IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengaruh Jenis Pupuk Organik. - RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea, L) TERHADAP JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK - Repository utu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengaruh Jenis Pupuk Organik.

  Hasil uji F pada analisa sidik ragam ( lampiran genap 2 sampai 22 ) menunjukkan bahwa faktor Jenis Pupuk Organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14 dan 21 HST, panjang helai daun umur 14 dan 21 HST, lebar daun umur 14 dan 21 HST, bobot basah per tanaman dan bobot basah tanaman per plot. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helai daun dan lebar daun tanaman umur 7 HST.

1. Tinggi Tanaman (cm)

  Rata

  • – rata tinggi tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST pada ber bagai akibat Jenis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 3.

  0,05

  Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Tinggi tanaman (cm) Perlakuan Jenis Pupuk Organik

  7 HST

  14 HST

  21 HST O1 Pupuk Kandang Sapi 10,80 21,97 a 33,13 b

  Pupuk Kandang Kambing O2

  10,71 23,92 b 34,26 b O3 Pupuk Kandang Ayam 11,23 22,67 ab 34,01 b O4 Limbah Kopi 10,38 21,33 a 31,05 a

  • BNJ 0.05

  1,58 2,05 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5%

  Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman sawi tertinggi umur 14 dan 21 HST di jumpai pada perlakuan O2(Pupuk Kandang Kambing ). Pada umur 14 HST perlakuan O2 berbeda nyata dengan perlakuan O1 (Pupuk Kandang Sapi ) dan Pupuk kandang Ayam ). Pada umur 21 HST perlakuan O2 berbeda nyata dengan perlakuan O4 ( Limbah Kopi) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan O1 ( Pupuk Kandang Sapi) dan perlakuan O3 ( Pupuk kandang Ayam ).

  Hubungan antara tinggi tanaman sawi pada berbagai perlakuan Jenis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

  Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik .

  Tabel 3 dan Gambar 1 memperlihatkan bahwa pemberian Pupuk Kandang Kambing ( O2 ) menunjukan tanaman sawi tertinggi pada umur 14 dan 21 HST.

  Hal ini diduga karena sifat dari pupuk kandang kambing itu sendiri yang lebih baik dalam menyediakan hara bagi tanaman sawi yang dibanding dengan pupuk organik lain terutama hara makro nitrogen, phosphor dan kalium.

  Menurut Sinaga ( 1999 ) penggunaan pupuk kandang kambing yang telah dikomposkan lebih baik karena memiliki kandungan hara kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya sementara nitrogen dan phosphor relatif hampir sama.

  Kemudian Parnata ( 2010) menyatakan bahwa pupuk kandang kambing memiliki kandungan unsur hara relatif lebih seimbang dibandingkan pupuk alam lainnya, karena kotoran kambing bercampur dengan air seninya yang juga mengandung unsur hara dimana komponen padat menyerap dan menyatu dengan komponen cair, hal ini biasanya tidak terjadi pada jenis pupuk kandang lain seperti kotoran sapi.

  Selanjutnya Mulyani ( 2002 ) menambahkan bahwa unsur hara yang relatif seimbang di dalam tanah akan lebih baik dalam merangsang pertumbuhan tanaman dibanding keberadaan unsur hara yang didominasi salah satu unsur hara saja.

2. Panjang Helaian Daun (Cm)

  Rata- rata panjang helaian daun tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST pada berbagai Jenis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel

  0,05 4.

  Tabel 4. Rata-rata Panjang Helaian Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Panjang Helaian Daun (cm) Perlakuan Jenis Pupuk Organik

  7 HST

  14 HST

  21 HST O1 Pupuk Kandang Sapi

  8,17 18,30 a 29,26 ab O2 Pupuk Kandang Kambing 8,88 20,42 b 31,38 b O3 Pupuk Kandang Ayam 8,55 18,72 a 30,26 ab O4 Limbah Kopi 7,81 17,62 a 27,91 a

  • BNJ 0.05

  1,70 2,39 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% Tabel 5 menunjukkan bahwa helaian daun tanaman sawi terpanjang umur 14 dan 21 HST dijumpai pada perlakuan O2 (Pupuk Kandang Kambing ) dimana pada umur 14 HST perlakuan O2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada umur 21 HST perlakuan O2 berbeda nyata dengan O4 ( Limbah Kopi ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan O1 ( Pupuk Kandang Sapi ) dan perlakuan O3 ( Pupuk Kandang Ayam ).

