BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM MENGGUNAKAN BATANG PADI PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1 DESA KEDARPAN KECAMATAN KEJOBONG
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Menurut Sumantri (2005: 143) ketrampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Saputra dan Rudyanto (2005: 118) juga mengatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan lain-lain.
Heri Rahyubi (2012: 222-223) aktivitas motorik halus (fine motor
activity) di definisikan sebagai ketrampilan yang memerlukan kemampuan
untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan tangan yang efisien,tepat dan adaptif.
Perkembangan motorik halus atau ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam perkembangan motorik. Contoh misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting dan menulis.
7 Menurut Sujiono dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi
Perkembangan motorik halus adalah gerakan yanag menggunakan otot- otot kecil yang melibatkan anggota tubuh tertentu yang di pengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kemampuan motorik halus dapat dikembangkan. dengen kegiatan seperti melipat, meronce, menggunting, menggambar, mewarnai gambar, menganyam dan lain-lain.
Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Bagi anak usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan kognisi (Bredekamp, 1987 dalam solehuddin 2000).
Perlu diketahui bahwa kemampuan motorik halus sangat penting karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Mayke (2007) bahwa motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis,menganyam, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, (Endah, 2008). Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
Perkembangan ini akan berpengaruh pada kemampuan sosial emosi0nal, bahasa, dan fisik anak.
Menurut Hurlock dalam wuryani (2008: 2.14) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Ketiga unsure ini melaksanakan masing-masing perananya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsurnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadanya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil dalam menggerak-gerakan tubuhnya.
Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi penerimaan anak yang menyediakan kesempatan untuk mempelajari ketrampilan social. Keunggulan perkembangan motorik memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan.
Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik kasar lebih dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Hal ini terbukti ketika anak sudah dapat berjalan dengan menggunakan otot-otot kakinya, kemudian anak baru mampu dapat mengontrol tangan dan jari- jarinya untuk menggambar atau menggunting. Keterampilan motorik halus pada umumnya memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Maka diperlukan intensitas kegiatan yang syarat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Gerak tersebut berasal dari perkembangan reflex dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengn demikian, sebelum perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak akan tetap tak berdaya. Suyadi (2010: 67) Laura E.Berk menjelaskan perkembangan fisik motorik pada anak usia dini dengan melakukan pengamatan terhadap anak-anak yang sedang bermain dihalaman sekolah atau pusat-pusat permainan edukatif lainya. Hasil pengamatanya menunjukan bahwa ketika anak-anak bermain, maka akan muncul adanya ketrampilan motorik baru yang masing-masing membentuk pola kehidupanya.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga faktor yang menentukan dalam perkembangan motorik yaitu otak, saraf dan otot. Ketika motorik bekerja, ketiga faktor tersebut melaksanakan masing- masing peranannya secara interaksi positif, artinya factor-faktor yang satu saling berkaitan, saling melengkapi dengan faktor yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Jadi ketiga unsur tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan, misalnya berbicara, berjalan, berlari, menulis menggambar dan sebagainya.
Hal penting dalam mempelajari motorik halus yaitu, diantaranya
kesiapan belajar merupakan apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan
kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap. Kesempatan belajar banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari ketrampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anak.
Kesempatan berpraktek anak harus diberi waktu untuk berpraktek
sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu ketrampilan. Meskipun demikian, kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya.
Model yang baik karena dalam mempelajari ketrampilan motorik, meniru
suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu ketrampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang baik karena anak merupakan peniru ulung. Bimbingan untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbinagn juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
Dan Motivasi motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari ketrampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari kelompok sabayanya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu dan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang sering membutuhakan koordinasi mata dan tangan yang tepat.
2. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Halus
Menurut Fiits dan Postner (dalam sumantri 2005: 101) proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam tiga tahap yaitu: pertama Tahap Verbal Kognitif dalam tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari. Sedanngkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Kedua Tahap Asosiatif tahap ini juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaanya. Pada tahap ini anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Ketiga Tahap Otomatis pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan ketrampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan ketrampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.
Menurut Sujiono (2009: 1.4) secara umum ada tiga tahap perkembangan ketrampilan motorik halus pada anak usia dini yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomos. Pada tahap kognitif anak berusaha memahami ketrampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Tahap asosiatif anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali. Tahap autonomos gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon efisien dengan sedikit kesalahan anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.
Sedangkan menurut John w. santrock (2007: 216-218) dibagi menjadi dua tahap yaitu: pertama Masa bayi Bayi sangat sedikit memiliki kontrol terhadap ketrampilan motorik halus sewaktu lahir, tetapi mereka memiliki banyak komponen yang akan menjadi gerakan lengan, tangan, dan jari yang terkoordinasi (Rosenblith, 1992). Awal mula meraih dan menggenggam menandai prestasi yang penting dalam interaksi bayi.
