BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN MENOPAUSE PADA NY.S P6A0 UMUR 55 TAHUN DI BPS NY. WIDIYATI BANJARNEGARA - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Definisi

  Kata “menopause” berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berarti ‘bulan’ dan peuseis artinya ‘penghentian sementara’ yang digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya, secara linguistik yang lebih tepat adalah ‘menocease’ yang berarti berhentinya masa menstruasi (Smart, Aqila. 2010; h. 17).

  Menopasue adalah keadaan perempuan yang mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang berakibat terhentinya haid untuk selamanya (DepKes RI, 2003, h; 33).

  Menopause adalah berhentinya mens secara permanen. Prefix men- diambil dari kata yunani men, yang mempunyai arti siklus menstruasi ; pause, kata Latin, memiliki arti berhentinya proses (Varney, 2003; h. 301 ).

  Menopause adalah tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti, dengan demikian tahun-tahun melahirkan anak pun terhenti (Nadine Suryoprajogo, 2009; h. 9).

  Menopause adalah berhentinya menstruasi yang terjadi pada usia antara 45 sampai 55 tahun (Burns, A.August. 2009; h. 55). Menopause adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium, yaitu antara 45-55 tahun (Arif

  Mansjoer, 2001; h. 391).

  Pada kesimpulannya menopause adalah berhentinya proses masa menstruasi pada usia 45-55 tahun yang disebabkan karena mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang.

  Pada menopause ada beberapa macam gangguan, yaitu :

  a. Menopause prematur 1) Berhentinya haid sebelum umur 40 tahun.

  2) Terdapat gejala premenopause hot flushes, kenaikan gonadotropin.

  b. Menopause terlambat 1) Berhentinya haid setelah umur 55 tahun 2) Terdapat gejala menopause (Manuaba, 2010; h. 548).

2. Etiologi

  Menurut Dita Andira (2010; h. 60) etiologinya, yaitu: Selama masa ketidakteraturan menstruasi tersebut folikel indung telur, yang mematangkan telur setiap bulan, mengalami kerusakan yang lebih cepat. Suatu zat yang dihasilkan oleh indung telur (inhibin) juga berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Follicle Stimulating

  Hormone).

  Kadar estrogren meningkat atau relatif stabil pada masa para menopasue. Kadar tersebut tidak akan berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum menstruasi terakhir, sebelum akhirnya kadar hormon menurun drastis. Pada masa ini estrogen yang lebih banyak dihasilkan dalam tubuh bukan lagi dari jenis estradiol, melainkan dari jenis estron. Selama masa para-menopause, terjadi perubahan hormonal pada tubuh wanita. Ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa.

  Dengan demikian, ovarium melepaskan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang lebih sedikit sehingga proses ovulasi berhenti.

  Hormon tersebut penting untuk mempertahankan kekuatan dan kesehatan tulang. Hormon-hormon juga dibutuhkan untuk menjaga kelenturan jaringan vagina dan saluran kencing. Estrogen dan progesteron juga penting untuk mempertahankan lapisan kolagen yang sehat pada kulit.

3. Patofisiologi

  Menurut Sarwono (2003; h. 1) patofisiologi, yaitu : Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generative ataupun endokrinologi dari ovarium. Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita, sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung pada usia wanita tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas wanita dan laki-laki pada usia 20-24 tahun adalah 100%. Pada usia 35-39 tahun fertilitas wanita hanya tinggal 60%, sedangkan laki-laki masih tetap tinggi, yaitu 95%. Pada usia 45-49 tahun fertilitas wanita tinggal 5% saja dan pada laki-laki mencapai 80%.

  Klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Disebut pascamenopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Senium adalah pascamenopause lanjut, yaitu setelah uisa 65 tahun. Bila ovarium tidak berfungsi lagi pada usia < 40 tahun disebut klimakterik prekok.

4. Proses Menopause

  Menurut Smart Aqila (2010; h. 20) proses menopause, yaitu : Sebelum mengalami menopause, wanita akan mengalami fase klimakterium yang dibagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Pra-menopause

  Pra-menopause adalah masa 4 hingga 5 tahun sebelum menopause. Pada masa ini berbagai keluhan klimakterik dan pendarahan yang tidak teratur. Pada fase ini estradiol yang biasanya dihasilkan oleh sel granulosa folikel yang berkembang menjadi berkurang. Siklus menstruasi anovulator meningkat dan reproduksi progesteron menurun.

  b. Menopause Menopause adalah berhenti menstruasi secara permanen.

  Terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun. Menopasue terjadi pada usia sekitar 45-55 tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/I. Setelah menopause, estrogen jenis estron adalah yang banyak berada dalam sirkulasi dibandingkan estrogen lainnya.

  c. Pasca-menopause Pasca-menopause adalah masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause.

  d. Ooforopause Ooforopause adalah masa ketika ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya.

