SKRIPSI ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN KERETA API TERHADAP TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI PEMUKIMAN PINGGIRAN REL KERETA API JALAN AMBENGAN SURABAYA

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN KERETA API TERHADAP TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI PEMUKIMAN PINGGIRAN REL KERETA API JALAN AMBENGAN SURABAYA

  Oleh : NOVI DWI IRA SURYANI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2015

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN KERETA API TERHADAP TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI PEMUKIMAN PINGGIRAN REL KERETA API JALAN AMBENGAN SURABAYA

  Oleh : NOVI DWI IRA SURYANI NIM. 101111016 UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2015 PENGESAHAN Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S. KM.) pada tanggal 15 Juli 2015

  Mengesahkan Universitas Airlangga

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan, Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S.

  NIP 195603031987012001 Tim Penguji 1. Maya Saridewi, S.KM., M.Kes.

  2. Prof. Soedjajadi, dr., M.S., Ph.D.

  3. Hanang Soedjoedi, dr., M.Kes. ii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM. )

  Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

  Universitas Airlangga Oleh:

  NOVI DWI IRA SURYANI NIM 101111016 Surabaya, 29 Juni 2015

  Mengetahui, Menyetujui Ketua Departemen, Pembimbing, Sudarmaji, S.KM., M.Kes. Prof. Soedjajadi, dr., M.S., Ph.D.

  NIP 19721210 199702 1 001 NIP 19520315 197903 1 008 iii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Novi Dwi Ira Suryani NIM : 101111016 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Masyarakat Jenjang : Sarjana (S1)

  Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN KERETA API TERHADAP TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI PEMUKIMAN PINGGIRAN REL KERETA API JALAN AMBENGAN SURABAYA Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

  Surabaya, 28 Juli 2015 Novi Dwi Ira Suryani NIM 101111016 iv

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN KERETA API TERHADAP TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI PEMUKIMAN PINGGIRAN REL KERETA API JALAN AMBENGAN SURABAYA” sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  Dalam skripsi ini dijelaskan mengenai pengaruh tingkat kebisingan dan getaran kereta api dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya. Di dalam skripsi ini juga dijelaskan perbedaan tekanan darah ibu rumah tangga yang terpapar kebisingan dan getaran kereta api dengan intensitas tinggi dan rendah serta faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah ibu rumah tangga.

  Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Soedjajadi, dr., M.S., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tidak lupa terimakasih kepada responden dan segenap pimpinan serta perangkat kelurahan Ketabang dan Tambak Sari yang telah memberika ijin sehingga skripsi ini dapat terlaksana dan terselesaikan sesuai harapan.

  Terimakasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat:

  1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  2. Sudarmaji, S. KM. M, Kes. selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  3. Kedua orang tua tercinta Samsuri, S.Pd dan Ramisih, S.Pd., serta kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan dan do‟a untuk terselesaikannya skripsi ini.

  4. M. Fadliansyah, S.KM yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan membantu selama proses pengerjaan skripsi.

  5. Sahabat perjuangan Aryanti, Sarah, Sindi, Desy, Ridha, Amanda, Nurvita yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam proses pengerjaan skripsi.

  6. Sri Ulimah yang telah membantu dalam pengumpulan data primer dalam penelitian.

  7. Anitria Widyastuti, Amd yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

  Dengan terselesaikannya skripsi ini, semoga mampu memberikan ilmu dan manfaat bagi peneliti dan pihak lain yang terlibat. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya atas dukungan dari semua pihak dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan pada skripsi ini.

  Surabaya, Juli 2015 v

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

  Train noise and vibration lead to health impact of people in railway surrounding residence such as increasing of blood pressure. 100% of noise level in the railway surrounding residence that measured in four city in Indonesia exceeded the standard. Therefore the aim of study was to examine the correlation between train noise and vibration level toward blood pressure of housewives in railway surrounding residence.

  Cross sectional studies combined with qualitative approach was designed to conduct this research. 53 housewives on Jalan Ambengan Surabaya were taken as samples for interviewing and measuring the blood pressure. The researcher picked four locations for measuring the noise and vibration level which was divided into study group (Kanginan DKA and Ngaglik DKA residence) and control group (Ngemplak residence) with two locations each.

