BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi - Condro Pamungkasing Putri BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asuransi adalah

  pertanggungan atau perjanjian Antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang yang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

  Asuransi adalah suatu lembaga yang sengaja dirancang dan dibentuk sebagai lembaga pengambil alih dan penerima risiko. Dengan demikian perusahaan asuransi pada dasarnya menawarkan jasa proteksi sebagai produknya kepada masyarakat yang membutuhkan, yang selanjutnya diharapkan akan menjadi pelanggannya (Sri Redjeki Hartono, 2001: 194).

  Kata “asuransi“ berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut dengan verzekering yang artinya adalah pertanggungan. Dari peristilahan assurantie tersebut kemudian muncul istilah lain, yaitu assuradeur yang artinya penanggung dan geassureerde yang artinya tertanggung (Yafie Ali, 1994: 205-206).

2. Pengaturan Hukum Asuransi

  KUH Dagang mengatur hukum asuransi dalam dua kelompok, yaitu bersifat umum dan khusus. Hukum asuransi yang bersifat umum terdapat dalam buku I bab X, buku II bab XI dan X. Buku I mengatur pada: Bab IX tentang pertanggungan pada umumnya, Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen dan tentang pertanggungan jiwa.

  Buku II mengatur pada Buku IX tentang pertanggungan terhadap segala bahaya dalam pengangkutan di daratan, di sungai dan perairan darat.

  Di luar KUH Dagang terdapat berbagai peraturan dan Undang- undang yang khusus mengatur tentang berbagai jenis asuransi dan berbagai aspek dari industri asuransi, antara lain: a.

  Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.

  Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkannya dan mempunyai daya surut sampai dengan tanggal 1 Juli 1961 b.

  Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

  Setaraf dengan kemajuan teknik modern dalam penhidupan manusia bermasyarakat, terkandung bahaya yang kian meningkat disebabkan kecelakaan-kecelakaan di luar kesalahannya. Pada dasarnya, setiap warga negara harus mendapat perlindungan terhadap kerugian yang diderita karena resiko-resiko demikian. Ini merupakan suatu pemikiran sosial, Oleh karena keadaan ekonomi dan keuangan dewasa ini belum mengizinkan, bahwa segala akibat mengadakan jaminan sosial tersebut ditampung oleh Pemerintah, maka perlu usaha ini dilakukan secara gotong royong. Manifestasi dari kegotongroyongan ini adalah dengan pembentukan dana-dana yang cara pemupukannya dilakukan dengan mengadakan iuran-iuran wajib, dimana akan dianut principe bahwa yang dikenakan iuran wajib tersebut adalah hanya golongan atau mereka yang berada atau mampu saja, sedang sedang hasil pemupukannya akan dilimpahkan juga kepada perlindungan jaminan rakyat banyak. Oleh karena itu jaminan sosial rakyatlah yang dalam pada itu menjadi pokok tujuan. Kita lebih melihat kepada rakyat banyak yang mungkin menjadi korban resiko-resiko teknik modern, dari dari pada kepada para pemilik/pengusaha alat-alat modern yang bersangkutan dan jika jaminan itu dirasakan oleh rakyat, maka akan timbullah pula kegiatan social-control.

  c.

  Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

  1) Setara dengan kemajuan teknik modern, dalam penghidupan manusia bermasyarakat terkandung bahaya yang kian meningkat disebabkan kecelakaan-kecelakaan di luar kesalahannya. Menurut statistik Direktorat Lalu Lintas dari Departemen Angkatan

  Kepolisian, dalam tahun 1955 sampai dengan 1963 di Indonesia telah terjadi 136.490 kecelakaan lalu lintas, yang memakan korban 13.135 orang mati, 87,675 orang menderita luka-luka dan ratusan juta rupiah kerugian materiil.

  Pada dasarnya,setiap warga negara harus mendapat perlindungan terhadap kerugian yang diderita karena risiko-risiko demikian. Ini merupakan suatu pemikiran sosial. Oleh karena keadaan ekonomi dan keuangan dewasa ini belum mengizinkan, bahwa segala akibat mengadakan jaminan sosial tersebut ditampung oleh Pemerintah, maka perlu usaha ini dilakukan secara gotong-royong.

  Manifestasi dari kegotong-royongan ini adalah dengan pembentukan dana-dana yang cara pemupukannya dilakukan dengan mengadakan iuran-iuran wajib, di sana akan dianut principe bahwa yang dikenakan iuran wajib tersebut adalah hanya golongan atau mereka yang berada atau mampu saja, sedang hasil pemupukannya akan dilimpahkan juga kepada perlindungan jaminan rakyat banyak, yaitu para korban kecelakaan lalu lintas jalan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan kereta api. Oleh karena itu jaminan sosial rakyatnya yang dalam pada itu menjalani pokok tujuan.