  5. Diagnosis Menopause

  Menurut Glasier, Anna (2005; h. 397) diagnosa menopause, yaitu: Pengukuran konsentrasi FSH dapat dilakukan untuk tujuan diagnostik (>30 IU/I menunjukkan kadar menopause). Pada awal perimenopause, terjadi peningkatan FSH yang terdeteksi pada 7 hari pertama siklus. Pada praktik, diagnosis menopause dibuat secara klinis dan pemeriksaan biokimia hanya diperlukan sekali-kali. Pengukuran FSH mungkin bermanfaat apabila: a. Dicurigai terjadi menopause premature, yaitu pada wanita usia kurang dari 45 tahun.

  b. Wanita telah menjalani histerektomi.

  c. Wanita berusia lebih tua yang sedang mengkonsumsi pil progesterone (PP) dan mengalami amenore.

  6. Macam-Macam ketidakaturan siklus haid

  Menurut Varney (2006; h. 342) macam-macam ketidakaturan siklus haid, yaitu : a. Amenore : tidak adanya menstruasi hingga usia 16 tahun, atau tidak adanya menstruasi pada wanita yang sebelumnya telah mengalami menstruasi.

  b. Menoragi (hipermenore) : interval menstruasi yang normal dengan banyak dan lamanya berlebihan.

  c. Metroragi : menstruasi yang terjadi pada interval yang teratur, atau adanya bercak darah atau perdarahan di antara waktu tersebut.

  d. Menometroragi : menstruasi yang berlebihan/ berkepanjangan pada interval waktu yang tidak teratur. e. Polimenore : menstruasi yang normal dengan interval normal (mis. menstruasi yang lebih sering).

  f. Oligomenore : menstruasi normal dengan interval lebih lama daripada interval normal (mis. mentruasi yang lebih jarang).

  g. Hipomenore : perdarahan yang sangat sedikit pada interval normal.

7. Tanda dan Gejala

  a. Gejala menopause menurut Smart, Aqila (2010; h. 21-27) yaitu : Tanda dan gejala tersebut dapat dilihat baik dari segi fisik atau psokologisnya.

  1) Berikut merupakan tanda-tanda fisik :

  a) Pendarahan Pendarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti menstruasi. Siklus pendarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Pendarahan seperti ini terjadi terutama di awal menopause. Pendarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali.

  b) Rasa panas (hot flash) dan keringat malam Pada saat memasuki masa menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar ke seluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. c) Vagina menjadi kering dan kurang elastis Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastik. Disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina, rasa sakit saat berhubungan seksual. Dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin perempuan.

  d) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis Pada saat menopause saluran uretra juga akan mengering, menipis dan berkurang keelastisannya akibat penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran kencing yang terkadang ditampakkan dengan rasa selalu ingin kencing dan ngompol yang biasa disebut dengan inkontinensia.

  e) Perubahan fisik (lebih gemuk) Lemak tubuh akan menumpuk pada bagian pinggul dan perut. Tidak hanya itu, tekstur kulit pun mengalami perubahan. Kulit menjadi lebig berkerut dan terkadang disertai dengan jerawat.

  Perubahan fisik ini diperburuk perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause. Porsi makan bertambah dan kurangnya olahraga membuat kegemukan sangat mungkin terjadi. f) Insomnia Mengalami insomnia merupakan hal yang sangat wajar pada saat menopause. Sejalan dengan rasa tegang yang dialami wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah, dan perubahan lainnya.

  g) Linu dan nyeri Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnnya penyerapan kalsium yang telah dikemukakan sebelumnya.

  h) Perubahan pada indera peraba Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal. i) Muncul gangguan vasomotoris yang berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah. j) Pusing dan sakit kepala terus-menerus k) Gangguan sembelit l) Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf m) Payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur. Ini merupakan akibat kadar estrogen yang menurun. 2) Tanda-tanda psikologis :

  a) Ingatan menurun Sebelum menopause seorang wanita dapat mengingat dengan mudah, tetapi setelah mengalami menopause kecepatan mengingatnya menurun. Tidak hanya penurunan dalam kecepatan, tetapi juga kemampuannya mengingat sehingga sering lupa pada hal-hal yang sederhana.

  b) Perubahan emosional dan kognitif Wanita menopause biasanya mengalami perubahan emosional dan kognitif. Gejala ini bervariasi pada setiap individu di antaranya kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood yang berlangsung cepat.

  c) Depresi Wanita yang mengalami depresi akan lebih sering merasa sedih karena kehilangan kemampuan reproduksinya.

  Wanita merasa sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak dan juga kehilangan daya tarik. Sebagian besar wanita akan merasa tertekan jika kehilangan seluruhnya perannya sebagai wanita.

8. Faktor-faktor Menopause :

  a. Menurut Nadine Suryoprajogo (2009; h. 16) faktor-faktor menopause, yaitu: 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause :

  a) Kebiasaan Merokok : Salah satu faktor utama yang mempengaruhi usia menopause. Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok akan mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih awal.

  b) Status Gizi : Wanita dengan status gizi yang buruk mengalami menopause dini. c) Lemak Tubuh : Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh. Karena itulah wanita kurus mengalami menopause lebih awal dibandingkan wanita yang kegemukan.

  d) Turunan : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak perempuannya cenderung mengalami menopause pada usia yang sama. Untuk mengetahui apakah genetika menjadi faktor kunci dalam menentukan usia menupause.

  e) Dataran Tinggi : Wanita yang tinggal di dataran tinggi lebih mungkin mengalami menopause lebih awal.