  The research resulted that the noise level in 24 hours measurement was LSM 70, 73 dB(A) in average and it is higher than the Decision of Minister for Environment No. 48 in 1996. Meanwhile, the vibration level resulted 3, 15 Hz in average which is lower than the minimum vibration for healthy and convenient life. Bivariate experiments ensued vibration level (p=0,004) and age (p=0,016) contribute significantly to the blood pressure of housewives in railway residence.

  But, the train vibration level (p=0,004; OR=0,135) is the most affective variable to the housewives‟ blood pressure concerning multiple logistic regression experiment‟s approve.

  The conclusion of this research is noise level has correlation on housewives blood pressure in railway surrounding residence, but vibration level has not correlation to housewive blood pressure. There are several preventions which can be conducted to decrease the noise and vibration level in railway residence such ressetlement within <6 meters from railway into larger land.

  Keywords:

  Train’s noise level,Train’s vibration level, Housewives, Railway residence. vi

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK

  Kebisingan dan getaran kereta api dapat mempengaruhi kesehatan mmasyarakat di psekitar rel kereta api, salah satunya peningkatan tekanan darah. Hasil pemantauan kebisingan dan getaran kereta api oleh Kementerian Lingkungan Hidup di pemukiman sekitar rel di 4 kota besar di Indonesia 100% melebihi baku mutu. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kebisingan dan getaran kereta api terhadap tekanan darah ibu rumah tangga di sekitar pinggiran rel kereta api.

  Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan cross

  sectional. Pengukuran tekanan darah dan wawancara dilakukan kepada 53 ibu

  rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan, Surabaya. Pengukuran kebisingan dan getaran kereta api dilakukan di 4 titik yang terdiri dari 2 titik di kelompok studi (Kanginan DKA dan Ngaglik DKA) dan 2 titik di kelompok pembanding (Ngemplak).

  Hasil pengukuran tingkat kebisingan selama 24 jam adalah L 70,73

  SM dB(A), melebihi baku tingkat kebisingan untuk kawasan pemukiman (55 dB(A)).

  Sedangkan pengukuran tingkat getaran didapatkan hasil 3,15 Hz, dibawah baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan (minimal 4 Hz). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kebisingan (p=0,004) dan umur (p=0,016) terhadap tekanan darah ibu rumah tangga. Sementara itu, variabel yang paling berhubungan dengan tekanan darah adalah tingkat kebisingan kereta api (p=0,004; OR=0,135).

  Sehingga, disimpulkan bahwa tingkat kebisingan kereta api berpengaruh terhadap tekanan darah ibu rumah tangga di daerah sekitar rel kereta api, sedangkan getaran tidak berpengaruh pada tekanan darah. Pemindahan pemukiman yang berjarak <6m dari rel kereta api diperlukan untuk mengurangi paparan bising yang diterima dan mencegah dampak akibat bising.

  Kata Kunci

  : Tingkat kebisingan kereta api, Tingkat getaran kereta api, Ibu rumah tangga, Pemukiman pinggiran rel kereta api. vii

DAFTAR ISI

  2.3 Pemukiman

  23

  2.2 Getaran Kereta Api

  25

  2.2.1 Pengertian

  25

  2.2.2 Jenis getaran

  26

  2.2.3 Dampak getaran pada kesehatan

  27

  2.2.4 Baku Tingkat Getaran

  28

  2.2.5 Pengukuran Tingkat Getaran

  29

  30

  21

  2.3.1 Pengertian pemukiman

  30

  2.3.2 Pemukiman pinggiran rel kereta api

  31

  2.4 Tekanan Darah

  32

  2.4.1 Jenis Tekanan Darah

  33

  2.4.2 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

  34

  2.4.3 Pengukuran tekanan darah

  37 viii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  2.1.6 Pengukuran tingkat kebisingan

