POTENSI HASIL KLONN ARIETAS UBI KA YU DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELAT AN
POTENSI HASIL KLONN ARIETAS UBI KA YU
DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELAT AN
EddyJIHGFEDCBA
W illia m d a n K o e s r in i
ABSTRACT VUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P o t e n t ia l
y ie ld
o b je c t iv e
a re a
and
o f S o u th
a t th e
P la n t in g
d e s ig n
of
cassava
K a lim a n t a n .
m a t e r ia l
w it h
th re e
k g K 2 0 /h a .
fro m
m w it h
v a r ie t ie s
and
m ended
in t h e
and
p la n t
The
th e
p r o m is in g
e x p e r im e n t
a p p lie d
a p p lie d
season
w e re
a rra n g e d
w e re
90
a t p la n t in g
K a lim a n t a n .
o f c lo n e s
f ie ld
2 lo c a l
c lo n e s
S IC
p ro d u c e d
w e re
90
+
N was
show ed
h ig h
1989/90.
and
in r a n d o m iz e d
a f t e r t h e f ir s t a p p lic a t io n .
r e s u lt s
in P le ih a r i
and
k g N /h a
t im e , w h ile
The
a t t h e d r y la n d
1988/89
v a r ie t ie s ,
The
o f S o u th
S o u th
o u t a t f a r m e r 's
wet
100 x 80 cm .
369
of
c a r r ie d
in t h e
re s t a t 3 m o n th s
c lo n e
a re a
w e re
a re a
p e rfo rm a n c e
o f 2 r e le a s e d
F e r t iliz e r s
K w e re
s p a c in g
d r y la n d
d r y la n d
t h e y ie ld
re s e a rc h
c o n s is t e d
r e p lic a t io n s .
t im e ,
2 ,0 x 4 ,8
th e
in S a n ja r b a r u
S O R IF .
A ll P a n d
h a lf a t p la n t in g
The
fa rm
of cassava
c lo n e s
at
w a s t o e v a lu a t e
e x p e r im e n t a l
p r o m is in g
60
te s t
o f th e re s e a rc h
k g P 2 0 s /h a
a p p lie d
and
+
t w ic e ,
a
P lo t s iz e w a s
t h a t A d ir a
y ie ld
10
b lo c k
can
I , A d ir a
be
IV
re c o m -
K a lim a n t a n .
PENDAHULUAN
Ubikayu
( M a n ih o t
u tilis s im a e s c u le n ta
c r a n tz ) termasuk
tanaman
yang mern-
punyai daya adaptasi cukup luas, baik terhadap kondisi iklim yang kurang baik rnaupun
lahan marjinal
(Wargiono
di Kalimantan
Selatan dan umumnya
dan Barrett, 1986).
Lahan dengan sifat demikian
belum dimanfaatkan
Potensi lahan kering di Kalimantan
cukup luas
secara optimal.
Selatan mencapai 657.696 ha, sedangkan yang
dirnanfaatkan baru 266.333 ha (Diperta KaIseI, 1991).
podsolik merah kuning dengan zone (mintakat)
Jenis tanah yang dorninan adalah
agroklimat
C2-B2.
Curah hujan cukup
banyak yaitu 2.500 mm - 3.500 rnm/tahun dengan 2-3 bulan kering (Suryatna,
Petani di Kalimantan
mudah tumbuh
Selatan sudah biasa menanam
dan tidak memerlukan
perawatan
rata-rata di tingkat petani masih rendah ( 10 tlha).
kan dari plot-plot
percobaan
ubikayu, karena tanarnan ini
khusus.
Tetapi umumnya
produksi
Padahal potensi hasil yang ditunjuk-
dapat mencapai 40 t/ha (Widodo
P o te n s i
1990).
h a s il k lo n lv a r ie ta s
u b ik a y u
dan Surnamo,
1990).
d i la h a n k e r in g K a l- S e l
103
Beberapa
faktor penyebab
rendahnya
hasil adalah penggunaan
klon lokal y
berdaya hasil rendah dan kultur teknis yang kurang memadai.
