BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA KOTA GORONTALO - DOCRPIJM a5a22bb11d BAB XIBAB 11

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

BAB XI
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA KOTA GORONTALO
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan
sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek
lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting
lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan
rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
Pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan
infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan
pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen
Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh
karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun
langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.


11.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:


Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
Kota Gorontalo

XI-1

LAPORAN AKHIR




[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini
akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah



Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian
Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang

ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran
DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.



Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

Dan


Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota

meliputi

26

urusan, termasuk

bidang

pekerjaan

umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama
diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.


Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah
Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya,
Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah
tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi
Kota Gorontalo

XI-2

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda
wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD

tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.


Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 &
Perpres 56/2010)



Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur




Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup

sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan
Cipta Karya meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air
Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
Kota Gorontalo

XI-3


LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

11.2. Profil APBD Kabupaten Kota Gorontalo
Kota Gorontalo selama ini perekonomian daerah tahun tahun kedepan dapat di prediksi
berdasarkan faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yakni Kota Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan antara lain dapat kita lihat dari pertumbuhan ekonomi dari tahun
2011 sebesar 7,49% dan pada tahun 2013 naik menjadi 7,60%. Hal ini berakumulasi pada
tingkat pengangguran dan jumlah angka kemiskinan yang mengalami penurunan. Demikian
halnya dengan pendapatan masayarakat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan faktor internal ini maka pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan,
mengingat Kota Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi yang menjadi tujuan dalam pemenuhan

kebutuhan masyarakat berbagai sektor yakni pendidikan, perdagangan, jasa dan kesehatan.
Sehingga implikasi dari hal ini adalah berkembangnya sektor lainnya dan diperkiraan
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih meningkat.
Faktor eksternal yakni ditahun 2012 ada beberapa event nasional yang dilaksanakan di
Provinsi Gorontalo yang notabene berimplikasi langsung pada pertumbuhan ekonomi Kota
Gorontalo. Hal ini mendukung prospek perekonomian tahun 2012 menjadi lebih bagus
sehingga penerimaan daerah dari pusat seperti APBD, APBN, DAU dan DAK dan lainnya
meningkat. Dan menurut BI berdasarkan kinerja investasi Gorontalo saat ini tumbuh lebih
tinggi dibandingkan sebelumnya. Peningkatan investasi ini tercermin dari meningkatnya
realisasi kredit investasi perbankan yang cukup signifikan.
Kinerja pendapatan asli daerah yang menjadi barometer penguatan kapasitas fiskal
daerah dan derajat kemandirian daerah, dalam periode tahun 2013 belum secara signifikan
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kota Gorontalo. Dana perimbangan
saat ini menempati proporsi yang sangat dominan dengan proporsi lebih dari 85% terhadap
total pendapatan daerah. Dalam periode 2011-2013, ketergantungan Kota Gorontalo pada
Kota Gorontalo

XI-4

LAPORAN AKHIR


[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

dana perimbangan mencapai 73% hingga 85% sebagaimana tergambarkan pada tabel 11.1.
Sedangkan peranan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi
serta lain-lain PAD sah hanya berkisar antara 13% - 14%. Oleh karena itu, kebijakan
manajemen pendapatan daerah dimasa datang, dalam jangka panjang harus memberikan
arah dan strategi yang tepat dan berkesinambungan bagi penguatan kapasitas fiskal daerah
untuk mendukung pembiayaan program-program pembangunan daerah.
Walaupun kondisi kapasitas fiskal kota masih jauh dari harapan untuk membiayai
kebutuhan fiskal daerah (fiscal needs), namun secara umum perkembangan pendapatan
APBD dalam kurun waktu Periode 2011-2013 menunjukkan trend yang meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata 8,51%. Meskipun kurang signifikan dibandingkan dengan
pertumbuhan belanja daerah, namun kenaikan tersebut cukup berarti untuk membiayai
beberapa program pembangunan daerah serta merupakan starting point yang berarti bagi
perbaikan kapasitas fiskal daerah.
Capaian kinerja pendapatan asli daerah menunjukkan bahwa pada tahun 2011 PAD
memberikan kontribusi sebesar 13% terhadap total pendapatan daerah. Pada tahun 2012
memberikan kontribusi sebesar 14,3% dari total pendapatan daerah. Tahun 2013 sebesar
14,05%.

Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak tetap sebagaimana
digambarkan pada tabel 11.1. Alokasi dana perimbangan dalam kurun waktu 2011 sampai
dengan 2013 mengalami dinamika sesuai perubahan faktor – faktor yang menjadi variabel
perumusan besar kecilnya alokasi dana perimbangan ke daerah serta perkembangan
penerimaan APBN khususnya penerimaan dalam negeri. Secara umum, realisasi dana
perimbangan yang dialokasikan ke Kota Gorontalo dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2013 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 17,06%.
Berdasarkan komposisi alokasi dana perimbangan, Dana Alokasi Khusus (DAU) masih
merupakan sumber pendapatan yang paling dominan yang besarannya berkisar antara 51%
- 62% dari total alokasi dana perimbangan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Sedangkan transfer
dana pusat dan provinsi memberikan kontribusi terbesar kedua yakni antara 9,5%-9,9%.
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berikut memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap
total Dana Perimbangan atau berkisar antara 5% - 5,2%.
Kota Gorontalo

XI-5

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Berdasarkan tabel 11.2. nampak bahwa proporsi belanja tidak langsung dalam periode
2011-2013 berada dalam kinerja yang tidak ideal dari sisi peningkatan pelayanan publik,
dengan proporsi berkisar antara 52% - 60% dari keseluruhan belanja daerah. Hal ini
mengindikasikan bahwa proporsi alokasi belanja aparatur terlalu mendominasi dalam
penyerapan anggaran secara keseluruhan.
Akan tetapi proporsi tersebut menunjukkan trend yang cenderung memburuk dengan
melihat pertumbuhan belanja tidak langsung dalam tiga tahun terakhir yang cenderung
lebih besar dari pertumbuhan belanja langsung. Peningkatan belanja tidak langsung dalam
tiga tahun terakhir tersebut meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 8,97%, sedangkan
belanja langsung yang diharapkan lebih tinggi dari belanja tidak langsung, turun sebesar 7%.
Belanja pegawai merupakan belanja yang paling terbesar menyerap anggaran daerah
yakni mencapai 56% dari total realisasi belanja tidak langsung. Belanja ini ditujukan untuk
pembayaran gaji PNS, Pejabat Negara, tunjangan representasi DPRD, tambahan
penghasilan, operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Belanja langsung merupakan kelompok belanja yang berpengaruh secara langsung
terhadap program dan kegiatan yang umumnya memiliki dampak penting bagi kepentingan
pelayanan publik. Belanja langsung tersebut meliputi belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, serta belanja modal. Berdasarkan tabel 11.2 nampak bahwa realisasi belanja langsung
Kota Gorontalo cenderung semakin turun pertumbuhannya dibandingkan dengan realisasi
belanja tidak langsung, bahkan pada tahun 2013 realisasi belanja langsung turun 7% .
Realisasi belanja modal dalam periode 2011-2013 peranannya sangat dominan dalam
penyerapan anggaran belanja langsung yakni berkisar antara 11% - 23% dari total belanja
langsung. Belanja modal tersebut merupakan jenis belanja yang membawa konsekuensi
pada penambahan aset daerah yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana wilayah
serta sarana prasarana pemerintahan untuk pelayanan publik.

Kota Gorontalo

XI-6

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 11. 1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

Tabel 11. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

Grafik 1.1 Perkembangan Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD

Kota Gorontalo

XI-7

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

11.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang
bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
11.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5
Tahun Terakhir
Investasi pendanaan yang bersumber dari APBN untuk tahun 2010 sampai tahun 2014
cukup besar dimana jumlah dana yang untuk kecipta karyaan tahun 2010 sebesar Rp
69.380.146.000 dan tahun 2014 menjadi Rp. 112.056.797.000. ini menunjukkan trend positif
peningkatan pembiayaan di sektor cipta karya (tabel 11.3).
Kabupaten Kota Gorontalo yang mendapatkan pendanaan dari APBN bidang cipta karya
tahun 2010 sampai 2014 terus meningkat, dimana pada tahun 2010 jumlah dana APBN
sebesar Rp. 715.000.000 meningkat menjadi Rp 6.431.456 pada tahun 2014. Jumlah
pendanaan terbesar adalah pada sektor permukiman, dimana total dana keseluruhan yang
telah dimanfaatkan adalah Rp. 22,429,083,000 . Sektor terkecil adalah bidang Penyehatan
Lingkungan Permukiman, hal ini disebabkan karena wilayah perkotaan telah memiliki
sanitasi yang cukup baik. (tabel 11.4.)
Tabel 11. 3 Perkembangan Pendanaan APBN Sektor Cipta Karya Provinsi Gorontalo

