PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM (Penelitian Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga Tahun 2009)
PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM
PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM
(Penelitian Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif
Kota Salatiga Tahun 2009)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
NUR ASMAIYAH
NIM : 111 05 013
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721
Website : tw w . stainsalatiza. ac. id E-m ail:
DEKLARASI
\Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi mated yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, Agustus 2009 Penulis,
Nur Asmaivahv
NIM: 111 05 013
Drs. Miftahuddin, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING
Lampiran : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Sdri. Nur Asmaiyah Salatiga, Agustus 2009 Kepada Yth.
Ketua STAIN Salatiga d i - SALATIGA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari : Nama : Nur Asmaiyah NIM : 111 05 013 Jurusan : Tarbiyah Progdi : Pendidikan Agama Islam Judul : PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF
DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga Tahun 2009)
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721
Website :
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : NUR ASMAIYAH Dengan Nomor Induk Mahasiswa:
111 05 013 yang beijudul : “PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN M A ’ARIF
DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN
ISLAM
(Penelitian pada Lembaga Pendidikan M a’arif Kota SalatigaTahun 2009)”
Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari :Kamis, 20 Agustus 2009 M
dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.20 Agustus 2009 M Salatiga,
29 Sya’ban 1430 H
Panitia Ujian
Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd Dra. Siti Farikhah. M.Pd NIP. 19681104 199803 1 002 NIP. 19610623 198803 2 001
MOTTO
Opiimh (Dan (Bej'baJtajgialah.
cSeumggnhmja cAlhifa ^Btrsxuna 3U la
PERSEMBAHAN
1. CM6ah Xflkung dan ‘M fa h P u tri (Orang yang (Pafing Kucintai)
2. KfCima Saudarafu 6eserta Tfpfuarganya (Orang yang paRng kusayangi)
3. 9d6af^ Indaf, sosof^ ‘Wanita pengganti I6 u fu (terima fgsih taf^ te rfira
atas semuanyayang diSerifgn fapadafai)
4. K ji^ d n s dan M 6af^Nunu^(Pencetus ide Pertama u n tu ^a ^u buRafi,
terima fasih atas do’a dan motivasinya)5. Safia6at-safia6ati ter6aif$u, Jferu, Pfimmaf, P flfid , !Nina, Pafid, IndaH, M 6afjN ining, M6afJFaiz, Lafa.
6. (Bofo-6ofo seperjnangan
7. SaHa6at dan SaHa6ati P M II
8. Teman-teman KJffN'2009 “Pogafan " tercinta
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang.Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat islam Nabi Muhammad SAW, sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan gima memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar saijana dalam ilmu Tarbiyah.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
2. Drs. Miftahuddin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
- * kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Ibrahim Alfian, selaku pimpinan LP Ma’arif NU Kota Salatiga yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian di LP Ma’arif NU Kota Salatiga.
4. Mbah, Kakak-Kakakku dan Mbakku serta semua Familiku yang selalu
5. Kak Tris Sekeluarga atas dukungan baik moral mapun spiritual.
6. Sahabat-sahabati PMII, Teman-teman angkatan 2005 terutama PAIA serta lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mengisi hari-hari penuh keceriaan dan semangat. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempumaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.
Akhimya Penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pemngembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, 10 Agustus 2009 Penulis
Ni________ NIM 111 05 013
DAFTARISI
LAMPIRAN-LAMPIRAN : LAMPIRAN I : Stuktur Organisasi Lembaga Pendidikan Ma’arif x
♦
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KERANGKA TEORITIK
B. PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM 28
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
4. Maksud dan Tujuan Kemandirian Pendidikan
5. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mencapai Kemandirian
C. PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM 35
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PENDIDIKAN
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif
2. Perkembangan Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota
3. Profil Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif
4. Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota
5. Program Keija Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota
BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA
1. Keunggulan lembaga pendidikan ma’arif dalam
2. Kelemahan lembaga pendidikan ma’arif dalam
B USAHA-USAHA LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN
BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAKSI
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU) adalah Lembaga Pendidikan swasta di Indonesia yang berada dibawah Organisasi Nahdlatul Ulama’, ia merupakan badan otonom yang didirikan untuk mewujudkan cita-cita NU dalam bidang pendidikan.