Untuk meningka
hasil, selain dengan perbaikan aspek budidaya, perlu dilakukan perbaikan varietas yai
dengan uji adaptasi klon-klon di lahan kering Kalimantan
Tujuan pereobaan
ini untuk mendapatkan
Selatan.
klon-kon ubikayu yang berdaya hasi
tinggi ( 40 t/ha), berumur genjah dan adaptif di lahan kering.
BAHAN DAN METODE
Pereobaan dilaksanakan di lahan kering beriklim basah di Pleihari dan KP.
Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada MH JIHGFEDCBA
1 9 8 8 /8 9 dan MH 1 9 8 9 /9 0 .
Raneangan yang
digunakan masing-masing adalah raneangan aeak kelompok dengan 3 ulangan.
S.banyak 12 klonlvarietas ubi kayu dari Balittan Bogor dan 2 klon lokal diuji daya
adaptasinya di lahan kering. Petak pereobaan berukuran 2,0 x 4,8 m denganjarak tanam
+ 90 kg P20s/ha
100 x 80 em, 1 stekll ubang. Pupuk diberikan dengan takaran 90 kg N/ha VUTSRQPONMLK
+ 6 0 kg K 2 0 /h a . Separuh taka ran N, seluruh P dan K diberikan saat tanam. Sisa pupuk
N diberikan 3 bulan setelah tanam. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada 4 minggu
setelah tanam (MST) dan 9 MST. Parameter yang diamati :
1. Hasil dan komponen
2. Umur panen
hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan diantara klon/varietas yang
diuji pada hasil dan komponen hasil (Tabel 1). Berdasarkan hasil umbi, klon/varietas
yang diuji dibedakan menjadi 3 kelompok. Kelompok I terdiri dari 2 varietas (Adira IV
dan Adira I) dan 1 klon (BIC 369) berproduksi lebih tinggi dari klon lokal II baik pada
lokasi Pleihari maupun KP Banjarbaru.
Potensi hasil ketiga klon/varietas tersebut
berturut-turut 44,08 t/ha, 40,08 t/ha dan 35,56 t1ha.
Tingginya hasil klon/varietas
tersebut, terutama ditentukan oleh panjang umbi yaitu antara 36,5 - 51,5 em ; sedangkan
klon Lokal II hanya meneapai 31,5 em. Rataan tinggi tanaman dan diameter umbi sarna
dengan klon Lokal II. Umur panen lebih genjah dari klon Lokal II, terutama varietas
Adira I dan Adira IV dapat dipanen pada umur 7 bulan. Kedua varietas ini merupakan
varietas yang telah dirilis masing-masing pada tahun 1978 (Adira I) dan 1987 (Adira IV).
104
Eddy
W illia m
d a n K o e s r in i
"
Kelompok
II terdiri dari 6 klon dengan hasillebih
pada salah satu lokasi (KP Banjarbaru).
BIC 288, BIe
150, Ble 201 dan BIe
sampai 37,59 t/ha.
tinggi dari klon Lokal II, hanya
Keenam klon tersebut adalah BIe 334, BIe 91,
123 dengan hasil umbi rata-rata antara 24,30 t/ha
Rataan tinggi tanaman
dengan klon Lokal II, kecuali klon BIe
dan diameter
batang
klon terse but sarna
150 dan BIe 201 menunjukkan
dan panjang umbi lebih tinggi dari klon Lokal II di KP Banjarbaru.
tinggi tanaman
Rataan umur panen
klon tersebut juga lebih genjah satu bulan dari klon Lokal II.
Tabel I.
