STUDI TENTANG IDENTITAS MAHASISWA DI YOGYAKARTA MELALUI CARA BERPAKAIAN SKRIPSI

  STUDI TENTANG IDENTITAS MAHASISWA DI YOGYAKARTA MELALUI CARA BERPAKAIAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi Oleh: Eka Isabella NIM: 049114060 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

STUDI TENTANG IDENTITAS MAHASISWA DI YOGYAKARTA

MELALUI CARA BERPAKAIAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Eka Isabella

  

NIM: 049114060

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PEGANGAN DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI INI

  

! " # $ % &

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,15 Februari 2010 Penulis,

  Eka Isabella

  

Studi tentang Identitas Mahasiswa di Yogyakarta

Melalui Cara Berpakaian

Eka Isabella

ABSTRAK

  Penelitian kualitatif deskriptif dengan paradigma representasi ini menggambarkan identitas diri dan

sosial mahasiswa Yogyakarta melalui cara berpakaian mereka. Penelitian ini mengungkap bagaimana

mahasiswa mengartikan pakaian dan apa sumber informasi yang membentuk pengetahuan mereka

mengenai pakaian. Data diperoleh dengan memanfaatkan Jurnal Aktivitas Harian, wawancara semi

terstruktur, dan observasi terhadap 28 orang mahasiswa yang menempuh kuliah di 10 universitas di

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arti pakaian adalah kesopanan, kenyamanan, dan

keunikan. Mahasiswa mempertimbangkan kesopanan pada saat di ruang publik, rasa nyaman pada saat

di ruang pribadi, serta keunikan pada kedua ruang tersebut. Mereka mengakses informasi mengenai tren

pakaian melalui media tetapi menirukan gaya pakaian dari orang di sekitarnya.

  Kata kunci: Representasi Sosial, Identitas, Pakaian, Mahasiswa

  

A Study of Student Identity in Yogyakarta

from Their Cloth

Eka Isabella

  

ABSTRACT

This research aims to describe the self and social identity of Yogyakarta students by discovering the

meaning of clothes and the source of information about clothes for them. This research uses qualitative-

descriptive approach and social-representation paradigm. Data were collected by employing Daily

Activity Journal, semi-structured interview, and observation on twenty eight students of ten universities

in Yogyakarta. The result shows that the meaning of cloth for student is courtesy, comfort, and

uniqueness. Students consider dressing for courtesy in public space, for comfort in private space, and

for uniqueness in both private and public spaces. Furthermore, they get information of the fashion trend

from the media but imitate the fashion style of people around them.

  Keywords: Social Representation, Identity, Clothes, University Student

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Santa Dharma: Nama : Eka Isabella Nomor Mahasiswa : 049114060

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

STUDI TENTANG IDENTITAS MAHASISWA DI YOGYAKARTA

MELALUI CARA BERPAKAIAN

  berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Yogyakarta, 15 Februari 2010 Yang menyatakan, Eka Isabella

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Studi tentang Identitas Mahasiswa di

  Yogyakarta Melalui Cara Berpakaian.

  Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kasih secara tulus kepada orang-orang yang telah menginspirasi peneliti selama kuliah dan melakukan penelitian ini :

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan dan dosen pembimbing skripsi yang telah dengan tulus merelakan energi, waktu, dan fasilitas secara total dalam membimbing dan membagikan ilmu kepada peneliti.

  2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik peneliti. Terima kasih atas bimbingan dan kepercayaan Ibu.

  3. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. dan Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J. selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan yang berharga untuk penelitian ini.

  4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi sebagai pendidik dan panutan bagi peneliti.

  5. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mas Muji, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni, Pak Gi yang telah banyak membantu peneliti selama studi, Matur Nuwun nggih atas pelayanannya.

  6. Teman-teman yang telah bersedia dengan tulus menjadi responden penelitian.

  7. Papa Tjok Fen Djiou/Moses Taufan, yang selalu mengajarkan peneliti untuk bertanggungjawab atas pilihan hidup dan selalu menekankan identitas pada peneliti sebagai anak bangsa ini. Dad, You are my hero.

  8. Mama Tjen Fuk Tjhin/Ignata Noni, sumber energi hidupku, karya nyata kasih Allah di dunia yang telah meletakkan sebuah hati dalam diriku. Semangat, ketekunan, keterbukaan, dan keyakinan pada Allah yang dikobarkan pada peneliti inilah yang selalu membuat peneliti bertahan hingga hari ini.

  9. Kakak-kakak peneliti -Ce Yin, Ko Paulus, Kocem, Kocit, Ce Yun, Ce Nia, Ko Agus- teladan hidupku yang selalu mengajarkan peneliti kerja keras, pilihan hidup, dan ketulusan dalam mencintai. Being your little sister is a bless for me.