  2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual pada Wanita Usia Lanjut :

  a) Perubahan struktur organ reproduksi : (1) Mengurangi ukuran vagina (2) Menipiskan dinding vagina (3) Pelumasan bagian dalam vagina yang buruk (4) Kurangnya aliran darah ke vagina (5) Kurangnya kepekaan dalam vagina (6) Kecilnya organ genital luar (7) Peradangan atau infeksi vagina

  b) Perubahan struktur payudara : (1) Berkurangnya ukuran payudara.

  (2) Berkurangnya payudara ketika ada rangsangan seksual. (3) Berubahnya sensasi sentuhan pada putting dan daerah sekelilingnya. c) Perubahan struktur panggul : Berkurangnya kekenyalan otot seputar vagina.

  d) Perubahan hormonal : (1) Rendahnya kadar estrogen dan progesteron dalam darah (2) Tingginya kadar darah beberapa hormon yang dikeluarkan oleh otak yang mempengaruhi sekresi estrogen dan progesteron.

  b. Menurut Atikah Proverawati (2010; h. 40) : 1) Faktor Psikis

  Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejalanya adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya kosentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan, tidak sabar lagi.

  2) Faktor Ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis, psikologis. 3) Budaya dan Lingkungan

  Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini. 4) Faktor Lain

  Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah atau belum berumah tangga, menarche (menstruasi pertama) yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.

9. Masalah Kesehatan Akibat Menopause

  Menurut DepKes RI (2003; h. 33-34) masalah kesehatan akibat menopause, yaitu: a. Dampak Jangka Pendek

  1) Kelainan kulit, rambut, gigi dan keluhan sendi/tulang Kehilangan jaringan penunjang atau kolagen pada wanita menopause akan menyebabkan kulit menjadi tipis, kering dan keriput, rambut tipis dan kering serta mulai rontok, gigi mudah goyang dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah dan rasa sakit serta ngilu pada daerah persendian. 2) Gangguan mata

  Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.

  3) Gangguan saluran kemih dan alat kelamin Wanita menopause antara lain sering tidak dapat menahan kencing dan mudah menderita infeksi saluran kencing. Vagina akan terasa kering, gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri pada senggama atau perdarahan pasca senggama.

  b. Dampak Jangka Panjang 1) Osteoprosis

  Osteoprosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Umumnya osteoprosis terjadi pada tulang yang berongga, yaitu tulang belakang, leher, paha, panggul dan lengan bawah. Osteoporosis dapat dipercepat oleh kekurangan kalsium, sinar matahari aktivitas fisik dan olah raga, kurang gizi, kelainan kelenjar gondok (hipertiroid), merokok, minum alkohol dan penggunaan kortikoseroid, misalnya pada penderita asma dan lupus.

  2) Penyakit Jantung Koroner Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL/ High Density

  

Lipoprotein) dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL/ Low

Density Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit

  jantung koroner pada wanita. 3) Kepikunan (Dimensia tipe Alzheimer)

  Kekurangan hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan akan peristiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi, sampai pada kepikunan tipe Alzheimer dapat terjadi bila kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi faktor keturunan serta proses ketuaan.

10. Perubahan Organ Pada Masa Menopause

  Menurut Atikah Proverawati (2010; h. 27) perubahan organ masa menopause, yaitu: a. Perubahan-perubahan pada Organ Reproduksi

  1) Uterus (Rahim) Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endmetrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstisial. Serabut otot miometrium menebal dan menonjol. 2) Tuba Fallopi (Saluran Telur)

  Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang. 3) Serviks (Mulut Rahim)

  Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen. 4) Vagina

  Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae, berkurangnya vaskularisasi, elastisitas yang berkurang, sekret vagina menjadi encer, indeks kario piknotik menurun. 5) Dasar Pinggul

  Kekuatan dan elastisitas menghilang, karena atrofi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolapsus utero vaginal. 6) Perineum dan Anus

  Lemak subkutan menghilang, atrofi, otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spinkter melemah dan menghilang. Sering terjadi inkontinensia alvi vagina.

  7) Vesica Urinaria (Kandung Kencing) Tampak aktivitas kendali spinkter dan desutrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar.

  8) Kelenjar Payudara Diserapnya lemak subkutan, atrofi jaringan perenkim, lobulus menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.

  b. Perubahan Diluar Organ Reproduksi 1) Adipositas (Penimbunan Lemak)

  Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium memperlihatkan kenaikkan berat badan yang sedikit dan 20% kenaikan yang meningkat. Diduga ada hubungan dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.

  2) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Adanya gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah baik sistol maupun diastol. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah wanita antara 45-70 tahun. Pada permulaan peningkatan tekanan darah paling banyak terjadi selama masa klimakterium. Peningkatan tekanan darah pada usia klimakterium terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan lebih tinggi dari tekanan darah sebelumnya.

  3) Hiperkolesterolemia (Kolesterol Tinggi) Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol pada wanita terjadi 10-15 tahun lebih lambat pada laki-laki. Peningkatan kadar kolesterol merupakan faktor utama dalam penyebab arterosklerosis. 4) Aterosklerosis (Perkapuran Dinding Pembuluh Darah)

  Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan peningkatan faktor risiko terhadap terjadinya aterosklerosis. Sklerosis koroner primer dan infark miocard akan terjadi 1-2 kali lebih sering kadar estrogen menurun.