Beberapa karakter agronomi klonlvarietas
Kalimantan
Klonlvarietas
Hasil umbi (t/ha)
I
II
Rataan
Kelompok I
I. Adira IV
44,92 * 43,23 *
2. Adira I
3. SIC 369
40,13*
40,13*
40,21 * 32,90 *
Kelompok II
I. SIC 334
2. SIC91
3. SIC 288
4. SIC 150
5. BIC 201
6. SIC 123
Kelompok III
I. SIC 299
2. SIC 103
3. BIC 97
Klon Lokal
1. Lokal I
2. Lokal II
(Kontrol)
Rataan
KK(%)
ubikayu di lahan kering beriklim basah. Pleihari dan KP Banjarbaru,
Selatan pada MH 1988/1989, MH 1989/90.
28,92
31,63
28,54
20,83
13,17
46,25
42,10
30,30
31,65
36,45
16,29
32,30 *
15,71
14,96
14,00
24,65
23,43
22,45
15,83
27,08
22,45
25,16
31,81
20,71
19,84
*
*
*
*
*
18,05
44,08
40,08
36,56
37,59
36,87
29,42
26,24
24,81
24,30
Tinggi tanaman (em)
I
II
Rataan
Panjang umbi (em) Diameter umbi (em) Umur panen
I
II
Rataan
I II Rataan
(bulan)
224
179
228
203
221
213,5
200,0
74 * 29
54 * 29
51,5
41,5
287 *
287,5
35
38 *
36,5
270 * 280
208
221
248
264
238
299 *
237
315 *
275,0
214,5
256,0
268,5
38
33
36
36
29
33
34
29
34
36,0
31,0
35,5
37,0
32,5
206
263
276,0
234,5
38 *
36 *
33
7
5
6
5
6
6
6
6
5
5
5
5
7
6
6
5
6
6
6,5
6,0
5,5
5,0
5,5
5,5
9
9
9
9
34,5
4
31,5
32,5
4
6
6
6
5
5,0
5,0
5,5
9
9
9
5
4
5,5
5,0
10
10
33,0
20,18
19,20
18,23
221
314 *
214
217
289 *
297 *
267,5
251,5
257,0
30
36
31
39 *
27
34
19,14
22,57
223
220
322
253
272,5
236,5
30
34
28
29
29,0
31,5
6
6
28,52
224
12
273
7,2
250,8
38
16
33
12
35,2
5 6
108,8
6,0
6,0
5,5
5,5
7
7
9
9
9 '
8,8
Keterangan :
I VUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= Pleihari, MH 1988/1989
II = KP Banjarbaru, MH 1989/1990
•
=
lebih tinggi dari klon Lokal II berdasarkan
Kelompok
klon LokaI II.
uji BNJ taraf 5 %
III terdiri dari 3 klon dengan potensi hasil sarna atau Iebih rendah dari
Ketiga klon tersebut adalah BIe 299, BIe
umbi an tara 18,23 t/ha sampai 20,18 t/ha.
Komponen
dengan klon LokaI II, kecuali tinggi tanaman
103 dan BIe 97 dengan hasiI
hasil klon terse but rata-rata sarna
di KP. Banjarbaru
Iebih tinggi dari klon
LokaI II.JIHGFEDCBA
P o te n s i h a s il k ! o n /v a r ie ta s u b ik a y u d i ! a h a n k e r in g K a ! - S e !
105
Klon lokal yang biasa ditanam petani di Kalimantan
bertangkai
daun hijau
(klon lokal I), pada percobaan
umbi basah rata-rata
19,14 t/ha.
Sedangkan
mampu menghasilkan
umbi rata-rata 22,57 t/ha.
Dari uraian di atas menunjukkan
yang bertangkai
Potensi hasil klon/varietas
masing-masing
perbedaan
klon/varietas
potensi
dianggap mempunyai
pembanding
hasi!.
yang diuji mem-
lahan kering beriklim basah Kaliman-
tersebut bervariasi.
menunjukkan
dan komponen
daun merah (Iokal II)
bahwa rata-rata klon/varietas
punyai adaptasi yang cukup baik di agroekosistim
tan Selatan.