  Hubungan antara panjang helaian daun tanaman sawi pada berbagai perlakuan Jenis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar

  2.

  35,00 31,38 30,26 29,26

  ) 27,91 30,00

  Cm 25,00

   ( 20,42 n

  18,72 18,30 u

  20,00 17,62 a D n 15,00 ia

  8,88 la 8,55

  8,17 7,81 10,00 e H g

  5,00 n ja n

  0,00 a P

  PUPUK PUPUK PUPUK LIMBAH KOPI KANDANG SAPI KANDANG KANDANG KAMBING AYAM

  7 HST

  14 HST

  21 HST

  Gambar 2. Grafik Panjang Helaian Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Table 4 dan Gambar 2 terlihat bahwa Pupuk Kandang Kambing ( O2 ) menunjukkan helaian daun tanaman sawi terpanjang pada umur 14 dan 21 HST. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kandang kambing cocok diberikan untuk tanaman sawikarena kandungan unsur hara nitrogen, posfor dan kalium yang berimbang pada bahwa pupuk kandang kambing memiliki kandungan unsur hara relatif lebih seimbang dibandingkan pupuk alam lainnya.

  Menurut Lily ( 2004) nitrogen berperan untuk pertumbuhan vegetatif antara lain memperbesar, mempertinggi, dan menghijaukan daun. Selain itu nitrogen juga berfungsi dalam menyusun klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa di daun.Unsur posfor berfungsi dalam pertumbuhan akar, akartanaman yang tumbuh dengan subur akan merangsang penyerapan air dan hara bagi tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik. Sedangkan kalium berperan dalam menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan berfungsi dalam dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air keseluruh tubuh tanaman.

  Dengan demikian ketersediaan ketiga unsur hara tersebut di dalam tanah sebagai akibat pemberian pupuk kandang kambing akan mendorong pertumbuhan vegetative tanaman yang di tandai dengan semakin tingginya tanaman sawi.

3. Lebar Daun (cm).

  Rata

  • – rata lebar daun tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST pada berbagai Jenis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 5.

  0,05

  Tabel 5 menunjukkan bahwa daun tanaman sawi terlebar umur 14 dan 21 HST didapati pada perlakuan O2 ( Pupuk Kandang Kambing ). Dimana pada umur 14 dan 21 HST perlakuan O2 tidak berbeda nyata dengan O1 ( Pupuk Kandang Sapi ) dan O3 ( Pupuk Kandang Ayam ), namum menunjukkan beda nyata dengan O4 ( Tabel 5. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Lebar Daun (cm) Perlakuan Jenis Pupuk Organik

  7 HST

  14 HST

  21 HST Pupuk Kandang Sapi

  O1 5,16 9,06 ab 13,54 ab

  O2 Pupuk Kandang Kambing 5,77 10,07 b 14,84 b

  O3 Pupuk Kandang Ayam 5,95 9,45 ab 13,90 ab O4 Limbah Kopi 5,36 7,73 a 12,76 a

  BNJ 0.05 1,76 1,30

  Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% Hubungan antara lebar daun tanaman sawi pada berbagai perlakuan Jenis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar 3.