  HALAMAN SAMPUL DALAM i

  HALAMAN PENGESAHAN ii

  1.2 Identifikasi Masalah

  HALAMAN PERSETUJUAN iii

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv KATA PENGANTAR v

  ABSTRACT vi

  ABSTRAK vii

  DAFTAR ISI viii

  DAFTAR TABEL xi

  DAFTAR GAMBAR xiii

  DAFTAR LAMPIRAN xiv

  DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH xv

  BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang

  1

  6

  19

  1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

  8

  1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  12

  2.1 Kebisingan Kereta Api

  12

  2.1.1 Pengertian

  12

  2.1.2 Sumber kebisingan

  13

  2.1.3 Jenis bising

  17

  2.1.4 Dampak bising terhadap kesehatan

  2.1.5 Baku Tingkat Kebisingan

  2.5 Ibu Rumah Tangga

  67

  4.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

  52

  4.7 Teknik Analisis Data

  52 BAB V HASIL PENELITIAN

  53

  5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

  53

  5.2 Tingkat Kebisingan Kereta Api

  56

  5.3 Tingkat Getaran Kereta Api

  58

  5.4 Karakteristik Responden

  59

  5.5 Perbedaan Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga

  5.6 Pengaruh Tingkat Kebisingan terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga

  4.6.1 Teknik Pengumpulan data

  68

  5.7 Pengaruh Tingkat Getaran terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga

  69

  5.8 Faktor Lain yang Berpengaruh terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga

  70

  5.9 Faktor yang Paling Berpengaruh terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga

  74 BAB VI PEMBAHASAN

  77

  6.1 Tingkat Kebisingan Kereta Api

  77

  6.2 Tingkat Getaran Kereta Api

  79

  6.3 Pengaruh Tingkat Kebisingan Kereta Api terhadap Tekanan Darah

  80 ix

  51

  51

  39

  4.3.1 Sampel Penelitian

  2.5.1 Pengertian ibu rumah tangga

  39 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

  40

  3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

  40

  3.2 Hipotesis Penelitian

  42 BAB IV METODE PENELITIAN

  43

  4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

  43

  4.2 Populasi Penelitian

  43

  4.3 Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel

  44

  44

  4.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

  4.3.2 Besar Sampel

  45

  4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

  45

  4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

  46

  4.5 Variabel, Cara Pengukuran, dan Definisi Operasional

  47

  4.5.1 Variabel Penelitian

  47

  4.5.2 Cara Pengukuran

  48

  4.5.3 Definisi Operasional

  49

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  83

  6.4 Pengaruh Getaran Kereta Api terhadap Tekanan Darah

  6.5 Faktor Lain yang Berpengaruh dengan Tekanan Darah

  84

  6.6 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Tekanan Darah

  90 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

  93

  7.1 Kesimpulan

  93

  7.2 Saran

  94 DAFTAR PUSTAKA

  96 101

  LAMPIRAN x

  DAFTAR TABEL

  65

  61

  5.5 Distribusi Responden Menurut Riwayat Keturunan Hipertensi

  62

  5.6 Distribusi Responden Menurut Riwayat Hipertensi

  63

  5.7 Distribusi Responden Menurut Faktor Perilaku

  64

  5.8 Distribusi Responden Menurut Lama Tinggal

  5.9 Distribusi Responden Menurut Status Hipertensi

  60

  66

  5.10 Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  67

  5.11 Distribusi Tingkat Kebisingan Menurut Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  69

  5.12 Distribusi Tingkat Getaran dengan Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  69

  5.13 Distribusi Kelompok Umur Menurut Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  70 xi

  5.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

  5.3 Distribusi Responden Menurut Umur

  Nomor Judul Tabel Halaman

  2.4 Baku Tingkata Getaran Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran

  1.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Area Pemukiman Jalan Ambengan

  7

  2.1 Baku Tingkat Kebisingan

  22

  2.2 Pembagian Zona Kebisingan menurut PerMenkes RI Nomor 718 tahun 1987

  22

  2.3 Dampak getaran pada tubuh sesuai intensitasnya

  23

  29

  58

  2.5 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

  33

  4.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

  46

  4.2 Definisi Operasional Variabel, Cara Pengambilan, dan Skala Data

  49

  5.1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

  56

  5.2 Hasil Pengukuran Tingkat Getaran

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Nomor Judul Tabel Halaman

  5.14 Distribusi Riwayat Keturunan Hipertensi Menurut

  71 Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  5.15 Distribusi Konsumsi Kopi Menurut Tekanan Darah

  72 Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  5.16 Distribusi Konsumsi Garam/hari Menurut Tekanan Darah

  73 Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  5.17 Distribusi Lama Tinggal Menurut Tekanan Darah

  74 Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  5.18 Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Tingkat Kebisingan,

  75 Tingkat Getaran, Faktor Individu dan Faktor Pemaparan terhadap Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak

  5.19 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Tingkat

  76 Kebisingan dan Umur terhadap Tekanan Darah Responden Ibu Rumah Tangga di pemukiman kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak xii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR GAMBAR

  Nomor Judul Gambar Halaman

  3.1 Skema Kerangka Konsep Analisis Pengaruh Tingkat

  40 Kebisingan dan Getaran Kereta Api terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Pemukiman Pinggiran Rel Kereta Api Jalan Ambengan, Surabaya.