Selatan ada 2 jenis yaitu yang
ini hanya mampu menghasilkan
keragaman
Varietas
Hal ini menunjukkan
bahwa
genetik, seperti ditunjukkan
dari
Adira IV , Adira I dan BIC 369
potensi hasil stabil, terlihat dari potensi hasilnya lebih tinggi dari
pada dua lokasi percobaan.
Hasil ini sejalan dengan
percobaan
yang
dilakukan
Balittan Malang di lahan kering Kediri dan Balittan Maros di Goa, Sulawesi
Selatan.
Pada percobaan
di Kediri dan di Goa varietas Adira IV menghasilkan
basah lebih dari 40 t/ha, sedangkan
di Goa (Basuki dan Guritno,
Penggantian
varietas Adira I menghasilkan
1990 ; Widodo dan Suherman,
umbi
umbi basah 36,90 t/ha
1990).
klon lokal dengan varietas Adira IV dan Adira I dapat meningkatkan
hasil sampai lebih dari 50 %.
ini kurang berkembang
Meskipun
di petani,
karena
hasil umbi varietas Adira IV tinggi, varietas
rasa umbi pahit.
Varietas
ini lebih cocok
digunakan sebagai bahan baku industri tepung, karena kadar HCN tinggi, sehingga warna
tepung lebih putih (Wargiono,
Di Kalimantan
1979).
Selatan kedua klon lokal yang diuji, banyak ditanam petani, karena
rasanya lebih enak dibandingkan
varietas Adira IV, tetapi hasil dari klon lokal ini rendah.
Rataan hasil di tingkat petani, jarang yang melebihi
budidaya, hasil klon Lokal II dapat ditingkatkan
dari hasil percobaan
Dari pengujian
15 t/ha.
Dengan perbaikan
teknik
sampai mencapai 27 t/ha (seperti terlihat
di Pleihari).
klon/varietas
berpotensi hasil tinggi dan berumur
introduksi
dari Bogor, diperoleh klon/varietas
yang
lebih genjah dari klon loka!.
KESIMPULANfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Dari 14 klon/varietas
potensi hasil tinggi.
yang diuji terpilih sembi Ian klon/varietas
Tiga diantara
klon/varietas
tersebut mampu menghasilkan
basah lebih tinggi dari klon Lokal II pada dua lokasi percobaan.
tersebut adalah Adira I, Adira IV dan BIC 369.JIHGFEDCBA
106
E d d y W illia m d a n K o e s r in i
yang mempunyai
umbi
Ketiga klon/varietas
DAFTAR PUSTAKAfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Diperta Kalsel. 1991. Panduan upaya khusus percepatan peningkatan produksi kedelai
di Kalimantan Selatan. Sub Dinas Bina Produksi, Diperta KalSel. Banjarbaru.
Basuki, N dan B. Guritno.
dan Sumarno
(Eds).
1990. On-farm research of cassava in Kediri.JIHGFEDCBA
I n Widodo, Y
Root Crops Improvement in Indonesia MARIF. Malang.
Suryatna, E. 1990. Peranan pengembangan tanaman pangan pad a pola usahatani lahan
kering. Makalah Rapat Kerja Puslitbangtan, tgl 30 Mei-3 Juni. Bogor.
I
Widodo, Sand O. Suherman. 1990. On farm research of cassava in Goa South Sulawesi.
I n . Widodo, Y dan Sumarno (Eds).
Root Crops Improvement in Indonesia
MARIF. Malang.
Wargiono,1.
1979. Ubikayu dan Cara Bercocok
Wargiono, J. dan D.M. Barrett.
Widodo, Y dan Sumarno.
Malang.
1986. Budidaya
1990.
Tanamnya.
LPj-Bogor.
Ubikayu.Gramedia.
Root Crops Improvement
P o te n s i h a s i/ k J o n iv a r ie ta s
u b ik a y u
in
Jakarta.
Indonesia.