Dalam skripsi ini peneliti bermaksud memaparkan keberperanan LP Ma’arif NU dalam menaungi sejumlah Madrasah untuk menyelenggarakan satuan pendidikan serta dalam melaksanakan kegiatan operasional pendidikan berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di Kota Salatiga, sehingga mampu untuk disebut sebagai Lembaga Pendidikan yang menguatkan kemandirian pendidikan Islam di Kota Salatiga.
Dalam pelaksanaannya LP Ma’arif NU banyak mengalami kendala dan hambatan yang mewamai peijalanannya sehingga muncul anggapan bahwa LP Ma’arif merupakan lembaga pendidikan yang lemah, tidak mempunyai kredibilitas yang balk dimata Masyarakat. Namun pada kenyataannya, sampai saat ini LP Ma’arif tetap eksis dan dalam bingkai makronya tetap dibutuhkan Masyarakat Kita sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengajarkan ilmu umum dan ilmu agama sekaligus.
Kata Kunci: Nahdlatul Ulama’, LP Ma’arif NU, Kemandirian, Pendidikan Islam.
1 BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dal am kehidupan suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa. Karena pendidikan merupakan wahana peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia serta sekaligus sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan. Hal ini diakui bahwa “keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam memperbaiki dan memperbaharui sector pendidikan.1 Artinya, keberhasilan tersebut akan menentukan keberhasilan bangsa ini dalam menghadapi tantangan zaman di masa depan.
Untuk itu secara yuridis formal, Negara mengamanatkan kepada pemerintah “untuk mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system Pendidikan Nasional yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”1
2 Tentunya disadari bahwa sektor utama dan pertama yang mendapat prioritas dalam pembangunan bangsa adalah
1 Aulia Reza Bastian, Reformasi Pendidikan: Langkah-langkah Pembaharuan dan
Pemberdayaan Pendidikan dalam Rangka Desentralisasi Sisiem Pendidikan Indonesia, Dalam
Prof. Dr. H. Usman Abu Bakar, MA, Drs. Surohim M.Si, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan
2
sector pendidikan yang aksentuasinya pada peningkatan keimanan dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta akhlak mulia.3.
Peningkatan keimanan dan ketakwaan akan lebih efektif, manakala dioptimalkan melalui system pendidikan Islam, baik melalui proses pembelajaran studi maupun melalui jalur lembaga pendidikan Islam. Sebagai laboratorium yang berfungsi untuk mewujudkan visi dan misi dari pemerintah, lembaga pendidikan Islam merupakan tempat untuk meningkatkan mutu akademik yang dapat memfungsikan unsur dan komponen yang terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan yang diselenggarakannya.4
Dalam kaitannya dengan tugas diatas, idealnya lembaga pendidikan Islam harus mampu untuk menjadi suatu badan yang mandiri, hal ini relevan dengan visi Pendidikan Nasional yang ditetapkan dalam UU No.20 Tahun 2003, yakni “Terwujudnya Sistem Pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.5Visi di atas mengandung kemandirian lembaga dalam mengelola dan melaksanakan satuan pendidikannya dalam kerangka menuju keunggulan.