  Kita lebih melihat kepada rakyat banyak yang mungkin menjadi korban risiko-risiko teknik modern, dari pada kepada para pemilik/pengusaha alat-alat modern, yang bersangkutan.

  Dan jika jaminan itu dirasakan oleh rakyat, maka akan timbullah pula kegairahan social kontrol.

  2) Sebagai langkah pertama menuju ke suatu sistim jaminan sosial (social security) yang mengandung perlindungan yang dimaksud dapatlah diadakan iuran-iuran wajib bagi para pemilik/pengusaha kendaraan bermotor dengan menganut principe tersebut di dalam ad 1 di atas. 3) Pembentukan dana-dana tersebut akan dipakai guna perlindungan publik bukan penumpang terhadap kecelakaan yang terjadi dengan alat-alat angkutan termaksud di atas. Bagi penumpang, perlindungan demikian ditampung oleh dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang menurut Undang-undang No. 33 tahun 1964.

  4) Sejalan dengan segi-segi sosial yang telah diuraikan di atas, dari iuran-iuran wajib tersebutpun dapat diharapkan terhimpunnya dana-dana yang dapat digunakan untuk tujuan pembangunan. 5) Tentu saja, dana yang akan terkumpul nanti harus diatur penggunaannya yaitu pada proyek-proyek yang produktif di mana

  Pemerintah mempunyai penyertaan modal sepenuhnya atau sebagian terbesar secara langsung atau tidak langsung. Dalam hal ini Departemen Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan adalah instansi Pemerintah yang paling tepat untuk mengaturnya. Berhubung dengan itu, penggunaan dana yang tersedia bagi investasi itu, harus diatur oleh Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan. Untuk dapat mengatur penggunaan tersebut di atas secara effektif dan effisien, perlulah dana-dana yang dapat di investasikah itu, dipusatkan dalam suatu badan Pemerintah c.q. suatu Perusahaan Negara, yang harus mengadministrir dana-dana tersebut secara baik, sehingga terjaminlah kedua tujuan dari pemupukan dana-dana tersebut, yaitu: 1. untuk sewaktu

  • waktu dapat menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan lalu lintas jalan;

  2. tetap tersedianya "investable-funds" yang dapat dipergunakan oleh Pemerintah untuk tujuan produktif yang non

  • inflatoir.

  Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Sepeda motor dan sepeda kumbang dengan isi silinder 50 cc atau kurang, dibebaskan dari sumbangan wajib.

  Pasal 3 Pelaksanaan pembayaran sumbangan wajib akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan beban ekstra pada pe milik/pengusaha yang bersangkutan.

  Pasal 4 (1) Yang mendapatkan jaminan berdasarkan Undang- undang ini ialah mereka yang berada di jalan di luar alat angkutan yang menyebabkan kecelakaan. Namun demikian, bila si korban ini telah dapat jaminan berdasarkan Undang-undang tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang No. 33 tahun 1964, maka jaminan hanya diberikan satu kali, yaitu oleh dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut. (2) Pelaksanaan pembayaran ganti rugi kepada korban/ahli waris, akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan biaya pada si berhak.

  Pasal 5 Lihat penjelasan umum. Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas d. Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1969 tentang Usaha Perasuransian atas Obyek-obyek Asuransi.

  1) Bahwa dalam rangka meningkatkan peranan usaha asuransi kerugian perlu diberikan kesempatan lebih luas bagi para pihak yang ingin berusaha dalam bidang asuransi kerugian, dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab. 2) Bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu menyempurnakan ketentuan tentang pengaturan usaha di bidang asuransi kerugian sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 65

  Tahun 1969 tentang Perasuransian atas Obyek-obyek Asuransi dan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1971 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1983.

  e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Ketentuan- ketentuan Dana Kecelakaan Lalu Lintas.

  Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan 1)

  “Menteri" ialah Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan;

  2) “Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan" ialah Dana termaksud dalam

  pasal 1 jo. pasal-pasal 2 ayat (1), 4 ayat (1), 5 ayat-ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu- Lintas Jalan; 3)

  “Alat angkutan lalu-lintas jalan" ialah kendaraan bermotor dan kereta api seperti dimaksudkan dalam pasal 1 Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan;

  4) “Sumbangan wajib" ialah sumbangan tahunan yang wajib dibayar oleh pengusaha/pemilik alat angkutan lalu-lintas jalan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1 jo. pasal 2 ayat-ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu- lintas Jalan;

  5) “Pembayaran dana" ialah sejumlah uang yang akan dibayarkan dari Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan menurut ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini;

  6) “Perusahaan" ialah Perusahaan Negara yang dimaksudkan dalam

  pasal 8 Peraturan Pemerintah ini; 7)

  “Ahli-waris' ialah hanya anak-anak, janda/duda, dan/atau orang-tua dari korban mati kecelakaan lalu-lintas jalan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 Peraturan Pemerintah ini.