  5) Viriliasasi Turunnya estrogen dalam darah dan adanya efek andogren menyebabkan tanda-tanda diferensiasi dari defeminisasi dan maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri dalam membentuk estron yang bersifat andogren.

11. Pencegahan Terhadap Masalah Menopause

  Menurut DepKes RI (2003; h. 35-36) pencegahan terhadap masalah menopause, yaitu : a. Pemeriksaan Alat Kelamin

  Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau tanda radang. b. Pap Smear Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya kelainan dapat segera dilakukan.

  c. Perabaan Payudara Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopause.

  Perabaan payudara sendiri atau yang disebut SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dapat dilakukan secara teratur untuk menemukan tumor payudara sedini mungkin.

  d. Penggunaan Bahan Makanan yang Mengandung Unsur Fito Estrogen Hormon estrogen yang kadarnya menurun pada menopuse, dapat diganti dengan memakan dalam jumlah cukup makanan yang mengandung unsur fito-estrogen (kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya dan semanggi merah).

  e. Penggunaan Bahan Makanan Sumber Kalsium Makanan yang mengandung kalsium antara lain susu, yoghurt, keju, dll.

  f. Menghindari Makanan yang Mengandung Banyak Lemak, Kopi, dan Alkohol

12. Penyakit Yang Mudah Timbul Setelah Menopause

  Menurut Smart, Aqila (2010; h. 65) : 1) Penyakit jantung

  Gejala umum seperti sulit bernapas, kelelahan luar biasa, nyeri, dan panas pada dada serta gangguan pencernaan. Juga tanda- tanda lain yang lebih banyak dirasakan wanita seperti (nyeri dada akibat jantung kekurangan oksigen, diikuti dengan perasaan panas pada tubuhnya, sakit bila disentuh di bagian punggung, bahu, tangan, atau rahang). Serangan jantung pada wanita disertai dengan rasa mual, muntah, sesak napas, sangat berkeringat hingga kelelahan, tapi tanpa nyeri berlebihan di dada. 2) Penyakit Kanker

  Beberapa jenis kanker yang mengancam wanita menopause :

  a) Kanker Payudara (Karsinoma Mammae) Menopause mengubah ketahanan tubuh terhadap beberapa penyakit seperti kanker payudara, kanker kardiovaskuler, dan osteoporosis. Risiko karsinoma mammae meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi hal tersebut menurun saat menopause datang.

  b) Kanker Endometrium Kanker endometrium menyerang bagian selaput lendir rahim dan sering dijumpai pada wanita kelompok usia 50-65 tahun. Selama masa reproduktif, pembentukan rahim diikuti dengan pelepasan dinding rahim pada setiap siklus menstruasi.

  Berkurangnya kadar estrogen pada menopasue menyebabkan tidak terbentuknya lapisan epitel pada rongga rahim. c) Kanker Serviks Gejala-gejala yang dapat diwaspadai sebagai kanker serviks antara lain: (1) Perdarahan setelah berhubungan intim (2) Terjadinya keputihan atau keluar cairan encer dari kelamin wanita (3) Terjadinya perdarahan setelah menopause (4) Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau, atau bercampur darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air kecil

  Cara untuk mencegah serangan kanker leher rahim : (1) Hati-hati memilih produk membersihkan daerah kewanitaan (2) Jangan menggunakan bedak di daerah kewanitaan (3) Jangan berganti-ganti pasangan (4) Menghindari penggunaan estrogen

  d) Kanker Rahim Kanker rahim adalah tumor ganas pada lapisan rahim.

  Kanker rahim ini sering menyerang wanita menopause. Hal ini disebabkan beberapa faktor, misalnya obesitas, terapi sulih hormon, dan sebagainya. Kanker ini dapat menyebar ke beberapa organ tubuh lainnya yang berkaitan dengan rahim, misalnya tuba fallopi, ovarium, sistem getah bening. 2) Penyakit Asam Urat

  Asam urat adalah senyawa yang sulit larut di dalam air yang merupakan hasil akhir metabolisme tubuh (purin). Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh setiap orang dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, seperti dari tanaman (sayur, buah, kacang- kacangan) atau hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Purin juga terdapat dalam minuman beralkohol dan makanan kaleng.

  Cara mengurangi bahaya asam urat : Untuk mengurangi bahaya asam urat pada wanita menopause disarankan tidak mengkonsumsi jeroan dan makanan yang banyak mengandung lemak. Selain itu, juga banyak minum air putih karena air membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Selain air putih, tanaman apotek hidup seperti rempah-rempah dapat mengurangi risiko asam urat. Misalnya sambiloto, kumis kucing, daun salam, jahe merah, dan sebagainya. 3) Penyakit Osteoarthritis

  Seiring bertambahnya usia, kartilago di daerah persendian semakin menipis. Sendi menjadi kaku dan sering terasa nyeri ketika tulang bergesekan. Inilah yang dinamakan osteoarthritis. Umumnya, osteoarthritis ditemukan pada usia lanjut, yaitu 50 tahun ke atas.