Namun, dalam realitasnya banyak lembaga pendidikan Islam yang tidak mampu untuk menjadi lembaga yang mandiri, yang belum responsive
3 Prof. Dr. H. Usman Abu Bakar, MA, Drs. Surohim M.Si,
Fungsi Ganda Lembaga
Pendidikan Islam (Respon Kreatif Terhadap UU Sisdiknas), Yogyakarta, Safiria Insania Press,
2005. hlm.23
terhadap tuntutan hidup manusia dan masih menghadapi masalah-masalah yang kompleks. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalannya dengan lembaga pendidikan lain, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga masih cenderung dilabelkan sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”6
Lembaga Pendidikan Ma’arif sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang ikut menjadi bagian dari dunia pendidikan yang berkembang dan bertahan hingga sekarang. Dengan ciri identitas sekolah ma’arif dan komponen pendidikan Islam, menaungi sejumlah besar satuan pendidikan formal, yang menjadi tanggung jawab langsung maupun yang bersifat afiliatif, yang menjadi bagian integral dalam dunia pendidikan di Indonesia.7
Sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Islam, apakah Lembaga Pendidikan Ma’arif mampu untuk menguatkan sistem Pendidikan Islam dalam dunia pendidikan di Indonesia? Berangkat dari pertanyaan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Peran Lembaga Pendidikan Ma’arif Dalam Penguatan Kemandirian Pendidikan Islam di Kota Salatiga”
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dan paparan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang perlu penulis ungkapkan :
1. Bagaimana profil Lembaga Pendidikan Ma’arif di Kota Salatiga?
2. Apa peran dan fungsi Lembaga Pendidikan Ma’arif di Kota Salatiga?
4
3. Apa usaha-usaha yang dilakukan Lembaga Pendidikan dalam penguatan kemandirian pendidikan Islam di kota Salatiga?
3. TUJUAN PENULISAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan gambaran umum dan profil Lembaga Pendidikan Ma’arif di kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi Lembaga Pendidikan Ma’arif di kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Lembaga Pendidikan i Ma’arif dalam penguatan kemandirian pendidikan i,slam di kota Salatiga.
4. MANFAAT PENULISAN
1. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan islam.
2. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sumber masukan dari pihak Lembaga Pendidikan Ma’arif guna meningkatkan kemajuan sistem yang ada khususnya dalam penguatan kemandirian pendidikan islam.
5
5. KAJIAN PUSTAKA
1. Telaah Hasil Pemikiran Yang Relevan
Berdasarkan pengetahuan penulis, belum ada skripsi yang membahas masalah ini, namun ada beberapa tulisan yang mempunyai kemiripan dengan skripsi penulis, antara lain :
Pertama,
Buku yang ditulis Oleh Prof. Dr. H. Usman Abu Bakar, MA dan Drs. Surohim, MSI yang beijudul Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam (Respon Kreatif Terhadap UU Sisdiknas), menyatakan “bahwa salah satu fungsi Lembaga Pendidikan Islam adalah menjadikan kemandirian sekolah dalam mengelola dan melaksanakan satuan pendidikannya dalam kerangka menuju keunggulan serta meningkatkan mutu akademik.”
Kedua,
Buku yang ditulis oleh Dr. Muhaimin, M.A yang beijudul Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, menyatakan ’’Dalam konteks otonomi daerah, saat ini sedang dikembangkan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, yakni, “pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan madrasah
(stakeholders) secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu madrasah dalam kerangka kebijakan Pendidikan Nasional.”
Ketiga,
buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag
6
hingga Metode Kritik, menyatakan “Tantangan yang mendasar bagi pendidikan islam saat ini adalah mencari system pendidikan alternative sebagai sintesis dari berbagai system pendidikan islam yang pemah ada. Dengan demikian, Identitas, Karakter dan Kemandirian Sistem Pendidikan Islam tersebut menjadi jelas”.
Keempat,
buku yang ditulis oleh Jasa Ungguh Mulia yang beijudul Pendidikan Islam Integratif, Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, menyatakan “Perencanaan desentralisasi manajemen Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu system pengelolaan manajemen dalam Pendidikan yang dilakukan oleh masing- masing Lembaga Pendidikan, system manajemen berbasis desentralisasi bersifat parsial dalam arti manajemen “otonom”
2. Kerangka Teori
1) Tinjauan Tentang Peran Lembaga Pendidikan Ma’arif Pendidikan merupakan ranah yang strategis untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat. Untuk mencapai hal itu, salah satunya diperlukan pembentukan pandangan hidup masyarakat yang dapat mengarahkannya menjadi bangsa yang bermartabat.