  Pasal 2 1) Tiap pengusaha/pemilik alat angkutan lalu-lintas jalan diwajibkan memberi sumbangan setiap tahunnya untuk Dana Kecelakaan

  Lalu-lintas Jalan. Jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan oleh Menteri menurut suatu tarip yang bersifat progresif.

  2) Pengusaha/pemilik sepeda motor/kumbang dengan isi silinder 50 cc atau kurang, kendaraan ambulance, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah dan kereta api dibebaskan dari sumbangan wajib.

  Pasal 3 1) Sumbangan wajib untuk sesuatu tahun takwim harus sudah dibayar lunas selambat-lambatnya pada akhir bulan Juni tahun yang bersangkutan. 2) Waktu dan cara pembayaran sumbangan wajib diatur lebih lanjut oleh Menteri.

  Pasal 4 Sumbangan wajib dibuktikan semata-mata dengan suatu bukti yang bentuk dan hal-hal lain mengenainya ditetapkan oleh Menteri. Pasal 5 Tiada Surat nomor kendaraan bermotor, Surat-coba kendaraan bermotor dan/atau tanda nomor kendaraan bermotor boleh diberikan atau dikembalikan kepada pemegangnya, diperpanjang masa lakunya, diperbaharui atau dibalik nama oleh pejabat instansi yang berwenang, sebelum kepadanya dibuktikan tentang pembayaran sumbangan wajib untuk tahun yang berjalan menurut pasal 4 tersebut di atas.

  Pasal 6 Pengemudi kendaraan bermotor wajib memperlihatkan bukti sumbangan wajib setiap kali diminta oleh pejabat polisi lalu-lintas atau pejabat lain yang berwenang, pejabat Direktorat Lalu-lintas Jalan, Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata yang bertugas, dan/atau petugas lain yang dapat ditunjuk oleh Menteri.

  Pasal 7 Sumbangan-sumbangan wajib yang terhimpun merupakan dana yang disediakan untuk menutup akibat keuangan korban/ahli-waris yang bersangkutan karena kecelakaan lalu-lintas jalan menurut ketentuan- ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

  Pasal 8 Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan diurus dan dikuasai oleh suatu Perusahaan Negara menurut Undang-undang No. 19 Prp tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, yang khusus ditunjuk oleh Menteri untuk itu.

  Pasal 9 1) Bagian Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan yang investible diperbungakan dalam proyek-proyek yang produktif di mana Pemerintah mempunyai penyertaan modal sepenuhnya atau sebagian terbesar secara langsung atau tidak langsung. 2)

  Pelaksanaan investasi menurut ayat (1) pasal ini diselenggarakan oleh Direksi Perusahaan menurut prinsip-prinsip lebih lanjut yang ditetapkan oleh/dengan persetujuan Menteri.

  e.

  Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1971, tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia yang telah diubah dan ditambah dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1974.

  Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan : 1) Menteri adalah Menteri Keuangan. 2) Perusahaan Nasional adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan di dalam pemilikan sahamnya tidak ada unsur asing. 3) Perusahaan Patungan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Pihak Asing. 4) Obyek Asuransi adalah semua kepentingan yang menurut sifat dan macamnya dapat terancam bahaya oleh suatu peristiwa yang tidak pasti dan dapat menimbulkan kerugian yang dapat dinilai dengan uang.

  Pasal 2 1) Usaha di bidang Asuransi Kerugian meliputi :

  a) usaha asuransi kerugian;

  b) usaha reasuransi; c) usaha broker asuransi; d) usaha adjuster asuransi. 2) Usaha di bidang Asuransi Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Asuransi

  Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Broker Asuransi, dan Adjuster Asuransi dengan ketentuan sebagai berikut : a) Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat melakukan usaha asuransi kerugian dan/atau reasuransi kerugian; b) Perusahaan Reasuransi hanya dapat melakukan usaha reasuransi kerugian dan/atau reasuransi jiwa.

  c) Perusahaan Broker Asuransi hanya dapat melakukan usaha sebagai perantara asuransi dan/atau perantara reasuransi, bertindak untuk kepentingan tertanggung;

  d) Adjuster Asuransi hanya dapat melakukan usaha adjuster asuransi kerugian.

  Pasal 3 1) Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Reasuransi atau

  Perusahaan Broker Asuransi atau Adjuster Asuransi dapat didirikan dalam bentuk : a) Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh warga negara

  Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang di dalamnya tidak ada unsur asing; atau b) Koperasi, atau c) Perusahaan patungan. 2) Khusus Adjuster asuransi dapat pula didirikan dalam bentuk usaha perorangan.