  10. Sr. Francesco, CB, sosok pembimbing yang selalu mengajarkan kesetiaan dan kedisiplinan dalam melayani.

  11. Suster-suster FCJ, Rm. John, SJ, yang telah membimbing peneliti untuk menemukan tujuan, azas dan dasar dari hidup ini.

  12. Keluarga besar Magis 08 & 09 Jogja, saudara seperjuangan peneliti dalam menemukan arti dari hidup. Perziarahan hidup kita masih panjang kawan.

  AMDG!!!

  13. Linda Santoso dan Martinus Budi Gunawan, saudara-saudara yang telah membuat peneliti paham maksud dari unconditional positive regard.

  14. Emerita Setyowati dan Agung Priaji… teman-teman peneliti dalam menikmati petualangan hidup. Let’s get our future!!!

  15. Keluarga besar TAMAN CEMARA, -Urut dari yang paling kecil sampai yang paling bohai- Loli kecil, Alma Merah Marun, Tiw-tiw Witiw, Arya, Lucky, Dik Shinta, Widyawati Ari Oke serta teman-teman Empat Pejuang, Mba Nana, Wira, Githa, dan Iin. Kawan. Akhir-akhir ini hidup kita emang jadi berbeda, tapi saya bahagia karena hidup ini menjadi bersemangat bersama teman-teman. Ada lagi, Oom Troy dan Mba Chigie… terima kasih karena telah memberi warna dalam kehidupan keluarga TAMAN CEMARA.

16. Semua pihak yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti.

  Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semua. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................................. x DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 I.A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 I.B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 7 I.C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8 I.D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 8 BAB II. TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 10 II.A. Identitas dan Pakaian ...................................................................................... 10 II.A.1. Teori Identitas .................................................................................... 10 II.A.1.a. Landasan Teori Identitas ......................................................... 10 II.A.1.b. Pengertian Identitas ................................................................. 13 II.A.1.c. Pembentukan Identitas ............................................................. 15

  II.A.2. Pengertian Pakaian dan Sejarah Perkembangannya di Indonesia ...... 17

  II.A.3. Pakaian sebagai Ekspresi Identitas .................................................... 21

  II.A.4. Definisi dan Pembetukan Identitas Mahasiswa ................................. 23

  II.A.5. Representasi Sosial ............................................................................ 24

  II.B. Konteks Penelitian .......................................................................................... 29

  II.B.1. Yogyakarta sebagai Lokasi Penelitian ............................................... 29

  II.B.2. Pakaian Mahasiswa di Yogyakarta .................................................... 33

  II.B.3. Representasi Sosial Pakaian pada Mahasiswa di Yogyakarta ........... 37

  II.C. Kerangka Penelitian ........................................................................................ 39

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 40 III.A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 40 III.B. Subjek Penelitian ........................................................................................... 42 III.C. Batasan Istilah ................................................................................................ 44 III.D. Alat Pengumpulan Data ................................................................................. 45 III.D.1. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 45 III.D.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 46 III.D.3. Format Jurnal Aktivitas Harian ........................................................ 48 III.E. Analisis Data .................................................................................................. 48 III.F. Pertanggungjawaban Keabsahan Data ........................................................... 51 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 52 IV.A. Pelaksaan Penelitian ...................................................................................... 52 IV.A.1. Tahap Survei Pra-Penelitian ............................................................. 52 IV.A.2. Tahap Penentuan Responden Penelitian .......................................... 53 IV.A.3. Tahap Pengambilan Data ................................................................. 54 IV.B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 56 IV.B.1. Data Demografi Responden ............................................................. 56 IV.B.2. Analisa Data ..................................................................................... 58 IV.B.2.a. Arti Pakaian pada Mahasiswa ................................................ 58

  IV.B.2.a.i. Arti pakaian pada mahasiswa berdasarkan hasil wawancara........................................................................................... 58

  IV.B.2.a.ii. Arti dan alasan mahasiswa mengenakan pakaian ... 59

  IV.B.2.a.iii. Konteks mahasiswa mengenakan pakaian berdasarkan ruang dan alasannya ............................................................................ 77

  IV.B.2.b. Sumber informasi yang membentuk pengetahuan mahasiswa mengenai berpakaian .......................................................................... 79

  IV.B.2.c. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam berpakaian ......... 81

  IV.B.2.c.i. Arti dan alasan mahasiswa mengenakan pakaian .... 81

  IV.B.2.c.ii. Konteks mengenakan pakaian ................................ 83

  IV.B.2.c.iii. Jenis pakaian .......................................................... 84

  IV.B.2.c.iv. Merk pakaian ......................................................... 85

  IV.C. Skema Hasil Penelitian .................................................................................. 88

  IV.C.1. Identitas Mahasiswa di Yogyakarta Melalui Cara Berpakaiannya ... 88

  IV.C.2. Penjelasan Skema Penelitian ............................................................ 89