Lembaga pendidikan adalah salah satu media penting yang dapat membentuk bagaimana corak pandangan hidup seseorang atau masyarakat, apakah pandangan hidup mereka hanya untuk kepentingan di dunia saja atau untuk keduanya. Selain itu, lembaga pendidikan
7
hidup dan memiliki semangat mengembangkan ilmu dan teknologi guna membangun bangsanya.8 Lembaga Pendidikan Islam walaupun mempunyai tujuan khusus akan tetapi pendidikan yang dilaksanakannya hams merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional dal am artian bahwa pendidikan pada Lembaga Pendidikan Islam harus dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan Pendidikan Nasional9. Karena sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia khususnya dari awal sampai akhir proses menamatkan anak didik telah diatur oleh pusat sebagai pemegang kebijakan, maka perlu adanya restrukturisasi ataupun reformasi dalam dunia pendidikan.
Tantangan yang dihadapi Oleh Lembaga Pendidikan Islam pada era globalisasi ialah bagaimana mempersiapkan peserta didik, pengajar, fasilitas dan kurikulum silabi untuk dapat mengantisipasi beberapa hal, yaitu mengadaptasi dan mengelola pembahan, menumbuhkan tradisi mengembangkan kemampuan diri, dan mengembangkan kreatifitas Lembaga Pendidikan sebagai “ learning
organisation and creative center
“.10 8 Dr. Hasbi Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta, Ridamulia, 2005.
8 2) Penguatan Kemandirian Pendidikan Islam.
Berkaitan dengan semakin meningkatnya tuntutan kualitas pendidikan, maka pemaknaan pendidikan tidak cukup hanya meletakkanya dalam pengertian sekolah, tetapi daripada itu lagi, tuntutan kualitas tidak memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan pendidikan formal saja, tetapi mesti serentak dan bersamaan dengan perlunya kebersamaan antara pendidikan formal, informal maupun non formal. Karenanya memberdayakan semua komponen pendidikan yang terlibat dalam proses penyelenggaraan pendidikan ini serta mengatumya menjadi satu kesatuan adalah merupakan suatu upaya untuk lebih memberdayakan pendidikan."
Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah menuntut adanya kemandirian dalam penyelenggaraan satuan pendidikan islam , yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta komponen operasional sekolah. Adapun Komponen-komponen Madrasah yang harus dituntut untuk mampu berdiri dalam keadaan mandiri dalam menguatkan penyelenggaraan pendidikan sehingga Lembaga Pendidikan tersebut dipandang mampu untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan diantaranya adalah:
1. Kemandirian Pengelolaan dan Pengorganisasian (Managemen)1
1
12
2. Kemandirian kurikulum13
11 Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay,
Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
9
3. Kemandirian keuangan dan pendanaan1
3
14
4. Kemandirian Sarana dan Prasarana15
5. Kemandirian hubungan Masyarakat16 Dalam kaitan ini, tentunya setiap penyelenggaraan satuan pendidikan termasuk satuan pendidikan Islam dituntut untuk mampu mengelola satuan pendidikan tersebut secara professional, sehingga dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat menjamin peningkatan mutu pendidikan. Semua ini menuntut adanya penyiapan dan peningkatan sumber daya manusia dalam mengelola hal tersebut. Untuk itu dalam setiap pengelolaan satuan pendidikan islam harus menjalin keija sama yang baik, dan melibatkan secara langsung dalam kemitraan antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan pengusaha.
6. FOKUS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, permasalahan yang penulis tekankan adalah mengenai Peran Lembaga Ma’arif dalam Penguatan Kemandirian Pendidikan Islam di Kota Salatiga melalui peran, fungsi serta usaha- usaha yang dilakukan dalam menguatkan kemandirian pendidikan islam di kota Salatiga
13Departemen Agama Diijen Kelembagaan Agama Islam, Pedomcm Managemen
10
7. METODE PENELITIAN
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yakni suatu penelitian yang bertujuan menangani studi yang
mendalaxn mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang teroganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut17.
2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Yang dimaksud deskriptif disini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Sedangkan penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitamya.18 Penelitian kualitaif bukanlah mencari “kebenaran” mutlak.
