PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMK BAKTI PURWOKERTO - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS)

  1. Pengertian IMS Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.

  Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan mulut. (Zakaria 2012).

  Menurut Depkes RI (2007) Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melaui, vagina, oral, maupun anal.

  2. Tanda dan gejala IMS Menurut Handoyo (2010) gejala infeksi menular seksual dibedakan menjadi: a. Perempuan

  Luka dengan atau tanpa sakit disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin. 1) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau, atau berlendir.

  2) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination.

  3) Perubahan warna kulit yaitu terutama dibagian telapak tangan atau kaki, perubahan bisa menyabar keseluruh bagian tubuh.

  4) Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tumbuh tonjolan seperti jengger ayam seperti alat kelamin.

  5) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang muncul dan hilang yang tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistem reproduksi, termasuk tuba falopi dan ovarium).

  6) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin atau antara kaki.

  b. Laki-laki 1) Luka dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin, anus mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka sangat sakit disekitar alat kelamin. 2) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.

  3) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination.

  4) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit dikantong zakar.

3. Jenis IMS berdasarkan kuman penyebab

  Menurut Depkes RI (2007) Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) berdasarkan penyebab antara lain:

  1. Infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri:

  a. Gonorhoe 1) Penyebab : Neisseria gonorhoe 2) Masa inkubasi : Selama 2-10 hari 3) Gejala : Infeksi yang menyerang pada selaput lendir ureta pada laki-laki serta leher rahim dan uretra pada wanita.

  Pada laki-laki berupa rasa gatal dan panas pada saat BAK, keluar cairan atau nanah kental berwarna kuning kehijauan serta spontan dari uretra ujung penis tampak merah, bengkak dan menonjol keluar. Pada perempuan sebagian besar tidak menimbulkan keluhan atau keluar cairan keputihan berwaarna kuning kehijauan dan kental, kadang-kadang disertai rasa nyeri saat BAK. 4) Komplikasi

  Yang sering terjadi pada laki-laki adalah pada testis atau buah zakar, saluran sperma sehingga bisa menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi penjalaran infeksi kerahim dam saluran telur sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Bila mengenai ibu hamil dapat menularkan ke bayi saat melahirkan sehingga menyebabkan infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan (Depkes RI, 2007).

  b. Sifilis (Raja Singa)

  Menurut Ardiyantoro dan Kumalasan (2010), sifilis disebut juga raja singa, Mai de Naples, morbus gallicus, lues venerea.

  1) Penyebab : Troponema pallidum 2) Macam sifilis :

  a) Sifilis stadium I (sifilis primer) Sifilis ini timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk, ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah kemudian menjadi lika atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki biasanya pada alat kelamin sedangkan pada wanita selain pada alat kelamin luar bisa juga pada vagina maupun leher rahim. Tempat lain yang bisa terkena adalah pada bibir, lidah, sekitar dubur.

  b) Stadium II (sifilis sekunder) Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan. Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the grea imitator of the skin deseases karena mempunyai tanda dan gejala menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak –bercak merah, benjolan kecil-kecil seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.

  c) Stadium HI (sifilis tersier) Umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Diandai dengan dua macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada kulit,selaput lendir, tulang sendi dan adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh darah dan syaraf.

  3) Komplikasi Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010) komplikasi sifilis yaitu: a. Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung jika tidak diobati.

  b. Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan keguguran atau lahir cacat.

  c. Memudahkan penularan HIV.

  c. Ulkus molle Disebabkan oleh infeksi bakteri hameophillusducreyi yang menular karena hubungan seksual.

  1) Gejala

  a. Luka-luka dan nyeri tanpa radang jelas

  b. Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit 2) Komplikasi: a. Luka dan infeksi hingga mematikan jaringan disekitarnya.

  b. Tertular HIV

  d. Granuloma inguinale

  1. Penyebab Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil dibagian kemaluan akan menyebar lama-kelamaan membentuk sebuah masa granulomatus

  (benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat organ-organ kemaluan.

  2. Gejala Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai dengan adanya plenting kecil yang akan pecah dalam waktu singkat kemudian menjadi luka, tidak nyeri dan sembuh sendiri pada waktu singkat. Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut sembuh akan timbul pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras, berbentk seperti sosis.

  3. Komplikasi Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyababkan pembengkakan pada penis dan scrotum (elefanitasi scrotum) sedang pada wanita menyebabkan pembengkakan bibir kemaluan (elephantiasis labiae/esthiomene).