  IV.D. Pembahasan ................................................................................................... 94

  IV.D.1. Identitas Orang Muda Berdasarkan Gaya Berpakaiannya ............... 94

  IV.D.1.a. Kepantasan dan Kesopanan di Tempat Ibadah ..................... 95

  IV.D.1.b. Kepantasan dan Kesopanan di Kampus ............................... 96

  IV.D.1.c. Kepantasan dan Kesopanan di Tempat Kondangan ............. 97

  IV.D.2. Identitas Diri Merupakan Suatu Kesatuan dengan Identitas Sosial 100

  IV.D.3. Ekspresi Berpakaian Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 102

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 105 V.A. Kesimpulan ................................................................................................... 105 V.B. Saran ............................................................................................................ 107 V.C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 107 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 108 LAMPIRAN .............................................................................................................. 113

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Sejarah Perkembangan Pakaian di Indonesia ............................................... 13 Tabel 2. Contoh Salah Satu Halaman Jurnal Aktivitas Harian ................................... 48 Tabel 3. Identitas Responden Penelitian ..................................................................... 56 Tabel 4. Arti Pakaian pada Mahasiswa Berdasarkan Hasil Wawancara .................... 58 Tabel 5. Arti dan Alasan Mengenakan Pakaian dari Data Jurnal Aktivitas Harian .... 59 Tabel 6. Arti Pakaian Berdasarkan Hasil Wawancara ................................................ 60 Tabel 7. Arti Nyaman Berdasarkan Hasil Wawancara ............................................... 62 Tabel 8. Arti Norma Berdasarkan Hasil Wawancara.................................................. 65 Tabel 9. Arti Mengekspresikan Diri Berdasarkan Hasil Wawancara ......................... 67 Tabel 10. Tempat yang Penting bagi Mahasiswa dalam Mengenakan Pakaian ......... 69 Tabel 11. Alasan Berpakaian Berdasarkan Ruang dan Waktu ................................... 73 Tabel 12. Jenis Pakaian dan Artinya ........................................................................... 75 Tabel 13. Arti Pakaian Berdasarkan Jenis Pakaian ..................................................... 76 Tabel 14. Sumber Informasi Mahasiswa Mengenai Cara Berpakaian ........................ 79 Tabel 15. Orang yang Dibayangkan ........................................................................... 79 Tabel 16. Arti Pakaian pada Mahasiswa Berdasarkan Hasil Wawancara .................. 81 Tabel 17. Arti Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin dari Data Jurnal Aktivitas

  Harian ......................................................................................................... 82 Tabel 18. Ruang dan Makna Mengenakan Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 83 Tabel 19. Jenis Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................. 84 Tabel 20. Merek Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin................................................ 85 Tabel 21. Perbandingan antara Perempuan dan Laki-laki dalam Berpakaian ............ 86

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Kerangka Penelitian .................................................................................. 39 Gambar 2. Konteks Mahasiswa Mengenakan Pakaian Berdasarkan Jurnal Aktivitas Harian ........................................................ 78 Gambar 3. Identitas Mahasiswa di Yogyakarta Melalui Cara Berpakaian ................. 88

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Ringkasan Proses Pengambilan Data ................................................... 115 Lampiran 2. Ringkasan Aktivitas dan Barang yang Mengekspresikan Responden . 118 Lampiran 3. Respon Alasan Berpakaian dari Data Jurnal Aktivitas Harian ............. 121 Lampiran 4. Tempat yang Penting dalam Mengenakan Pakaian .............................. 126 Lampiran 5. Alasan Berpakaian Berdasarkan Ruang dan Waktu ............................. 129 Lampiran 6. Jenis Pakaian Atasan dan Alasan Mengenakannya .............................. 134 Lampiran 7. Jenis Pakaian Bawahan dan Alasan Mengenakannya .......................... 140 Lampiran 8. Sumber Informasi Mengenai Pakaian .................................................. 144 Lampiran 9. Orang yang Dibayangkan Memiliki Gaya Pakaian yang Sama ........... 145 Lampiran 10. Merk Pakaian yang Dikenakan Responden ........................................ 156

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini identitas orang muda sebagai orang Timur semakin meluntur

  karena meniru gaya hidup yang ditawarkan oleh media (Rakhmat, 2005). Giddens (1991) mengartikan gaya hidup sebagai praktek rutinitas yang dapat terekspresi dalam kebiasaan berpakaian, makan, cara bertindak dan pergaulan yang disenangi untuk mengalami perjumpaan dengan orang lain. Dalam gaya hidup, penampilan luar adalah segalanya (Ibrahim, 2007). Lebih lanjut Ibrahim mengatakan bahwa penampilan lebih penting daripada hal-hal substansial, seperti nilai-nilai atau norma yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pakaian menjadi aspek penting dalam gaya hidup. Tren mode pakaian yang ditawarkan media sering dipandang kurang pantas untuk budaya Timur. Celana hipster yang memperlihatkan celana dalam, baju you can see yang memperlihatkan kulit lengan, serta rok atau celana pendek yang memperlihatkan paha, dll. Hal ini seringkali meresahkan masyarakat karena dipandang melenceng dari nilai-nilai lokal budaya Timur.