MARIF.
d i la h a n k e r in g K a l- S e l
VUTSRQPONM
107
DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELAT AN
EddyJIHGFEDCBA
W illia m d a n K o e s r in i
ABSTRACT VUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P o t e n t ia l
y ie ld
o b je c t iv e
a re a
and
o f S o u th
a t th e
P la n t in g
d e s ig n
of
cassava
K a lim a n t a n .
m a t e r ia l
w it h
th re e
k g K 2 0 /h a .
fro m
m w it h
v a r ie t ie s
and
m ended
in t h e
and
p la n t
The
th e
p r o m is in g
e x p e r im e n t
a p p lie d
a p p lie d
season
w e re
a rra n g e d
w e re
90
a t p la n t in g
K a lim a n t a n .
o f c lo n e s
f ie ld
2 lo c a l
c lo n e s
S IC
p ro d u c e d
w e re
90
+
N was
show ed
h ig h
1989/90.
and
in r a n d o m iz e d
a f t e r t h e f ir s t a p p lic a t io n .
r e s u lt s
in P le ih a r i
and
k g N /h a
t im e , w h ile
The
a t t h e d r y la n d
1988/89
v a r ie t ie s ,
The
o f S o u th
S o u th
o u t a t f a r m e r 's
wet
100 x 80 cm .
369
of
c a r r ie d
in t h e
re s t a t 3 m o n th s
c lo n e
a re a
w e re
a re a
p e rfo rm a n c e
o f 2 r e le a s e d
F e r t iliz e r s
K w e re
s p a c in g
d r y la n d
d r y la n d
t h e y ie ld
re s e a rc h
c o n s is t e d
r e p lic a t io n s .
t im e ,
2 ,0 x 4 ,8
th e
in S a n ja r b a r u
S O R IF .
A ll P a n d
h a lf a t p la n t in g
The
fa rm
of cassava
c lo n e s
at
w a s t o e v a lu a t e
e x p e r im e n t a l
p r o m is in g
60
te s t
o f th e re s e a rc h
k g P 2 0 s /h a
a p p lie d
and
+
t w ic e ,
a
P lo t s iz e w a s
t h a t A d ir a
y ie ld
10
b lo c k
can
I , A d ir a
be
IV
re c o m -
K a lim a n t a n .
PENDAHULUAN
Ubikayu
( M a n ih o t
u tilis s im a e s c u le n ta
c r a n tz ) termasuk
tanaman
yang mern-
punyai daya adaptasi cukup luas, baik terhadap kondisi iklim yang kurang baik rnaupun
lahan marjinal
(Wargiono
di Kalimantan
Selatan dan umumnya
dan Barrett, 1986).
Lahan dengan sifat demikian
belum dimanfaatkan
Potensi lahan kering di Kalimantan
cukup luas
secara optimal.
Selatan mencapai 657.696 ha, sedangkan yang
dirnanfaatkan baru 266.333 ha (Diperta KaIseI, 1991).
podsolik merah kuning dengan zone (mintakat)
Jenis tanah yang dorninan adalah
agroklimat
C2-B2.
Curah hujan cukup
banyak yaitu 2.500 mm - 3.500 rnm/tahun dengan 2-3 bulan kering (Suryatna,
Petani di Kalimantan
mudah tumbuh
Selatan sudah biasa menanam
dan tidak memerlukan
perawatan
rata-rata di tingkat petani masih rendah ( 10 tlha).
kan dari plot-plot
percobaan
ubikayu, karena tanarnan ini
khusus.
Tetapi umumnya
produksi
Padahal potensi hasil yang ditunjuk-
dapat mencapai 40 t/ha (Widodo
P o te n s i
1990).
h a s il k lo n lv a r ie ta s
u b ik a y u
dan Surnamo,
1990).
d i la h a n k e r in g K a l- S e l
103
Beberapa
faktor penyebab
rendahnya
hasil adalah penggunaan
klon lokal y
berdaya hasil rendah dan kultur teknis yang kurang memadai.