  

14,84

16,00 13,90 13,54

  12,76 14,00 12,00 10,07

  9,45 9,06 10,00

  7,73 (

  8,00 n

  5,95 5,77 5,36 u

  5,16 6,00 a D

  4,00 r a ) b

  2,00 Le Cm

  0,00 PUPUK PUPUK PUPUK LIMBAH KOPI KANDANG SAPI KANDANG KANDANG KAMBING AYAM

  7 HST

  14 HST

  21 HST

  Gambar 3. Grafik Lebar Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Tabel 5 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pemberian Pupuk Kandang Kambing ( O2 ) mengakibatkan daun tanaman sawi lebih lebar 14 dan 21 HST. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk kandang kambing yang memiliki kandungan unsur hara yang berimbang telah merangsang pelebaran daun tanaman sawi.Pelebaran daun tanaman sawi yang lebih akibat pemberian pupuk kandang kambing ini merupakan keunggulan dari pupuk kandang kambing itu sendiri terhadap tanaman sawi.

  Menurut Parnata (2010) pupuk kandang kambing yang diberikan pada tanaman mengandung berbagai unsur harayang berperan penting dalam setiap proses metabolisma tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammoniumsertaberperan dalam memeliharatekananturgordenganbaik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolismadan menjamin kesinambungan pemanjangan sel yang berimbang dengan pelebaran sel tanaman.

  Menurut Lakitan (2004) jika pertumbuhuan perpanjangan daun maksimal maka akandiikuti oleh pertumbuhan pelebaran daun. Perpanjang daun yangtumbuh secara optimal makadiikuti juga oleh pelebaran daun sehingga terjadi keseimbangan pertumbuhan antara perpanjangan dan pelebaran daun ( Salisbury dan Ross, 2001 ).

4. Bobot Basah Per Tanaman( Gr)

  Rata

  • – rata bobot basah per tanaman sawi pada saat panen umur 25 HST pada berbagai perlakuan Jenis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat

  0,05 dilihat pada Tabel 6.

  Tabel 6 menunjukkan bobot basah per tanaman terberat didapati pada perlakuan O2 ( Jenis Pupuk Kandang Kambing ) yang menunjukkan perbedaan nyata dengan O4 ( Limbah Kopi ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan O1 ( Jenis Pupuk kandang Sapi ) dan O3 ( Jenis Pupuk Kandang Ayam ).

  Tabel 6. Rata-rata Bobot Basah Per Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Jenis

  Perlakuan Jenis Pupuk Organik Bobot Basah (Gram) O1 Pupuk Kandang Sapi 147,12 ab O2 Pupuk Kandang Kambing 167,14 b O3 Pupuk Kandang Ayam 149,08 ab O4 Limbah Kopi 138,81 a

  BNJ 0.05 21,32

  Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% Hubungan antara bobot basah per tanaman sawi pada berbagai aplikasi Jenis Pupuk Organik dapat dilihat pada Gambar 4.

  Gambar 4. Grafik Bobot Basah Per Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Tabel 6 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pemberian Pupuk Kandang Kambing ( O2) memberikan bobot basah tanaman sawi terberat. Hal ini diduga merupakan akumulasi dari pertumbuhan vegetatif tanaman sawi yaitu panjang dan lebar daun sebagai akibat pupuk kandang kambing yang diberikan, dimana ini tidak terlepas dari kemampuan pupuk kandang kambing itu sendiri yang lebih baik dalam menyedikan unsur hara berimbang bagi tanaman.

  Menurut Lingga ( 2002 ) salah satu yang mempengaruhi kandungan hara pupuk kandang adalah jenis ternaknya dimana kandungan hara makro terutama nitrogen, posfor dan kalium yang terdapat pada pupuk kandang kambing relatif lebih berimbang dan tersedia bagi tanaman dibanding pupuk kandang lainnya.

  • – Unsur hara akan diserap oleh akar tanaman dengan lebih baik jika faktor faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai ke akar mendukung untuk terjadi, diantaranya adalah ketersediaan dari unsur hara tersebut pada saat dibutuhkan oleh tanaman ( Lily, 2004).

  Selanjutnya Rosmarkam dan Yuwono ( 2002) berpendapat bahwa tanaman memerlukan makanan atau hara dimana bahan ini dibutuhkan tanaman untuk mendapatkan energi bagi pertumbuhan dan dalam memenuhi siklus hidup tanaman tersebut. Apabila terjadi kekurangan akan menggangu siklus hidup tanaman atau siklus hidup tanaman akan berhenti dan sebaliknya jika unsur hara tersedia maka tanaman akan tumbuh dengan baik dalam siklus hidupnya.