  2. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus

  a. Herpes Genetalis Menurut Adhiyantoro dan Kumalasari (2010), herpes genetalis disebabkan virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan masa inkubasi antara

  4-7 hari setelah virus berada dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tepat masuknya virus. Bagian tubuh yang paling banyak terinfeksi adalah kepala penis dan preputium (bagian yang disunat) serta bagian luar alat kelamin, vagina dan serviks.

  1. Gejala: 1) Bintil-bintil berkelompok seperti anggur berair dan nyeri pada kemaluan, kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang dengan sendirinya. 2) Dapat muncul lagi seperti gejala awal biasanya hilang timbul, kambuh apbila ada faktor pencetus, misalnya karena stres, menstruasi, makan/minum beralkohol, hubungan seks berlebihan, dan menetap seumur hidup.

  3) Membesarnya kelenjar getah bening diselangkangan. 4) Susah buang air kecil.

  2. Komplikasi: 1) Rasa nyeri berasal dari syaraf 2) Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat, bayi, lahir mati.

  3) Radang tenggorokan (faringitis) 4) Infeksi selaput otak (meningitis) 5) Tertular HIV 6) Kanker leher rahim

  b. Kondiloma akuiminata 1) Penyebab

  Kondiloma akuiminata disebabkan oleh virus human papilloma tipe 6 dan 11 dengan masa inkubasi 2-3 bulan setelah kumanmasuk kedalam tubuh.

  2) Gejala Gejala yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil (lesi) didaerah kemaulan dan lesi ini dapat membesar.

  Menurut Depkes RI (2007) gejala pada wanita hamil dapat membesar sampai dubur dan mirip jengger ayam atau bunga kol. Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan sluran BAK bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari tidak biasanya laki-laki baru menyadari setelah dia menulari pasangannya.

  3) Komplikasi : Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondoloma akuminata yaitu kanker leher rahim atau kanker kulit disekitar kulit kelamin.

  3. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur yaitu:

  a. Kandidiasis 1) Penyebab

  Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur candidia albican yang pada umumnya terdapat di susu dan vagina.

  2) Gejala Gejalanya berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa gatal dan iritasi didaerah bibir kemaluan dan berbau khas. Menurut

  Depkes RI (2007) gejala kandidiasis yaitu : pada keadaan normal jamur ini terdapat dikulit maupun didalam kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa hingga menimbulkan keputihan. Gejalanya berupa keputihan berwarna seperti susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya.

  4. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan parasit

  a. Trikomonas vaginalis Trikomonas adalah infeksi saluran urogenetalia yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh tricomonas vaginalis

  1) Penyebab Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela dengan masa inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar 4-28 hari.

  2) Gejala Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomonas sebanyak 12%, disuria dengan pruritusedema vulva, perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks.

4. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja

  Menurut Depkes RI (2007), dampak infeksi menular seksual bagi remaja perempuan dan laki-laki yaitu: a. Infeksi alat reproduksi akan menurut kualitas ovulasi sehingga akan mengganggu siklus dan banyaknya haid serta menurunkan kesuburan.

  b. Peradangan alat reproduksi keorgan yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan diluar rahim.

  c. Melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan pendengaran, kelainan jantung dan cacat lainnya.

  Menurut Depkes RI (2007), secara psikologis dan fisik dampak infeksi menular seksual (IMS) bagi remaja, sebagai berikut: a. Dampak secara psikologis

  1. Rendah diri

  2. Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan dosis tidak tepat yang justru akan memperberat penyakitnya disamping terjadi resistensi obat.

  3. Gangguan hubungan seksual setelah menikah karena takut tertular lagi atau takut menularkan penyakit pada pasangannya.

  b. Dampak secara fisik

  1. Bekas bisul atau nanah didaerah alat kelamin dapat mengganggu kualitas hubungan seksual dikemudian hari karena menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman waktu berhubungan seks.

  2. Nyeri waktu BAK (disuria) karena peradangan mengenai saluran kemih.

  3. Gejala neurologi/ganguan syaraf (stadium lanjut sifilis)

  4. Lebih mudah terinfeksi HIV

  5. Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan gangguan produksi sperma.

B. Pengetahuan ( Knowledge)

1. Pengertian

  Pengetahuan merupakan hasil “ tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo 2010).