  Penyebarluasan gaya hidup, khususnya dalam berpakaian, pada masyarakat tidak lepas dari peran media massa seperti televisi, koran, iklan, film, dan majalah (Chaney 2004; Ibrahim, 2007). Media menjadi penentu kecenderungan tren, mode, dan pembentuk kesadaran orang saat ini (Ibrahim, 2005). Iklan menampilkan perkembangan mode pakaian yang mempengaruhi struktur kognitif dan afektif masyarakat dalam berpakaiannya (Ibrahim, 2005). Tawaran dalam bahkan dianggap sebagai pembentuk kesadaran manusia modern (Ibrahim, 2005).

  

Media massa memegang peranan yang besar dalam mentransfer informasi, pesan-

pesan, sistem nilai, norma-norma sosial, budaya, pemikiran dan sebagainya secara

cepat ke dalam ruangan dan pikiran masyarakat Indonesia saat ini. Dalam buku

  Lubang Hitam Kebudayaan, Budiman (2002) mengemukakan bahwa muatan nilai-nilai, norma, pola kultural, moral dan etika yang ditransferkan dalam

  

komunikasi melalui media massa bukanlah berasal dari budaya lokal Indonesia,

melainkan budaya global, budaya masyarakat lain dari seluruh dunia.

  Hasil laporan mengenai Preferensi Televisi Lokal dan Impor yang dikutip

  Budiman dari naskah presentasi M.S. Ralie Siregar, pada tahun 1994, mengungkapkan bahwa 42% masyarakat Indonesia lebih memilih program televisi impor. Hasil ini lebih tinggi daripada preferensi program televisi lokal yang besarnya hanya 37%. Lebih lanjut, Budiman mengatakan bahwa sebagian

  

besar acara televisi yang diberi label ’produksi lokal’ merupakan tiruan atau duplikasi

acara-acara televisi di luar negeri seperti sinetron, telequis, atau sajian musik-musik.

Pengertian lokal dalam konteks ini didasarkan pada tempat, pelaku, penyandang dana

produksi, dan para pemeran karakternya, tapi bukan sama sekali muatan ’ideologi’

materi siaran tersebut. Budiman (2002) mengatakan bahwa notabene semangat

  global tersebut didominasi oleh semangat Barat. Hal ini juga dikemukan oleh

  

Ibrahim (2005) bahwa realitas yang ditayangkan oleh media merupakan realitas

  yang mengarah pada budaya Barat. Oleh karena itu, nilai-nilai Barat yang

  

dikomunikasikan oleh media ini dipandang dapat menghancurkan nilai-nilai

  tradisional karena memasukkan nilai-nilai modern (Ibrahim, 2005). Nilai-nilai yang ditanamkan media dipandang menjadi penyebab merosotnya martabat masyarakat dan merusak nilai-nilai budaya yang tinggi (Budiman, 2002).

  Fenomena gaya hidup dengan mengutamakan penampilan luar dan budaya material seperti yang ditawarkan oleh media, daripada aturan atau norma-norma yang ada dalam masyarakat juga tidak lepas dari kehidupan mahasiswa di Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian berikut ini: pertama, hasil penelitian Liestyasari (2005), seorang peneliti antropologi, tentang Kaum Muda dan Konsumsi Identitas pada 8 orang muda di Yogyakarta yang berumur 19-22 tahun, berstatus mahasiswa dan karyawan menemukan bahwa identitas diri merupakan hal yang penting bagi orang muda di Yogyakarta. Salah satu cara mereka menampilkan identitasnya sebagai orang muda adalah dengan melakukan praktek konsumsi gaya hidup. Penampilan dan citra diri juga menjadi sangat penting bagi orang muda di Yogyakarta. Citra diri menjadi penting bagi orang muda agar diterima oleh orang lain. Bagi mereka, penampilan dan citra diri secara implisit mengandung arti sebagai usaha pencapaian identitas diri yang kemudian diwujudkan melalui konsumsi pakaian, kosmetika, sampai perawatan tubuh. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa mereka mengadopsi atau meniru gaya hidup, dandanan, dan pakaian artis muda yang ada di televisi maupun iklan dalam membetuk identitas diri mereka.