  Faktor umur, jenis kelamin, ras dan keturunan menjadi penyebab penyakit persendian ini. Gejala osteoarhtritis yang tidak ditangani segera menyebabkan cacat permanen pada tulang. Bentuk tulang bisa berubah bahkan bisa menjadi bengkok.

  4) Penyakit Asma Pada wanita menopause berisiko tinggi terkena gangguan saluran pernafasan, seperti asma. Hal ini disebabkan oleh turunnya kadar estrogen di dalam tubuh dan gangguan pernapasan lebih banyak terjadi pada wanita menopause yang berbadan kurus. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih rendah dari 23 memiliki empat kali lebih tinggi mengalami risiko gangguan pernapasan. Cara mencegah bahaya asma :

  Apel ternyata berkhasiat mencegah asma. Phytochemiacals pada apel seperti flavanoids dan phenolic acids dapat menurunkan risiko terkena penyakit asma 50%. Hal ini telah dibuktikan oleh dr. Peter Bruney dan diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan The National Heart and Lung Institute melalui jus apel.

  5) Penyakit Stroke Stroke adalah penyakit kedua setelah jantung yang paling banyak menyerang wanita menopaue. Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak secara mendadak atau tiba-tiba akibat pecahnya pembuluh darah.

  Cara mencegah bahaya stroke :

  a) Kontrol Tekanan Darah

  b) Berhentilah Merokok

  c) Berolahraga yang Teratur

  d) Makan-makanlah yang Sehat

  e) Kontrol Kencing Manis

  f) Waspadalah terhadap gejala atau tanda dini dari stroke 6) Obesitas Saat Menopause

  Wanita yang sudah memasuki menopause biasanya cenderung mengurangi kegiatan yang sifatnya melelahkan tubuh.

  Pada usia ini, lebih suka “duduk manis” di rumah untuk “menikmati hari tua”. Hal ini menyebabkan wanita menopause mudah menjadi gemuk dan kebanyakan terjadi di bagian perut (bentuk tubuh buah pir). Cara menurunkan berat badan dengan cara sehat dan tepat, yaitu:

  a) Mengatur Pola Makan Sehat Komposisi diet yang baik adalah dari total kalori yang kita konsumsi, terdiri dari lemak 30%, protein 20% dan karbohidrat

  50%. Selain itu, sebaiknya makan-makanan yang rendah kalori, memperbanyak serat, dan makan buah dengan cara dikunyah karena akan menimbulkan rasa cepat kenyang.

  b) Melakukan Aktivitas Fisik/olah raga Pilihlah aktivitas fisik yang tepat. Jika mempunyai bentuk tubuh gendut dibagian perut, sebaiknya pilih olah raga yang ringan, seperti jalan atau berenang. Biasanya memiliki kelemahan di persendiaan kaki dan lutut.

  c) Mengubah Perilaku dan Cara Pandang Hindari pikiran “makan harus sampai kenyang”. Saat makan, kunyah makanan dengan pelan dan baik. Selain itu, harus menghindari hidangan penutup.

  d) Konsultasi ke Dokter Bila progarn penurunan berat badan berjalan efektif, sebaiknya tetap mengkonsultasikan pada dokter atau ahli gizi agar nutrisi yang dibutuhkan tetap terpenuhi. Sebab, banyak orang melakukan kesalahan dalam menurunkan berat badan, misalnya tidak makan nasi sama sekali atau makan terlalu sedikit.

13. Hal-hal yang harus dilakukan :

  Menurut Andira, Dita (2010; h. 68-70) hal-hal yang harus dilakukan, yaitu: Mengetahui berbagai macam gejala menopause, mulai dari gangguan pada organ genital, sulit tidur, keriput, dan kegemukan hingga kondisi psikis (emosional) yang tak karuan, sangat mungkin menjadi penyebab takutnya para wanita menghadapi masa ini. Yang dibutuhkan hanyalah manajemen dari wanita tersebut. Manajemen diri diantaranya adalah: a. Pasrah dan positif thinking.

  Sikap pasrah dan berpikir positif adalah hal yang baik untuk mengatasi permasalahan psikologis pada wanita menopause. Bukan hanya gangguan emosional yang dapat teratasi tetapi juga dapat membuat wanita bisa tetap tampil cantik dan anggun di usia menopause.

  b. Terapkan pola hidup sehat.

  Pola hidup sehat harus diterapkan sejak dini. Tidak menyempatkan diri untuk melaksanakan pola hidup sehat. Lakukan olahraga teratur, misalnya dengan jalan kaki. Atur pola makan, pilih makanan yang halal, baik, dan bergizi. Usahakan makanan yang dikonsumsi tidak mengandung kolesterol dan garam yang berlebihan. Konsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, hindari rokok dan alkohol.

  c. Batasi konsumsi kafein yang dapat meningkatkan potensi hot flushes.

