BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA MASJID BESAR BABUL QUDUS A. Kondisi Lingkungan Masjid - SEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1926-2017 - repository perpustakaan

  1. Lingkungan Geografis Kecamatan Jatilawang Secara geografis kecamatan Jatilawang terletak pada 7 25’- 7 50’ Lintang

Selatan dan 108 22’- dan 109 50’ Bujur timur. Bentang alam yang terdapat di

  Kecamatan Jatilawang meliputi: Sungai Tajum, Sungai Lo Pasir, Sawah, Pegunungan, Dataran Rendah, Situ Bamban, dan Hutan. Secara administratif, Kecamatan Jatilawang terletak di wilayah Kabupaten Banyumas bagian selatan.

  Wilayah Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 Desa, 33 Dusun, 56 RW, dan 350 RT.

  Luas wilayah kecamatan Jatilawang kurang lebih mencapai 48,16 km2 /4.815,95 Ha. Batas-batas Kecamatan Jatilawang meliputi: Sebelah Utara : Kecamatan Purwojati Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap Sebelah Timur : Kecamatan Rawalo Sebelah Barat : Kecamatan Wangon

  20

Tabel 1.0 Daftar Desa di Kecamatan Jatilawang No. Desa Jarak dari Kantor Kec. ke Kantor Desa (km) Tinggi Desa dari permukaan laut (m)

  3.00

  2.60

  19

  8 Bantar

  4.50

  18

  9 Tinggarjaya

  18

  21

  10 Tunjung

  0.15

  21

  11 Gentawangi

  4.00

  20 (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)

  7 Kedungwringin

  1.00

  1 Gunung Wetan

  3.00

  5.00

  19

  2 Pekuncen

  2.00

  20

  3 Karanglewas

  21

  6 Adisara

  4 Karanganyar

  2.50

  21

  5 Margasana

  2.20

  21

  Kecamatan Jatilawang sendiri merupakan salah satu wilayah bekas Kawedadan Jatilawang. Wilayah Kawedanan Jatilawang pada masa lampau meliputi: Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Rawalo, dan Kecamatan Purwojati. Kecamatan Jatilawang dilalui Jalan Propinsi atau dikenal dengan sebutan jalur selatan yang menghubungkan antara Kota Purwokerto-Bandung-Jakarta. Jarak dari Jatilawang ke Ibu Kota Kabupaten Banyumas (Purwokerto) kurang lebih ± 30 km atau 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

  2. Pemerintahan Kecamatan Jatilawang dipimpin oleh seorang Camat. Setiap Desa dipimpin oleh masing-masing Kepala Desa atau Lurah. Masing-masing RT dan

  RW dipimpin oleh Ketua RW dan Ketua RT. Beberapa tokoh yang menduduki jabatan sebagai Camat di Kecamatan Jatilawang antara lain:

  Tabel 1.1

Nama Camat yang Pernah Menjabat dan

Masa Tahun Jabatanya di Kecamatan Jatilawang

  No. Nama Masa Jabatan

  1 Drs. Kasudi 1983-1988

  2 Drs. Budi Suroso 1988-1991

  3 Drs. Sugiri Hardomo 1991-1995

  4 Marsongko W, BA 1995-2001

  5 Drs. Imam Pamungkas 2001-2005

  6 Drs. Prasetyo Budi Widodo 2005-2006

  7 Usman Gunarso 2006-2008

  8 Titik Puji Astuti, S.H, M.Pd 2008-2010

  9 H. Bedjo Suntoro, S.H, M.Hum 2010-2011

  10 H. Tarwanto, S.Sos 2011-2017

  11 Drs. Hartadi 2017- Sekarang (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa camat yang paling lama menjabat di Kecamatan Jatilawang ialah H. Tarwanto, S.Sos. sedangkan Camat yang paling sebentar menjabat di Kecamatan Jatilawang ialah Titik Puji Astuti, SH, M.Pd.