  Lakitan ( 2004 ) juga menyatakan jika ketersediaan unsur hara kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman maka metabolisma tanaman akan terganggu dan secara visual dapat terlihat dari penyimpangan – penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat atau kerdil dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman.

5. Bobot Basah Per Polt ( Kg )

  Hasil pengamatan rata - rata bobot basah per plot tanaman sawi pada saat panen umur 25 HST akibat perlakuan Jenis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 7.

  0,05

  Tabel 7. Rata-rata Bobot Basah Per Plot Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Perlakuan Jenis Pupuk Organik Bobot Basah Per Plot (Kg) O1 Pupuk Kandang Sapi 3,35 ab O2 Pupuk Kandang Kambing 4,01 b O3 Pupuk Kandang Ayam 3,58 ab O4 Limbah Kopi

  3,33 a BNJ 0.05

  0,51 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5%

  Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basah per plot tanaman sawi terberat didapati pada perlakuan O2 ( Jenis Pupuk Kandang Kambing ) yang menunjukkan perbedaan nyata dengan O4 ( Limbah Kopi ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan O1 ( Jenis Pupuk kandang Sapi ) dan O3 ( Jenis Pupuk Kandang Ayam ).

  Hubungan antara bobot basah per plot tanaman sawi pada berbagai aplikasi Jenis Pupuk Organik dapat dilihat pada Gambar 5.

  Gambar 5. Grafik Bobot Basah Tanaman Sawi Per Plot Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Perlakuan Jenis Pupuk Kandang Kambing ( O2) menunjukkan bobot basah per plot tanaman sawi terberat. Hal ini diduga karena kandungan hara yang terdapat pada pupuk kandang kambing itu sendiri dimana kandungan haranya secara keseluruhan memberikan respon terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Respon ini tidak terlepas dari peran dan fungsi unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang kambing itu sendiri. Disamping itu sifat dari pupuk kandang itu sendiri yang secara umum dapat memperbaiki kesuburan tanah.

  Menurut Hartatik dan Widowati (2002) kadar hara pada kotoran kambing yaitu 46,51% C, 1,41% N, 0,54% P dan 0,75% K. Sedangkan hasil uji yang dilakukan Syafrudin (2007) diperoleh kadar C-organik pupuk kandang kambing sebesar 43,092% dan nitrogen total 2,040%, sehingga rasio C/N-nya 21,12 dan ratio C/N ini akan turun jika pupuk kandang kambing dikomposkan dahulu sebelum digunakan.Selanjutnya Syarie ( 1995 ) juga menambahkan bahwa pupuk kandang yang baik harus mempunyai ratio C/N kurang dari 20. Dalam penelitian ini pupuk kandang yang digunakan adalah yang telah matang atau telah terkomposkan sehingga C/N ratio nya telah di bawah 20.

  Pemberian pupuk kandang kambing yang memiliki kandungan hara terutama hara makro akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman sawi sebagai akibat peran dan fungsi dari unsur hara tersebut. Menurut Musnamar ( 2005 )

  nitrogen yang diserap tanaman dalam bentuk NO

  3 dan NH 4 berperan dalam

  pembentukan dan pertumbuhan vegetative tanaman seperti daun, batang dan akar, berperan penting dalam pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesa, membentuk protein, lemak dan berbagai senyawa organik lainnya.

  2- -

  Sedangkan posfat yang diserap tanaman dalam bentuk H PO dan HPO

  2

  4

  4

  akan berperan dalam merangsang pertumbuhan akar khususnya tanaman muda, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, membantu assimilasi dan pernafasan dan sebagai bahan baku untuk beberapa protein tertentu (Lily, 2004).

  • Sementara itu unsur kalium yang diserap tanaman dalam bentuk K berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan mutu buah dan biji tanaman (Salisbury dan Ross, 2001).

  Selanjutnya Samekto ( 2001 ) juga menjelaskan bahwa penggunaan pupuk kandang kambing selain menyediakan hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk sehingga penggunaannya dapat meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman.