Penelitian kualitatif mengalami adanya diluar dirinya. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar dan alamiah karena pada
11
dasamya istilah penelitian alamiah lebih menekankan “kealamiahan” sumber data.19
3. Metode Penentuan Subyek Menurut Lexy J Moloeng, subyek penelitian atau biasa yang disebut dengan informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.20
Dalam penelitian ini ditentukan informan penelitian secara purposive {purposive sampling) dengan cara jemput bola (snow ball) yaitu dengan menelusuri terns data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.21
Adapun informan (sumber informasi) dalam penelitian ini, peneliti bedakan menjadi: a. Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif.
b. Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif Ranting Kelurahan Kota Salatiga.
c. Warga Sekolah MI, MTs NU, SMK Diponegoro yang berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif kota Salatiga.
Informan tersebut dimungkinkan masih akan terns bertambah sesuai kebutuhan data penelitian.
19 Lexy J Moleong,
Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1997,
12
4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu: a. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan penyelenggaraan pendidikan islam oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif kota Salatiga.
b. Metode Wawancara Metode Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau respondent2
Sedang menurut Lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer yang mengajukan pertanyaan dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.23 Adapun teknik interview yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin. Metode wawancara ini, penulis gunakan sebagai metode primer dalam pengambilan data. Interview ini diajukan kepada pihak- pihak yang dianggap tahu tentang situasi dan kondisi pelaksanaan
13
usaha-usaha yang dilakukan Lembaga Pendidikan Ma’arif dalam penguatan kemandirian pendidikan islam di kota salatiga.
Dalam hal ini penulis mengambil informan sebagai pihak yang bisa diwawancarai adalah:
Pertama,
Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif kota Salatiga yakni mengenai data tentang kelembagaan Lembaga Pendidikan Ma’arif kota Salatiga.
Kedua,
Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif Ranting kelurahan Kota Salatiga, informan ini diambil dari Pengurus Ranting Kelurahan Lembaga Pendidikan Ma’arif di Salatiga. Informan dianggap sebagai orang yang lebih tahu tentang pelaksanaan usaha- usaha yang dilakukan untuk penguatan kemandirian pendidikan islam di kota salatiga. Di tambah pengelola lain yang dianggap perlu diwawancarai guna perkelengkapan data serta mengevaluasi kevalidan data.
Ketiga,
Warga Sekolah MI, MTs NU, SMK Diponegoro yang merupakan madrasah pendidikan islam yang berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif di kota Salatiga.
c. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, foto, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
14
organisasi Lembaga Pendidikan Ma’arif, yang berkaitan dengan proses berdirinya serta mengenai gambaran umum madrasah / sekolah yang berada di bawah naungan lembaga Pendidikan Ma’arif.
5. Metode Analisis Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang lengkap, tepat dan benar, maka diperlukan metode yang valid didalam menganalisis data.
Adapun analisis data yang digunakan adalah analisa data kualitatif, dengan langkah-langkah: a. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari lapangan yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukur. Kalau alat pengambilan data cukup reliabel dan valid, maka datanya juga cukup reliabel dan valid.24
b. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.25 Reduksi data di sini bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisa tapi merupakan bagian dari analisa.
24 Sumardi Suryabrata,
Metode Penelitian, Jakarta, Raja Grasindo Persada, 1995,
15
c. Penyajian Data Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.26
d. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Penarikan kesimpulan dalam pandangan ini hanyalah sebagian dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisa selama menulis dan merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dan mungkin begitu seksama dan akan memakan tenaga dengan peninjauan kembali itu.27
Dari keempat komponen analisa diatas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus menerus selama penelitian dilakukan.