Untuk meningka
hasil, selain dengan perbaikan aspek budidaya, perlu dilakukan perbaikan varietas yai
dengan uji adaptasi klon-klon di lahan kering Kalimantan
Tujuan pereobaan
ini untuk mendapatkan
Selatan.
klon-kon ubikayu yang berdaya hasi
tinggi ( 40 t/ha), berumur genjah dan adaptif di lahan kering.
BAHAN DAN METODE
Pereobaan dilaksanakan di lahan kering beriklim basah di Pleihari dan KP.
Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada MH JIHGFEDCBA
1 9 8 8 /8 9 dan MH 1 9 8 9 /9 0 .
Raneangan yang
digunakan masing-masing adalah raneangan aeak kelompok dengan 3 ulangan.
S.banyak 12 klonlvarietas ubi kayu dari Balittan Bogor dan 2 klon lokal diuji daya
adaptasinya di lahan kering. Petak pereobaan berukuran 2,0 x 4,8 m denganjarak tanam
+ 90 kg P20s/ha
100 x 80 em, 1 stekll ubang. Pupuk diberikan dengan takaran 90 kg N/ha VUTSRQPONMLK
+ 6 0 kg K 2 0 /h a . Separuh taka ran N, seluruh P dan K diberikan saat tanam. Sisa pupuk
N diberikan 3 bulan setelah tanam. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada 4 minggu
setelah tanam (MST) dan 9 MST. Parameter yang diamati :
1. Hasil dan komponen
2. Umur panen
hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan diantara klon/varietas yang
diuji pada hasil dan komponen hasil (Tabel 1). Berdasarkan hasil umbi, klon/varietas
yang diuji dibedakan menjadi 3 kelompok. Kelompok I terdiri dari 2 varietas (Adira IV
dan Adira I) dan 1 klon (BIC 369) berproduksi lebih tinggi dari klon lokal II baik pada
lokasi Pleihari maupun KP Banjarbaru.
Potensi hasil ketiga klon/varietas tersebut
berturut-turut 44,08 t/ha, 40,08 t/ha dan 35,56 t1ha.
Tingginya hasil klon/varietas
tersebut, terutama ditentukan oleh panjang umbi yaitu antara 36,5 - 51,5 em ; sedangkan
klon Lokal II hanya meneapai 31,5 em. Rataan tinggi tanaman dan diameter umbi sarna
dengan klon Lokal II. Umur panen lebih genjah dari klon Lokal II, terutama varietas
Adira I dan Adira IV dapat dipanen pada umur 7 bulan. Kedua varietas ini merupakan
varietas yang telah dirilis masing-masing pada tahun 1978 (Adira I) dan 1987 (Adira IV).
104
Eddy
W illia m
d a n K o e s r in i
"
Kelompok
II terdiri dari 6 klon dengan hasillebih
pada salah satu lokasi (KP Banjarbaru).
BIC 288, BIe
150, Ble 201 dan BIe
sampai 37,59 t/ha.
tinggi dari klon Lokal II, hanya
Keenam klon tersebut adalah BIe 334, BIe 91,
123 dengan hasil umbi rata-rata antara 24,30 t/ha
Rataan tinggi tanaman
dengan klon Lokal II, kecuali klon BIe
dan diameter
batang
klon terse but sarna
150 dan BIe 201 menunjukkan
dan panjang umbi lebih tinggi dari klon Lokal II di KP Banjarbaru.
tinggi tanaman
Rataan umur panen
klon tersebut juga lebih genjah satu bulan dari klon Lokal II.
Tabel I.