4.2. PengaruhDosis Pupuk Organik.

  Hasil uji F pada analisa sidik ragam ( lampiran genap 2 sampai 22 ) menunjukkan bahwa faktor Dosis Pupuk Organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14 dan 21 HST, panjang helai daun umur 14 dan 21 HST, lebar daun umur 14 dan 21 HST, bobot basah per tanaman dan bobot basah tanaman per plot. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helai daun dan lebar daun tanaman sawi umur 7 HST.

1. Tinggi Tanaman (cm)

  Rata

  • – rata tinggi tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST akibat perlakuan Dosis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 8.

  0,05

  Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Dosis Pupuk Organik Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan (Ton/Ha) - (Kg/Plot)

  7 HST

  14 HST

  21 HST D0 0 - 0 10,50 21,38 a 31,47 a 10 - 1,50 D1

  10,60 22,29 ab 32,29 a D2 25 - 3,75 10,89 22,82 b 32,94 a D3 40 - 6,00 11,13 23,40 b 36,20 b

  • BNJ 0.05

  1,58 2,05 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5%.

  Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman sawi tertinggi umur 14 dan 21 HST di dapati pada perlakuan D3 ( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ). Pada umur 14 HST perlakuan D3 berbeda nyata dengan perlakuan D0( Tanpa Pupuk Organik ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D1 ( Pupuk Organik 10 Ton/Ha ) dan perlakuan D2 ( Pupuk Organik 25 Ton/Ha ), sedangkan pada umur 21 HST perlakuan D3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

  Hubungan antara tinggi tanaman sawi pada berbagai perlakuan Dosis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar 6.

  Tabel 8 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan D3 ( Pupuk Organik

  45 Ton/Ha ) menunjukan tanaman sawi tertinggi pada umur 14 dan 21 HST. Hal ini diduga karena sifat dari pupuk organik itu yang memiliki kandungan hara sedikit sehingga pemberian dalam jumlah lebih banyak yang dapat menyediakan hara

  20

  50

  Keadaan tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Ermalindaet.al.( 2006) dimana pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan

  

Dosis Pupuk Organik ( Ton/Ha)

  21 HST T in ggi T a n a m a n ( Cm )

  14 HST

  7 HST

  0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

  10

  Gambar 6. Grafik Tinggi Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik .

  30

  40

  • – bahan organik dan diberikan pada tanaman sebagai pupuk, namun pupuk organik memiliki kandungan hara yang relatif sedikt dibanding dengan pupuk anorganik.
  • – rata panjang helaian daun tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST akibat perlakuan Dosis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ

  dapat dilihat pada Tabel9.

  0,05

  Rata

  Selanjutnya Abdurraman et.al.( 2001) juga menyatakan bahwa pemberian pupuk organik pada tanah mampu memperbaiki sifat fisik tanah dan hasil pelapukan bahan organik juga memberikan sumber hara yang potensial bagi tanaman namun kadarnya relatif kecil. Petani pada umumnya petani menggunakan bahan organik sebagai pupuk dalam jumlah yang banyak( Hasibuan, 2006 ).

2. Panjang Helaian Daun (Cm)

  Tabel 9. Rata-rata Panjang Helaian Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Dosis Pupuk Organik Panjang Helaian Daun (cm) Perlakuan (Ton/Ha)

  7 HST

  14 HST

  21 HST

  • – (Kg/Plot) 0 - 0

  D0 7,93 17,68 a 27,72 a

  D1 10 - 1,50 8,11 18,37 ab 28,33 a

  D2 25 - 3,75 8,65 19,32 ab 29,32 a D3 40 - 6,00 8,72 19,70 b 33,45 b

  • BNJ 0.05

  1,70 2,39 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5%

  Tabel 9 menunjukkan bahwa helaian daun tanaman sawi terpanjang umur 14 dan 21 HST dijumpai pada perlakuan D3 ( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ). Dimana pada umur 14 HST perlakuan D3 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan D0 ( Tanpa Pupuk Organik ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D1 ( Pupuk Organik 10 Ton/Ha ) dan perlakuan D2 ( Pupuk Organik 25 Ton/Ha ). Sedangkan pada pada umur 21 HST perlakuan D3 meunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua perlakuan lainnya.

