BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Berat Badan Lahir Rendah a. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DISMATURITAS PADA BAYI NY.W UMUR 1 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpu

  a. Definisi

  WHO (1961), bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang atau sampai dengan 2500 gram disebut low birth weight infant atau disebut dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). (Regina, 2011; h.98)

  Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Depkes RI, 2005)

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

  b. Manifestasi Klinis

  Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut : a. Berat kurang dari 2500 gram

  10 b. Panjang kurang dari 45 cm

  c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

  d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

  e. Masa gestasi kurang dari 37 minggu

  f. Kepala lebih besar dari tubuh

  g. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak,lemak kulit kurang

  h. Otot hipotonik-lemah i. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas) j. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus k. Kepala tidak mampu tegak l. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit m. Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit (Manuaba,2010

  ; h.438) n. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar o. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada perempuan), dan testis belum turun (pada laki-laki) p. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun q. Refleks menghisap dan menelan belum sempurna

  BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah, yaitu sebagai berikut :

  1. Tanda-tanda bayi Kurang Bulan : a) Kulit tipis dan mengkilap. b) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.

  c) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung.

  d) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik.

  (Depkes RI; h.5-2) e) Perempuan :Labia mayora belum menutupi labia minora.

  Laki-laki :Skrotum belum banyak lipatan,testis belum turun.

  f) Aktifitas dan tangisan lemah.

  g) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif/lemah.

  h) Lemak sub cutan kurang. i) Kepala lebih besar daripada badan. (Hanifa, 2007; h. 777)

  2. Tanda-tanda bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

  a) Janin dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi BB < 2500 gram.

  b) Gerakan cukup aktif, tangisan cukup kuat.

  c) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.

  d) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting kecil, bila cukup bulan payudara dan putting sesuai masa kehamilan.

  e) Bayi perempuan bila cukup bulan, labia mayora menutupi labia minora.

  f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun.

  g) Menghisap cukup kuat.

  Secara khusus, BBLR memiliki pengelompokkan sendiri. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu :

  a. Klasifikasi BBLR berdasarkan Umur Kehamilan 1) Bayi prematur/kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu) sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya tetap hangat. 2) Bayi cukup bulan (usia kehamilan 38-42 minggu) 3) Bayi lebih bulan (usia kehamilan >42 minggu) (Manuaba, 2010; h.436)

  b. Klasifikasi BBLR berdasarkan Harapan Hidupnya 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan di bawah 2500 gram pada saat lahir.

  2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan di bawah 1500 gram pada saat lahir.

  3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat badan 1000 gram pada saat lahir.

  (Fraser, 2009; h.761) c. Klasifikasi BBLR berdasarkan Masa Gestasinya 1) Prematuritas Murni : Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).

  (Regina, 2009 ; h.98) 2) Dismaturitas : Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini disebabkan karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). (Regina, 2009 ; h.100)

Tabel 2.1 Pertambahan Berat Badan Ibu dan Pertumbuhan Berat

  Badan Janin sesuai dengan Umur Kehamilan

  Jumlah Minggu Kehamilan Rata-rata Berat Badan Janin Rata-rata Kg Pertambahan BB Ibu 8-9 minggu 1 gram 0,5 kg 9-10 minggu 4 gram 0,7 kg

  10-11 minggu 10 gram 0,9 kg 11-12 minggu 15 gram 1,1 kg 12-13 minggu 20 gram 1,4 kg 13-14 minggu 50 gram 1,7 kg 14-15 minggu 85 gram 2,0 kg 15-16 minggu 100 gram 2,3 kg

  16-17 minggu 110 gram 2,7 kg 17-18 minggu 180 gram 3,0 kg 18-19 minggu 210 gram 3,4 kg 19-20 minggu 300 gram 3,8 kg 20-21 minggu 325 gram 4,3 kg 21-22 minggu 400 gram 4,7 kg 22-23 minggu 485 gram 5,1 kg 23-24 minggu 550 gram 5,5 kg 24-25 minggu 685 gram 5,9 kg 25-26 minggu 750 gram 6,4 kg 26-27 minggu 890 gram 6,8 kg 27-28 minggu 1000 gram 7,2 kg 28-29 minggu 1150 gram 7,4 kg 29-30 minggu 1300 gram 7,7 kg 30-31 minggu 1460 gram 8,1 kg 31-32 minggu 1610 gram 8,4 kg 32-33 minggu 1810 gram 8,8 kg 33-34 minggu 2000 gram 9,1 kg 34-35 minggu 2250 gram 9,5 kg