Tabel 1.2 Nama Kepala Desa dan Sekretaris Desa Tahun 2016

  

No. Desa Nama Kepala Desa Nama Sekretaris Desa

  1 Gunungwetan Kidam Awid Zulpratama

  2 Pekuncen Suwarno, S.H Darto

  3 Karanglewas Kaswo Samidi

  4 Karanganyar Kartim, S.Sos Caram

  5 Margasana Tri Setiodono Tohidin

  6 Adisara Bambang Triyanto Anwanulloh, S.E

  7 Kedungwringin Riyanto Munandar

  8 Bantar Sumarno Saptono

  9 Tinggarjaya Sidan Hadi Danu Martopo

  Kisman

  10 Tunjung Sahid Agus Priyono

  11 Gentawangi Winardi Tarkum (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Data di atas merupakan Nama Kepala Desa dan Sekretaris Desa yang menjabat pada tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 dan tahun

  2018 sementara ini belum ada pemutahiran data di Kantor Kecamatan Jatilawang. Pada awal tahun 2018 terdapat pergantian Kepala Desa di Desa Tunjung. Kepala Desa Tunjung sebelumnya Sahid digantikan oleh Sartim yang memenangkan pemilihan Kepala Desa Tunjung pada akhir tahum 2017. Pada tahun 2018 akan terjadi pemilihan Kepala Desa serentak di Kecamatan Jatilawang.

Tabel 1.3 Banyaknya Dusun, RT, RW Kecamatan Jatilawang Tahun 2016 No. Desa Dusun RW RT

  52

  6

  42

  8 Bantar

  3

  5

  41

  9 Tinggarjaya

  5

  12

  10 Tunjung

  7 Kedungwringin

  3

  6

  46

  11 Gentawangi

  3

  6

  41 Jumlah

  33 56 350

  (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Dari data di atas, Desa Tinggarjaya merupakan wilayah dengan jumlah

  Dusun. RT,RW terbanyak di Kecamatan Jatilawang. Sedangkan Desa Margasana merupakan wilayah dengan jumlah Dusun, RT, RW paling sedikit di Kecamatan Jatilawang. Menurut data di atas Kecamatan Jatilawang memiliki

  3

  21

  1 Gunungwetan

  3

  2

  4

  26

  2 Pekuncen

  3

  6

  31

  3 Karanglewas

  3

  16

  3

  4 Karanganyar

  3

  3

  21

  5 Margasana

  2

  2

  13

  6 Adisara

  3

  33 Dusun, 56 RW, dan 350 RT.

  3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk 1) Jumlah penduduk

  Jumlah Penduduk Kecamatan Jatilawang tahun 2016 kurang lebih ada 58.949 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Jatilawang semakin tahun cenderung mengalami peningkatan yang pesat. Hal tersebut dilatar belakangi oleh tingginya angka kelahiran dan rendahnya angka kematian di Kecamatan Jatilawang. Angka kelahiran yang tinggi salah satu faktornya disebabkan oleh gagalnya program Keluarga Berencana (KB) yang di canangkan oleh pemerintah.

  Faktor lain yang menyebabkan pertambahan penduduk di Kecamatan Jatilawang cukup tinggi adalah banyaknya masyarakat pindahan yang berasal dari daerah lain yang bermukim di Kecamatan Jatilawang dengan alasan tertentu. Semakin tahun jumlah masyarakat pindahan yang bermukim di Jatilawang semakin meningkat, salah satu faktornya adalah mulai banyak di bangun perumahan-perumahan dengan harga yang cukup murah pada setiap desa di Kecamatan Jatilawang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  

Kecamatan Jatilawang Tahun 1996-2016

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

  1996 27.049 27.558 54.607 1997 27.313 27.836 55.149 1998 27.473 27.985 55.458 1999 27.610 28.098 55.708 2000 27.783 28.204

  55.708 2001 27.847 28.283 56.130 2002 27.908 28.312 56.220 2003 27.909 28.375 56.284 2004 27.961 28.424 56.385 2005 28.069 28.494 56.563 2006 28.140 28.515 56.658 2007 28.298 28.563 56.861 2008 28.356 28.662 57.018 2009 28.546 28.938