  Sebaiknya, konsumsi bahan makanan yang mengandung omega 3 tinggi. d. Lakukan meditasi. Ini berguna untuk relaksasi sehingga mengurangi ketegangan dan mengarahkan kepada ketenangan.

  e. Lakukan istirahat (tidur) yang cukup.

  f. Ikuti berbagai macam aktivitas (organisasi) yang ada. Tidak ada salahnya jika menjadi aktivis menopause. Selain mengurangi kebosanan di rumah, juga akan mendapatkan banyak pengalaman dengan mengikuti kelompok atau organisasi para menopause.

14. Pemeriksaan Penunjang

  Menurut Varney (2007; h. 321) pemeriksaan penunjang, yaitu: a. Uji penapisan rutin, pemeriksaan awal, atau tahunan.

  1) Urinalisis/dipstik urine. 2) Pap smear dengan indeks maturasi. 3) Mamografi: setiap 1 dan 2 tahun di usia antara 40 dan 49 tahun; setiap tahun dari usia 50 tahun.

  4) Feses untuk melihat adanya darah samar. 5) Kolesterol plasma puasa, trigiserida, dan profil lemak: setiap 3 sampai 5 tahun jika normal.

  6) TSH (Terapi Sulih Hormon) pada usia 45 tahun dan selanjutnya setiap tahun. Terdapat peningkatan insiden hipotiroidisme (Tiroiditis Hashimoto) seiring dengan proses penuaan.

  b. Uji lain (menggunakan variasi berdasarkan profil klinis dan faktor risiko individu).

  1) Gonadotropin hipofisis: digunakan untuk menentukan status menopause.

  2) Estrogen: digunakan untuk mengevaluasi status menopause dan efek terapi hormon pada kadar estradiol sirkulasi.

  3) Kadar glukosa puasa dan posprandial dua jam: berguna jika faktor risiko menunjukan adanya diabetes.

  4) Uji fungsi hati: dilakukan sebelum meresepkan terapi hormon jika penyakit hati ada atau diduga (misal karena alkoholisme).

  5) Biopsi endometrium: tepat untuk menyingkirkan dugaan hiperplasia dan kanker endometrium pada wanita pascamenopause yang mengalami perdarahan uterus setelah lebih dari setahun mengalami amenorea.

  6) Ultrasonografi transvagina: digunakan untuk mengevaluasi massa panggul dan perdarahan tidak terjadwal untuk menyingkirkan dugaan patologi endometrium. 7) DXA (Dual energy X-Ray Absorptiometry): berguna jika wanita belum memutuskan rencana terapeutik mana yang harus diikuti

  (terapi sulih hormon, biofosfonat, olahraga, atau suplemen kalsium), dan data lain akan membantu keputusan klinis terhadap pilihan ini.

15. Penatalaksanaan Medis

  PSIKOSOMATIK o Kardivaskuler :

  a. Menurut Manuaba (2001; h. 546) penatalaksanaan medis, yaitu:

  MENOPAUSE

  

DISERTAI GEJALA KLINIK TANPA GEJALA KLINIK

PSIKOLOGIS : o Takut tua/ tak menarik o Sukar tidur o Emosional cepat tersinggung danmarah

  • Hot flushes
  • Night sweats
  • Berdebar o
  • Vagina kering
  • Dispareaunia -
  • Mudah infeksi
    • Sistisis • Vaginitis o

  • Kista ovarium
  • Mioma uteri
  • Polip o
  • Serviks -
  • Ovarium -
  • Jantung koroner
  • Obsteoporosis SIAP MENERIMA
  • Psikoanalisis -
  • Psikologis supporting o
  • Sesuai dengan sebabnya o
  • Perhatikan syarat / kontraindikasi
  • Observasi ketat
b. Menurut Manuaba (2009; h. 222) penatalaksanaan medis, yaitu: 1) Menghindari perubahan kejiwaan

  Keluhan fisik :

  Kulit kering

  Tumor jinak

  Keganasan genitalia

Bagan 2.1 Penatalaksanaan Medis

  Tuba karsionoma o Keluhan senium :

  SECARA ALAMI

  TANPA ADA KELUHAN SAMAPAI SENIUM

  PENGOBATAN MENOPAUSE /SENIUM: o

  Tanpa pengobatan o Psikologis

  Keharmonisan keluarga

  Keluhan psikosomatik:

  Hormonal pengganti

  Korpus uteri

  Menghadapi hidup dengan pola yang terus berkembang, mungkin agak sulit sehingga sebagian wanita lansia tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. 2) Menghindari penuaan kulit terlalu cepat

  Makin tua umur kulit semakin tipis, makin sensitif terhadap sinar matahari, lapisan lemak bawah kulitnya longgar sehingga keriput dan kering di daerah wajah, dagu, dan leher. 3) Menyesuaikan pola makan

  Dianjurkan pola makan vegetarian (makan hanya buah, sayur) sehingga bahan ampas dan serat lebih banyak. Makanan dengan pola vegetarian menurunkan lemak tubuh dan kolesterol yang dapat mengurangi penyakit (keganasan payudara, keganasan indung telur dan rahim, menurunkan kejadian tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol tubuh, sehingga mengurangi penyakit jantung koroner, pada pria dapat mengurangi kejadian keganasan prostat).