  Pasal 4 Persyaratan, tatacara pendirian perusahaan dan lingkup kegiatan bidang-bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur lebih lanjut oleh Menteri.

  Pasal 5 Penutupan obyek asuransi kerugian meliputi : 1) Penduduk Indonesia, badan usaha Indonesia dan/ atau barang dan jasa yang ada di Indonesia; 2) Bukan Penduduk Indonesia dan/atau barang dan jasa yang dimilikinya.

  Pasal 6 1) Setiap obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a yang diasuransikan, penutupannya wajib dilakukan pada perusahaan asuransi kerugian Indonesia. 2) Penutupan obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan atas dasar kebebasan memilih penanggung.

  3) Dalam hal Perusahaan asuransi kerugian Indonesia tidak dapat melakukan penutupan Obyek Asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena pertimbangan teknis asuransi, penutupan asuransinya dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama reasuransi antara perusahaan asuransi kerugian Indonesia dengan perusahaan asuransi asing.

  f.

  Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1977, tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

  Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1) Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 3) Pengusaha adalah:

  a) orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b) orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c) orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di

  Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 4) Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara. 5) Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya. 6) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 7) Cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan. 8) Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan. 9) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. 10) Pegawai pengawas ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri. 11) Badan penyelenggara adalah badan hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja. 12. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan.

  Pasal 2 Usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan diperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain sebagaimana layaknya perusahaan mempekerjakan tenaga kerja.

  Pasal 3 1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. 2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.

  Pasal 4 1) Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini. 2) Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 3) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

  Pasal 5 Kebijaksanaan dan pengawasan umum program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 6 1) Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam

  Undang-undang ini meliputi:

  a) Jaminan Kecelakaan Kerja;

  b) Jaminan Kematian;

  c) Jaminan Hari Tua; d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. (2) Pengembangan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

  Pemerintah.

  Pasal 7 1) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperuntukkan bagi tenaga kerja.

  2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d berlaku pula untuk keluarga tenaga kerja. g.

  Beberapa keputusan dari Menteri Keuangan tentang berbagai peraturan antara lain mengenai perizinan, syarat pendirian, kewajiban deposito dan sebagainya, bagi perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia.

  h.

  Surat-surat edaran Diektur Jenderal Moneter tentang berbagai hal petunjuk praktis mengenai pelaksanaan perijinan asuransi atau pertanggungan (untuk kepentingan pihak ketiga atau masyarakat secara tidak langsung dan secara langsung adalah demi keamanan perekonomian para nasabah).

3. Jenis-jenis Asuransi

  Berikut Jenis-jenis Asuransi yang ada di Indonesia : a.

   Asuransi Umum

  Asuransi umum atau general insurance merupakan proteksi terhadap resiko atas kerugian atau kerugian kehilangan manfaat tanggung jawab hukum pada pihak ketiga. Jaminan asuransi umum ini sifatnya jangka pendek ( biasanya sekitar satu tahun ). Asuransi umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya :

  1) Sosial Insurance ( Jaminan Sosial ) Jenis asuransi ini merupakan asuransi yang wajib di miliki oleh setiap orang atau penduduk dengan tujuan setiap orang memiliki jaminan hari tua. Pembayaran premi di lakukan dengan paksa, salah satu contohnya dengan memotong gaji seseorang.

  2) Voluntary Insurance ( Asuransi Suka Rela)

  Asuransi in di jalankan dengan sukarela. Jenis asuransi sukarela masih bisa di bagi lagi ke dalam 2 klasifikasi yaitu

  Goverment Insurance dan Commercial Insurance. Government Insurance merupakan asuransi yang dijalankan oleh pemerintah,

  sementara Commercial Insurance merupakan asuransi yang ditujukan untuk memberikan proteksi kepada seseorang atau keluarga serta perusahaan dari resiko yang mungkin muncul akibat unexpected events.

  b. Asuransi Jiwa

  Jenis asuransi satu ini dikenal memberikan keuntungan keuntungan finansial pada tertanggung atas kematiannya. Sistem pembayaran untuk jenis asuransi jiwa pun bermacam-macam. Ada perusahaan asuransi yang menyediakan pembayaran setelah kematian dan yang lainnya biasa memungkinkan tertanggung untuk mengklaim dana sebelum kematiannya. Asuransi jiwa dapat dibeli untuk kepentingan diri sendiri dan atas nama tertanggung saja atau dibeli untuk kepentingan orang ketiga. Bahkan asuransi jiwa juga dikenal biasa dibeli pada kehidupan orang lain.