Adapun teknik analisisnya meliputi:
a) Deduktif Merupakan cara berpikir yang menggunakan prinsip apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis itu.28
16
b) Induktif Merupakan teknik berpikir yang berangkat dari fakta- fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus / konkrit tersebut di tarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.29 Dalam proses generalisasi, hal-hal atau peristiwa khusus dijadikan dasar generalisasi masih dianggap benar. Artinya, jika suatu generalisasi dikenakan pada peristiwa-peristiwa khusus dimana generalisasi itu diambil, maka harus ada kecocokan hakekat.
c) Deskriptif Yaitu rancangan organisasional yang dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.30
Proses pendeskripsian atau menggambarkan kenyataan yang ada, baru akan dilakukan jika data yang dibutuhkan telah terkumpul dan dapat digunakan sebagai bahan cerita atau paparan yang sesungguhnya dari data lapangan yang ada.
6. Teknik Validasi Data Dalam upaya untuk mengusahakan agar penelitian ini dapat dipercaya maka penulis menggunakan trianggulasi. Trianggulasi merupakan proses untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data
17
dengan cara membandlngkan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan dan dengan metode yang berlainan. Modus trianggulasi yaitu : menggunakan sumber ganda, menggunakan metode ganda, menggunakan peneliti ganda dan
- •3 i menggunakan teori yang berbeda-beda.
8. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk dapat memberikan gambaran awal dari skripsi ini perlu penulis paparkan mengenai sistematika penulisan :
B A B I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah C.
Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan E.
Kajian Pustaka
F. Fokus Penulisan G.
Metode Penulisan
H. Sistematika Penulisan
BAB II KERANGKA TEORITIK A. PROFIL LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF
1. Pengertian Lembaga Pendidikan Ma’arif
2. Sejarah Lembaga Pendidikan Ma’arif
18 Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Ma’arif 3.
4. Fungsi Lembaga Pendidikan Ma’arif
5. Eksistensi Lembaga Pendidikan Ma’arif
B. PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Kemandirian Pendidikan Islam
2. Indikator Kemandirian Pendidikan Islam
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Pendidikan Islam
4. Maksud dan Tujuan Kemandirian Pendidikan Islam
5. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mencapai Kemandirian Pendidikan Islam
C. PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF KOTA SALATIGA
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga
2. Perkembangan Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga
3. Profil Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif
19 BAB IV
4. Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga
5. Program Kerja Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga
B. KEMANDIRIAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF KOTA SALATIGA
1. Kemandirian Manajemen
2. Kemandirian Kurikulum
3. Kemandirian Keuangan 4.
Kemandirian Sarana dan Prasarana 5. Kemandirian Hubungan Masyarakat
ANALISIS DATA
A. ANALISIS PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM DI KOTA SALATIGA
1. Keunggulan lembaga pendidikan ma’arif dalam pendidikan islam
2. Kelemahan lembaga pendidikan ma’arif dalam pendidikan islam
20 B UPAYA-UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF
DALAM PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN
ISLAM DI KOTA SALATIGA
1. Penguatan Kelembagaan
2. Penguatan Sumber Daya Manusia
3. Penguatan Mutu Madrasah
BAB
V PENUTUP
A. KESUMPULAN
B. SARAN
21 BAB II KERANGKA TEORITIK
A. PROFIL LEMBAGA PENDIDIKAN M A’ARIF
1. Pengertian Lembaga Pendidikan M a’arif
Lembaga Pendidikan Ma’arif merupakan Lembaga penanggungj awab pelaksanaan kebijakan pendidikan Nahdlotul Ulama’ dan berwenang menetapkan tata kerja yang berisi ketentuan- ketentuan umum dan petunjuk operasional yang harus direalisasikan bersama-sama dengan lembaga penyelenggara dan pengelola.1 Yang dimaksud lembaga penyelenggara disini adalah lembaga, lajnah dan badan otonom di lingkungan NU, Yayasan, Perkumpulan atau lembaga-lembaga lainnya yang membawahi unit-unit atau satuan pendidikan. Sedangkan pengelola adalah pihak pelaksana yang tergabung dalam manajemen unit-unit pendidikan (seperti TK/RA, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA, PT)