  Vitamin pendukung sangat penting karena diperlukan untuk meningkatkan metabolisme umum dan mempertahankan metabolisme kalsium, sehingga mengurangi kemungkinan tulang keropos. Komposisi vitamin harus mengandung cukup jumlah dan kualitas (vitamin B kompleks, A, E dan D), mineral yang sangat diperlukan di antaranya kalsium, zat besi (Fe), dan sejumlah kecil mineral lainnya. Sumber vitamin B kompleks cukup banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran segar, sumber vitamin A banyak terdapat pada buah berwarna. Sinar matahari dapat menambah vitamin D di bawah kulit.

  4) Mempertahankan Aktivitas Fisik Cara-cara melakukan senam sendiri, yaitu:

  a) Aktivitas Pertama Tujuannya memperkuat dan mengencangkan otot lengan atas dan bawah. Metode: Pegang dumbbell sekitar

  200-250 gram, berdiri tegak, tangan digerakkan pada persendian siku silih berganti, sehingga otot lengan atas dan bawah bertambah kuat. Lakukan ini selama 10-15 menit.

  

Gambar 2-1. Gambar

Gerakan Aktivitas Pertama 2-1. Lanjutan (Sumber : Manuaba, 2009; h. 223)

  b) Gerak Tekanan Dumbell Tujuannya menguatkan otot bahu, lengan atas-bawah dan otot punggung. Metode : Pegang dumbbell seberat 200-

  250 gram, tegak dan lurus pada tangan serta lengan gerakkan ke belakang beberapa kali. Untuk menambah kekuatan otot lengan atas dan bawah dapat dilakukan pada persendian siku.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan memegang dengan telapak tangan ke belakang dan jangan terlalu menekuk punggung ke belakang.

  Gambar 2-2 Gerak tekanan Dumbell (Sumber : Manuaba, 2009; h. 224)

  c) Gerak Memegang Dumbell dengan Dua Tangan Tujuannya untuk menguatkan otot trisep. Metode :

  Pegang dumbbell seberat 200-250 gram dengan kedua tangan, tegak berada di atas kepala. Jatuhkan dumbell ke belakang, sejauh mungkin. Lakukan beberapa kali.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan menekuk siku ke belakang atau keluar, mendorong kepala ke depan, melengkungkan punggung. Gambar 2-3 Gerak memegang dumbell dengan dua tangan (Sumber : Manuaba, 2009; h. 225)

  d) Gerak Menarik Lengan Tujuannya untuk menguatkan otot lengan atas dan bawah, menguatkan otot bahu. Metode: Berdiri agak tegak, kedua kaki sedikit dibuka, lengan dikencangkan kembali dengan keras. Lakukan beberapa kali.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan berdiri tegak dengan menempatkan lutut.

  Gambar 2-4. Gerak menarik lengan

  (Sumber : Manuaba, 2009; h. 225)

  e) Gerak Tidur Melengkung Tujuannya untuk menguatkan otot dinding perut dan menguatkan otot punggung. Metode: Tidur terlentang sambil kaki ditekuk. Kencangkan lengan sekitar 45 derajat. Angkat leher dan bahu. Lakukan beberapa kali.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan melihat pada lutut, jangan menggunakan leher dan jangan menekuk punggung.

  Gambar 2-5 Gerak tidur melengkung

(Sumber : Manuaba, 2009; h. 226)

  f) Gerak Tidur Terlentang-Miring Tujuannya untuk menguatkan otot samping badan.

  Metode: Tidur terlentang dengan tangan di bawah kepala. Badan bagian bawah agak miring. Kedua kaki sedikit ditekuk. Putar badan bawah ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Dalam keadaan tanpa gerak, badan bagian bawah leher dengan kedua tangan dapat diangkat sehingga otot dinding oerut depan dan samping digerakkan.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan bangun dengan lengan dan leher, jangan berguling kesamping, jangan meluruskan kaki.

  

Gambar 2-6 Gerak tidur telentang-miring

(Sumber : Manuaba, 2009; h. 226)

  g) Gerak Mengayuh Sepeda Tujuannya untuk menguatkan otot dinding perut.

  Menguatkan persendian lutut, menguatkan otot bahu, menguatkan otot kaki bagian atas. Metode: Tidur terlentang dengan kedua tangan di bawah kepala. Angkat leher dengan kedua lengannya. Angkat kaki berganti seperti mengayuh sepeda. Lakukan beberapa kali.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan menarik leher ke satu sisi, jangan bergerak melewati area nyaman.

  

Gambar 2-7 Gerak mengayuh sepeda

(Sumber : Manuaba, 2009; h. 227)

  h) Gerak Punggung Tujuannya untuk menguatkan otot perut dan punggung bagian bawah. Metode: tidur terlentang dengan kaki ditekuk pada persendian lutut dan tangan lurus di samping badan. Gerakan pinggang ke depan dan ke belakang. Angkat seluruh badan dengan menyangga pada kedua kaki. Lakukan beberapa kali.

  Gerakan yang harus dihindari: Jangan melengkungkan leher, jangan mengangkat terlalu tinggi, dan jangan mendorong lambung ke luar.

  Gerak kesegaran dan kebugaran jasmani sangat penting diikuti sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal untuk menikmati hidup selama lansia.