  35-36 minggu 2500 gram 10,0 kg 36-37 minggu 2690 gram 10,4 kg 37-38 minggu 2900 gram 10,5 kg 38-39 minggu 3050 gram 11,0 kg 39-40 minggu 3200 gram 11,3 kg

  Sumber : Meta.2011. [Diakses tanggal 3 Juli 2013]

  Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.

  Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut :

  1. Faktor Ibu

  a. Usia Ibu Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah

  20-35 tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan mental sudah matang dan mampu merawat bayi dan dirinya. Pada usia kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna,rahim,dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan, akan lebih mudah mengalami komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun, terjadi penurunan kesehatan reproduktif karena proses degeneratif sudah mulai muncul. Salah satu efek dari proses degeneratif adalah sclerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata dan maksimal sehingga dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin dan membuat gangguan pertumbuhan janin dalam rahim. (Nelly, 2008; h.8)

  b. Paritas Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas merupakan faktor resiko penting dalam menentukan nasib ibu baik selama kehamilan maupun persalinan. Resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat, dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu juga jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan, rahim akan menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin terganggu. (Nelly, 2008; h.8) c. Jarak dari kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (≤ 2 tahun)

  Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan Rahim belum pulih dengan baik. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga pada kehamilan ini perlu diwaspadai karena kemungkinan terjadi pertumbuhan janin yang kurang baik. (Nelly, 2008; h.9)

  d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya Riwayat persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu sebelumnya, seperti perdarahan, abortus, prematuritas,

  BBLR, dan lain-lain merupakan resiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan itu perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mengalami kesulitan persalinan berikutnya.

  Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan anatomis dari uterus, seperti septum uterus, biasanya septum pada uterus vascular dan terjadi keadaan kegagalan vaskularisasi ini akan menyebabkan gangguan pada perkembangan plasenta. Septum akan mengurangi kapasitas dari endometrium sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin, selain itu dapat menyebabkan keguguran pada trimester II dan persalinan prematur. (Nelly, 2008; h.9) e. Komplikasi Kehamilan

  a) Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester III. Komplikasi dari perdarahan antepartum tersebut adalah kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan yang belum aterm. (Nelly, 2008; h.10)

  b) Anemia Anemia pada wanita hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih.

  Anemia pada saat kehamilan dapat mengakibatkan efek buruk pada bayi dan ibunya. Anemia mengurangi suplai oksigen pada metabolism ibu karena kurangnya hemoglobin yang mengikat oksigen dan mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi, antara lain kerentanan ibu terhadap infeksi, kematian janin, kelahiran prematur, dan bayi berat lahir rendah. (Nelly, 2008; h.10) c) Ketuban Pecah Dini

  Dalam keadaan nomal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Selaput ketuban pecah terjadinya karena ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen. Salah satu komplikasi dari ketuban pecah dini adalah meningkatkan resiko persalinan prematur dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Biasanya setelah ketuban pecah disusul persalinan, pada kehamilan antara 28-34 minggu, 50% persalinan terjadi dalam 24 jam. Ketuban pecah dini juga menyebabkan oligohidramnion yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta pertumbuhannya terganggu. (Nelly, 2008; h.10-11) d) Hipertensi dalam Kehamilan Hipertensi dalam kehamilan ada yang bersifat kronik, sudah mengalami hipertensi sebelum kehamilan dan hipertensi gestasional, hipertensi yang timbul pada kehamilan dan menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan, efek hipertensi ini pada janin adalah menghambat pertumbuhan janin disebabkan menurunnya perfusi uteroplasenta, sehingga menimbulkan insufisiensi plasenta. (Nelly, 2008; h.8) f. Keadaan Sosial Ekonomi

  Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah sosial ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi. Selain itu juga kondisi sosial ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan untuk mendapat pelayanan kesehatan yang memadai misalnya, kemampuan untuk melakukan kunjungan prenatal untuk memastikan ada gangguan pada janin dan adanya komplikasi yang terjadi pada kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan pendidikan) rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami kelahiran kurang bulan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang. (Nelly, 2008; h.14) g. Sebab Lain

  Kebiasaan ibu yang juga menjadi faktor resiko BBLR yaitu ibu yang merokok baik aktif maupun pasif dan ibu yang menggunakan NAZA. Asap rokok mengandung sejumlah teratogen potensial seperti nikotin, karbon monoksida, sianida, tar, dan berbagai hidrokarbon. Zat-zat ini selain bersifat fetotoksik, juga memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah dan mengurangi kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah sehingga membuat aliran nutrisi dari ibu ke janin terhambat dan terganggu, akhirnya pertumbuhan janin terhambat.

  (Nelly, 2008; h.14)

  2. Faktor Janin Trisomi 18 lebih dikenal sebagai sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000 neonatus. Janin dan neonates trisomy 18 biasanya mengalami hambatan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340 gram. Penampakan wajah yang mencolok adalah oksiput menonjol, daun telinga terpuntir dan bentuknya aneh, fisura palpebral pendek dan mulut kecil. Hampir semua sistem organ dapat terkena trisomi 18. Hampir 95% mengidap cacat jantung, terutama defek septum ventrikel atau atrium. Kelainan ginjal, aplasia radial, jari tumpang tindih dapat di temukan

  . (Nelly, 2008;

  h.14-15)

  3. Faktor Plasenta Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta. Kelainan plasenta terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan baik sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta, dapat mengakibatkan terjadinya gangguan aliran darah plasenta ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat.

  (Nelly, 2008; h.15)

  4. Faktor Lingkungan Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehingga suplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang bertempat tinggalnya di dataran tinggi, beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh karena gangguan oksigenasi/kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi mutasi gen sehingga dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin.

  5. Persalinan Kurang Bulan / Prematur Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya, bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik.

  Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur). (Depkes RI, 2005; h.5-1)

  6. Bayi Lahir Kecil untuk masa Kehamilan Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (Janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterin berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehmamilan walaupun berat lahirnya kecil. (Depkes RI, 2005; h.5-1)

  Terdapat banyak penyebab gangguan intrauterine, yang disebut juga Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab itu terjadi. Walaupun setiap organ dapat dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan intrauterine, efeknya pada tiap organ tidak sama. Jika gangguan pertumbuhan terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak, dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati dan limpa berkurang. Sebaliknya, jika gangguan terjadi pada awal kehamilan tampak pertumbuhan otak dan tulang rangka terganggu.

  Keadaan klinis ini disebut gangguan pertumbuhan simetri berkaitan dengan hasil akhir perkembangan syaraf yang buruk.

  Berat lahir juga berhubungan dengan luas permukaan plasenta, aliran darah uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta yang terjadi, sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Selain itu, penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan janin disebabkan karena adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk BBLR. Untuk pertumbuhan yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang adekuat, dimana peranannya plasenta besar artinya dalam transfer makan tersebut.

  Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada akhir kehamilan, plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain atau resistensi sebelum mencapai janin.

  Suplai zat makan ke janin yang sedang tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan mensintesis dan mentransport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin. Karbohidrat merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu dari transfer glukosa darah ibu melalui plasenta. (Dewi, 2012; h.20-21) a. Tanda dan gejala bayi prematuritas murni Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, tergantung pada umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat bayi dilahirkan, makin besar pula perbedaan dengan bayi yang lahir cukup bulan antara lain : 1) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

  2) Berat badan kurang dari 2.500 gram. 3) Panjang badan kurang dari 45 cm 4) Lingkaran kepala kurang dari 33 cm 5) Lingkaran dada kurang dari 30 cm.

  6) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas 7) Kepala tidak mau tegak 8) Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit 9) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit.

  (Manuaba, 2010; h.438) 10) Kepala lebih besar daripada badan.

  11) Kulit :Tipis transparan,rambut lanugo banyak; terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, lemak kulit berkurang.