  5.1 Denah Lokasi Penelitian Studi dan Kontrol

  54 xiii Nomor Judul Lampiran Halaman

  1 Persetujuan Sebelum Penelitian 101

  2 Informed Consent 107

  3 Kuisioner Penelitian 108

  4 Sertifikat Uji Laik Etik 110

  5 Surat Ijin Penelitian 111

  6 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan 112

  7 Hasil Pengukuran Intensitas Getaran 114

  8 Hasil Pengukuran Tekanan Darah 116

  9 Hasil Analisis Output SPSS 118

  10 Dokumentasi 133 xiv

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

  Daftar Arti Lambang % = Persen / = Per > = Lebih dari ≥ = Lebih dari sama dengan < = Kurang dari ≤ = Kurang dari sama dengan Daftar Singkatan BML = Baku Mutu Lingkungan dB = Desibel Depkes = Departemen Kesehatan

  IMT = Indeks Massa Tubuh JNC = Joint National Commitee Kep.MenLH = Keputusan Menteri Lingkungan Hidup KK = Kepala Keluarga MenKes = Menteri Kesehatan P2M = Pencegahan Penyakit Menular PLP = Penyehatan Lingkungan Pemukiman SLM = Sound Level Meter SNI = Standard Nasional Indonesia TDD = Tekanan Darah Diastolik TDS = Tekanan Darah Sistolik WHO = World Health Organization Daftar istilah cm = centimeter et al = et alia (dan kawan-kawan) Hz = Hertz xv

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

  Leq = tingkat kebisingan equivalen L

  S

  = tingkat kebisingan equivalen siang L

  M

  = tingkat kebisingan equivalen malam L SM = tingkat kebisingan equivalen siang dan malam m = meter m/s

  2

  = meter per secon kuadrat mmHg = milimeter Hydragyrum s/d = sampai dengan xvi

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Salah satu permasalahan yang saat ini sedang dialami oleh kota besar di Indonesia adalah semakin menjamurnya pemukiman padat penduduk.

  Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Dengan semakin bertambahnya industri di kota besar, angka urbanisasi juga semakin meningkat. Namun tidak diimbangi dengan bertambahnya lahan pemukiman. Akibatnya, pemukiman liar banyak ditemukan di area yang berhadapan langsung dengan sarana fasilitas pelayanan publik seperti jalan raya, sekitar rel kereta api, maupun bandara (Rusli, 2008). Fasilitas pelayanan publik seperti jalan raya, sekitar rel kereta api, maupun bandara merupakan jalur yang digunakan alat transportasi untuk berlalu lalang setiap harinya dimana dari kegiatan lalu lintas tersebut menghasilkan dampak negatif berupa polusi. Polusi yang ditimbulkan antara lain polusi asap kendaraan, debu, kebisingan, maupun getaran. Dengan semakin berkembangnya area pemukiman ke lahan yang berdekatan dengan prasarana fasilitas umum, maka masyarakat setiap harinya akan terpapar dengan polutan tersebut.

  Kereta api merupakan alat transportasi darat yang paling banyak diminati oleh masyarakat di kota besar. Selain anti macet, dengan kereta api masyarakat bisa lebih cepat sampai di tujuannya. Kereta api merupakan transportasi dengan multi keunggulan komparatif yaitu hemat lahan dan energi, rendah polusi,

  1

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  bersifat massal, adaptif dengan perubahan teknologi yang memasuki era kompentisi, potensinya diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala nasional, sehingga mampu menciptakan keunggulan, kompetisi terhadap produksi dan jasa domestik di pasar global (Rusli, 2008). Meskipun rendah polusi, tetapi kereta api memiliki tingkat polusi udara tinggi pada pencemar fisik berupa kebisingan dan getaran dimana pada kondisi melaju, semakin tinggi kecepatan kereta api maka kebisingan dan getaran yang ditimbulkan akan semakin kuat. Sehingga keadaan ini akan mengganggu kenyamanan dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar rel kereta api.