Beberapa karakter agronomi klonlvarietas
Kalimantan
Klonlvarietas
Hasil umbi (t/ha)
I
II
Rataan
Kelompok I
I. Adira IV
44,92 * 43,23 *
2. Adira I
3. SIC 369
40,13*
40,13*
40,21 * 32,90 *
Kelompok II
I. SIC 334
2. SIC91
3. SIC 288
4. SIC 150
5. BIC 201
6. SIC 123
Kelompok III
I. SIC 299
2. SIC 103
3. BIC 97
Klon Lokal
1. Lokal I
2. Lokal II
(Kontrol)
Rataan
KK(%)
ubikayu di lahan kering beriklim basah. Pleihari dan KP Banjarbaru,
Selatan pada MH 1988/1989, MH 1989/90.
28,92
31,63
28,54
20,83
13,17
46,25
42,10
30,30
31,65
36,45
16,29
32,30 *
15,71
14,96
14,00
24,65
23,43
22,45
15,83
27,08
22,45
25,16
31,81
20,71
19,84
*
*
*
*
*
18,05
44,08
40,08
36,56
37,59
36,87
29,42
26,24
24,81
24,30
Tinggi tanaman (em)
I
II
Rataan
Panjang umbi (em) Diameter umbi (em) Umur panen
I
II
Rataan
I II Rataan
(bulan)
224
179
228
203
221
213,5
200,0
74 * 29
54 * 29
51,5
41,5
287 *
287,5
35
38 *
36,5
270 * 280
208
221
248
264
238
299 *
237
315 *
275,0
214,5
256,0
268,5
38
33
36
36
29
33
34
29
34
36,0
31,0
35,5
37,0
32,5
206
263
276,0
234,5
38 *
36 *
33
7
5
6
5
6
6
6
6
5
5
5
5
7
6
6
5
6
6
6,5
6,0
5,5
5,0
5,5
5,5
9
9
9
9
34,5
4
31,5
32,5
4
6
6
6
5
5,0
5,0
5,5
9
9
9
5
4
5,5
5,0
10
10
33,0
20,18
19,20
18,23
221
314 *
214
217
289 *
297 *
267,5
251,5
257,0
30
36
31
39 *
27
34
19,14
22,57
223
220
322
253
272,5
236,5
30
34
28
29
29,0
31,5
6
6
28,52
224
12
273
7,2
250,8
38
16
33
12
35,2
5 6
108,8
6,0
6,0
5,5
5,5
7
7
9
9
9 '
8,8
Keterangan :
I VUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= Pleihari, MH 1988/1989
II = KP Banjarbaru, MH 1989/1990
•
=
lebih tinggi dari klon Lokal II berdasarkan
Kelompok
klon LokaI II.
uji BNJ taraf 5 %
III terdiri dari 3 klon dengan potensi hasil sarna atau Iebih rendah dari
Ketiga klon tersebut adalah BIe 299, BIe
umbi an tara 18,23 t/ha sampai 20,18 t/ha.
Komponen
dengan klon LokaI II, kecuali tinggi tanaman
103 dan BIe 97 dengan hasiI
hasil klon terse but rata-rata sarna
di KP. Banjarbaru
Iebih tinggi dari klon
LokaI II.JIHGFEDCBA
P o te n s i h a s il k ! o n /v a r ie ta s u b ik a y u d i ! a h a n k e r in g K a ! - S e !
105
Klon lokal yang biasa ditanam petani di Kalimantan
bertangkai
daun hijau
(klon lokal I), pada percobaan
umbi basah rata-rata
19,14 t/ha.
Sedangkan
mampu menghasilkan
umbi rata-rata 22,57 t/ha.
Dari uraian di atas menunjukkan
yang bertangkai
Potensi hasil klon/varietas
masing-masing
perbedaan
klon/varietas
potensi
dianggap mempunyai
pembanding
hasi!.
yang diuji mem-
lahan kering beriklim basah Kaliman-
tersebut bervariasi.
menunjukkan
dan komponen
daun merah (Iokal II)
bahwa rata-rata klon/varietas
punyai adaptasi yang cukup baik di agroekosistim
tan Selatan.