  12) Lemak sub cutan kurang. 13) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.

  14) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun.

  15) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.

  16) Tulang rawan daun telinga sangat lunak. 17) Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas). 18) Sering anemia. 19) Garis pada telapak kaki belum jelas dan kulit teraba halus. (Regina, 2011; h.99) 20) Tangisan bayi lemah dan sayup 21) Dada kecil dan sempit serta tampak belum berkembang karena ekspansi paru minimal selama masa kehidupan janin 22) Areola putting belum berkembang dengan sempurna dan hampir tidak terlihat 23) Abdomen menonjol karena hati dan limpa besar dan tonus otot abdomen buruk 24) Hati besar karena menerima suplai yang baik dari darah yang mengandung oksigen lewat sirkulasi janin dan aktif dalam menghasilkan sel darah merah dan eritoplosis

  25) Umbilicus tampak melesak di abdomen karena pertumbuhan liner adalah sefalokaudal (tampak lebih jelas lebih dekat ke kepala daripada ke kaki), sesuai dengan sirkulasi oksigenasi janin. (Fraser, 2009; h.764-765) b. Tanda dan gejala bayi dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini disebabkan karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

  Karakteristik bayi dismaturitas antara lain : 1) Tulang tengkorak dan tulang rawan daun telinga keras 2) Vernix caseosa tidak ada/sedikit 3) Kulit tipis, kering, dan kadang-kadang berlipat-lipat (keriput) 4) Abdomen cekung atau rata 5) Proporsi tubuh seimbang 6) Bayi tampak gesit, aktif, dan kuat 7) Tangisan cukup kuat 8) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat 9) Menghisap cukup kuat (Regina, 2011; h.100)

  Dalam menegakkan diagnosa BBLR yaitu dengn terlebih dahulu menimbang berat badan lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir dan dapat diketahui dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

  Untuk merumuskan diagnose kebidanan, bidan harus menganalisi data yang diperoleh dari hasil pemantauan yang kontinu pada bayi dan dari observasi serta diskusi dengan orang tua. Diagnose bisa berupa diagnose fisik, kognitif, atau psikologis (Bobak, 2005; hal.

  894).

  Pada bayi dengan berat badan lahir rendah termasuk kelompok risiko tinggi dapat ditemukan beberapa diagnose atau masalah kebidanan yang kemungkinan terjadi diantaranya: a. Tidak efektifnya termoregulasi.

  b. Intolerans aktivitas.

  c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit

  d. Risiko tinggi infeksi (Hidayat, 2005; hal. 190)

  Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada BBLR, antara lain : 1) Pemeriksaan Skor Ballard 2) Tes kocok ( shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan 3) Cek darah rutin, glukosa darah, jika perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah 4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau setelah diperiksakan didapatkan hasil terjadi sindrom gawat nafas

  5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang bulan. (Dewi, 2012; h.20-21)

  1) Mempertahankan Fungsi Pernapasan Pengkajian awal dimulai dengan mengkaji pernapasan dan mengamati kemampuan bayi untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan transisi akibat berbagai penurunan pernapasannya, seperti: penurunan jumlah alveoli fungsional, defisiensi kadar surfaktan, lumen pada sistem pernapasan lebih kecil, jalan napas lebih sering kolaps dan kapiler-kapiler dalam paru mudah rusak dan tidak matur sehingga menghambat usaha napas bayi dan mengakibakan gawat napas atau Apnea. (Bobak, 2005; h.891)

  2) Mempertahankan Fungsi Kardiovaskuler Mengkaji sistem kardiovaskuler dan kemampuan untuk melakukan perfusi ke jaringan dan organ yang esensial. Gejala- gejala ini meliputi penurunan tekanan darah, perlambatan pengisian kapiler, dan gawat napas yang berlanjut walaupun telah dilakukan oksigenasi dan ventilasi. (Bobak, 2005; h.891)

  3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehingga panas tubuhnya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan. (Manuaba, 2010; h.438)

  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hilangnya suhu tubuh adalah seperti berikut : a. Minimalnya lemak pada subcutaneous b.