  Surabaya merupakan kota besar kedua terpadat penduduk setelah Jakarta. Dengan luas wilayah 326,81 km yang dibagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan, jumlah penduduk Kota Surabaya sampai dengan tahun 2010 mencapai 2.599.796 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata adalah 8.463

  2

  jiwa per km (BPS, 2011). Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya tahun 2000- 2010 mengalami peningkatan sekitar 0,63% per tahun dan hal ini diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya (BPS, 2011). Kondisi yang seperti ini memperlihatkan bahwa Kota Surabaya pasti tidak lepas dari adanya titik-titik lokasi pemukiman padat hunian. Namun, dari sekian banyak kawasan pemukiman di Surabaya, masih banyak ditemukan pemukiman yang lokasinya sangat berdekatan dengan rel kereta api. Hal tersebut dapat berdampak sangat buruk bagi warga yang berada disekitar rel kereta api karena kebisingan dan getaran yang ditimbulkan dari kereta yang sedang melaju adalah cukup tinggi (Mayangsari,

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  2013). Padahal telah disebutkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal (178) bahwa setiap orang dilarang membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul, bangunan lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi, atau menempatkan barang pada jalur kereta api yang dapat mengganggu pandangan bebas dan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.

  Kebisingan atau bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995 dalam Sasongko et. al., 2000), tingkat kebisingan itu sendiri merupakan suatu hal yang dapat diukur namun dampak rasa bising merupakan hal yang fenomenal yang akan bergantung pada subjek penderita (Mokhtar et. al., 2007). Pemerintah Indonesia dalam Keputusan Menteri lingkungan Hidup Nomor 46 tahun 1996 menyebutkan kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan getaran adalah pergerakan bolak-balik suatu massa/berat melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik tertentu (Keputusan MENLH, 1996).

  Dampak kebisingan di suatu daerah besar pengaruhnya bagi kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat, hewan ternak maupun satwa liar dan gangguan terhadap ekosistem alam. Bagi kesehatan manusia, kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Gunarwan, 1992). Dampak getaran terhadap manusia

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  terutama terjadi pada bagian organ-organ tertentu seperti: dada, kepala, rahang dan persendian lainnya. Di samping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritistulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).

  Keterpaparan terhadap kebisingan dan getaran yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang bising. Demikian juga dengan getaran yang dapat menimbulkan efek vaskuler dan efek neurologik, meskipun belum ada penelitian atau pengujian yang cukup definitif getaran diduga dapat menyebabkan perubahan atau peningkatan tekanan darah yang pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan hipertensi (Harrington dan Gill, 2005).

  Berdasarkan laporan pengkajian kebisingan dan getaran yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang bekerjasama dengan Laboratorium Kebisingan dan getaran Pusarpedal tahun 2012 dan 2013 yang dilakukan di empat kota di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung dengan titik pengukuran di pemukiman yang berada

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  disekitar rel kereta api didapatkan hasil 100% tingkat kebisingan kereta api telah melewati baku mutu lingkungan untuk kawasan pemukiman. Sedangkan untuk tingkat getaran dari kereta api yang melintas masih dalam rentang aman untuk bangunan yang terdapat dalam DIN 4150-3: 1986.

  Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukanoleh Rusli (2008) tentang pengaruh kebisingan dan getaran dengan perubahan tekanan darah masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai, di dapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kebisingan dan getaran terhadap perunahan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Penelitian tersebut dilakukan pada jarak 12 meter dari rel kereta api dan didapatkan hasil pengukuran kebisingan sebesar 100,45 dB(A) dan getaran pada frekuensi 63Hz (6,69µ).

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Karolinska Institute, Stokholm, Dr Mats Rosenlund (2008) mengatakan, orang yang tinggal di sekitar bandara sangat berisiko mengalami tekanan darah tinggi akibat tingginya polusi udara.