  Kedua, hasil penelitian Redatin Parwadi pada tahun 2001 dalam karya disertasinya di bidang sosiologi UGM, dengan sampel sejumlah 750 orang yang berpendidikan minimal SD, berumur 15-30 tahun dan tinggal di Yogyakarta minimal dua tahun memperlihatkan adanya relasi positif antara jenis tontonan televisi dengan penyimpangan nilai dan perilaku seseorang. Salah satu kesimpulan dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa selera dan gaya hidup masyarakat semakin dipengaruhi oleh tontotan televisi terutama iklan. Barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dulu cukup dibeli di peken (sebutan untuk pasar tradisional), kini demi mode, tren, harus dicari di supermal, swalayan atau minimal supermarket. Jumlah waktu yang dihabiskan masyarakat Yogyakarta untuk menonton acara televisi tergolong tinggi yakni sehari rata-rata 3,5 jam (Perilaku Dipengaruhi Keseringan Nonton Televisi, 2002).

  Ketiga, hasil penelitian Handayani (2005) yang mengungkap tentang Gambaran Identitas Diri dalam Budaya Konsumsi terhadap 625 mahasiswi di Yogyakarta memperlihatkan bahwa 49,3% orang muda di Yogyakarta memiliki pola peralihan, 32,5% memiliki pola emansipatif, dan 18,3% memiliki pola konsumtif. Adapun yang dimaksud dengan pola peralihan di sini adalah responden dalam kebingungan menentukan pilihan akan mengikuti tren (budaya material) atau norma-norma dalam budaya masyarakat. Sementara pola yang konsumtif adalah ketika responden semata-mata mengikuti tren tanpa memperhatikan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat Yogyakarta. Pola emansipatif adalah responden mengikuti tren, tapi juga berusaha menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Studi ini menegaskan tentang bagaimana budaya material itu semakin kuat di kalangan anak muda di Yogyakarta karena sama sekali tidak ditemukan pola konservatif, yaitu pola yang sama sekali menyangkal perubahan tren dalam penampilan.

  Ketiga hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa anak muda di Yogyakarta mengikuti tawaran yang ada di media dalam membentuk identitas mereka. Mahasiswa merupakan bagian dari orang muda, oleh karena itu mereka juga mengikuti tawaran yang ada di media dalam membentuk identitas mereka. Mereka mengikuti gaya hidup yang mementingkan penampilan luar daripada nilai-nilai atau norma-norma yang ada di dalam masyarakat Timur. Konsumsi pakaian yang mereka lakukan dalam rangka mengekspresikan identitasnya, didasarkan pada tren yang ditawarkan media. Hal ini mengkhawatirkan masyarakat di Yogyakarta karena mahasiswa dipandang semakin meninggalkan budaya Timur dengan mengikuti budaya yang ditawarkan di media.

  Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang memiliki ikatan tradisi yang masih sangat kuat (Subanar, 2007). Di mana masyarakat masih sangat berpegang teguh pada nilai-nilai dan norma-norma kehidupan Jawa, sehingga terkadang terkesan mengabaikan perubahan-perubahan yang ditawarkan oleh media.

  Sementara itu, Yogyakarta juga merupakan kota pelajar yang didominiasi oleh kelompok usia dewasa muda yaitu berumur 20-29 tahun sebesar 20,2% (BPS, Provinsi DIY, 2008). Keberadaan mahasiswa di Yogyakarta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dipandang sebagai penanggap perubahan-perubahan perkembangan zaman yang ditawarkan melalui media (Subanar, 2007). Keadaan mahasiswa yang mengadopsi gaya hidup baru dalam rangka menanggapi perubahan yang ditawarkan oleh media ini menyebabkan kekuatiran sejumlah warga di Yogyakarta. Hal tergambar dari penuturan seorang mahasiswi yang kos di tengah permukiman masyarakat, salah satu desa di Yogyakarta. Mahasiswi tersebut ditegur oleh tetangga, seorang bapak berusia 40-an tahun, ketika mengenakan kemeja yang letak kancingnya agak rendah bagian sehingga sehingga bagian lehernya terbuka agak lebar.

  “Mbak itu nggak ada benik-nya ya? Mbok dikasih kancing tambahan. Nanti malah bikin laki-laki penasaran. Kalau laki-laki tu lebih suka ngeliat yang pakaiannya tertutup” Contoh di atas ini menunjukkan bahwa ada kekuatiran dalam masyarakat bahwa mahasiswa meninggalkan nilai dan norma yang ada. Gaya berpakaian yang mini dan memperlihatkan bagian tubuh tertentu seperti perut, bahu, belahan dada, celana dalam, pusat, dan belahan di bokong bukanlah hal yang lazim dan dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat melakukan kontrol terhadap perilaku mahasiswa, khususnya dalam konteks mahasiswa dipandang berpakaian tidak sesuai dengan norma dan nilai masyarakat. Kekuatiran masyarakat terhadap gaya berpakaian mahasiswa di Yogyakarta ini memang beralasan. Oleh karena itu, sebuah kajian tentang identitas mahasiswa di Yogyakarta penting untuk dilakukan.