Minimnya penyimpanan dari “brown fat “

  c. Penurunan atau tidak adanya reflek control dari kapiler kulit ( shiver respons)

  d. Inadekuat masa otot untuk aktivitas

  e. Mudah rusaknya pembuluh darah kapiler

  f. Immature pengaturan suhu sentral di otak dimana harus beradaptasi dengan lingkungan. (Regina, 2011; h.102) Jika bayi sangat prematur atau sakit dan perlu ditelanjangi untuk tujuan observasi/prosedur : a. Tempatkan pada isolator (incubator) atau di bawah penghangat radian.

  o o

  b. Unit perawatan intensif dijaga pada suhu 26 -28 C dan bebas aliran udara.

  c. Gunakan gas ventilator yang hangat dan telah dilembabkan.

  d. Berikan pakaian dengan sarung kaki dan topi (penting karena area permukaan kepala bayi relatif besar dibandingkan tubuhnya). Jika bayi prematur namun stabil :

  a. Berikan pakaian

  b. Tempatkan pada isolator (inkubator) atau matras hangat dalam ranjang c. Selimuti, tempatkan pada ruangan yang hangat bebas aliran udara. (Lissauer, 2008; h.74-75)

  4) Fungsi Sistem Saraf Pusat Pada bayi prematur, system saraf pusat (SSP) rentan terhadap cedera dari berbagai sumber berikut; trauma lahir disertai kerusakan pada struktur yang tidak matur, perdarahan dari kapiler-kapiler yang rentan. Perawatan mengkaji fungsi SSP dengan memeriksa kemampuan bayi untuk mengkoordinasi aktivitas menghisap dan menelan dengan memantau kerusakan control SSP terhadap sistem pernapasan dan kardiovaskuler (apnea dan brakikardi). (Bobak, 2005; h.891)

  5) Mempertahankan nutrisi yang adekuat Upaya mempertahankan nutrisi yang adekuat pada bayi prematur diperberat oleh masalah asupan dan metabolism dikarenakan tidak memiliki reflek menghisap, reflek menelan, kapasitas perut kecil, dan otot-otot abdomen lemah. Fungsi metabolik pada bayi prematur diperlemah dengan terbatasnya cadangan nutrisi, penurunan kemampuan untyk mencerna protein atau mengabsorbsi nutrisi dan tidak maturnya sistem enzim. Perawat melakukan pengkajian berkelanjutan terhadap kemampuan bayi untuk minum dan mencerna nutrisi. Petugas kesehatan perlu disiapkan untuk memberi nutrisi kepada bayi dengan cara selain per oral (misalnya dengan selang atau secara intravena). (Bobak, 2004; h.892)

  Alat pencernaan bayi belum matang, masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg berat badan dan kalori 110 Kal/kg berat badan. Refleks menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit melalui sonde, sebaiknya diberi ASI karena merupakan nutrisi yang paling sesuai.

  Pemberian cairan perparenteral disesuaikan dengan keadaan bayi sedang puasa atau tidak. Permulaan cairan diberikan sekitar 10-20 cc/kg berat badan per hari dan terus dinaikkan mencapai sekitar 60-90 cc/kg berat badan per hari. (Regina, 2011; h.103- 104)

  6) Pencegahan Infeksi Bayi prematur mengalami peningkatan risiko terhadap infeksi karena cadangan immunoglobulin maternal menurun, kemampuan untuk membentuk antobodi rusak, dan sistem integument rusak (kulit tpis dan kapiler rentan). (Bobak, 2005; h.892)

  Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. (Manuaba, 2010; h.439)

  7) Mempertahankan Fungsi Ginjal Sistem ginjal yang tidak matur pada bayi prematur tidak mampu secara adekuat mengekskresi metabolit dan obat-obatan, mengonsentrasi urin dan mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan, atau elektrolit. Mengkaji masukan dan haluaran serta berat jenis urin, memantau nilai-nilai laboratorium untuk menilai keseimbangan asam basa dan elektrolit, dan mengobservasi gejala toksisitas obat.