  Kesimpulan itu diambil dari penelitian terhadap 2.000 lelaki yang tinggal di sekitar bandara selama sepuluh tahun. Penelitian ini juga mengambil data dari tingkat kepadatan lalu lintas udara dan data diagnosis dokter tentang peningkatan tekanan darah dalam 10 tahun terakhir. Hasilnya, secara umum 20 persen lelaki yang sering terkena polusi suara dari pesawat 19 persen mengalami peningkatan tekanan darah tinggi.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

1.2 Identifikasi Masalah

  Pemukiman padat penghuni di Kota Surabaya merupakan permasalahan yang belum dapat teratasi. Masih banyak dijumpai pemukiman padat penghuni baik semi permanen maupun permanen di area bantaran sungai maupun di pinggiran rel kereta api. Dengan semakin banyaknya pemukiman padat penghuni diarea tersebut, dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat maupun estetika kota Surabaya. Salah satu pemukiman cukup padat penghuni di area pinggiran rel kereta api Surabaya adalah jalan Ambengan.

  Jalan Ambengan merupakan salah satu daerah yang dilewati oleh jalur kereta api yang berasal maupun menuju ke Stasiun Gubeng Surabaya. Jalur kereta api ini menghubungkan dua stasiun besar di Surabaya, yaitu Stasiun Gubeng dan Stasiun Surabaya Kota. Terdapat dua kelurahan di Jalan Ambengan yang dilewati oleh jalur kereta api ini, yaitu Kelurahan Ketabang dan Kelurahan Tambak Sari.

  Di Kelurahan Ketabang, terdapat 3 RW yang berhadapan langsung dengan rel kereta api yaitu RW 1, 2, dan 3. Sementara itu, di Kelurahan Tambak Sari, yang berhadapan langsung dengan rel kereta api terdapat 2 RW yaitu RW 4 dan RW 5. Kondisi jalur kereta api di kedua kelurahan tersebut terbilang cukup padat dilewati kereta api. Sebab, setiap harinya terdapat 32 kereta api yang melintas yang terdiri dari kereta api penumpang jenis kereta api ekonomi, ekonomi ekspres dan komuter (DAOP VIII, 2015).

  Selain itu, di pinggiran rel kereta api yang berada di area Kelurahan Ketabang dan Tambak Sari ini terdapat pemukiman warga yang jaraknya kurang dari 5 m dari rel kereta api. Dengan padatnya jumlah kereta api yang melintas di

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  jalur kereta api tersebut, mengakibatkan masyarakat yang tinggal di area pemukiman kawasan Kelurahan Ketabang dan Tambak Sari terpapar kebisingan dan getaran dari kereta api dengan frekuensi cukup tinggi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa ibu rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan merasakan keluhan berupa pusing pada tengkuk kepala, gangguan komunikasi, dan gangguan goncangan ketika kereta api melintas.

  Dari penelitian sebelumnya didapatkan data pengukuran kebisingan yang dilakukan di 5 titik di area pemukiman di Jalan Ambengan yaitu pada jarak 10m, 20m, 30m, 40m, dan 50m dari rel kereta api yang dibandingkan baku mutu lingkungan untuk tingkat kebisingan untuk area pemukiman (55dB) berdasarkan KepMen LH No. 48 tahun 1996 sebagai berikut:

  Tabel 1.1

  Hasil Pengukuran Kebisingan Area Pemukiman Jalan Ambengan, Tahun 2013

  No. Jarak (m) Leq (dBA) 1.

  10 92,76 2. 20 85,91 3. 30 84,71 4. 40 82,86 5. 50 81,01

  Sumber : Jurnal Perancangan Barrier untuk Menurunkan Tingkat Kebisingan pada Jalur Rel Kereta Api di Jalan Ambengan Surabaya dengan Menggunakan Metode Nomograph tahun 2013.

  Dari Tabel 1.1terlihat bahwa tingkat kebisingan rel kereta api di area jalan Ambengan Surabaya melebihi baku mutu lingkungan untuk area pemukiman. Dari tingginya tingkat kebisingan di pemukiman tersebut, ibu rumah tangga menjadi salah satu populasi yang terkena dampaknya. Hal ini dikarenakan ibu rumah

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  tangga hampir selama 24 jam menghabiskan waktu di rumah, sehingga terpapar lebih lama dibandingkan dengan kelompok populasi yang lain.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

  1.3.1 Pembatasan Masalah

  Tingkat kebisingan dan getaran merupakan faktor pencemar udara yang dalam intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, batasan penelitian pada penelitian ini yaitu penelitian ini akan meneliti mengenai analisis pengaruh tingkat kebisingan dan getaran kereta api terhadap tekanan darah ibu rumah tangga di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan, Surabaya.