Selatan ada 2 jenis yaitu yang
ini hanya mampu menghasilkan
keragaman
Varietas
Hal ini menunjukkan
bahwa
genetik, seperti ditunjukkan
dari
Adira IV , Adira I dan BIC 369
potensi hasil stabil, terlihat dari potensi hasilnya lebih tinggi dari
pada dua lokasi percobaan.
Hasil ini sejalan dengan
percobaan
yang
dilakukan
Balittan Malang di lahan kering Kediri dan Balittan Maros di Goa, Sulawesi
Selatan.
Pada percobaan
di Kediri dan di Goa varietas Adira IV menghasilkan
basah lebih dari 40 t/ha, sedangkan
di Goa (Basuki dan Guritno,
Penggantian
varietas Adira I menghasilkan
1990 ; Widodo dan Suherman,
umbi
umbi basah 36,90 t/ha
1990).
klon lokal dengan varietas Adira IV dan Adira I dapat meningkatkan
hasil sampai lebih dari 50 %.
ini kurang berkembang
Meskipun
di petani,
karena
hasil umbi varietas Adira IV tinggi, varietas
rasa umbi pahit.
Varietas
ini lebih cocok
digunakan sebagai bahan baku industri tepung, karena kadar HCN tinggi, sehingga warna
tepung lebih putih (Wargiono,
Di Kalimantan
1979).
Selatan kedua klon lokal yang diuji, banyak ditanam petani, karena
rasanya lebih enak dibandingkan
varietas Adira IV, tetapi hasil dari klon lokal ini rendah.
Rataan hasil di tingkat petani, jarang yang melebihi
budidaya, hasil klon Lokal II dapat ditingkatkan
dari hasil percobaan
Dari pengujian
15 t/ha.
Dengan perbaikan
teknik
sampai mencapai 27 t/ha (seperti terlihat
di Pleihari).
klon/varietas
berpotensi hasil tinggi dan berumur
introduksi
dari Bogor, diperoleh klon/varietas
yang
lebih genjah dari klon loka!.
KESIMPULANfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Dari 14 klon/varietas
potensi hasil tinggi.
yang diuji terpilih sembi Ian klon/varietas
Tiga diantara
klon/varietas
tersebut mampu menghasilkan
basah lebih tinggi dari klon Lokal II pada dua lokasi percobaan.
tersebut adalah Adira I, Adira IV dan BIC 369.JIHGFEDCBA
106
E d d y W illia m d a n K o e s r in i
yang mempunyai
umbi
Ketiga klon/varietas
DAFTAR PUSTAKAfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Diperta Kalsel. 1991. Panduan upaya khusus percepatan peningkatan produksi kedelai
di Kalimantan Selatan. Sub Dinas Bina Produksi, Diperta KalSel. Banjarbaru.
Basuki, N dan B. Guritno.
dan Sumarno
(Eds).
1990. On-farm research of cassava in Kediri.JIHGFEDCBA
I n Widodo, Y
Root Crops Improvement in Indonesia MARIF. Malang.
Suryatna, E. 1990. Peranan pengembangan tanaman pangan pad a pola usahatani lahan
kering. Makalah Rapat Kerja Puslitbangtan, tgl 30 Mei-3 Juni. Bogor.
I
Widodo, Sand O. Suherman. 1990. On farm research of cassava in Goa South Sulawesi.
I n . Widodo, Y dan Sumarno (Eds).
Root Crops Improvement in Indonesia
MARIF. Malang.
Wargiono,1.
1979. Ubikayu dan Cara Bercocok
Wargiono, J. dan D.M. Barrett.
Widodo, Y dan Sumarno.
Malang.
1986. Budidaya
1990.
Tanamnya.
LPj-Bogor.
Ubikayu.Gramedia.
Root Crops Improvement
P o te n s i h a s i/ k J o n iv a r ie ta s
u b ik a y u
in
Jakarta.
Indonesia.
MARIF.
d i la h a n k e r in g K a l- S e l
VUTSRQPONM
107