  (Bobak, 2005; h.892) 8) Mempertahankan Status Hematologi

  Dibanding bayi aterm, bayi prematur dihadapkan pada masalah hematologi akibat faktor-faktor berikut; peningkatan kerentanan kapiler, peningkatan kecenderungan perdarahan (kadar protrombin plasma darah), perlambatan perkembangan sel-sel darah merah, peningkatan hemolysis, kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan. (Bobak, 2005; h.892)

  9) Penimbangan Berat Badan Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

  Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gram, dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.

  Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya :  150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20- 30 g/hari)

   200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari). (Depkes RI, 2005)

Tabel 2.2 Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

  KRITERIA Berat lahir bayi <2500 gram

  KATEGORI Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) PENILAIAN Berat Lahir < 1500 gram Berat Lahir 1500- 2500 gram

  PENANGANAN Puskesmas

  

a. Mengeringkan secepatnya dengan handuk hangat

  b. Mengganti kain yang basah dengan yang kering dan hangat secepatnya Mempertahankan tetap hangat

  c. Memberikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit

dan/ membungkus BBLSR dengan kain hangat

d. Memberi lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari bayi

  e. Menutup kepala bayi dengan topi

  f. Memberi oksigen Memsatikan tali pusat dalam keadaan bersih a. Menetesi ASI. Bila dapat menelan. Bila tidak dapat menelan, langsung merujuk.

  a. Memberi ASI.

  Bila tidak dapat menghisap, bisa menelan langsung dari puting b.

  b.

  Merujuk ke Rumah Sakit Bila tidak dapat menelan, langsung merujuk.

  a. Sama dengan diatas Rumah Sakit

  

b. Memberi minum dengan sonde/ menetesi ASI

  c. Bila tidak mungkin, infuse dekstrose 10 % + Bicarbonas Natricus 1,5 % = 4 : 1 d. Antibiotika

  e. Bila tidak dapat menghisap puting susu/ tidak dapat menelan langsung/ sesak/ biru/ tanda-tanda hipotermi berat, menerangkan kemungkinan bayi akan meninggal

  Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal hal. 378

  Penatalaksanaan Medis

  1. Medikamentosa Pemberian Vitamin K :

  

1

  a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

  b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

  2. Diateteik Pemberian nutrisi yang adekuat

  a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI, diberikan melalui sendok atau pipet c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan, harus dipasang sonde fooding.

  Organ pencernaan bayi prematur masil belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 g/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum pada bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. (Manuaba, dkk, 2010; h.438)

  j. Komplikasi BBLR

  1. Hipotermi Bayi prematur atau KMK bayi ini memiliki cadangan glukosa yang buruk, penurunan jaringan subkutan,dan cadangan lemak coklat sedikit atau tidak ada sama sekali. Saat neonatus terpajan dengan dingin, pertama-tama ia akan menjadi gelisah, kemudian saat suhu inti tubuhnya turun, ia mengadopsi posisi fleksi yang rapat guna mencoba mempertahankan panas. Bayi yang sakit atau prematur akan cenderung berbaring terlentang dengan posisi seperti katak dengan semua permukaan tubuhnya terpajan, yang memaksimalkan kehilangan panas. (Fraser, 2009; h.781)

  2. Anemia Umumnya dijumpai pada bayi dengan Berat Badan Lahr

  Rendah, terutama akibat :

  a. Kehilangan darah akibat pengambilan contoh darah berulang dan volume darah bayi prematur yang hanya 80 mL/kg.

  b. Anemia fisiologik pada prematuritas. Keadaan ini terjadii pada usia 2-4 bulan akibat massa sel darah merah yang rendah, usia sel darah merah yang memendek, dan kebutuhan yang sangat meningkat akibat pertumbuhan.

