BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN - DOCRPIJM 1501228365draft Bab 10 Aspek Kelembagaan Kabupaten Sleman

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbuny i “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaks pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH )

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah

  Organisasi yang menangani keciptakaryaan di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Sleman adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Ketugasan kedua instansi tersebut diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Berikut dijelaskan kondisi keorganisasian kedua lembaga tersebut.

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan pemerintah Kabupaten Sleman yang menangani bidang Cipta Karya.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  2015-2019

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

  10

10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

  b. Pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

  c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; dan e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman terdiri dari:

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat terdiri dari:

  1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,

  2. Sub Bagian Keuangan

  3. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi

  c. Bidang Bina Marga terdiri dari:

  1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan;

  2. Seksi Pemeliharaan Jalan; dan 3. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan.

  d. Bidang Cipta Karya terdiri dari:

  1. Seksi Prasarana dan Sarana Dasar;

  2. Seksi Bangunan Gedung; dan 3. Seksi Drainase.

  e. Bidang Penataan Ruang dan Bangunan terdiri dari:

  1. Seksi Penataan Ruang Rinci;

  2. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi; dan 3. Seksi Pengawasan Bangunan.

  f. Bidang Perumahan terdiri dari:

  1. Seksi Perumahan Formal; dan 2. Seksi Perumahan Swadaya.

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan h. Kelompok Jabatan Fungsional.

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Gambar 10. 1 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman

  5 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH )

  2015-2019

  10 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyelengga-

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  b. Pelaksanaan tugas bidang perencanaan pembangunan daerah;

  e. Bidang Ekonomi terdiri dari:

  h. Unit Pelaksana Teknis; dan i. Kelompok Jabatan Fungsional.

  2. Subbidang Penelitian dan Pengembangan; dan 3. Subbidang Data dan Informasi.

  1. Subbidang Monitoring dan Evaluasi;

  g. Bidang Pengendalian dan Evaluasi terdiri dari:

  2. Subbidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial; dan 3. Subbidang Kependudukan dan Pemerintahan.

  1. Subbidang Pendidikan dan Kebudayaan;

  f. Bidang Sosial Budaya terdiri dari:

  2. Subbidang Perekonomian dan Pariwisata. dan 3. Subbidang Ketenagakerjaan dan Investasi.

  1. Subbidang Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;

  2. Subbidang Sarana dan Prasarana Perkotaan; dan 3. Subbidang Lingkungan Hidup.

  c. Pembinaan perencanaan pembangunan daerah;

  1. Subbidang Tata Ruang Perkotaan;

  raan pemerintahan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Badan Perencana- an Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah;

  2. Subbidang Sarana dan Prasarana Perdesaan; dan 3. Subbidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

  1. Subbidang Tata Ruang Perdesaan;

  c. Bidang Perdesaan terdiri dari:

  2. Subbagian Keuangan; dan 3. Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  b. Sekretariat terdiri dari:

  e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman terdiri dari: a. Kepala Badan;

  d. Pengoordinasian perencanaan pembangunan daerah; dan

  d. Bidang Perkotaan terdiri dari:

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Gambar 10. 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

  7 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH )

  2015-2019

  10

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit/Bagian yang Menangani Pemba- ngunan Bidang CK

  1. Bappeda Kab. Sleman

  a. Perumusan kebijakan teknis bi- dang perencanaan pembangunan daerah;

  b. Pelaksanaan tugas bidang peren- canaan pembangunan daerah; c. Pembinaan perencanaan pemba- ngunan daerah; d. Pengoordinasian perencanaan pembangunan daerah

Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

  a. Perumusan kebijakan teknis bi- dang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

  b. Pelaksanaan tugas bidang pe- kerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

  c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

  d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; dan

  Bidang Perkotaan dan Bidang Perdesaan

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Dalam tabel berikut ditampilkan hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya.

  Bidang Permukiman; Bidang Penataan Bangunan; dan Bidang Kebersihan pada Seksi Persampahan dan Seksi Pengelolaan Air Limbah

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  Dalam pembangunan bidang Cipta Karya kedua lembaga ini sudah cukup tepat untuk mengawal pelaksanaan pembangunannya. Bappeda sebagai lembaga perencanaan daerah secara keseluruhan memiliki kemampuan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arah pembangunan sesuai visi misi daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan dan Umum dan Perumahan memiliki kemampuan secara teknis bagaimana pembangunan daerah tersebut dilaksanakan.

