

  6

  2 0.

  7

  1 3.

  4

  1

  3 44.

  8 Jumla

  h

  1

  6 2.

  2 0.

  1

  8

  2 7.

  6

  3

  1 0.

  3

  2

  9

  10 % P.Value 0,01 Sumber: Data Primer, 2018

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

  7

  6

  Sumber: Data Primer, 2018

  No Ret ard asi me nta l Personal Hygiene Baik Cuku p Kuran g Jumlah ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

  2. Perempuan 14 48,3 Total 39 100

  1. Laki-laki 15 51,7

  No Jenis kelamin f %

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin

  Tabel 1 diatas Menunjukkan bahwa hampir Mayoritas responden berumur 5-10 tahun sejumlah 27 murid (93,1), dan sebagian kecil responden umur 11-15 tahun 2 (6,9 %).

  Sumber: Data Primer, 2018

  100 %

  Total 29l

  1. 5-10 tahun 27 93,1 2. 11-15 tahun 2 6,9

  Tabel 4 diatas menunjukkan sebagian besar responden Baik dalam menjaga personal hygiene sebanyak 18 (62,1 %) responden, hampir dari setengah responden cukup dalam menjaga personal hygiene 8 responden (27,6 %) Dan sebagian kecil responden kurang dalam menjaga kebersihan dirinya berjumlah 3 (10,3 %).

  Tabel 5. Hubungan tingkat retardasi mental anak dengan personal hygiene di sekolah dasar luar biasa (SDLB) Peterongan Kabupaten Jombang

  1 Rin gan

  2 Sed ang

  1

  No Umur f %

  4 1.

  4

  2 6.

  9

  2 6.

  9

  1

  6 55.

  2

  2 Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa hampir dari setengah anak dengan retardasi mental ringan personal hygienenya Baik 12 (41.4 %), sebagian kecil responden personal hygiene nya cukup dan kurang 2 (6,9 %) anak. Dan anak yang mengalami retardasi mental sedang sebagial kecil responden personal hygiene nya baik 6 (20,7 %), cukup (20,7 %), dan kurang 1 (3,4 %).

  Dari hasil penelitian menggunakan uji

  spearmans rho menunjukkan nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p :

  0,001) jauh lebih kecil dari standart signifikan (  : 0,05), maka H 1 diterima Ho ditolak yang berarti ada Hubungan tingkat retardasi mental anak dengan personal

  hygiene di sekolah dasar luar biasa (SDLB) Peterongan Kabupaten Jombang.

  PEMBAHASAN Tingkat Retardasi Mental

  Hasil menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami retardasi mental sedang 13 (44,8 %). Retardasi metal ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak terkena memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun- tahun prasekolah tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya. Walaupun anak retardasi mental ringan mampu dalam fungsi akademik pada tingkat pendidikan dasar dan keterampilan kejuruannya adalah memadai untuk membantu dirinya sendiri dalam beberapa kasus, asimilasi sosial mungkin sulit. Defisit komunikasi, harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin berperan dalam relatif tidak adanya spontanitas sosialnya (Pratiwi, 2013, 31).

  Anak dengan tingkat retardasi mental cara melatih kemandirian terutama mandiri dalam makan dan minum, beraktifitas sehari-hari di rumah, mandiri dalam melakukan mandi, ke toilet, mandiri dalam memakai baju, sehingga ibu tidak merasa sedih dalam merawat anak retardasi mental. Selain itu proses pendidikan di SLB cukup baik sehingga bisa membentuk perilaku anak yang lebih terutama dalam kemandirian aktifitas sehari-hari seperti cara menggosok gigi, cara makan dan minum yang benar, menggambar, membersihkan lantai, halaman sekolah, membuang sampah dengan benar

  Personal Hygiene

  Hasil menunjukkan sebagian besar responden Baik dalam menjaga personal hygiene sebanyak 18 (62,1 %) , hampir dari setengah responden cukup dalam menjaga personal hygiene 8 responden (27,6 %) Dan sebagian kecil responden kurang dalam menjaga kebersihan dirinya berjumlah 3 (10,3 %).

  Personal hygiene adalah perawatan diri

  yang secara positif mempengaruhi kesehatan manusia yang dilakukan sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Lazimnya

  personal hygiene pada anak usia sekolah

  dasar meliputi kebersihan tangan, kaki, kuku, kulit, rambut, gigi dan telinga (Riyanti, 2017, 29). Status personal hygiene seorang anak retardasi mental tergantung pada orang-orang disekitarnya. Personal hygiene penting dalam kehidupan anak. Melatih personal hygiene pada anak retardasi mental akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Belajar menjadi mandiri yang tidak dimiliki sejak dini hanya akan membuat pemahaman yang tidak tepat tentang konsep kemandirian dan anak cenderung bersifat individual (Kannisius, 2006, 56). Adanya keterlambatan pada anak retardasi mental mempengaruhi dirinya dalam upaya memelihara kebersihan, kebersihan pribadi anak tidak lepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal tidak penanaman sikap hidup bersih dan sehat dari orang tua dan orang disekitarnya (Aziz, 2009, 73). Anak dengan kondisi retardasi mental merupakan seorang anak dengan tingkat fungsi intelegensi yang secara signifikan berada dibawah rata-rata, sebagaimana diukur oleh tes intelegensi yang dilaksanakan secara individual. Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri, susah berkembang dan disertai oleh defisit adaptasi, seperti kegagalan dalam mengurus diri sendiri dan timbulnya perilaku menentang (Pieter, 2011, 43).