  c. Asuransi Kesehatan

  Jenis asuransi ini juga cukup di kenal oleh masyarakat Indonesia. Asuransi kesehatan merupakan produk asuransi menangani masalah kesehatan tertanggung karena suatu penyakit serta menanggung biaya proses perawatan. Umumnya, Penyebab sakit tertanggung yang biayanya dapat di tanggung oleh perusahaan asuransi adalah cedera, cacat, sakit, hingga kematian karena kecelakaan. Asuransi kesehatan juga dikenal bisa dibeli untuk kepentingan tertanggung saja atau kepentingan orang ketiga (Abdul Kadir Muhammad, 1999: 11).

  d. Asuransi Kendaraan

  Asuransi kendaraan yang paling populer di Indonesia adalah jenis asuransi mobil yang fokus terhadap tanggungan cedera kepada orang lain atau terhadap kerusakan kendaraan orang lain yang disebabkan oleh si tertanggung. Asuransi ini juga bisa untuk membayar kehilangan atau kerusakan kendaraan bermotor tertanggung.

  Asuransi kendaraan merupakan salah satu produk asuransi umum, Jenis asuransi ini sempat menjadi booming ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 karena peristiwa tersebut membuat minat masyarakat terhadap kepemilikan proteksi untuk kendaraan pribadi meningkat secara drastis.

  e. Asuransi Kepemilikan Rumah Dan Properti

  Sebagai aset yang cukup berharga, biasanya pada pemilik rumah akan melindungi diri dan aset miliknya yang bisa berupa rumah atau properti pribadi dengan asuransi kepemilikan rumah dan properti. Asuransi ini memberikan proteksi terhadap kehilangan atau kerusakan yang mungkin terjadi pada barang

  • – barang tertentu milik pribadi yang
tertanggung. Asuransi ini juga melindungi dan memberikan keringanan bilamana rumah atau properti tertanggung lainnya mengalami musibah seperti kebakaran (Herman Darmawi, 2000: 27).

f. Asuransi Pendidikan

  Inilah asuransi yang paling popular dan menjadi favorit pemegang polis. Asuransi pendidikan merupakan alternative terbaik dan solusi menjamin kehidupan yang terutama pada aset pendidikan anak. Biaya premi yang harus di bayarkan tertanggung pada perusahaan asuransi berbeda

  • –beda sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ingin didapatkan nantinya.

  Memahami pentinganya penggunanya asuransi pendidikan untuk anak-anak ini menjadi sesuatu yang menjadi perhatian para orang tua. Tingginya biaya pendidikan dan kondisi lain yang memburuk ekonomi seperti melemahnya mata uang kita terhadap dollar Amerika berpengaruh pada biaya pendidikan anak nantinya. Menyadari bahwa hal ini jelas akan memberatkan orang tua, maka tak jarang orang tua sekarang memilih untuk mempunyai asuransi pendidikan.

g. Asuransi Bisnis

  Asuransi ini merupakan layanan proteksi terhadap kerusakan, kehilangan maupun kerugian dalam jumlah besar yang mungkin terjadi pada bisnis seseorang. Asuransi ini memberikan penggantian dari kerusakan yang di akibatkan oleh kebakaran, ledakan, gempa bumi, petir, banjir, angin ribut, hujan, tabrakan, hingga kerusuhan. Perusahaan asuransi biasanya menawarkan berbagai macam manfaat dari asuransi bisnis seperti perlindungan terhadap karyawan sebagai aset bisnis, perlindungan investasi dan bisnis, asuransi jiwa menyeluruh untuk karyawan, hingga paket perlindungan, asuransi kesehatan bagi karyawan.

h. Asuransi Kredit

  Asuransi kredit merupakan proteksi atas resiko kegagalan debitur untuk melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai seperti modal kerja, kredit perdagangan, dan lain

  • – lain. Kaitannya erat dengan jasa perbankan terutama di bidang perkreditan. Kredit merupakan pinjaman dalam bentuk uang yang di berikan bank maupun Lembaga Keuangan selaku pemberi kredit kepada nasabahnya. Asuransi kredit ini bertujuan untuk melindungi bank atau lembaga keuangan lainnya dari kemungkinan tidak memperoleh kembali kredit yang di pinjamkan kepada nasabah dan membantu memberikan pengarahan serta keamanan perkreditan. Pengelola asuransi kredit di Indonesia dipercayakan pemerintah kepada PT. Asuransi Kredit Indonesia.

i. Asuransi Kelautan

  Jenis asuransi ini khusus ada di bidang kelautan yang fungsinya memastikan pengangkut serta pemilik kargo. Resiko yang mungkin terjadi sehingga terbentuknya asuransi ini adalah kerusakan kargo, kerusakan kapal dan melukai penumpang. Asuransi kkelautan atau asuransi angkatan laut merupakan pengalihan resiko baik untuk diri anda maupun bawaan anda yang merupakan jasa angkutan laut.