  57.484 2010 28.334 28.806 57.140 2011 28.511 28.980 57.491 2012 28.672 29.144 57.816 2013 28.825 29.300 58.125 2014 28.966 29.445 58.411 2015 29.102 29.588 58.690 2016 29.230 29.719 58.949

  (Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2016)

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk

  No. Desa Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

  1 Gunungwetan 4.686 7,18 625,65

  2 Pekuncen 4.208 4,90 858,78

  3 Karanglewas 2.381 5,15 462,33

  4 Karanganyar 2.810 2,05 1.370,73

  5 Margasana 1.818 1,83 993,44

  6 Adisara 3.658 2,38 1.536,97

  7 Kedungwringin 7.414 4,47 1.658,61

  8 Bantar 5.860 3,13 1.872,20

  9 Tinggarjaya 11.163 5,73 1.948,17

  10 Tunjung 9.318 8,32 1.119,95

  11 Gentawangi 5.633 3,02 1.865,22

  Jumlah 58.949 48,16 1.224,02

  (Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2016) Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa jumlah penduduk

  Kecamatan Jatilawang paling banyak terdapat di Desa Tinggarya dengan jumlah penduduk sebanyak 11.163 jiwa. Sedangkan Desa dengan luas wilayah terluas adalah Desa Tunjung dengan luas wilayah 8,32 km. sedangkan Desa dengan kepadatan penduduk terbanyak adalah Desa Tinggarjaya dengan kepadatan penduduk 1.948,17 jiwa per km2.

  2) Mata Pencaharian Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bagi manusia maka manusia perlu makan, minum, dan lain-lain. Untuk memperoleh makanan tersebut manusia harus bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan sangat menentukan pola hidup diri manusia itu dengan keluarganya.

  Mata Pencaharian penduduk Kecamatan Jatilawang antara lain berprofesi sebagai: Petani, Pedagang,TNI/Polri, PNS, Guru dan lain-lain.

  Sebagaian besar masyarakat Kecamatan Jatilawang bekerja di sektor pertanian/perkebunan dan sektor perdagangan. Kemudian banyak pemuda yang berprofesi sebagai tukang parkir karena banyaknya pertokoan dan rumah makan yang semakin berkembang pada akhir-akhir ini. Untik lebih jelasnya dapat di lihat dalam table berikut ini.

Tabel 1.6 Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Kecamatan Jatilawang Tahun 2016

  

No Desa Pertanian Pertambang- Industri Listrik, Kons-

an & Gas & truksi Penggalian Air

  1 Gunungwetan 2.254 231 160 14 116

  2 Pekuncen 1.859 9 287 16 208

  3 Karanglewas 1.014 19 318 5 129

  4 Karanganyar 1.034 46 203

  25

  94

  5 Margasana 293

  7

  71

  11

  95

  6 Adisara 825 8 251 71 147

  7 Kedungwringin 1.957 14 830 79 384

  8 Bantar 1.771 6 549 46 294

  9 Tinggarjaya 1.984 28 1.303 151 744

  10 Tunjung 2.267 121 364

  84 593

  11 Gentawangi 1.895 29 249 73 272

  Jumlah 17.153 29 249 73 272

  (Sumber: BPS Kabupaten Banyumas Tahun 2016) 3) Sarana Prasarana

  Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Jatilawang antara lain: pertokoan, pasar tempat peribadatan, sarana kesehatan (Puskesmas, Posyandu) dan lain-lain. Keadaan Sarana dan Prasarana tersebut terbilang cukup baik.

  Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya pemerataan pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan dilaksanakan untuk mencapai terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

  Lalu lintas perhubungan dengan Kota Purwokerto sebagai Ibukota Kabupaten Banyumas dihubungkan dengan jalan darat dengan konstruksi jalan beraspal. Sedangkan dari pusat Kecamatan menuju ke Desa dihubungkan dengan jalan yang diaspal dan sebagaian diperkeras dengan plesteran.

Tabel 1.7 Banyaknya Bangunan Tempat Ibadah Kecamatan Jatilawang Tahun 2016

  41

  (Sumber: KUA Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Dari data di atas, Desa dengan jumlah bangunan tempat ibadah terbanyak adalah Desa Tinggarjaya dengan 15 masjid dan 58 mushala.