  Gambar 2-8 Gerakan punggung (Sumber : Manuaba, 2009; h. 227)

  5) Mempertahankan Aktivitas Seksual Masa klimakterium, menopause, dan senium bukan merupakan halangan untuk melakukan aktivitas seksual. Pada masa klimakterium, menopause, dan senium pasangan masih dapat menikmati hubungan seksual, sekalipun sudah dapat dipastikan kuantitasnya sangat berkurang. Dalam hubungan seksual pada masa klimakterium dan menopause adalah kualitas.

  Karena kegairahan seks sudah menurun, kemampuan untuk memberikan rangsangan di tempat erotik sudah berkurang sedangkan wanita sulit untuk dirangsang. 6) Keluhan psikologi

  Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui penyebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang. Situasi demikian dapat terjadi bila individu belum siap untuk menghadapi klimakterium, menopause, dan senium. 7) Keluhan fisik

  Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya pula dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dn sering dijumpai dapat dijelaskan berikut ini.

  a) Jantung dan Pembuluh Darah Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi kulit terasa kering,keriput, dan longgar. Oleh karena turunannya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk berwarna merah (hot

  flushes), mudah berdebar-debar, terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.

  b) Genitalia Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang sanggana terasa kering, sulit menerima rangsangan karena sensitivitasnya menurun, epitel liang sanggama dan sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam melakukan hubungan seks sering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah menurun sehingga terasa longgar. c) Sistem Hormonal Secara menyeluruh system hormonal sudah menurun fungsinya sehingga memengaruhi metabolisme tubuh yang juga cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya vegetarian. Penyakit metabolism yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan disimpan dalam bentuk lemak di bokong, payudara, dan perut.

  d) Fungsi Saraf Keluhan saraf disebabkan oleh degenarasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan menifestasi klinis.

  Pancaindra mengalami kemunduran fungsi sehingga perlu diperhatikan, penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi.

  e) Fungsi Motorik Keluhan fungsi motorik meliputi otot mulai lemah untuk memegang atau mengambil barang, koordinasi sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar (tremor).

  f) Fungsi Sensoris Keluhan saraf sensoris yang sering muncul adalah kram atau sakit. Gejala ini timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan gangguan rasa peraba mengalami kemunduran fungsi.

  g) Fungsi Tulang Tulang sebagai penyangga utama tubuh, karena proses penuaan, dapat terjadi pengurasan kalsium tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah. Tempat yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada persendian tulang paha, sekalipun jauh tidak terlalu keras. Metabolisme kalsium, sebagai bahan tulang, dipengaruhi oleh hormon paratiroid, estrogen, vitamin E dan vitamin D.

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

  Proses manajemen varney terdiri dari 7 langkah yang membentuk kerangka berfikir lengkap yang dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan ini bisa berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien. Ketujuh langkah tersebut meliputi pengumpulan data dasar, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial, mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencanaan, dan evaluasi.

  1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu identitas pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi

  2. Langkah II : Interpretasi Data Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah dapat berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan, yaitu diagnosa kebidanan dan masalah.

  3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan sambil mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar terjadi.

  4. Langkah IV : Mengidentifikasikan dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

  Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.

  5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut, misalnya dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan merujuk klien atau masalah lain.

  6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan penyeluruh kepada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani pasien yang mengalami komplikasi, maka tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

  7. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan rencana terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulang kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.

  Pendokumentasian yang digunakan adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, beberapa proses berfikir bidan yang sistematik dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen lainnya. Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan menggunakan SOAP, yaitu :

  1. S (Data Subyektif) Pengkajian data yang diperoleh dalam anamnesis, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung/ringkassan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis, data akan menguatkan diagnosis, data akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

  2. O (Data Obyektif) Data berasal dari asuhan observasi yang jujur dari pemeriksaan diagnosis lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data obyektif, data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PATOLOGIS PADA BAYI NY. R UMUR 3 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.S UMUR 28 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS KALIBENING - repository perpustakaan

0 0 99

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI MEDIS A. Masa Kehamilan 1. Definisi Kehamilan - Septi Hening Kalimantini BAB II

0 0 87

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis - ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR BARU KB IUD COPPER T Cu-380A PADA NY. S P III A0 UMUR 33 TAHUN DI PUSKESMAS WANGON I BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN - ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MASA KLIMAKTERIUM PADA NY.S P4 A0 UMUR 48 TAHUN DI PKD BESUKI KECAMATAN LUMBIR - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MASA KLIMAKTERIUM PADA NY.S P4 A0 UMUR 48 TAHUN DI PKD BESUKI KECAMATAN LUMBIR - repository perpustakaan

0 2 54

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD), BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.U G3P2A0 UMUR 30 TAHUN UMUR KEHAMILAN 11 MIN

0 2 120

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi - Ade Ninik Setyorini BAB II

0 0 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGI,MASA ANTARA,(KONTRASEPSI IMPLANT) PADA NY.S UMUR 33 TAHUN G3P2A0 DI PUSKESMAS 1 CILONGOK 1 - repository perpustakaan

0 0 84

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Berat Badan Lahir Rendah a. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DISMATURITAS PADA BAYI NY.W UMUR 1 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpu

0 0 73