  Asuransi ini merupakan penggunaan jasa perkapalan dalam pengiriman barang. Beberapa faktor yang mempengaruhi premi asuransi angkutan laut adalah barang yang di ansurasikan, pengepakan barang, resiko yang di angsurasikan, pengangkutan, dan perjalanan (Man Suparman Sastrawidjaja, 2004: 64).

  j. Asuransi Perjalanan

  Asuransi perjalanan adalah membayar ganti kerugian yang diderita tertanggung selama berada diluar negeri. Pemberian ganti kerugian secara adil kepada tertanggung adalah dengan memperhatikan asas proporsionalitas yang tidak mempermasalahkan mengenai nilai matematis tetapi melalui pembagian hak dan kewajiban yang adil diantara para pihak (Gristiana Festi, 2013: 19).

  k. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas

  Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 a.

  Korban yang berhak atas santunan yaitu setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan. b.

  Jaminan Ganda Kendaraan bermotor umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda c. Penumpang mobil plat hitam

  Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat angkutan penumpang umum, seperti Antara lain mobil pariwisata, mobil sewa dan lain-lain, terjamin oleh UU No 33 jo No 17 Tahun 1965.

  d.

  Korban Yang mayatnya tidak diketemukan Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri

4. Unsur-unsur Dalam Asuransi

  Berdasarkan definisi tentang asuransi yang dikemukakan oleh berbagai sumber tersebut, maka di dalam asuransi terkandung beberapa unsur, di antaranya adalah : a.

  Pihak tertanggung (insured), merupakan pihak yang menjadi obyek Asuransi dan memiliki kewajiban untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung secara sekaligus atau berangsur-angsur.

  b. Pihak penanggung (insure), merupakan pihak yang bersedia untuk menanggung kerugian yang mungkin terjadi pada seseorang yang menjadi tanggungannya berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Pihak penanggung akan membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung secara langsung atau berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu dikemudian hari.

  c.

  Suatu peristiwa (accident), merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak tentu (tidak terduga sebelumnya).

  d.

  Kepentingan (interest), yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tidak tentu.

  Selain unsur-unsur yang terkandung di dalam asuransi, terdapat pula beberapa unsur yuridis dalam asuransi, di mana unsur-unsur ini bersifat mengikat dan menjadikan adanya hubungan hukum antara pihak penanggung (perusahaan asuransi) dengan pihak tertanggung (nasabah) (Abdul R. Saliman, 2005: 208), Antara lain adalah : a.

  Pihak yang kepentingannya diasuransikan.

  b.

  Pihak perusahaan asuransi yang menjamin atas pembayaran ganti rugi.

  c.

  Adanya perjanjian antara penanggung dan tertanggung.

  d.

  Adanya pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung.

  e. Adanya kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diderita oleh tertanggung.

  f.

  Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadi risiko langsung dan risiko tidak langsung.

  Unsur yuridis terpenting dalam asuransi adalah adanya faktor risiko, di mana faktor tersebut tidak dapat diprediksikan kapan terjadinya dan oleh siapapun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan risiko (risk) dalam hukum asuransi atau pertanggungan adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kehendak pihak tertanggung dan merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan. Menurut (Abdul R Saliman, 2005:212-213), risiko yang terdapat dalam asuransi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, antara lain adalah : a. Risiko Murni

  Risiko murni (pure risk) adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa suatu kerugian akan timbul, di mana jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah kerugian itu, sedangkan jika kerugian itu tidak terjadi, maka keadaan sama sekali seperti sediakala (tidak untung atau tidak rugi). Melihat kepada objek yang terkena risiko, maka risiko murni tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1) Risiko Perorangan (personal risk), merupakan suatu risiko yang tertuju langsung kepada orang yang bersangkutan, yakni yang akan mempengaruhi secara langsung terhadap penghasilannya. 2) Risiko Harta Benda (property risk), adalah suatu risiko yang tertuju kepada harta benda milik orang tersebut, yakni risiko atas kemungkinan hilang atau rusaknya harta benda tersebut. 3) Risiko Tanggung Gugat (liability risk), adalah risiko yang mungkin akan timbul karena seseorang harus bertanggung jawab karena melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain. b. Risiko Spekulasi (speculative risk) Berbeda dengan risiko murni, maka risiko spekulasi merupakan kejadian yang akan terjadi dan akan menimbulkan 2 (dua) kemungkinan, dimana kemungkinan pertama adalah akan memperoleh keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah akan menderita kerugian.

  c. Risiko Khusus Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap seseorang tertentu saja. Misalnya, risiko berupa kebakaran pada mobil seseorang, yang tidak menyebabkan kebakaran pada mobil orang lain.