  Hubungan antara panjang helaian daun tanaman sawi pada berbagai perlakuan Dosis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar

  7.Tebel 9 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan D3 ( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ) menunjukkan daun tanaman sawi terpanjang pada umur 14 dan 21 HST.

  Keadaan ini menunjukkan bahwa pupuk organik yang diberikan dengan Dosis 40 Ton/Ha merupakan dosis yang terbaik dari semua dosis yang dicobakan.

  40,00 35,00 )

  30,00 Cm ( n 25,00 u a

  20,00

  7 HST D n ia

  14 HST 15,00 la e

  21 HST H 10,00 g n

  5,00 ja n a

  0,00 P

  10

  20

  30

  40

  50 Dosis Pupuk Organik ( Ton/Ha)

  Gambar 7. Grafik Panjang Helaian Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Jenis Pupuk Organik.

  Menurut Mulyani (2002) salah satu syarat pemupukan yang baik bagi tanaman adalah pemupukan yang tepat dosis, dimana pemupukan yang tepat dosis akan menyediakan hara yang dibutuhkan dan cukup bagi tanaman serta menghindari pemborosan dalam pemupukan.

  Selanjutnya Adrianus ( 2012 ) juga menyatakan bahwa semakin sesuai dosis dalam pemberian pupuk maka akan semakin baik produksi yang diperoleh dari tanaman, karena tanaman memerlukan hara dari pemupukan yang berimbang dan tersedia.

  Selanjutnya Lily ( 2004) berpendapat bahwa tanaman membutuhkan hara dalam pertumbuhannya, dimana hara dibutuhkan untuk membentuk energi melalui proses fotosintesa dalam memenuhi siklus hidup tanaman tersebut. Apabila terjadi kekurangan hara akan menggangu siklus hidup tanaman, sebaliknya jika unsur hara tersedia maka tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik.

3. Lebar Daun (cm).

  Hasil pengamatan terhadap lebar daun tanaman sawi umur 7, 14, dan 21 HST akibat perlakuan Dosis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat

  0,05 dilihat pada Tabel 10.

  Tabel 10. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14 dan 21 HST pada berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Dosis Pupuk Organik Lebar Daun (cm) Perlakuan (Ton/Ha)

  7 HST

  14 HST

  21 HST

  • – ( Kg/Plot) 0 - 0

  D0 5,32 7,61 a 12,88 a

  D1 10 - 1,50 5,41 8,91 a 13,40 a

  D2 25 - 3,75 5,69 9.01 ab 13,57 a D3 40 - 6,00 5,82 10.77 b 15,18 b

  • BNJ 0.05

  1,76 1,30 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5%.

  Tabel 10 menunjukkan bahwa daun tanaman sawi terlebar umur 14 dan 21 HST didapati pada perlakuan D3( PupukOrganik 40 Ton/Ha ). Dimana pada umur

  14 HST perlakuan D3 berbeda nyata dengan D0 ( Tanpa Pupuk Organik ) dan D1 ( Pupuk Organik 10 Ton/Ha ), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 ( Dosis Pupuk Organik 25 Ton/Ha ). Sedangkan pada umur 21 HST perlakuan D3 menunjukkan perbedaan nyata dengan perlakuan lainnya.

  Hubungan antara lebar daun tanaman sawi pada berbagai perlakuan Dosis Pupuk Organik umur 7, 14 dan 21 HST dapat dilihat pada Gambar 8.Tabel 10 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan D3 ( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ) memberikan daun tanaman sawi terlebar pada umur 14 dan 21 HST. Halini diduga bahwa dosis pupuk organik yang cukup diberikan pada tanaman selain mendukung penyerapan hara oleh tanaman. Selanjutnya hara yang terserap dengan baik oleh tanaman akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pelebaran daun tanaman.