Awalnya, bayi menggerakan bahu dan siku mereka secara kasar, tetapi kemudian mereka menggerakkan pergelanagn tangan, memutar tangan mereka, serta mengkoordinasikan ibu jari dan telunjuk mereka. Bayi 4 bulan sangat bergantung pada sentuhan untuk menentukan bagaimana mereka akan menggenggam sebuah objek, Bayi 8 bulan lebih mungkin menggunakan penglihatan sebagai tuntunan (Newell dkk, 1989).
Perubahan perkembangan ini efisien karena penglihatan memungkinkan bayi untuk menyesuaikan bentuk tangan sebelum meraih suatu objek. kedua yaitu Masa Kanak-Kanak Pada usia 3 tahun anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil diantara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu, tetapi mereka masih canggung melakukanya. Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun bermasalah dalam meletakan atau menyusun sesuatu, saat berumur 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat.
Tangan, lengan, jari semua bergerak bersama dibawah perintah mata. Saat masa kanak-kanak anak dapat menggunakan tangan mereka dengan terampil sebagai alat.
3. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik Halus
Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 114) prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhanya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembanganya.
Menurut B.E.F Mountolalu ada 5 prinsip utama perkembangan motorik yaitu: kematangan yaitu kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Urutan pada anak usia 5 tahun anak lebih memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampua yang berkoordinasikan gerakan motorik tangan yang seimbang. Motivasi kematangan motorik memotivasi anak untuk melakukan aktivitas motorik dalam lingkungan yang luas. Pengalaman perkembangan gerakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Praktek beberapa kebutuhan anak usia TK yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktekan anak dengan bimbingan guru.
Menurut Sumantri (2005: 48) salah satu prinsip perkembangan motorik anak usia dini yang normal yaitu terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhanya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan, stimulasi, aktivitas gerak yang sesuai dengan masa perkembanganya.
4. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Halus a. Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Menurut Sumantri (2005: 145) aktivitas pengembangan ketrampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melaui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, menggambar, mewarnai, menempel dan menganyam. Pengembangan ketrampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan ketrampilan motorik halus lainya, melatih kemampuan anak melihat kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persipan membaca awal.
Kemudian Saputra dan Rudyanto (2005: 115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi.
b. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Menurut Suyanto (2005: 51) motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, dan menggunting. Berbagai kegiatan seperti melipat, mengelem, menggunting melatih motorik halus pada anak.
Saputra dan Rudyanto (2005: 116) mengatakan bahwa fungsi perkembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat, untuk melatih penguasaan emosi.
Sumantri (2005: 146) menjelaskan bahwa fungsi perkembangan motorik halus dapat mendukung aspek pengembangan aspek lainya seperti kognitif dan bahasa serta social karena pada hakekatnya setiap perkembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.
Dapat di simpulkan bahwa tujuan dan fungsi perkembangan motorik halus yaitu agar otot-otot yang di lewati oleh anak dapat berkembang dengan maksimal.
B.
Kegiatan Menganyam dengan Media Batang Padi di Taman Kanak -
Kanak1. Kegiatan Pembelajaran di Taman Kanak –Kanak
Menurut Suyanto (2005: 133) Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan menyanyi. Pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, gembira dan demokratis, bebas memilih dan merangsang sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajran. Anak tidak duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang di lingkunagnya, baik secara fisik maupun mental.
Biasanya pembelaja ran yang digunakan di TK yaitu “Belajar Sambil Bermain
” dimana anak dalam Bermain adalah dunia dan sekaligus sarana belajar bagi anak. Memberi kesempatan belajar pada anak berarti memberi kesempatan untuk belajar bagi anak. Musfiroh (2005: 36 ), memberi penjelasan bahwa melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk membangun dunianya, berinteraksi dengan orang lain, mengekspresikan dan mengontrol emosinya, serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk mempraktekan ketrampilan-ketrampilan yang baru di perolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk berinteraksi dengan lingkunganya. Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak untuk berkambang secara optimal. Bermain secara langsung mempengruhi seluruh wilayah dan seluruh aspek perkembangan anak. Kegiatan bermai memungkinkan anak untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkunganya. Dalam kegiatan bermain anak bebas untuk bereksplorasi, berimajinasi, dan menciptakan sesuatu. (dalam musfiroh, 2005: 1)
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Diana (2008: 91)
Permainan dan bermain memiliki arti dan makna tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikandiri anak artinya permainan digunakan sebagai sarana membawa anak kea lam masyarakat. Mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat , mengenal dan menghargai masyarakat. Fungsi bermain terhadap sensori motoris anak penting untuk mengembangkan otot-ototnya dan energy yang ada. Aktivitas sensori motoris merupakan komponen yang paling besar pada semua usia , namun yang paling dominan pada bayi. Diana (2008: 113)
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik dan social, system komunikasi. Bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak. Kegiatan bermain mempengaruhi enam aspek perkembangan anak, yaitu aspek kesadaran diri, emosional, social, komunikasi, kognisi,dan ketrampilan motorik. Bermain memiliki kekuatan untuk menggerakan perkembangan anak. Pada masa anak-anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energy perkembangan itu sendiri. (Horn,dkk,1999).