  Berkaitan dengan risiko-risiko tersebut, maka dalam penanganannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1)

  Menghindari risiko (avoidance) 2) Mengurangi risiko (reduction) 3)

  Mempertahankan risiko (retention) 4)

  Membagi risiko (risk sharing) 5)

  Mengalihkan risiko (transfer) Dengan memperhatikan Pasal 246 KUH Dagang dan Pasal 1

  Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, menurut (Man Suparman, 2003:16) dapat disimpulkan unsur-unsur dalam asuransi, yaitu :

  1) Merupakan suatu perjanjian Adapun yang dimaksud dengan perjanjian atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan bagi pihak lain untuk menunaikan prestasi. Sebagai suatu perjanjian, asuransi memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : a)

  Perjanjian asuransi merupakan perjanjian timbal balik (wederkerige overeenkomst) adalah suatu perjanjian yang menimbulkan suatu kewajiban pokok kepada kedua belah pihak. Masing-masing pihak di dalam perjanjian asuransi memiliki hak dan kewajiban yang saling berhadapan.

  b) Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat

  (voorwaardelike overeenkomst) karena kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung digantungkan pada terjadinya peristiwa yang dijanjikan. Apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi, kewajiban penanggungpun tidak timbul. Sebaliknya, jika peristiwa terjadi tetapi tidak sesuai dengan yang disebut dalam perjanjian, penanggung juga tidak diwajibkan untuk memberi penggantian.

  c) Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual (Pasal 257 KUH Dagang). Yang dimaksudkan dengan perjanjian konsensual adalah perjanjian di mana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut Pasal 1338 KUH Perdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat.

  d) Asuransi merupakan perjanjian untuk mengalihkan dan membagi risiko.

  e) Asuransi pada dasarnya merupakan perjanjian penggantian kerugian.

  Hal ini berarti bahwa penanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti kerugian kepada tertanggung yang seimbang dengan kerugian yang diderita tertanggung bersangkutan.

  f) Salah satu unsur di dalam asuransi yaitu peristiwa yang belum pasti terjadi, dalam Pasal 1774 KUH Perdata asuransi digolongkan menjadi perjanjian untung-untungan. 2) Adanya Pembayaran Premi

  Dalam Pasal 246 KUH Dagang mengenai definisi asuransi yang menyebutkan tentang premi dijelaskan bahwa premi merupakan suatu prestasi dari pihak penanggung kepada pihak tertanggung. Dengan adanya premi yang dibayarkan oleh pihak penanggung kepada pihak tertanggung, maka pihak penanggung berkewajiban untuk membayar ganti kerugian kepada pihak tertanggung. Besarnya ganti kerugian yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang diderita tertanggung, hal ini berkaitan dengan prinsip ganti kerugian atau prinsip idemnitas dalam perjanjian asuransi. 3) Kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kerugian

  Dengan adanya pembayaran premi dari tertanggung kepada penanggung akan menimbulkan kewajiban bagi penanggung untuk memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang kepada tertanggung. Kewajiban penanggung tersebut timbul apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi. Kewajiban penanggung ini tercermin dalam Pasal 246 KUH Dagang, yaitu pada bagian kalimat “untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.”

  4) Adanya suatu peristiwa yang belum pasti terjadi Dalam Pasal 246 KUH Dagang terkandung bahwa dalam suatu perjanjian asuransi terdapat unsur peristiwa yang tidak tentu.

  Menurut (Emmy Pangaribuan, 1980 : 51) “peristiwa tidak tentu adalah suatu peristiwa yang menurut pengalaman manusia normaliter tidak dapat dijadikan akan terjadinya”

  5) Ketentuan tentang kewajiban pemberitaan dari tertanggung Tertanggung harus memberitahukan keadaan objek pertanggungan selama perjanjian asuransi berlangsung tanpa harus menunggu permintaan dari penanggung

5. Asas-Asas Hukum Asuransi

  a. Asas hukum enumeratif Asas ini menjelaskan bahwa pihak asuransi terbuka terhadap jenis asuransi di luar KUH Dagang. Subyek hukum dapat melakukan perjanjian asuransi.

  b. Asas hukum limitatif Asas ini menjelaskan bahwa pihak asuransi tebatas terhadap jenis-jenis asuransi di luar KUH Dagang.

  c. Asas insurable interest Adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan akibat batalnya perjanjian tersebut seandainya tidak terpenuhi.

  d. Asas beritikad baik Dalam perjanjian asuransi terdapat unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung.

  e. Asas keseimbangan Asuransi diancam batal, apabila diadakan asuransi yang kedua atas suatu kepentingan yang telah diasuransikan dengan nilai penuh.

  f. Asas subrogasi Apabila peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dalam perjanjian asuransi terjadi, maka tertanggung dapat menuntut penanggung untuk memberikan ganti rugi (M. Suparman Sastrawidjaja,1993:55).