  64 4 - 263

  27 Jumlah

  5 1 -

  11 Gentawangi

  39

  13 3 -

  10 Tunjung

  58

  9 Tinggarjaya 15 - -

  20

  8 Bantar 8 - -

  7 Kedungwringin 7 - -

  

No. Desa Masjid Gereja Wihara/Pura Mushala

  13

  6 Adisara 4 - -

  15

  5 Margasana 1 - -

  19

  4 Karanganyar 1 - -

  12

  3 Karanglewas 4 - -

  5

  2 Pekuncen 4 - -

  14

  1 Gunungwetan 2 - -

  Sedangkan Desa dengan jumlah bangunan tempat ibadah paling sedikit terdapat di Desa Gunungwetan dengan 2 masjid. Desa yang terdapat bangunan Gereja hanya terdapat di Desa Tunjung dengan 3 Gereja dan Desa Gentawangi dengan 1 Gereja. Seluruh Desa di Kecamatan Jatilawang tidak memiliki bangunan Wihara atau Pura.

Tabel 1.8 Banyaknya Sarana Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2016 No. Desa Poskes- des Puskes- mas Puskes- mas Pemba- ntu Pusling Posyan- du

  8 Bantar 1 - 1 -

  (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa setiap Desa di Kecamatan Jatilawang mempunyai masing-masing satu Poskesdes (Posko Kesehatan Desa).

  74

  1 2 -

  11

  11 Jumlah

  11 Gentawangi 1 - 1 -

  11

  1 1 - -

  10 Tunjung

  12

  9 Tinggarjaya 1 - - -

  5

  5

  1 Gunungwetan 1 - - -

  7 Kedungwringin 1 - - -

  5

  6 Adisara 1 - - -

  5

  5 Margasana 1 - - -

  5

  4 Karanganyar 1 - - -

  5

  3 Karanglewas 1 - - -

  5

  2 Pekuncen 1 - - -

  5

  Terdapat satu Puskesmas yang terletak di Desa Tunjung. Setiap Desa di Kecamatan Jatilawang mempunyai banyak Posyandu, Posyandu terbanyak terletak di Desa Tinggarjaya dengan jumlah 12 Posyandu, sedangkan jumlah Posyandu paling sedikit terletak di Desa Gunungwetan, Desa Pekuncen, Desa Karanglewas, Desa karanganyar, Desa Margasana, Desa Kedungwringin, dan Desa Bantar dengan jumlah masing-masing Posyandu 5 di tiap Desa. Kecamatan Jatilawang tidak memiliki Pusling.

  4) Lembaga Pendidikan Kecamatan Jatilawang memiliki banyak Lembaga Pendidikan baik lembaga formal maupun lembaga non-formal. Lembaga Pendidikan non- formal misalnya: kursus, dan Bimbingan Belajar (Bimbel). Lembaga Pendidikan Formal yang ada di Kecamatan Jatilawang meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Menengah (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA). Sekolah Lanjutan Menengah di Kecamatan Jatilawang tersebut meliputi: 1. SMA Negeri Jatilawang.

  2. SMK Karya Teknologi 1 (Spesialisasi Mesin)

  3. SMK Karya Teknologi 2 (Spesialisasi Farmasi)

  4. SMK Wijaya Kusuma

  5. SMK Karya Bakti

  6. MA Al Falah Jatilawang

  7. SMP Negeri 1 Jatilawang

  8. SMP Negeri 2 Jatilawang

  9. SMP Pancasila

  10. SMP Karya Bakti

  11. SMP Muhammadiyah Jatilawang 12. MTs Ma`arif NU 1 Jatilawang.

  86 Jumlah 105 611 (Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016

  5 Margasana - -

  17

  11 Gentawangi

  10 Tunjung 22 105

  81

  12

  8 Bantar -

  7 Kedungwringin 29 171

  86

  16

  6 Adisara

  21

  5) Industri Industri adalah kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi barang.