  Penelitian ini hendak memberi kontribusi untuk permasalahan di atas dengan mengkaji bagaimana identitas mahasiswa dilihat dari cara berpakaian mereka menurut perspektif mahasiswa itu sendiri. Sebuah kajian tentang identitas mahasiswa dari sudut pandang mahasiswa ini penting dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kontekstual mengenai mahasiswa. Konsep identitas dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai identitas diri dan identitas sosial. Identitas diri merupakan kesadaran diri individu bahwa dirinya berbeda dari orang lain (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, Morales, Paez & Deschamps,

  1998). Sementara identitas sosial adalah kesadaran individu bahwa dirinya merupakan anggota dari suatu kelompok tertentu, yang meliputi kesadaran akan perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang penting bagi dirinya sebagai anggota dari kelompok tersebut (Hogg & Abram, 2001). Paradigma representasi sosial dipandang tepat untuk kerangka teoretis dalam penelitian karena penelitian representasi sosial meletakkan mahasiswa dalam ruang sosialnya sehingga memungkinkan peneliti mengungkapkan identitas mahasiswa sesuai dengan norma dan nilai masyarakat di mana mahasiswa tersebut berada.

  Penelitian ini penting dilakukan karena hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih tepat dan kontekstual tentang identitas mahasiswa. Dengan demikian masyarakat dapat memberikan pendekatan yang lebih tepat dalam memberi penilaian dan mendampingi orang muda pada umumnya, khususnya mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana identitas mahasiswa di Yogyakarta melalui cara berpakainnya. Permasalahan penelitian ini akan dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

  1. Bagaimana mahasiswa mengartikan pakaian dalam rangka membentuk identitasnya?

  2. Apa saja sumber-sumber informasi yang membentuk pengetahuan mahasiswa mengenai berpakaian?

  Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian kualitatif ini adalah mengungkap identitas mahasiswa di Yogyakarta melalui cara berpakaiannya dengan menjawab pertanyaan bagaimana mahasiswa mengartikan pakaian dalam rangka membentuk identitasnya serta apa sumber informasi yang membentuk pengetahuan mahasiswa mengenai berpakaian.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

  Penelitian ini memberi wacana tambahan bagi ilmu-ilmu sosial secara umum, dan ilmu psikologi secara khusus, terutama Psikologi Sosial, Psikologi Budaya, dan Psikologi Pekembangan

  a. Bagi Psikologi Sosial dan Budaya Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai gaya hidup mahasiswa saat ini dari cara berpakaiannya b. Bagi Psikologi Perkembangan

  Hasil penelitian ini memberikan masukan pengetahuan mengenai gambaran identitas orang muda atau mahasiswa dari cara berpakaiannya sesuai dengan tugas perkembangannya.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Masyarakat pada Umumnya Penelitian ini memberikan pemahaman yang kontekstual dan proposional mengenai identitas orang muda, khususnya mahasiswa dari gaya berpakaiannya sehingga masyarakat dapat memberikan pendampingan yang tepat bagi mereka.

  b. Bagi Psikologi Industri Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi manager SDM tentang gambaran identitas orang muda melalui cara berpakaiannya sehingga dapat merancang kondisi atau situasi kerja yang sesuai untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan, khususnya orang muda.

BAB II TINJAUAN TEORI Berikut ini merupakan landasan teori yang mendasari penelitian ‘Studi

  tentang Identitas Mahasiswa di Yogyakarta Melalui Cara Berpakaian’. Dalam landasan teori ini akan dibahas mengenai teori identitas yang lihat dari hasil konstruksi sosial, definisi pakaian dan sejarah perkembangannya di Indonesia, mahasiswa dan tugas perkembangannya, teori representasi sosial, serta konteks mahasiswa di Yogyakarta dalam mengenakan pakaian.

A. Identitas dan Pakaian

  A.1. Teori Identitas A.1.a. Landasan Teori Identitas

  Dalam penelitian ini, teori identitas yang digunakan berakar pada teori self William James. James (1890) memisahkan self menjadi dua aspek, yaitu I dan

  

Me. I menunjukkan aspek self yang secara aktif memahami, berpikir, atau

  melihat. I merupakan kesadaran individu bahwa dirinya sedang berpikir atau memahami dari suatu proses fisik atau psikis itu sendiri. Konsep I ini banyak digunakan oleh filsuf, sedangkan para ahli psikologi lebih banyak memberikan perhatian dari pemahaman sifat dasar dari Me. Istilah Me menunjukkan aspek self sebagai obyek. Me menunjukkan segala macam cara orang berpikir tentang dirinya sendiri, ide-ide orang tentang siapa diri mereka dan seperti apa mereka (Brown, 1998). William James (1890) menggunakan istilah the empirical self untuk menunjukkan segala macam cara orang berpikir tentang dirinya sendiri.