2. Tingkat pengetahua

  Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu: a. Tahu (Know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

  b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagaisuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjalaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c. Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya, aplikasi ini dapat sebagai apikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatau struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokan dan sebagainya.

  e. Sintesa (Syntesis) Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baik dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusannya yang telah ada.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan,yaitu: a. Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini , sampaigagal pula, maka di coba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat di pecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and eror (gagal atau salah) atau metode coba-salah coba-coba.

  b. Cara Kekuasan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang di lakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang di lakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut di peroleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahlu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakan adalah brenar.

  c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung magsud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

  d. Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berfikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

  e. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,logis, dan ilmiah. Cara ini di sebut “ metode penelitian ilmiah” atau lebih popular di sebut metodologi penelitian (research methodolology).

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

  Menurut erfandi (2009), ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang,yaitu: a. Pendidikan

  Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak di peroleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperolah pada pendidikan non formal.

  b. Media masa atau informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediateimpact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk medua masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya media masa membawa pula pesan-pesan yang berisis sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

  c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan, status ekonomi seseorang juga akan menentukan terjadinya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

  e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembang memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman bekerja selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar serta ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

  f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tanggkap dan pola pikir seseorang.

  Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaika diri menuju usia tua, selain itu orang usia muda lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pda usia ini.

  5. Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik : hasil presentase 76% - 100%

  b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%

  c. Kurang : hasil presentase < 56%

  6. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.

  Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.

  Menurut Arikunto (2006) pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuisioner atau angket yang menayakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

  Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat juga disesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan scoring.

C. Sikap (Attitude)

1. Pengertian

  Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Mubarak, 2011).

  Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011).

  Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

  Notoatmodjo (2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:

  Rangka Reaksi tingkah Proses stimulus laku (terbuka) stimulus

  Sikap tertutup

Gambar 2.1 Skema proses terjadinya sikap dan reaksi tingkahlaku

  Sikap tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seorang akan suatu hal yang terbarukan. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Batas et all (2013) dalam penelitianya mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang Infeksi Menular Seksual didapat hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku.

2. Komponen sikap

  Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010) : a. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.

  b. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek c. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component), adalah komponen yang berhubungn dengan kecenderungan bertindak.

  3. Tingkat sikap Menurut Notoatmodjo, (2007) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu:

  a. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  b. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

  c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.

  d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek.

  Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).

  4. Faktor yang mempengaruhi sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2011) :

  a. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.

  b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita pada sesuatu.

  c. Pengaruh kebudayaan Hal ini berhubungan dengan budaya dan norma. Kebudayaan akan mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman individu individu pada kelompok masyarakatnya.

  d. Media massa Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan- pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

  Dengan adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

  e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Pengukuran Sikap

  Salah satu aspek yang paling penting guna memahami sikap dan perilaku adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measuresment) sikap. Azwar (2011) menunjukan beberapa karakteristik sikap yaitu:

  a. Sikap mempunyai arah, sikap terpilah menjadi dua arah kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai subyek. Orang yang setuju, mendukung dan memihak terhadap suatu obyek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif dan sebaliknya.

  b. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahmya mungkin tidak berbeda.

  c. Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.

  d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian anatara pernyataan sikap yang di kemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap termaksud.

  Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

  Beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang (Azwar, 2011).

  a. Observasi perilaku Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu dapat dengan mempehatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu. Perilaku yang kita amati dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati- hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang di tampakan oleh sesorang.

  b. Penanyaan Langsung Sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung (direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan yang kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuaka apa yang dia rasakan. Cara pengukuran ini mempunyai keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid hanya apabila apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.

  c. Pengungkapan Langsung Suatu versi pengungkapan langsung (direct assessement) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal dengan menggunakan aitem ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan sistem tunggal sangat sederhana. Responden meminta menjawab langsung pertanyaan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

  Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan lebih jujur bila dia tidak menuliskan nama dan identitasnya. Variasi bentuk pengungkapan dengan aitem tunggal adalah menggunakan kata sikap ekstrim pada suatu kontinum sepuluh titik suka sampai benci.

  Problem utama dalam aitem tunggal adalah masalah relaibilitas hasilnya. Aitem tunggal terlalu terbuka terhadap sumber error pengukuran. Error yang terjadi dapat berkaitan dengan masalah kalimat atau redaksional pertanyaannya yang mungkin kurang jelas, mungkin dipahami secara salah, mungkin menggunakan istilah teknis yang mempunyai arti khusus dan mungkin pula mengandung istilah yang sensitive sehingga jawaban yang diinginkan oleh individu tidak menggambarkan jawaban yang seharusnya.