  2

  4 Karanganyar

  3 Karanglewas - -

  61

  7

  2 Pekuncen

  1 Gunungwetan - -

  No. Desa Usaha Tenaga Kerja

  Tabel 1.9

Banyaknya Perusahaan Industri Kecil

Kecamatan Jatilawang Tahun 2016

  Kegiatan Industri yang terdapat di Kecamatan Jatilawang meliputi jamu, konveksi, makanan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Masing-masing Desa di Kecamatan Jatilawang mempunyai sentra industri tersendiri. Missal, Desa Kedungwringin dikenal sebagai sentra industri mireng, Desa Adisara terkenal sebagai sentra industri ikan bandeng. Kegiatan produksi banyak dilakukan di rumah-rumah warga.

  • 9 Tinggarjaya

  6) Pola Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di Kecamatan Jatilawang banyak digunakan untuk: sawah, rumah, pertokoan, perkebunan, hutan, dan lain-lain. Lahan di

  Kecamatan Jatilawang paling banyak dipakai untuk lahan kering atau lahan kosong. Jadi di Kecamatan Jatilawang masih terdapat tanah kosong yang digunakan untuk membangun rumah, perumahan, pertokoan, dan lain-lain.

  Selain Tanah kering, Kecamatan Jatilawang memiliki tanah sawah yang luas. Hal tersebut wajar karena sebagaian besar masyarakat Kecamatan Jatilawang berprofesi sebagai petani. Namun, lambat laun luas tanah sawah di Kecamatan Jatilawang semakin tahun semakin sempit. Hal tersebut disebabkan oleh banyakya lahan pertanian yang dirubah menjadi rumah, perumahan, pertokoan, dan tempat-tempat usaha. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

  Tabel 2.0

Luas Kecamatan Menurut Penggunaan Tanah (Ha)

Kecamatan Jatilawang Tahun 2016

  No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

  1 Luas Tanah Sawah 1.643.00

  1.1 Pengairan Teknis 1.238.00

  • 1.2 Pengairan ½ Teknis -

  1.3 Pengairan Sederhana

  1.4 Tadah Hujan 405.00

  2 Luas Tanah Kering 2.371.00

  2.1 Pekarangan/Bangunan 767.00

  2.2 Tegal/kebun 1.595.00

  • 2.3 Padang Gembala

  2.4 Kolam

  9.00

  3 Hutan Negara 433.00

  4 Perkebunan Rakyat 142.00

  5 Lain-lain 226.92

  Jumlah 4.815.92

  (Sumber : KC Dispertan Kecamatan Jatilawang Tahun 2016) Kawedanan Jatilawang didirikan pada tahun 1686. Pada awalnya Kawedanan tersebut terletak di Desa Jambu yang pada saat itu ada proses pembuatan jalan yang menghubungkan antara wilayah Jawa Barat dengan Jawa tengah. Dalam proses pembuatan jalan tersebut terdapat dua pohon jati yang membelah diri menjadi 2 bagian yaitu disebelah kiri dan kanan. Oleh karena itu oleh Pangeran Atmosucipto memberi nama tempat tersebut sebagai Kawedanan Jatilawang (Wawancara dengan Sartim, Tanggal 7 Januari 2018).

  Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Kecamatan Jatilawang dulunya tergabung dalam kawasan Kawedanan Jatilawang. Wilayah Kawedanan Jatilawang dulunya meliputi lima Kecamatan antara lain: Lumbir, Wangon, Jatilawang, Purwojati, dan Rawalo. Setelah Indonesia merdeka pada 1945 istilah Kawedanan Jatilawang sudah tidak dipakai lagi. Pada zaman sekarang istilah Kawedanan diganti dengan Kecamatan.