  3. Hipoglikemia Hipoglikemia berarti konsentrasi gula darah yang rendah.

  Hipoglikemia pada bayi prematur mungkin akan lebih sering tertidur, dan usaha menerima makanan pertama dapat mencerminkan usia gestasi. Kebutuhan pemberian susu total (60 ml/kg pada hari pertama, dengan peningkatan 30 ml/kg per hari) mungkin tidak didapatkan langsung dari ASI dan makanan tambahan dapat diberikan dengan menggunakan cangkir. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan gula darah yang dianggap kadar normal terendah, yakni 2,6 mmol/dl. (Fraser, 2009; h.767-768)

  4. Perdarahan Intracranial Pada bayi prematur, pembuluh darah masih sangat rapuh sehingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, trombositopenia idiopatik ini biasanya disertai dengan hipoksia yang semakin memburuk. Kebanyakan diagnosis dibuat setelah 72 jam kelahiran, ketika keadaan bayi memburuk secara mendadak. (Derek, 2010; h.198)

  5. Sindrom Gawat Napas Bayi prematur lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit tetapi seiring dengan semakin bertambahnya usia, kebutuhan terhadap surfaktan melebihi suplai. Hal ini memberikan gambaran klinis bayi yang menderita gawat napas progresif, yang kemungkinan terjadi 4 jam sebelum terdapat presentasi yang signifikan. (Fraser, 2009; h.794)

  6. Hiperbilirubinemia Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan ditandai dengan ikterus, keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut sebagai ikterus neonatorum yang bersifat patologis atau lebih dikenal dengan hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi kern ikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. (Hidayat, 2005; hal. 192)

  Bayi dismatur lebih sering mendapat hiperbilirubinemia disbanding dengan bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya.

  Banyak bayi baru lahir bermuka merah (pletorik) karena polisitemia. Polisitemia meningkatkan viskositas darah, sehingga merusak sirkulasi. Selain itu, peningkatan jumlah sel darah merah yang akan dihemolisis ini akan meningkatkan baban bilirubin potensial yang harus dibersihkan oleh bayi baru lahir. Sel-sel darah merah berlebih diproduksi didalam hati dan limpa selain di tempat-tempat biasa di sumsum tulang. Dengan demikian, fungsi hati dan bilirubin klirens dapat terkena efek yang merugikan.

  (Bobak, 2004; h.906) Hiperbilirubinemia terkonjugasi terutama berhubungan dengan nutrisi parenteral total ( Total Perenteral Nutrition, TPN), enterokolitis nekrotikans, dan infeksi kongenital.

Tabel 2.3 Penilaian Klinik Kemungkinan Komplikasi pada BBLR

  Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang Kemungkinan Diagnosis Bayi terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah. Waktu timbulnya kurang 2 hari.

  Menangis lemah, kurang aktif, malas minum, kulit teraba dingin, kulit mengeras kemerahan, frekuensi jantung kurang 100x/menit, napas pelan dan dalam.

  Suhu tubuh kurang 36,5 C Hipotermi

  Kejang timbul saat lahir sampai dengan hari ke-3. Riwayat ibu Diabetes

  Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar.

  Kadar glukosa darah kurang 45 mg/dl (2.6 mmol/L) Hipoglikemia

  Ikterik (warna kuning) timbul saat lahir sampai dengan hari ke-3.

  Kulit, konjungtiva berwarna kuning Pucat

  Ikterus/ Hiperbilirubinemia Berlangsung lebih dari 3 minggu. Riwayat infeksi maternal. Riwayat ibu pengguna obat. Riwayat Ikterus pada bayi yang lahir sebelumnya. Ibu tidak dapat Bayi kelihatan bugar Kenaikan berat bayi Masalah

atau tidak berhasil kurang 20 gram/hari pemberian minum.

Menyusui. selama 3 hari. Malas atau tidak mau minum. Waktu timbul sejak lahir.

  

Ibu demam Bila ditemukan Laboratorium darah : Infeksi atau curiga sebelum dan Beberapa dari Jumlah lekosit Sepsis selama temuan ganda : Lekositosis atau persalinan. Bayi malas minum. leukopenia. Ketuban Pecah Demam tinggi atau trombositopenia Dini. hipotermi. Persalinan dengan Tindakan. Timbul asfiksia Bayi letargi/kurang Gambaran darah tepi pada aktif. (bila tersedia fasilitas) saat lahir. Gangguan napas. Bayi malas Kulit ikterus. minum. Sklerema atau Timbul pada saat skleredema. lahir sampai 28 Kejang. hari.

Bayi KMK atau Lahir dengan asfiksia Pemeriksaan Sindroma Aspirasi

lebih Air ketuban Radiologi Dada mekonium bulan. bercampur (bila tersedia) Air ketuban mekonium bercampur Tali pusat berwarna mekonium kuning kehijauan. Lahir dengan riwayat asfiksia.