  Salah satu pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem ganda adalah teknik deferensi semantik. Teknik defernsi semantik dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu obyek tertentu.

  d. Skala sikap Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut dengan skala sikap. Skala sikap berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu obyek sikap.

  Dari respon subyek pada setiap pertanyaan ini kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkap mengenai keluasan serta konsistensi sikap. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pertanyaan dapat berupa pertanyaan langsung yang jelas tujuan ukurannya tetapi dapat pula berupa pertanyaan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurannya bagi responden.

  Proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan terhadap berbagai kemungkinan error dikarenakan sikap itu sendiri merupakan suatu kontrak hipotetik atau konsep psikologis yang tidak mudah dirumuskan secara operasional. Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan error pengukuran, skala sikap harus dirancang secara hati-hati dengan sunggu- ungguh dan ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan skala yang berlaku.

  e. Pengukuran terselubung Metode pengukuran terselabung sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang sudah dikemukakan diatas, akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang yang bersangkutan.

  Cara mengukur sikap, maka digunakan:

  a. Pernyataan positif (favorable) 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak setuju b. Pernyataan negative (unfavorable) 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak setuju (Hidayat, 2007).

6. Metode pendidikan kesehatan untuk merubah pengetahuan dan sikap

  Menurut Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) metode pendidikan kesehatan untuk merubah pengetahuan dan sikap adalah: a. Pengetahuan

  1) Ceramah 2) Kuliah 3) Presentasi 4) Karya wisata 5) Curah pendapat 6) Seminar 7) Studi kasus 8) Tugas baca 9) Simposium 10) Panel 11) Konferensi

  b. Sikap 1) Diskusi Kelompok 2) Tanya Jawab 3) Role Playing

  4) Pemutaran Film 5) Vidio 6) Tape Recorder 7) Simulasi

D. Remaja

  1. Pengertian Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis.

  Perubahan fisik yang tampak lebih jelas tubuh berkembang pesat mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi (Agustiani, 2006).

  Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall dalam Santrock (2003) usia remaja berada pada rentang 12 -23 tahun. Berdasarkan batasan – batasan yang di berikan para ahli, bisa di lihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.

  2. Klasifikasi Remaja Masa remaja dapat dikelompokkan menjadi :

  a. Masa Praremaja (Remaja awal) Dikatakan remaja awal adalah 12-15 tahun. Masa ini berlangsung hanya dalam waktu singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga sering kali disebut dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. b. Masa Remaja (Remaja Madya) Dikatakan remaja madya adalah 16-18 tahun. Pada masa ini mulai tumbuh dalam arti remaja dorongan untuk hidup kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami, dan menolongnya, teman yang turut merasakan suka dukanya. Pada masa ini, sebagai masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang dapat bernilai, pantas dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini masa merindu dan ini merupakan gejala remaja.

  c. Masa Remaja Akhir Dikatakan remaja akhir adalah 19-22 tahun, Masa ini merupakan masa menemukan pendirian hidup dan selanjutnya masuk kedalam masa dewasa.

  (Yusuf, 2007).

  Menurut Wiknjosastro (2005), berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melewati tahapan berikut:

  1. Masa remaja awal umur 11-13 tahun Remaja awal dimulai kurang lebih antara usia 11 sampai 13 tahun.

  Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencangkup semua perubahan pubertas (Santrock, 2003).

  2. Masa remaja pertengahan umur 14-16 tahun Minat pada karir, berpacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam masa remaja akhir (Santrock, 2003). Terdapat pergerakan pasti menjauh dari keluarga, hubungan seusia (Peer group) mendominasi di atas keluarga (Wiknjosastro, 2005).

  3. Masa remaja lanjut umur 17-20 tahun Remaja akhir merupakan fase kematangan secara fisik.

  Kebanyakan remaja akhir mencapai body image yang stabil. Remaja akhir menjadi seseorang yang mandiri penuh sebagai warga negara yang produktif (Bobak, 2004).

  3. Tugas perkembangan remaja Menurut Robert Havigurst dalam Sarwono (2011) bahwa tugas perkembangan remaja yaitu : a. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif

  b. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin manapun c. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan)

  d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan dewasa lainnya e. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga f. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.

  4. Transisi masa remaja Dalam masa ini seseorang menghadapi beberapa transisi antara lain :

  a. Transisi dalam emosional Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti remaja sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya.

  b. Transisi dalam sosialisasi Pada masa remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis.