2. Sejarah Lembaga Pendidikan M a’arif
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) merupakan salah satu aparat departementasi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Didirikannya lembaga ini di NU 1
22
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU. Bagi NU, pendidikan menjadi pilar utama yang harus ditegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri. Gagasan dan gerakan pendidikan ini telah dimulai sejak perintisan pendirian NU di Indonesia. Dimulai dari gerakan ekonomi kerakyatan melalui Nadlatut Tujjar (1918), disusul dengan Tashwirul Afkar (1922) sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, hingga Nahdlatul Wathan (1924) yang merupakan gerakan politik di bidang pendidikan, maka ditemukanlah tiga pilar penting bagi Nadhlatul Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1334 H, yaitu: (1) wawasan ekonomi kerakyatan; (2) wawasan keilmuan, sosial, budaya; dan (3) wawasan kebangsaan.2
Untuk merealisasikan pilar-pilar tersebut ke dalam kehidupan bangsa Indonesia, NU secara aktif melibatkan diri dalam gerakan- gerakan sosial-keagamaan untuk memberdayakan umat. Di sini dirasakan pentingnya membuat lini organisasi yang efektif dan mampu merepresentasikan cita-cita NU; dan lahirlah lembaga-lembaga dan lajnah seperti Lembaga Dakwah, Lembaga Pendidikan Ma'arif, Lembaga Sosial Mabarrot, Lembaga Pengembangan Pertanian, dan lain sebagainya, yang berfungsi menjalankan program-program NU di semua lini dan sendi kehidupan masyarakat. Gerakan pemberdayaan
23
umat di bidang pendidikan yang sejak semula menjadi perhatian para ulama pendiri ( the founding fathers) NU kemudian dijalankan melalui lembaga yang bemama Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU). Lembaga ini bersama-sama dengan jam'iyah NU secara keseluruhan melakukan strategi-strategi yang dianggap mampu meng- cover program-program pendidikan yang dicita-citakan NU.
3. Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Ma’arif Visi
- Dengan mengambangkan sistem pendidikan dan terus berupaya mewujudkan pendidikan yang mandiri dan membudayakan
(civilitize), LP Ma'arif NU akan menjadi pusat pengembangan
pendidikan bagi masyarakat, baik melalui sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun pendidikan masyarakat.
- Merepresentasikan perjuangan pendidikan NU yang meliputi seluruh aspeknya, kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
- Menciptakan komunitas intitusional yang mampu menjadi agent of educational reformation dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan masyarakat beradab3.
24 Misi
- Menciptakan tradisi pendidikan melalui pemberdayaan manajemen pendidikan yang demokratis, efektif dan efisien, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal
- Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, terutama pada masyarakat akar rumput ( grass root ), sehingga teijalin sinegri antar kelompok masyarakat dalam memajukan tingkat pendidikan
- Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kualitas tenaga kependidikan, baik kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi melalui penyetaraan dan pelatihan serta penempatan yang proporsional, dengan dukungan moral dan material.
- Mengembangkan system informasi lembaga pendidikan sebagai wahana penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyebarluasan gagasan, pengalaman dan hasil-hasil kajian maupun penelitian di bidang ilmu, sains dan teknologi lewat berbagai media.
- Memperkuat jaringan kerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga/institusi masyarakat dan swasta untuk pemberdayaan lembaga pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan
25
maupuh subyek-subyek yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam proses-proses pendidikan.4
4. Fungsi Lembaga Pendidikan M a’arif
Lembaga Pendidikan Ma;arif sebagai lembaga aparat departementasi yang bertanggung jawab untuk menaungi unit-unit atau satuan pendidikan yang ada dibawahnya memiliki beberapa fungsi, diantaranya: a) Membantu masyarakat dalam usaha melaksanakan program pembangunan di bidang pendidikan, kebudayaan dan agama.
b) Membantu masyarakat dalam upaya pemerataan dan pelayanan pendidikan.