  Gambar 8. Grafik Lebar Daun Tanaman Sawi Umur 7, 14, dan 21 HST Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Menurut Musnamar ( 2005 ) pupuk organik yang diberikan ke tanah akan dapat memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan kesuburan biologi tanah.

  Selanjutnya juga dijelaskan bahwa tanah yang subur secara fisik, kimia dan biologi merupakan kondisi tanah yang diinginkan tanaman karena tanamana akan dengan mudah mendapatkan hara bagi pertumbuhannya pada kondisi tanah yang subur.

  Terhadap ketersediaaan unsur hara, Parnata (2010)menjelaskan bahwa di dalam tanaman unsur haraberperanpenting dalam proses metabolisma tanaman dimana dengan proses ini pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan sempurna diantaranya pertumbuhan vegetatif tanaman dalam pelebaran daun.

  0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

  12,00 14,00 16,00

  10

  20

  30

  40

  50

  7 HST

  14 HST

  21 HST Le b a r D a u n ( Cm ) Dosis Pupuk Organik ( Ton/Ha)

4. Bobot Basah Per Tanaman ( Gr )

  Hasil pengamatan terhadap bobot basah per tanaman sawi pada saat panen umur 25 HST akibat perlakuan Dosis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ

  0,05 dapat dilihat pada Tabel 11.

  Tabel 11. Rata-rata Bobot Basah Per Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Dosis Pupuk Organik Perlakuan (Ton/Ha) Bobot Basah (Gram)

  • – (Kg/Plot) D0 0 - 0 136,82 a D1 10 - 1,50 146,18 a D2 25 - 3,75 150,62 ab D3 40 - 6,00 168,52 b

  BNJ 0.05 21,32

  Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot basah per tanaman terberat didapati pada perlakuan D3 (Pupuk Organik 40 Ton/Ha) yang menunjukkan perbedaan nyata dengan D0 (Tanpa Pupuk Organik) dan D1 ( Pupuk Organik 10 Ton/Ha ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 ( Pupuk Organik 25 Ton/Ha ).

  Hubungan antara bobot basah per tanaman sawi pada berbagai aplikasi Dosis Pupuk Organik dapat dilihat pada Gambar9.

  Tabel 11 dan Gambar 9 menunjukkan bahwa Perlakuan D3 ( Pupuk Organik

  40 Ton/Ha ) menghasilkan bobot basah tanaman sawi terberat. Hal ini diduga akibat dosis pupuk organik yang diberikan 40 Ton/Ha telah memberikan hara yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Meskipun kandungan hara sedikit dalam kandungan pupuk organik namun ketika diberikan dalam jumlah yang lebih banyak maka hara yang tersedia bagi tanaman juga akan menjadi banyak.

  40

  30

  20

  10

  100,00 120,00 140,00 160,00 180,00

  • dan NH
  • dan HPO

  • berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar, berperan penting dalam pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesa, membentuk protein, lemak dan berbagai senyawa organik lainnya.

  Sementara itu unsur kalium yang diserap tanaman dalam bentuk K

  akan berperan dalam merangsang pertumbuhan akar khususnya tanaman muda, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, membantu assimilasi dan pernafasan dan sebagai bahan baku untuk beberapa protein tertentu (Lily, 2004).

  4 2-

  4

  2 PO

  Sedangkan phosfor yang diserap tanaman dalam bentuk H

  4

  3

  Menurut Musnamar ( 2005 ) hara nitrogen yang terdapat dalam pupuk organik dapat diserap tanaman dalam bentuk NO

  Gambar 9. Grafik Bobot Basah Per Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Selanjutnya respon ini tidak terlepas dari peran dan fungsi unsur hara terutama nitrogen, phosfor dan kalium yang terkandung dalam pupuk organik itu sendiri.

  50 Bobot Basah B o b o t Tan am an Saw i (Gr am ) Dosis Pupuk Organik ( Ton/Ha)

  • 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00
tubuh tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan mutu buah dan biji tanaman ( Hasibuan, 2006 ).