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidag Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada dua lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Berikut ini disampaikan data komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya.

  Tabel 10. 2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

  Latar Belakang Jabatan Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Pendidikan Fungsional

  Gol III : 12 orang Pria : 9 orang S2 : 5 orang - Dinas Pekerjaan

  Gol IV : 3 orang Wanita : 9 Orang S1 : 7 orang Umum dan Peru- mahan Kab. Sleman Gol II: 3 orang SMA : 6 orang

  Gol III : 6 orang S2 : 7 orang - Pria : 6 orang Badan Perencanaan Pembangunan Dae- Gol IV : 4 orang Wanita : 4 Orang S1 : 2 orang rah Kab. Sleman

  SMA : 1 orang

10.3 Analisis Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Perda Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi kiciptakaryaan, diantaranya yaitu : a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif

  b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

  d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

  e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya

  10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang ada di Kabupaten Sleman sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah tersebut juga diteruskan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009. Dalam Perda ini dijelaskan secara jelas tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing dinas/unit kerja yang ada.

  10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa kendala diantaranya : a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan kapasitas SDM.

b. Terjadinya rolling pegawai (perpindahan) yang tidak diikuti dengan regenerasi. Hal ini menjadi kendala karena berpengaruh dalam terbentuknya koordinasi antar SDM.

10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan

  Untuk melakukan analisis kelembagaan digunakan metode SOWT dimana hasil untuk permasalah, tantangan, hambatan, ancaman dan pelung. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada kedepan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota. Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH )

  2015-2019

  10

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  Tabel 10. 3 Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Strategi S-T:

  2. Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat

  Ancaman (T)

  1. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

  2. Kenaikan harga ba- rang kebutuhan sarana cipta karya

  3. Pertumbuhan kebutuh- an pembiayaan

  4. Tuntutan public terha- dap ketersediaan infra-struktur cipta karya

  1. Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi

  Strategi W-O:

  2. Peningkatan kapasitas kelemba- gaan dalam menentukan social

  

cost and benefitsharing untuk

  pembangunan infrastruktur bi- dang CK

  Strategi W-T:

  1. Peningkatan Sumber Da- ya Manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk pengembangan ke- mitraan pemerintah, swas- ta dan masyarakat

  2. Penguatan UPTD untuk manajemen asset dan mo- nitoring & evaluasi infra- struktur Cipta Karya

  1. Peningkatan kapasitas ke- lembagaan

  2. Perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan inves- tasi dari sumber-sumber peme- rintah, swasta dan masyarakat

  Internal Eksternal Kekuatan (S)

  2 Keterbatasan dana dari pe-merintah

  1. Visi dan misi daerah

  2. Ketersediaan dokumen peren- canaan

  3. Kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat

  4. Sumber dana APBD dan swasta

  Kelemahan (W)

  1 Jumlah dan kualitas SDM

  3 Koordinasi antar lembaga

  1. Kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masya- rakat dalam pembangunan bi- dang CK

  4 Keterbatasan jumlah dan kualitas sarana dan prasa- rana

  Peluang (O)

  1. Pelaksanaan otonomi daerah

  2. Ketersediaan DAK

  3. Pertumbuhan ekono- mi daerah

  4. Pertumbuhan pendu- duk

  masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Untuk menemukan berbagai program yang perlu dilakukan, maka dilakukan analsiis SWOT seperti dalam tabel berikut.

  Strategi S-O:

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak. Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan liberal menjadi penyakit yang senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara peme rintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:

  1) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy

  indicators).

  2) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog. 3) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan. 4) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan.

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  5) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional. 6) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

  Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang. Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.

10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan : 1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana pembangunan bidang cipta karya 2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya 3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cipta karya 4) Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur

  Cipta Karya

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH )

  2015-2019

  10

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya

  10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

  Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat diupayakan dengan : 1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya

  2)

  Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat 3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase 4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta karya 5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya 6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat 7) Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya

  10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain.

  1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

REVIEW RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

  ( RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ) 2015-2019

  10 KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

  11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17. Diklat Jabatan Fungsional