  1.3.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat pengaruh antara tingkat kebisingan dan getaran kereta api dengan tekanan darah ibu rumah tangga di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan, Surabaya?”.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

  Tujuan umum dari penelitian ini yaitu : “Menganalisis pengaruh tingkat kebisingan dan getaran kereta api dengan tekanan darah ibu rumah tangga di pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan, Surabaya”.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

1.4.2 Tujuan khusus

  1. Mengukur intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  2. Mengukur tingkat getaran yang ditimbulkan oleh kereta api di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  3. Mengukur tekanan darah ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  4. Mengukur perbedaan tekanan darah ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  5. Menganalisis pengaruh tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api dengan tekanan darah ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  6. Menganalisis pengaruh tingkat getaran yang ditimbulkan oleh kereta api dengan tekanan darah ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  7. Menganalisis beberapa faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah pada ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

  8. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap tekanan darah ibu rumah tangga di area pemukiman pinggiran rel kereta api Jalan Ambengan Surabaya kawasan Kanginan DKA dan Ngaglik DKA dengan di kawasan Ngemplak.

1.4.3 Manfaat Penelitian

  1. Peneliti: Dapat mengetahui tingkat kebisingan dan getaran di area pemukiman yang berdekatan dengan jalur akses transportasi kereta api serta mengetahui dampak kebisingan dan getaran tersebut terhadap tekanan darah ibu rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api.

  2. Masyarakat: Dapat memahami dan mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan kebisingan dan getaran dari kereta api terhadap masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api serta dapat melakukan pencegahan terhadap dampak tersebut.

  3. Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UNAIR: Dapat menjadi sumbangan informasi dan pengetahuan baru tentang pengaruh tingkat kebisingan dan getaran kereta api dengan tekanan darah ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar pinggiran rel kereta api.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  4. Pemerintah Memberikan rekomendasi, gambaran, dan masukan alternatif kebijakan pemerintah untuk mengurangi tingkat kebisingan dan getaran di kawasan pemukiman yang berdekatan dengan rel kereta api akibat kepadatan lalu lintas kereta api.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebisingan Kereta Api

2.1.1 Pengertian

  Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMen HL KEP-48/MENLH/11/1996). Bising adalah campuran berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab “penyakit lingkungan” yang penting (Slamet, 2006).

  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/

  XI/1987 menyebutkan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada dengan berbagai intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993). Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan manusia yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia.

  Sehingga,dapat disimpulkan bahwa kebisingan kereta api merupakan bunyi yang tidak diinginkan yang berasumber dari kegiatan operasional kereta api

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  13 yang dalam tingkat dan waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

2.1.2 Sumber kebisingan

  Secara umum, sumber bising ada dua bentuk yaitu :

  1. Sumber titik, berasal dari sumber suara yang berhenti. Penyebaran sumber bising ini berbentuk bola-bola konsentris dengan sumber bising sebagai pusat dan menyebar dengan kecepatan suara 360 meter/detik. Pada sumber titik, kebisingan dapat diprediksi dengan menggunakan model matemasti dengan persamaan sebagai berikut :

  L2= L1– 20 log (r2/r1) dBA Keterangan: L2 = tingkat kebisingan pada jarak r2dari sumber (dBA) L1 = tingkat kebisingan pada jarak r1dari sumber (dBA) (Sasongko dan Hadiyarto, 2000).

  2. Sumber garis, berasal dari sumber bising yang bergerak dan menyebar di udara dalam bentuk silinder konsentris dengan kecepatan 360 meter/detik berbentuk silinder yang memanjang. Sumber bising ini berasal dari kegiatan transportasi (Sasongko dan Hadiyarto, 2000).

  Bermacam-macam sumber kebisingan yang merupakan dampak dari aktivitas berbagai proyek pembangunan dapat dibagi ke dalam empat tipe pembangunan yaitu:

  1. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan pemukiman

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  14

  2. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan gedung bukan untuk tempat tinggal tetap, misalnya untuk perkantoran, gedung umum, hotel, rumah sakit, sekolah dan lain sebagainya

  3. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan industri

  4. Sumber kebisingan dari tipe pekerjaan umum, misalnya jalan, saluran induk air, selokan induk air, dan lainnya.

  Prasetyo dalam Akaustik Lingkungan menyebutkan bahwa sumber kebisingan terdiri dari dua sumber utama, yaitu :

  1. Bising dalam Bising dalam yaitu sumber bising yang berasal dari manusia, bengkel mesin, dan alat rumah tangga.

  2. Bising luar Merupakan sumber bising yang berasal dari aktivitas lalu lintas, industri, tempat pembangunan gedung, dan sebagainya. Sumber bising luar ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu sumber bising bergerak yang terdiri dari kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang. Sedangkan sumber bising yang tidak bergerak, misalnya industri, perkantoran, dan pabrik.