  Adapun the empirical self ini memiliki tiga komponen, yaitu (1) material self, (2) social self, (3) spiritual self.

  (1) Material Self

  Material self berkaitan dengan obyek, orang, dan tempat yang menandakan

  kepemilikan (my atau mine) (James, 1890). Hubungan antara kepemilikan dengan

  

self adalah orang selalu secara spontan menyebut kepemilikannya ketika diminta

  menggambarkan diri mereka. Hal ini dikarenakan: a) kepemilikan memberikan fungsi simbolik, orang cenderung mendefinisikan dirinya dengan barang; b) kepemilikan memperluas diri, sebagian orang mewariskan barang-barang yang dimilikinya kepada orang lain ketika ia meninggal. Bentuk material self yang paling nyata adalah tubuh (tanganku, kakiku, dll.). Namun, material self tidak hanya dibatasi pada tubuh, tetapi meluas pada barang-barang (pakaian), orang (keluarga), tempat (rumah), dan segala sesuatu yang secara psikologis menjadi bagian dari siapa diri kita (Brown, 1998). Dengan demikian, material self ini dapat menggambarkan identitas diri (misalnya tubuh menggambarkan diri seseorang) dan identitas sosial (misalnya keluarga menggambarkan hubungan personal dengan orang lain) seseorang. Namun diantara semua jenis kepemilikan yang ada, barang yang paling nyata menggambarkan perpanjangan dari tubuh adalah pakaian (Green, 1999). Oleh karena itu, individu selalu menyesuaikan pakaiannya untuk mengidentifisikasikan siapa dirinya kepada orang lain (Green, 1999).

  (2) Social Self

  Social self menunjukkan bagaimana individu dianggap dan dikenal oleh lain

  (James, 1890). Pada dasarnya, social self mencakup berbagai posisi sosial yang individu emban dan peran sosial yang ia mainkan. Brown (1998) menyebutkan istilah social self ini sebagai identitas sosial. Setiap orang memiliki berbagai macam identitas sosial. Deaux, Reid, Mizrahi, dan Ethier (dalam Brown, 1998) membedakan lima tipe identitas sosial, yaitu hubungan personal (seperti suami, istri); etnik/religi (orang Afrika-Amerika, muslim dll); afiliasi politis (demokrat, republik), stigmatisasi kelompok (kriminal, alkoholik); dan pekerjaan (artis, professor dll). Beberapa identitas tersebut merupakan identitas yang terberi (misalnya lahir sebagai laki-laki dll) dan beberapa identitas diperoleh (misalnya profesor, mahasiswa dll).

  Masing-masing identitas tersebut akan disertai dengan serangkaian harapan dan perilaku spesifik. Oleh karena itu, James menekankan bahwa dalam hal ini bagaimana Individu berpikir tentang dirinya tergantung pada peran sosial yang kita mainkan. Individu akan memperlihatkan self yang berbeda ketika dalam situasi sosial yang berbeda.

  (3) Spiritual Self

  Spritual self merupakan inner self. Kategori ini mencakup semua yang

  menjadi kepemilikan (my atau mine) tetapi bukan dalam bentuk obyek nyata ataupun peran sosial tetapi lebih menyangkut kemampuan, sikap, emosi, minat, motif, pendapat, sifat, dan kehendak (James, 1890). Istilah spiritual self ini mengacu pada identitas personal seseorang (Brown, 1998).

  Konsep empirical self William James ini yang kemudian melandasi konsep identitas yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh psikologi lainya. Spiritual Self dikembangkan menjadi identitas diri, dan social self dikembangkan menjadi identitas sosial. Sementara material self menjelaskan identitas diri dan sosial seseorang. Teori William James ini membahas mengenai identitas diri sekaligus identitas sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa William James meletakkan individu dalam konteks sosialnya dalam mengemukakan teori identitasnya. Oleh karena itu teori ini cocok digunakan sebagai landasan dalam penelitian representasi sosial. Hal ini dikarenakan paradigma representasi sosial meletakkan individu dalam konteks sosialnya, karena paradigma ini memandang bahwa keadaan psikologis individu merupakan hasil konstruksi dari masyarakat, apa yang kita representasikan tersebut menentukan bagaimana cara kita bereaksi (Walmsley, 2004). Berikut ini akan dijelaskan pengertian tentang identitas.

  A.1.b. Pengertian Identitas

  Worchel, dkk (1998) mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada definisi yang jelas mengenai identitas diri. Akan tetapi secara umum, identitas diri diartikan sebagai kesadaran individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, dkk., 1998). Kesadaran ini hanya dapat dirasakan dalam relasi dengan orang lain, di mana individu mempersepsikan dirinya identik dengan dirinya, dan berbeda dengan orang lain (Worchel, dkk., 1998). Identitas pribadi menyangkut kemampuan, sikap, emosi, minat, motif, pendapat, sifat, dan kehendak (Brown, 1998).