  Anak retardasi mental yang status personal hygiene kurang bisa disebabkan oleh masih banyak orang tua maupun mayarakat sekitar yang kurang terlalu terlibat dalam kegiatan anak, tidak melatih anak untuk bisa melakukan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, kurangnya arahan yang diberikan oleh orang tua serta pemanjaan berlebihan dengan cara melayani anak yang memiliki kemampuan lain.

  Hubungan Tingkat Retardasi Mental Dengan Personal Hygiene

  Hasil menunjukkan dapat diketahui bahwa hampir setengah anak dengan retardasi mental ringan personal hygienenya Baik 12 (41.4 %), sebagian kecil responden personal hygiene nya cukup dan kurang 2 (6,9 %) anak. Dan anak yang mengalami retardasi mental sedang sebagial kecil responden personal hygiene nya baik 6 (20,7 %), cukup (20,7 %), dan kurang 1 (3,4 %). Dari hasil uji statistik rank

  spearman diperoleh angka signifikan atau

  nilai probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (  < ). Anak yang mengalami retardasi mental tetap memiliki kemampuan lain yang masih dapat dikembangkan dan dioptimalkan untuk membantunya beraktivitas seperti orang normal, dan memberikan peran tertentu di masyarakat meskipun terbatas. Hal utama yang paling berperan dalam proses perkembangan tua dan kandung (Hendriani dkk, 2006, 34). Anak tunagrahita memiliki keinginan didalam dirinya untuk dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orangtua atau orang lain. Keterampian perawatan diri

  (self care) sebaiknya diajarkan disekolah-

  sekolah, untuk mengembangkan keterampilan perawatan diri dubutuhkan informasi, media, dan bimbingan yang tepat (dikutip dalam jurnal penelitian Dian, 2010: 90) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada anak retardasi mental yaitu : lingkungan, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pola asuh orang tua dan usia Tabel 5.1. Menunjukkan bahwa hampir Mayoritas responden berumur 5-10 tahun sejumlah 26 orang (78,8%), dan sebagian kecil responden umur 11-15 tahun 2 (6,9 %). Tahap perkembangan anak umur usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya anak yang berkualitas dimana kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan sumber daya manusia. Namun keadaan individu yang normal belum tentu dimiliki anak saat dilahirkan. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan baik selama kandungan maupun yang telah terlahir, tidak semua anak mampu melalui semua tahapan secara optimal. Beberapa anak mengalami kegagalan atau gangguan tumbuh kembang (Riyanti, 2017, 56).

  Kemandirian anak retardasi mental merupakan keseimbangan antara merawat diri dan kemampuan untuk mengurus kebutuhan dasar dirinya sendiri, dan mereka senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan. Keterbatasan dalam perkembangan fungsioanal menyebabkan penderita retardasi mental memiliki ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya untuk membantu hampir dalam segala hal. Hal itu bukan berarti anak akan selalu tergantung pada orang lain sampai meraka dewasa karena anak dapat mandiri bila orang-orang disekitarnya dapat membimbing anak retardasi mental tersebut untuk memiliki kebiasaan mandiri. Hasil dari penelitian menunjukkan Pratiwi, 2012, Gigi Sehat Merawat Gigi sebagian besar responden mengalami Sehari-Hari , Jakarta: Kompas mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden Rahman, 2008. Tahapan Mendidik Anak, mengalami retardasi mental sedang 13 Bandung: Irsyad Baitus Salam. (44,8 %), dengan jumlah responden sebanyak 29 murid, Retardasi metal ringan Ramawati,2011, Faktor-FaktorYang mungkin tidak terdiagnosis sampai anak Berhubungan Dengan Kemampuan terkena memasuki sekolah, karena Perawatan Diri Anak Tuna Grahita keterampilan sosial dan komunikasinya Di Kabupaten Banyumas mungkin adekuat dalam tahun- tahun JawaTenga, Jawa Tengah: FIK UI prasekolah tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya (Pratiwi, 2013, 43).

  KEPUSTAKAAN

  Aziz, 2013.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Dinas Pendidikan jombang (2016) Data

  Anak RM dan SLB. Tidak untuk dipublikasikan.2016. Elizbet,, 2011, Ilmu Pencegahan. Penyakit

  Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi . Jakarta: EGC;

  Elisabeth, 2012. Naskah

  PublikasiHubungan Pola Asuh dengan Status Personal Hygiene Pada Anak Retardasi Mental .Yogyakarta: Universitas

  Respati Idris,

  A., 2014, Model Bimbingan

  Behavioraluntuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahit,. Thesis Universitas

  Pendidikan Indonesia. Bandung Partiwi, 2013, Hubungan Antara Active

  Coping Dengan Stres Pegasuhan Pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental , Diakses tanggal 21 Maret 2014 Dari

  Pieter.(2011),Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan , Jakarta: EGC.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK RETARDASI MENTAL BERAT DI SEKOLAH LUAR BIASA YPAC KALIWATES - JEMBER

0 4 16

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG DI SDLBN JOMBATAN VII JOMBANG

0 1 16

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES ICME JOMBANG TAHUN 2017 - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 105

HUBUNGAN ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN DEPRESI ORANG TUA - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 121

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI GOUT ARTHRITIS DI UPT PSTW JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 103

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIAPER RASH PADA BAYI (Di Desa Ngelele Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 117

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KECERDASAN ANAK Studi Di SDN Candimulyo 1 Kabupaten Jombang - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 8

HUBUNGAN SIKAP DENGAN TINGKAT STRESS MAHASISWA DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI PADA SEMESTER VIII STIKES ICME JOMBANG (Studi progam S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 111

HUBUNGAN SIKAP DENGAN TINGKAT STRESS MAHASISWA DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI PADA SEMESTER VIII STIKES ICME JOMBANG (Studi progam S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

1 1 8