  Dalam hubungan dengan teman sebaya ini sering terjadi pengelompokan antara lain sahabat karib yang mempunyai minat dan kemampuan berimbang.

  c. Transisi dalam agama Sering kita lihat remaja kurang rajin melaksanakan ibadah, tidak seperti halnya pada waktu remaja masih kanak-kanak.

  d. Transisi dalam hubungan keluarga Bila dalam suatu keluarga terdapat anak remaja, biasanya sulit ditemukan adanya hubungan harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja biasanya banyak menentang orangtua.

  e. Transisi dalam moralitas Moersintowati (2002) menjelaskan bahwa pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak. Moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya, sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.

E. Teori keperawatan

  Teori keperawatan menurut Nola J. Pender

  a. Model Promosi Kesehatan (Health Promotion Model) Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dalam lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Health Promotion Model berasal dari penelitian tentang faktor persepsi kognitif dan faktor modifikasi tingkah laku yang mempengaruhi dan meramalkan tentang perilaku kesehatan. Model ini menggabungkan dua teori yaitu dari teori Nilai penghargaan (Expectancy-value) dan teori pembelajaran sosial (Social Cognitive Theory).

  b. Proposisi Model Promosi Kesehatan Empat belas pernyataan teoritis yang berasal dari model promosi kesehatan dalam praktek keperawatan Pender et al,(2002) da

  1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

  2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.

  3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.

  4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.

  5. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada perilaku kesehatan spesifik.

  6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif.

  7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.

  8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.

  9. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.

  10. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.

  11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.

  12. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan dimana seseorang mempunyai kontrol yang sedikit kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.

  13. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka pada perilaku yang diharapkan.

  14. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan.

  c. Hasil perilaku Hasil perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya secara langsung ditunjukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegritas dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.

F. KERANGKA TEORI

  5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

  6. Faktor emosional Pengetahuan dipengaruhi oleh

  Sikap dipengaruhi oleh

  1. Pengalaman pribadi

  2. Pengaruh orang lain

  3. Pengaruh kebudayaan

  4. Media masa

  • Biologis 
  • Sosio-kultural

  Sumber: Modifikasi Health Promotion Model (Pender et al, 2002), Zakaria (2012), Handoyo (2009), Depkes RI (2007), Erfandi (2009), Aswar (2011)

  1. Lingkunga

  2. Sosial budaya

Gambar 2.2 Kerangka Teori

  4. Media

  5. Pengalaman

  6. Umur Faktor Inter Personal Keluarga, teman sebaya, pelayanan kesehatan, norma- norma, dukungan sosial model Faktor Personal

  Psikologikal

  Infeksi Menular Seksual (IMS)

  1. Pengertian

  2. Tanda dan gejala

  3. Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) berdasarkan kuman penyebab

  4. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja

  Peningkatan pengetahuan dan sikap

  3. Pendidikan

  G. KERANGKA KONSEP Pre Perlakuan Post

  Peningkatan Pengetahuan dan Pendidikan kesehatan

  Pengetahuan dan sikap sikap Remaja H. (Metode ceramah)

  Remaja tentang Infeksi tentang Infeksi tentang Infeksi Menular Seksual

  Menular Seksual Menular Seksual

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

  H. HIPOTESIS Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Hipotesis merupakan prediksi hasil penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar variabel. Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka dapat ditetapkan hipotesis penelitian: Ha : Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang Infeksi Menular Seksual.

Dokumen yang terkait

GAYA HIDUP SEKSUAL “AYAM KAMPUS” DAN DAMPAKNYA TERHADAP RISIKO PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

0 2 19

GAYA HIDUP SEKSUAL “AYAM KAMPUS” DAN DAMPAKNYA TERHADAP RISIKO PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

0 18 19

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

0 1 105

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI PEER GROUP TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK JALANAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

0 0 18

PENGARUH PENDIDIK TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI TENTANG PENCEGAHAN KANKER SERVIK DI SMK BAKTI PURWOKERTO

0 0 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DALAM MENGHADAPI DISMINORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK SWAGAYA 1 PURWOKERTO

0 0 18

HALAMAN PERSETUJUAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN DI SMK BAKTI PURWOKERTO

0 0 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIKAP TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MEROKOK DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO”

0 0 18

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMK BAKTI PURWOKERTO

0 1 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMK BAKTI PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 9