  Sumber : Buku Acuan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar Hal 5-3

  • – 5-4

  Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi berat badan lahir rendah lebih penting daripada menghadapi kelahiran dengan berat yang rendah, yaitu :

  1. Usahakan agar melakukan asuhan antenatal yang baik, segera melakukan konsultasi-merujuk penderita bila terdapat kelainan.

  2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR.

  3. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.

  4. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari partum normal kehamilan.

  5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat.

  (Manuaba, 2010; h.440)

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

  a) TEORI ASUHAN KEBIDANAN MENURUT VARNEY 1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien BBLR.

  Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi iu dan bayi baru lahir. Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. (Varney, 2007; h.27)

  2. Mampu menginterpretasikan data pada pasien dengan BBLR.

  Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. (Varney, 2007; h.27)

  3. Mampu mengidentifikasikan diagnosaa potensial aatau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kebidanan yang timbul pada pasien dengan BBLR.

  Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang akan muncul.

  Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

  (Varney, 2007; h.27) 4. Mampu mengantisipasi tindakan segera pada pasien dengan BBLR.

  Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan yang berkelanjutan. (Varney, 2007; h.27)

  5. Mampu merencanakan Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada pasien BBLR.

  Langkah kelima adalah mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. (Varney, 2007; h.28)

  6. Mampu melakukan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan masalah.

  Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan yang menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan member kontribusi terhadap penatalaksanaan dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. (Varney, 2007; h.28)

  7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus pasien dengan BBLR.

  Langkah terakhir ini merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi. (Varney, 2007; h.28)

  8. Mampu mendokumentasikan hasil pengkajian kasus secara Varney dan data perkembangan didokumentasikan menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, dan Planning) sebagai catatan perkembangan. Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi : S (Subyektif) : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya.

  O (Obyektif) : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan.

  A (Assesment) : Kesimpulan dari data-data subyektif dan obyektif yang didapat.

  P (Planning) : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi data diatas. b) TEORI ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR

  1. Pengkajian

  a. Data Subjektif Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari hasil anamnesa yang meliputi identitas klien, alasan dating, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat obstetric, riwayat perkawinan, riwayat KB, pola kebutuhan sehari-hari, psikososial atau kultural dan spiritual, dan pengetahuan Ibu. 1) Identitas bayi atau pasien

  Identitas bayi merupakan bagian yang penting dalam anamnesa. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang lain. Kesalahan identitas klien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum. (Matondang, 2009; h.4)

  a) Nama Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap; nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarganya untuk mencegah kekeliruan dengan bayi lain. (Matondang, 2009; h.5) b) Umur

  Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaan lainnya. Apabila tanggal lahir tidak diketahui dengan pasti, maka ia dapat diperkirakan dengan menghubungkan suatu peristiwa yang umumnya diketahui, misalnya hari raya. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan umurnya.

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY.S UMUR 0 HARI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD KARANGANYAR - UNS Institutional Repository

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN MASA ANTARA PADA NY I UMUR 25 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU 6 HARI DI PUSKESMAS WANGON II BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 64

BAB I PENDAHULUAN - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PATOLOGIS PADA BAYI NY. R UMUR 3 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PATOLOGIS PADA BAYI NY. R UMUR 3 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 48

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD), BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.U G3P2A0 UMUR 30 TAHUN UMUR KEHAMILAN 11 MIN

0 2 120

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Karakteristik - HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 32

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi - Ade Ninik Setyorini BAB II

0 0 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGI,MASA ANTARA,(KONTRASEPSI IMPLANT) PADA NY.S UMUR 33 TAHUN G3P2A0 DI PUSKESMAS 1 CILONGOK 1 - repository perpustakaan

0 0 84

BAB II TINJAUAN TEORI A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.M UMUR 24 TAHUN G1P0A0 DENGAN SUSPECT HAMIL 5 MINGGU 4 HARI DI DESA ALASMALANG WILAYAH KERJA PUSKES

0 2 86

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DISMATURITAS PADA BAYI NY.W UMUR 1 HARI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 13