5. Bobot Basah Per Polt ( Kg )

  Hasil pengamatan terhadap bobot basah per plot tanaman sawi pada saat panen umur 25 HST akibat perlakuan Dosis Pupuk Organik setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 12.

  0,05

  Tabel 12 menunjukkan bahwa bobot basah per plot tanaman sawi terberat didapati pada perlakuan D3 (Pupuk Organik 40 Ton/Ha) yang menunjukkan perbedaan nyata dengan D0 (Tanpa Pupuk Organik) dan D1 ( Pupuk Organik 10 Ton/Ha ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 ( Pupuk Organik 25 Ton/Ha ).

  Tabel 12. Rata-rata Bobot Basah Per Plot Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Dosis Pupuk Organik Perlakuan (Ton/Ha) Bobot Basah Per Plot (Kg)

  • – (Kg/Plot) D0 0 - 0 3,28 a D1 10 - 1,50 3,51 a D2 25 - 3,75 3,61 ab D3 40 - 6,00 4,04 b

  BNJ 0.05 0,51

  Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% Hubungan antara bobot basah per plot tanaman sawi pada berbagai perlakuan Dosis Pupuk Organik dapat dilihat pada Gambar 10.

  Tabel 12 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan D3 ( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ) merupakan bobot basah per plot tanaman sawi terberat. Hal ini diduga karena sifat dan fungsi pupuk organik itu sendiri yang mampu memberikan pertumbuhan vegetatif tanaman sawi yang terbaik.

  ) g K ( 4,50 lot P 4,00 r e 3,50 P

  3,00 i w

  2,50 a S

  2,00 n a

  1,50 Bobot m a

  1,00 Basah n

  … a

  0,50 T

  0,00 ot

  10

  20

  30

  40

  50 Bob Dosis Pupuk Organik ( Ton/Ha)

  Gambar 10. Grafik Bobot Basah Tanaman Sawi Per Plot Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

  Hal ini sebagaimana pendapat Sutanto ( 2008 ) yang menyatakan sebagai sumber pupuk bahan organik memiliki berbagai kelebihan jika dibanding dengan pupuk anorganik antara lain : 1) Dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah; 2) Meningkatkan nilai tukar kation tanah; 3) Memperbaiki struktur tanah; 4) Meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah dalam memegang air; 5) Menyediakan unsur hara nitrogen, phosfor, kalium dan unsur mikro lainnya dan 6) penggunaannya tidakmenimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

  Selanjutnya Parnata( 2010 ) juga menjelaskan bahwa penggunaan pupuk organikselain menyediakan hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk anorganik. Selain itu pupuk organik dapat menjadikan unsur hara tidak tersedia menjadi tersedia terutama unsur hara phosphor, sehingga penggunaannya dapat meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman.

4.3. Pengaruh Interaksi Jenis dan Dosis Pupuk Organik.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara jenis dan dosis pupuk organik terhadap semua peubah yang diamati.Hal ini berarti bahwa perbedaan peubah pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang diamati akibat jenis pupuk organik tidak tergantung pada dosisnya, demikian juga sebaliknya dosis pupuk organik tidak mendorong jenis pupuk organik dalam mempengaruhi peubah pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang diamati.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 1.

  Jenis pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helaian daun dan lebar daun umur 14 dan 21 HST, serta bobot basah per tanaman dan bobot basah tanaman sawi per plot, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helaian daun dan lebar daun tanaman sawi umur 7 HST.Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi terbaik dijumpai pada perlakuan O2( Pupuk Kandang Kambing ).

  2. Dosis pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helaian daun dan lebar daun umur 14 dan 21 HST, bobot basah per tanaman dan bobot basah tanaman sawi per plot, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang helaian daun dan lebar daun tanaman sawi umur 7 HST. Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi terbaik dijumpai pada perlakuan D3( Pupuk Organik 40 Ton/Ha ).

3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara jenis dan dosis pupuk organik terhadap semua peubah pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang diamati.

5.2. Saran 1.

  Pupuk organik baik digunakan untuk budidaya tanaman sawi dengan dosis 40 Ton /Ha.