6. Fungsi Asuransi

  Asuransi diklasifikasikan menjadi beberapa fungsi, yaitu: a.

  Fungsi Utama (Primer) 1)

  Pengalihan Resiko Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan risiko/kerugian (chance of loss

  ) dari tertanggung sebagai “Original

  Risk Bearer

  ” kepada satu atau beberapa penanggung (a risk

  transfer mechanism ). Sehingga ketidakpastian (uncertainty) yang

  berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti (certainty) merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi.

  2) Penghimpun Dana

  Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun tersebut berupa premi atau biaya berasuransi yang dibayar oleh tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut berkembang yang kelak akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang tertanggung. 3)

  Premi Seimbang Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang dilakukan oleh masing-masing tertanggung adalah seimbang dan wajar dibandingkan dengan risiko yang dialihkannya kepada penanggung (equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi (rate of premium) dikalikan dengan nilai pertanggungan.

  b.

  Fungsi Tambahan (Sekunder) 1)

  Export Terselubung (invisible export) Sebagai penjualan terselubung komoditas atau barang-barang tak nyata (intangible product) keluar negeri.

  2) Perangsang Pertumbuhan Ekonomi (stimulus ekonomi) adalah untuk merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan.

3) Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings.

  4) Sarana pencegah dan pengendalian kerugian.

  

7. Tujuan Asuransi

  Tujuan dari asuransi atau pertanggungan adalah sebagai berikut: a.

  Tujuan Ganti Rugi Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung apabila tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, yang bertujuan untuk mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan sehingga tertanggung masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian.

  Jadi tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi sebesar kerugian yang dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh mencari keuntungan dari asuransi. Begitu juga dengan penanggung, penanggung, tidak boleh mencari keuntungan atas interst yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau premi.

  b.

  Tujuan Tertanggung Tujuan dari tertanggung adalah sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh rasa tentram dan aman dari risiko yang dihadapinya atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.

  2) Untuk mendorong keberaniannya mengikatkan usaha yang lebih besar dengan risiko yang lebih besar pula, karena risiko yang benar itu diambil oleh penanggung.

  c. Tujuan Penanggung Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu: 1)

  Tujuan Umum, adalah: memperoleh keuntungan selain menyediakan lapangan kerja, apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu. 2)

  Tujuan Khusus, adalah:

  a) Meringankan risiko yang dihadapi oleh para nasabah atau para tertanggung dengan mengambil alih risiko yang dihadapi. b) Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya, sehingga lebih berani mengikatkan usaha yang lebih besar.

  c) Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul sedikit demi sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembagian Bangsa dan Negara.

  

8. Klaim Asuransi

  Pihak tertanggung yang mengasuransikan obyek memilih risiko wajib membayar premi asuransi secara rutin kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam polis asuransi. Apabila risiko yang diasuransikan benar-benar terjadi pada diri kita, kita berhak mengajukan klaim asuransi atau tuntutan ganti rugi. Prinsip asuransi dalam pengajuan klaim asuransi, yaitu prinsip indemnity. Prinsip indemnity merupakan kompensasi kerugian yang pasti dan cukup untuk mengembalikan posisi keuangan pihak tertanggung sama seperti posisi keuangan sebelum risiko yang merugikan terjadi.

  Dalam pengajuan klaim asuransi tidak dibenarkan jika pihak tertanggung mencari keuntungan dari klaim asuransi. Oleh karena itu, untuk mencegah kemungkinan mencari keuntungan dari klaim asuransi, terdapat prosedur dalam pengajuan klaim asuransi. Pelaksanaan dalam pengajuan klaim asuransi akan dijelaskan dalam pembahasan tersendiri (Nugroho, 2011:22).

  9. Pentingnya Asuransi

  Sebagian orang masih merasa bahwa Sakit adalah penyebab utama kematian atau seseorang harus di rawat di rumah sakit. Tidak jarang kecelakaan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari calon klien, padahal berdasarkan data-data kesehatan dunia menunjukkan bahwa resiko kecelakaan dan sakit memiliki resiko yang sama.

  Di sebagian orang, kemampuan keuangan untuk membeli produk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa belum mencukupi sehingga produk asuransi kecelakaan bias menjadi pilihan yang tepat saat itu.

  Kecelakaan menimbulkan kerugian materi yang dapat diminimalisasi dengan adanya perlindungan Asuransi kecelakaan, untuk tertanggung dan keluarganya.

  10. Manfaat Yang Anda Dapatkan Jika Memiliki Asuransi a. Santunan meninggal dunia dan cacat tetap akibat kecelakaan 500 juta.