c) Memberikan bimbingan, pembinaan dan pelayanan dalam pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang mengembangkan upaya penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan ajaran
Ahlussurmah Waljama'ah
d) Sebagai wadah kegiatan dan wahana pengembangan ilmu dan teknologi serta keterampilan yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan Negara.5
26
5. Eksistensi Lembaga Pendidikan M a’arif Dalam Pendidikan Islam
Eksistensi Lembaga Pendidikan di Indonesia telah cukup tua, seiring dengan keberadaan para penyebar agama islam6. Keberadaan Lembaga Pendidikan Islam baik yang berbentuk pesantren, madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi baik secara terpisah maupun secara bersama-sama dalam satu kompleks masih jauh dari apa yang diharapkan umatnya.7 8 Bahkan secara kualitatif, Lembaga-lembaga pendidikan yang sekarang ini muncul serta dinilai “terkemuka”
(outstanding) masih jauh dari ideal. Karena, memang dalam bahasa pengembangan pendidikan berlaku adagium “start from the beginning o
ti the end, and end fo r the beginning. ”
Untuk memenuhi tuntutan yang semakin tinggi, seringkali para pengelola Lembaga Pendidikan Islam tidak memiliki cukup kemampuan, baik kemampuan yang menyangkut sumber daya manusia maupun kemampuan finansialnya. Dalam kondisi demikian itu, kualitas dan eksistensi Lembaga Pendidikan Islam sangat terancam
Lembaga Pendidikan Ma’arif menyadari bahwa pendidikan merupakan sector kunci bagi perbaikan kualitas sumber daya manusia bangsa kita, sekaligus tonggak penentu yang amat menentukan arah
6 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Barn Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, Erlangga, Yogyakarta, 2007. him. 43 7 A. Malik Fadjar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, LP3NI, Jakarta, 1998. him. 104 dalam Mujamil Qomar,
Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan
27
perubahan dan regenerasi dimasa-masa mendatang9. Untuk tujuan tersebut, Lembaga Pendidikan Ma’arif secara terns menerus melakukan program pendidikan dengan mencari titik lemah yang dirasakan bersama selama ini, kemudian membuat langkah-langkah yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi menjadi lebih baik lagi.
Di bidang structural organisasional, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU telah sejak lama berperan cukup besar dalam Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) yang merupakan perkumpulan organisasi Pendidikan swasta.10 * BMPS merupakan organisasi pendidikan yang bersifat nasional, yang demikian sesuai dengan model organisasi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. baik ditingkat pusat maupun daerah LP Ma’arif NU mempunyai andil yang cukup besar dalam program keija sama BMPS.
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU juga terus melakukan perubahan baik dalam bidang tata kerja maupun kepengurusan dengan maksud penyempumaan dan penyesuaian terhadap situasi yang berkembang yang semata-mata bersifat rekonstruktif dalam rangka membangun kesesuaian dengan tuntutan-tuntutan perkembangan dan mencari upaya solutif terhadap masalah yang sedang dihadapi.11
28 B. PENGUATAN KEMANDIRIAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Kemandirian Pendidikan Islam
Kemandirian merupakan unsur kebebasan dari belenggu pihak lain, kemampuan untuk menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinan yang teijadi dan akan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan orang lain.12
Mengadopsi rumusan pengertian pendidikan yang ditetapkan dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2007, dengan mengintemalisasikan nilai-nilai islami didalamnya, pengertian Kemandirian Pendidikan Islam adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
Islami, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.13
Rumusan ini menekankan pada kemandirian Peserta Didik untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan nilai-nilai Islam, melalui suasana belajar dan proses pembelajaran yang harmonis, demokratis dan dialogis, agar memiliki keimanan,
12 M.Chabib Thoha,
Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar,
29
keilmuan dan keterampilan seingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat14
2. Indikator Kemandirian Pendidikan Islam
Madrasah mandiri merupakan cita-cita ideal setiap Lembaga Pendidikan Islam, namun kemandirian hampir sulit dimulai jika tidak didukung oleh keterampilan seluruh komponen madrasah.
Ditetapkannya UU Sisdiknas no 20 pada pasal 46 ayat 1 membawa implikasi terhadap pendidikan Islam yang menuntut adanya kemandirian dalam penyelenggaraan satuan pendidikan Islam. Namun demikian tidak menjadi masalah asal pemerataan, mutu dan relevansi pendidikan, serta manajemen pendidikan lebih ditingkatkan, sehingga dapat mengantarkan anak didik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.