Namun disini peneliti menggunakan metode pemberian tugas karena anak akan disuruh untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2. Pengertian Menganyam dengan Batang Padi
Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda atau barang pakai dan seni yang dilakukan dengan cara saling menumpang tindihkan bagian-bagian bahan anyaman secara bergantian. Kegiatan menganyam dilakukan dengan cara menyusun bagian-bagian bahan anyaman sehingga membentuk suatu motif anyaman atau membentuk model anyaman. Melalui ketrampilan menganyam diharapkan dapat mengembangkan kompetensi rasa seni, ketekunan, kesabaran, dan kecekatan anak Tk sejalan dengan perkembangan rasa seninya. (Sumanto, 2005: 119)
Biasanya yang digunakan dalam kegiatan menganyam di taman kanak-kanak menggunakan media kertas, daun pisang, daun kelapa (janur), pita dan lain-lain.
Disini media yang digunakan yaitu batang padi. Batang padi adalah tangkai padi yang sudah kering biasanya dihasilkan ketika padi sudah dipanen. Anak akan mengenal batang padi itu diperoleh dari mana? Kegiatan menganyam di tk khususnya di kelompok B masih agak sulit karena biasanya alur yang dibuat terlalu rumit jadi anak akan susah untuk menyusunya. Disini saya akan membuat anyaman menggunakan batang padi dengan pola yang sederhana jadi anak akan mudah mengerjakanya sendiri.
Dengan menggunakan batang padi anak akan mengetahui bagian mana yang halus dan mana yang kasar. Anak akan menggunakan kemampuan motorik halusnya yaitu dengan cara meraba.
Kegiatan menganyam dilakukan dengan cara pembelajaran yang menyenangkan yaitu agar anak tidak bosan pada kegiatan ini. Karena biasanya anak akan cepat bosan ketika pembelajaran dilakukan didalam kelas jadi disini peneliti akan mengajak anak untuk bermain ke kebun atau sawah. Ketika anak diajak kesawah disitu peneliti akan menjelaskan kepada anak bahwa batang padi itu diperoleh dari tangkai padi yang sudah dipanen oleh Bapak tani. Saat mengenalkan batang padi secara otomatis anak akan secara langsung memiliki banyak pertanyaan tentang batang padi.
3. Tujuan Menganyam Menggunakan Batang Padi.
Untuk melatih motorik halus anak terutama koordinasi mata dan ketelitian tangan serta melatih kesabaran anak. Dengan menganyam daya kreativitas anak akan berkembang. Selain itu anak akan memahami bagaimana cara membuat anyaman dengan menggunakan batang padi sehingga dapat membentuk sebuah mainan yaitu tikar-tikaran kecil. Serta dapat Meningkatakan daya kreativitas anak, serta melatih motorik halus pada anak,sehingga perkembangan motorik halus anak berkembang secara optimal. Melatih kemandirian sehingga anak mampu membuat anyaman dengan sendiri. Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri. Hurlock (1978: 150).
Sumanto (2005: 119) untuk mengembangkan kompetensi rasa seni, ketekunan, kesabaran dan kecekatan anak TK sejalan dengan perkembangan rasa seninya.
4. Media Yang Digunakan dalam Kegiatan Menganyam Sumanto (2005: 121) media yang digunakan yaitu kertas, daun pisang, daun kelapa(janur), dan pita.
Media yang digunakan pada kemampuan motorik halus dalam kegiatan menganyam yaitu kertas, batang padi yg sudah kering yang telah dipotong sesuai ukuran kertas.
5. Langkah-Langkah Menganyam
Langkah-langkah pembuatan anyaman menggunakan batang padi, pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu, kertas yang sudah di beri lubang untuk menganyam, kemudian siapkan batang padi yang sudah kering kemudian anak menggunting batang padi sesuai dengan ukuran kertas. Setelah itu guru memberikan contoh bagaimana cara menganyam yang benar yaitu dimulai dari bagian atas melalui atas bergantian dengan bawah dan seterusnya sampai selesai. Kemudian anak menirukan apa yang diperintah oleh guru. Lalu hasil anyaman yang dikerjakan oleh anak kemudian dinilai oleh guru dan dipajang.
C. Kriteria Hasil Belajar 1. Pedoman Penilaian
Brewer (dalam Anita Yus 2005: 29-30) menyatakan penilaian adalah penggunaan system evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak. Berarti penilaian itu harus dilakukan menyeluruh dari apa yang akan dinilai.