  Identitas sosial adalah kesadaran individu memiliki perasaan sama dengan anggota kelompok lainnya (kita) (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, dkk., 1998).

  Namun, identitas sosial juga mengacu pada suatu perbedaan, perbedaan kelompok kita dengan kelompok lainnya (mereka) (Worchel, dkk., 1998).

  Identitas sosial mencakup berbagai posisi sosial yang individu emban dan peran sosial yang ia mainkan (Brown, 1998). Setiap peran sosial tersebut memiliki harapan perilaku spesifik, sehingga individu memperlihatkan diri yang berbeda pada situasi sosial yang berbeda. Individu menyadari perasaan-perasaan dan nilai- nilai yang penting bagi dirinya sebagai anggota dari kelompok tersebut (Abrams & Hogg, 1990). Identitas sosial bersifat inklusif karena individu melepaskan kediriannya (I) dan mengkategorikan dirinya dalam suatu unit sosial (we/kita) (Hogg & Abrams, 2001).

  Intinya adalah identitas sosial mengacu pada perasaan sama terhadap orang lain, sedangkan identitas personal mengacu pada perasaan berbeda dalam relasi dengan orang yang sama (Worchel, dkk., 1998). Identitas diri dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kesadaran diri individu bahwa dirinya unik yang memiliki kemampuan, sikap, emosi, minat, motif, pendapat, sifat, & kehendaknya berbeda dengan orang lain (Hogg & Abrams, 2001; James, 1890; Worchell, dkk., 1998).

  Sementara itu, identitas sosial didefinisikan sebagai kesadaran diri individu bahwa dirinya tergabung dalam kelompok sosial tertentu, sehingga cara berpikir tergantung pada peran sosial yang sedang dilakukannya (Hogg & Abrams, 2001; James, 1890; Worchell, dkk., 1998)

  A.1.c. Pembentukan Identitas

  Konsep identitas yang digunakan adalah identitas diri dan identitas sosial yang merupakan hasil konstruksi dari masyarakat. Identitas terbentuk dari konstruksi di dalam, bukan di luar diskursus (Hall & du Gay, 1996). Hal ini berarti bahwa pendekatan konstruksi sosial melihat bahwa identitas merupakan hasil konstruksi melalui interaksi individu dengan lingkungan sosial, dan bukan merupakan suatu hal yang terberi (Berger & Luckman, 1967; Burr, 2002).

  Identitas bukan merupakan sesuatu yang stabil, melainkan dinamis dan terus berkembang hingga sepanjang hidup individu (Brym & Lie, 2007; Kashima, Foddy, & Platow, 2002). Setiap kali individu mengkristalisasi identitasnya, ia akan mempertahankannya dalam waktu tertentu, kemudian memodifikasinya, dan bahkan membentuk kembali melalui interaksi sosial (Berger & Luckman, 1967). Pada pendekatan ini, diri individu dipandang bukan sebagai suatu kesatuan yang pasif ditentukan oleh pengaruh luar dalam membentuk identitasnya (Giddens, 2003), melainkan secara aktif membentuk identitasnya melalui diskursus sosial.

  Burr (2003) menjelaskan bahwa identitas terkonstruksi melalui diskursus apa yang tersedia dalam budaya dan tergambarkan melalui komunikasi dengan orang lain. Burr menganologikan pembentukan identitas diri seperti menenun kain. Identitas diri seseorang diperoleh melalui jalinan berbagai macam benang. Benang-benang tersebut dapat berupa umur, kelas sosial mencakup tingkat pendidikan dan pendapatan, etnik, jenis kelamin, agama, dsb. Benang-benang ini dan benang lainnya akan ditenun secara bersamaan kemudian menghasilkan kain yang dinamakan dengan identitas seseorang. Dengan demikian, identitas bukan berasal dari diri seseorang, melainkan hasil dari dialektika antara individu dengan dunia sosialnya yang terdiri dari bahasa dan simbol-simbol yang kasat mata (Burr, 2003).

  Pembentukan identitas melalui proses identifikasi dimana individu memasukkan dan menggabungkan atribut orang lain, dan mentransformasikan ke dalam dirinya secara tidak sadar (Woodward, 2002). Pada hal ini, identitas dapat saja dibentuk oleh institusi yang dominan, akan tetapi bila individu tidak menginternalisasi pengalamannya dan memaknai hal yang diinternalisasikan, maka identitas tidak akan terbentuk (Castells, 2000). Oleh karena itu, dalam penelitian ini konsep identitas bukan merupakan hasil persepsi individu terhadap dunia kenyataan semata, melainkan sebagai hasil kerja sistem internalisasi yang mengutamakan interaksi antara diri individu dan lingkungan sosialnya.