  Masjid Besar Babul Qudus didirikan pada 1926 atas Prakarsa dari Haji Syawal. Bangunan masjid tersebut didirikan di atas tanah waqaf milik Haji Syawal (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017). Pada mulanya kerangka bangunan Masjid Babul Qudus terbuat dari kayu jati yang berasal dari Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. Kayu jati yang digunakan dalam proses pembuatan masjid merupakan kayu jati pilihan dengan kualitas terbaik. Proses pembangunan masjid tersebut dikerjakan oleh masyarakat sekitar dengan menggunakan bahan yang seadanya. Pada awal berdirinya, tepatnya pada tahun

  1926 bentuk bangunan Masjid Babul Qudus seperti Mushala, tanpa serambi depan, tanpa kubah, atapnya menggunakan welid (tumbuhan alang-alang) serta menggunakan bedug sebagai penanda waktu shalat tiba (Wawancara dengan Dasikin, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Sedangkan menurut narasumber lain, Masjid Babul Qudus berbentuk seperti Mushala kecil persegi empat, ukuran tidak diketahui, tanpa serambi depan, atapnya terbuat dari genting dan seng, kerangka bangunan masjid terbuat dari kayu Jati, dan menggunakan bedug sebagai penanda waktu shalat tiba. Tujuan dari didirikanya bangunan masjid tersebut pada mulanya adalah sebagai fasilitas ibadah bagi warga sekitar (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 26 November 2017).

  Masjid Babul Qudus sudah berdiri pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, tepatnya tahun 1926. Pendiri pertama Masjid Babul Qudus ialah Haji Syawal. Haji Syawal sendiri merupakan tuan tanah di Desa Tunjung. Selain Mbah Haji Syawal pendiri pertama masjid, tokoh-tokoh lain pendiri Masjid Babul Qudus antara lain: Mbah Yusro, Haji Maskur dan Kyai Khudori. Peran mereka bertiga dalam pembangunan masjid tersebut adalah sebagai penyedia dana sekaligus pencetus berdirinya Masjid Babul Qudus. Masjid tersebut merupakan tanah Waqaf dari Haji Syawal yang kemudian tanah waqaf tersebut dijadikan sebagai Masjid Babul Qudus dan alun-alun Kawedanan Jatilawang. Pada awal berdirinya bangunan Masjid Babul Qudus terbuat dari kayu Jati serta berbentuk empat persegi panjang tanpa serambi dan kubah masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Pada mulanya bangunan Masjid Besar Babul Qudus terbuat dari kayu jati. Asal-usul kayu jati yang digunakan dalam proses pembangunan Masjid Babul Qudus pada masa itu berasal dari Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang kayu jati yang digunakan dalam proses pembangunan masjid merupakan kayu jati pilihan dengan kualitas terbaik pada masa itu. Kayu Jati tersebut diangkut dari Pekuncen dengan menggunakan gerobag (wawancara dengan Bapak Dasikin, Tanggal 15 Agustus 2017).

  Proses pembangunan Masjid Babul Qudus pada tahun 1926 bersamaan dengan proses pembuatan alun-alun Kawedanan Jatilawang (wawancara dengan Bapak Wirya Sujangi, Tanggal 12 Agustus 2017). Daerah Kawedanan Jatilawang pada masa itu meliputi; Wangon, Lumbir, Jatilawang, Purwojati, dan Rawalo.

  Kebetulan alun-alun Kawedanan Jatilawang awal mulanya merupakan tanah waqaf dari Haji Syawal (Pendiri Masjid Besar Babul Qudus).