  Sedangkan WHO (1980) mengklasifikasikan sumber bising yaitu:

  1. Lalu lintas jalan Salah satu sumber kebisingan adalah suara lalu lintas di jalan raya.

  Kebisingan lalu lintas di jalan raya ditimbulkan oleh suara dari kendaraan

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  15 bermotor dimana suara tersebut bersumber dari mesin kendaraan, bunyi pembuangan kendaraan, serta bunyi dari interaksi antara roda dengan jalan. Dari beberapa sumber kebisingan yang berasal dari aktivitas lalu lintas alat transportasi, kebisingan yang bersumber dari lalu lintas jalan raya ini memberikan proporsi frekuensi kebisingan yang paling mengganggu.

  2. Industri Kebisingan industri bersumber dari suara mesin yang digunakan dalam proses produksi. Intensitas kebisingan ini akan meningkat sejalan dengan kekuatan mesin dan jumlah produksi dari industri.

  3. Pesawat terbang Kebisingan yang bersumber dari pesawat terbang terjadi saat pesawat akan lepas landas ataupun mendarat di bandara. Kebisingan akibat pesawat pada umumnya berpengaruh pada awak pesawat, penumpang, petugas lapangan, dan masyarakat yang bekerja atau tinggal di sekitar bandara.

  4. Kereta api Pada umumnya sumber kebisingan pada kereta api berasal dari aktivitas pengoperasian kereta api, lokomotif, bunyi sinyal di perlintasan kereta api, stasiun, dan penjagaan serta pemeliharaan konstruksi rel. Namun, sumber utama kebisingan kereta api sebenarnya berasal dari gesekan antara roda dan rel serta proses pembakaran pada kereta api tersebut. Kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api ini berdampak pada masinis, awak kereta api,

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  16 penumpang, dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pinggiran rel kereta api.

  5. Kebisingan konstruksi bangunan Berbagai suara timbul dari kegiatan konstruksi bangunan mulai dari peralatan dan pengoperasian alat, seperti memalu, penggilingan semen, dan sebagainya.

  6. Kebisingan dalam ruangan Kebisingan dalam ruangan berasal dari berbagai sumber seperti Air Condition (AC), tungku, unit pembuangan limbah, dan sebagainya. Suara bising yang berasal dari luar ruangan juga dapat menembus ke dalam ruangan sehingga menjadi sumber kebisingan di dalam ruangan.

  Menurut Kryter (1996), tingkat kebisingan di jalan raya dapat mencapai 70-80 dB, jalur kereta api 90 dB, dan di sepanjang jalur take off pesawat terbang dapat mencapai 110 dB. Sumber kebisingan yang disebabkan oleh kereta api berasal dari adanya gesekan antara roda kereta api dari bahan keras dengan rel kereta api yang juga terbuat dari bahan keras. Selain itu, kebisingan pada kereta api juga bersumber dari mesin kereta api dan klakson. Adanya bising yang ditimbulkan aleh gesekan antara roda dan rel kereta api seringkali menimbulkan bunyi berdecit, sehingga diperlukan bangunan dengan akaustik yang baik di sekitar jalur rel kereta api untuk mengurangi masuknya kebisingan. Sumber bising kereta api memiliki risiko 3,47 kali lebih besar untuk terjadinya gangguan kesehatan dibandingkan dengan sumber bising lainnya (Suherwin, 2004).

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  17

2.1.3 Jenis bising

  Menurut Wiyadi (1987) dalam Surjono (2012), jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah:

  1. Kebisingan kontinyu (Steady state noise) Jenis kebisingan dimana fluktuasi dan intensitas suara tidak lebih dari 6 dB.

  Jenis kebisingan ini terdapat dua macam, yaitu:

  a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state wide

  band noise). Misalnya kipas angin dan suara yang ditimbulkan oleh kompresor.

  b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state

narrow hand noise). Misalnya gergaji mesin dan katup gas.