Tabel 11. 4 Perkembangan Pendanaan APBN Sektor Cipta Karya Kota Gorontalo

Kota Gorontalo

XI-8

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di Kota Gorontalo
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan
melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan
ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat, besar
DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus
dan Kriteria Teknis.
Perkembangan DAK air minum di Kota Gorontalo Tahun 2010 sampai 2013 sebesar
23,45% dimana alokasi terbesar yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp 2.107.490.000 miliar dan
terkecil pada tahun 2010 yaitu hanya Rp. 609,400,000.
Untuk dana DAK sanitas Kota Gorontalo untuk tahun 2010 hingga 2013 pertumbuhan
hanya mencapai 8,5 % dengan nilai dan DAK terbesar pada tahun 2013 adalah Rp.
1.191.108.528 untuk lengkapnya dapat dilihat pad tabel 11.5
Tabel 11. 5 Perkembangan DAK Infrastruktur Kota Gorontalo

11.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5
Tahun Terakhir
Pemerintah Kota Gorontalo memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman
di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap
total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi
Kota Gorontalo

XI-9

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
ada.
Data Menunjukkan proporsi alokasi APBD terhadap pembangunan cipta karya di Kota
Gorontalo masih sangat kecil, yaitu hanya 2% dari total APBD. Jumlah belanja daerah
terserap pada berbagai sektor lain. Alokasi terbesar adalah sektor PLP dan pengembangan
air minum. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 11.6.
Tabel 11. 6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 3 Tahun
Terakhir

Gambar 11.1. Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

11.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah,
dan rencana kerja sama pemerintah dan swasta.
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
Kota Gorontalo

XI-10

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
11.4.1. Proyeksi APBD 5
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil proyeksi tahun 2015 sampai tahun 2019 total ABPD sebesar Rp 1,32
triliun, dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 11.7.
Tabel 11. 7 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Sumber: Hasil Analisis tim 2014.

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan
metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah
setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS
merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar
dana yang pasti dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD,
dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran
pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya.

Kota Gorontalo

XI-11

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman
Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi).
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost
Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai DSCR
Kab. Kota Gorontalo masih berada di atas 2,5 hal menunjukkan angka kemampuan
keuangan pemerintah kabupaten cukup baik dalam melakukan pinjaman.
Tabel 11. 8 Proyeksi Debt Service Cost Ratio (DSCR) 2015 - 2019

11.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
usaha dan masyarakat.
11.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis
yang telah dilakukan.

Kota Gorontalo

XI-12

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk pendanaan kegiatan di bidang cipta
karya dimana kebutuhan anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 305.644.784.000 akan
dapat dipenuhi dengan pembagian pembiayaaan APBD sebesar Rp. 132,467,884,748.43 dan
APBN. Dana anggaran ABPN berdasarkan hasil proyeksi sebesar Rp. 19.638.481.207 dan
sisanya dari dana perimbangan dan CSR.
Tabel 11. 9. Proyeksi APBN 5 tahun kedepan Kota Gorontalo

Sumber: Hasil Analisis tim 2014.

11.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Secara umum rencana peningkatan pendaanaan dan pendapatan Kota Gorontalo
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penerimaan PAD melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD;
2. Meningkatkan upaya optimalisasi pemanfaatan aset daerah ;
3. Meningkatkan efektifitas belanja daerah melalui perencanaan yang baik dan
proporsional ;
4. Mengupayakan sumber-sumber pendapatan in-konvensional, misalnya melalui obligasi;
5. Meningkatkan regulasi untuk mendukung peningkatan kontribusi dari sektor jasa;
perdagangan, hotel, restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi;
6. Penataan kelembagaan atau organisasi perangkat daerah;
7. Peningkatan daya tarik dan kualitas pengelolaan obyek wisata daerah serta potensi
ekonomi lainnya agar menunjang peningkatan PAD.
8. Penyehatan BUMD agar memberikan kontribusi signifikan pada penerimaan daerah.
Memberikan stimulasi kepada masyarakat dan dunia usaha yang telah turut serta
berinvestasi dalam pembangunan sektor cipta karya.

Kota Gorontalo

XI-13