  Dalam perkembangan waktu, Masjid Besar Babul Qudus telah mengalami lima kali renovasi yaitu pada tahun 1943, 1967, 1982, 1996, dan Renovasi total pada 2013. Pada masa Pendudukan Jepang, tepatnya tahun 1943, Masjid Babul Qudus mengalami renovasi untuk yang pertama kali. Renovasi tersebut bertujuan untuk menambah luas bangunan masjid. Renovasi masjid tersebut dilakukan oleh Para Jamaah Masjid Besar Babul Qudus. Biaya renovasi juga berasal dari uang para jamaah Masjid Besar Babul Qudus. Para jamaah masjid memberikan uang secara sukarela untuk biaya pengembangan masjid pada masa itu (wawancara dengan Bapak Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Masjid Besar Babul Qudus mengalami renovasi yang kedua, tepatnya pada tahun 1967, Masjid Babul Qudus direnovasi kembali dengan tujuan menambah teras kanan dan kiri Masjid. Dalam renovasi tersebut tidak ada perubahan bentuk bangunan masjid. Biaya renovasi tersebut merupakan sumbangan dari para jamaah Masjid Babul Qudus dan Pemda Kecamatan Jatilawang (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Kemudian pada tahun 1982 Masjid Babul Qudus kembali direnovasi. Renovasi tersebut dilakukan bertujuan untuk menambah serambi depan masjid. Biaya renovasi tersebut merupakan sumbangan dari para jamaah Masjid Babul Qudus dan Pemda Kecamatan Jatilawang. Dalam renovasi tersebut tidak ada perubahan bentuk bangunan masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Masjid Babul Qudus direhab kembali pada 1996. Renovasi tersebut bertujuan untuk mengganti genting dan seng masjid yang sudah lapuk dan tua dengan genting dan seng yang baru. Biaya renovasi tersebut merupakan sumbangan dari para jamaah Masjid Babul Qudus dan Pemda Kecamatan Jatilawang. Dalam renovasi tersebut tidak ada perubahan bentuk bangunan masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Pada 2013 Masjid Babul Qudus mengalami renovasi total (dibongkar total). Proses renovasi tersebut bersamaan dengan pemugaran alun-alun Jatilawang. Renovasi Masjid Babul Qudus tersebut dibiayai oleh Yayasan Jamngiah Al Irsyad Purwokerto dengan kepanitiaan bapak H. Agus Maulana, S.Pd penanggung jawab bapak Camat, H. Tarwanto, S.Sos. Proses renovasi tersebut memakan waktu kurang lebih selama dua tahun (2013-2015). Latar belakang terjadinya renovasi total Masjid Besar Babul Qudus dikarenakan bangunan lama disamping sudah ketinggalan mode juga diperlukan perluasan masjid untuk menampung lebih banyak jamaah (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 26 November 2017). Renovasi total Masjid Besar Babul Qudus selesai dikerjakan pada 2015. Setelah mengalami renovasi total, luas Masjid Babul Qudus menjadi 22x20 Meter persegi delapan. Kapasitas Masjid Besar Babul Qudus saat ini mencapai 350 jamaah.

  Setelah mengalami proses renovasi total luas Masjid Masjid Besar Babul Qudus nampak lebih kecil dibandingkan sebelum direnovasi tetapi mampu menampung lebih banyak jamaah. Setelah proses renovasi luas masjid mengalami penyusutan agar tempat parkir masjid lebih luas, sehingga dapat menampung lebih banyak kendaraan. Tujuan dari renovasi total tersebut adalah agar masjid tersebut menjadi lebih megah, modern, dan mewah (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  Masjid Besar Babul Qudus terletak di Desa Tunjung RT 05 RW 02, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Letak Masjid Besar Babul Qudus tepatnya di jalan raya Jatilawang sebelah barat alun-alun Jatilawang.

  Secara rinci, letak Masjid Besar Babul Qudus sebagai berikut: Sebelah barat : Pasar Jatilawang Sebelah utara : Kantor Kecamatan Jatilawang Sebelah timur : Alun- alun Jatilawang Sebelah selatan : Polsek Jatilawang dan Kompleks pertokoan

  Dari gambaran di atas letak Masjid Besar Babul Qudus dapat dikatakan strategis, karena berada di pusat keramaian kecamatan Jatilawang, serta dilewati banyak kendaraan-kendaraan yang melintasi sehingga banyak musafir atau pendatang yang singgah untuk beribadah selaligus melepas rasa lelah saat perjalanan. Dengan demikian jamaah shalat bukan hanya warga sekitar Masjid Besar Babul Qudus saja. Selain itu Masjid Besar Babul Qudus mempunyai beberapa fasilitas, meliputi: a) Perpustakaan Masjid

  Perpustakaan Masjid dibangun setelah Masjid Besar Babul Qudus mengalami renovasi total pada 2013. Perpustakaan Masjid didirikan atas Prakarsa dari RIM-BQ (Remaja Islam Masjid Babul Qudus). Perpustakaan terletak di belakang tempat sholat. Perpustakaan tersebut tidak mempunyai ruangan sehingga buku-buku perpustakaan di taruh di dalam Almari khusus buku-buku (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).