Howard Gradner dalam Anita Yus (2005: 31) menegaskan bahwa penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai ketrampilan dan potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama, memberikan umpan balik yang bermanfaat kapada individu yang bersangkutan. Kedua, sebagai data yang berguna bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Penilaian pada pendidikan anak TK lebih banyak untuk mendeskripsi ketercapaian perkembangan anak.Dengan penilaian dapat diketahui dan ditetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Menurut Dimyati (2013: 95) cara pencatatan hasil penilaian harian perkembangan anak dilaksanakan sebagai berikut: ● : Berhasil √ : Berhasil dengan bantuan guru ○ : Belum berhasil
Menurut Depdiknas (2005: 6) cara penilaian hasil harian dilaksanakan sebagai berikut o
: Dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak melakukan atau menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru.
: Dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak mampu ● melakukan atau menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru.
√ : Kemampuan anak cukup .
Prosedur penilaian harian menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di RKH, sebagai berikut :
Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu oleh guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( )
Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indicator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( )
Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indicator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ) Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang
( ) 2.
Indikator Hasil Belajar
Pengembangan kegiatan menganyam menggunakan batang padi bertujuan untuk meningkatkan motorik halus pada anak usia dini terutama ketrampilan tangan. Dengan kegiatan menganyam menggunakan batang padi anak akan telaten dalam kegiatan tersebut. Hurlock (1978: 159) Ketrampilan tangan merupakan pengendalian otot tangan, bahu, dan pergelangan tangan meningkat dengan cepat selama masa kanak-kanak.
Mengacu pada kurikulum 2004 (halaman 24) standar kompetensi TK/RA dan matrik TK kelompok B.
Tabel 2.1 Indikator Hasil BelajarIndikator Yang Diharapkan NO
( kemampuan motorik halus) 1. Menganyam Dengan menggunakan batang padi sesuai urutan.
2. Meniru membuat garis tegak yaitu dari batang padi.
3. Menggunting batang padi dengan rapi.
4. Menciptakan bentuk dengan batang padi sehingga membentuk suatu benda atau barang.
Kurikulum Tk 2004 halaman 24 dan Matrik Tk kelompok B
D. Kerangka Berfikir
Pada kegiatan menganyam menggunakan batang padi yaitu untuk meningkatakan perkembangan motorik halus anak. Guru mempersiapakan tempat untuk kegiatan menganyam yaitu di dalam kelas, diusahakan anak tertarik dengan kegiatan menganyam. Kemampuan motorik halus yang telah berkembang baik dalam diri anak dapat berpengaruh terhadap aspek perkembangan yang lain. Kemudian guru menyiapkan alat alat yg digunakan untukn menganyam yaitu kertas asturo dan batang padi yang telah dipotong.
Berhasil atau tidaknya peningkatan kemampuan motorik halus anak bukan hanya merupakan tanggung jawab guru semata tetapi juga tanggungjawab orangtua. Bahkan orangtua harus lebih mengerti tentang perkembangan yang sedang dialami oleh anak. Untuk mengembangkan perkembangan motorik halus pada anak orangtua harus lebih teliti dan selalu memberikan motivasi serta arahan pada anak. Sehingga perlu adanya kerjasama antara guru dan orangtua. Jadi peran guru dan orangtua sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan anak.
Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penalitian pada kondisi awal pembelajaran di TK. Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan penelitian yang di mulai dengan siklus 1. Dalam penelitian media yaitu menggunakan metode bermain menganyam menggunakan batang padi. Anak terlihat tertarik karena bahan yang digunakan untuk menganyam tidak mengunakan kertas tetapi menggunakan batang padi yang sudah kering. Disini kemampuan motorik halus anak sedikit meningkat tetapi belum maksimal.
Setelah siklus pertama dilakukan dengan 3x pertemuan, karena hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan menggunakan siklus 2 yang dilakukan dengan 3x pertemuan. Setelah dilakukan siklus yang kedua kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam meningkat secara maksimal.
Untuk mempermudah pemahaman kegiatan ini maka dibuat kerangka berfikir sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka BerfikirKondisi Awal Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik, sehingga perkembangan motorik halus pada kegiatan menganyam rendah.
Dilakukan pembelajaran pengenalan kegiatan menganyam
Siklus I Guru mengajarkan kegiatan menganyam sederhana kepada anak dengan menggunakan media batang padi yang sudah kering.
Siklus II Menggunakan media batang padi anak akan tertarik karena tidak menggunakan media kertas lagi
Terjadi peningkatan yang optimal pada kemampuan motorik halus melalui kegiatan bermain menganyam menggunakan batang padi
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam menggunakan media batang padi yang sudah kering kelompok B TK Pertiwi 1 Kedarpan Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga tahun Ajaran 2012-2013.