  b) Majalah Dinding Majalah Dinding (Mading) merupakan ide dari RIM-BQ (Remaja

  Islam Masjid Babul Qudus). Majalah dinding memuat beberapa artikel yang bersifat keagamaan. Majalah Dinding tersebut diganti setiap bulan agar informasi yang tersedia selalu update. Majalah Dinding tersebut berada di luar tempat sholat, tepatnya di bagian belakang. Mading di pajang pada papan yang terbuat dari kayu dan ditutupi kaca (Wawancara dengan Shobirin, Tanggal 30 Desember 2017). c) Tempat Shalat Tempat Shalat merupakan ruangan di dalam masjid yang digunakan untuk sholat. Tempat shalat dibatasi oleh sebuah kayu yang berbentuk papan. Kayu tersebut digunakan sebagai pembatas antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan. Tempat shalat mampu menampung total 350 jamaah. (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).

  d) Tempat Wudhu dan Toilet Masjid Besar Babul Qudus mempunyai 7 kran tempat wudhu untuk laki-laki dan 7 kran tempat wudhu untuk perempuan dan 5 tempat wudhu umum. Masjid Besar Babul Qudus mempunyai 8 toilet. Toilet terletak di belakang masjid, sedangkan kran terdapat di bagian kanan dan kiri masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).

  e) Gudang Masjid Besar Babul Qudus memiliki 3 gudang. Gudang tersebut digunakan untuk menyimpan barang-barang masjid atau data-data masjid yang sudah tidak terpakai lagi (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).

  f) Tempat TPQ Tempat TPQ berada di bagian dalam masjid. Tempat TPQ tersebut mampu menampung banyak santri. Jumlah keseluruhan santri di TPQ Babul

  Qudus berjumlah 70 anak. TPQ Masjid Besar Babul Qudus dibuka setiap hari Senin-Jum`at pukul 15.30-17.30 WIB (Wawancara dengan Shobirin, Tanggal 30 Desember 2017). g) Tempat Parkir Masjid Besar Babul Qudus mempunyai tempat parkir yang cukup luas untuk menampung kendaraan para jamaah, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Tempat parkir berada di depan dan samping halaman masjid. Kadang jika kendaraan penuh maka kendaraan terpaksa diparkir di pinggir jalan (terutama mobil) (Wawancara dengan Shobirin, Tanggal 30 Desember 2017).

  h) Tempat Peristirahatan Ustad Masjid Babul Qudus mempunyai satu ruang yang khusus digunakan untuk beristirahat para Ustadz ataupun Ustazah. Tempat Peristirahatan

  Ustadz terletak di sebelah ruang gudang. (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).

  Fasilitas masjid digunakan untuk kepentingan umat maka kegiatan perawatan serta kebersihan harus selalu di jaga agar para jamaah merasa nyaman dalam melaksanakan ibadah serta aktifitas keagamaan. Oleh karena itu kepedulian dan kesadaran merupakan hal yang penting pengurus masjid serta kesadaran dari semua jamaah masjid.

Dokumen yang terkait

YAYASAN MASJID PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN

0 2 6

YAYASAN MASJID PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN

0 0 5

Subianta Mandala Abstrak - HARMONISASI HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: SEJARAH, LATAR BELAKANG DAN MODEL PENDEKATANNYA

0 0 9

STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID AL OSMANI DAN MASJID AZIZI TANJUNG PURA SKRIPSI

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB MEMILIH METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA TINGGARJAYA KECAMATAN JATILAWANG BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Akseptor Keluarga Berencana (KB). - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB MEMILIH METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA TINGGARJAYA KECAMATAN JATILAWANG BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 59

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN DAYA INGAT PADA LANSIA DI RT 6 RW 6 DESA SOKARAJA KULON BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - HUBUNGAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBARAN II KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi - PERSEPSI KEPALA PUSKESMAS TERHADAP PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 4 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN TRIMESTER III, PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. N UMUR 25 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS 1 WANGON KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 7