KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG CIPTA KARYA dalam STRATEGI PEMBIAYAAN 2015-2019 Sumber Pembiayaan 2010-2014 2015-2019

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  BAB. 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. Arahan RPJMN 2015-2019

B. Sasaran Pembangunan Perkotaan

  2. Pembangunan 7 kawasan metropolitan eksisting

  5. Pembanvgunan 10 kota baru

  4. Pembangunan 39 pusat pertum buhan baru

  3. Pembangunan 20 kota sedang

  1. Terbentuknya 5 kawasan metropolitan baru

  

3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN

ARAHAN PENATAAN RUANG

  7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan;

  

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang

mendukung; 6. 100% akses sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan);

  4. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% ;

  3. Peningkatan efisiensi layanan air minum melalui prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  2. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

  A. Sasaran Bidang Pembangunan Kawasan Permukiman 1. 100% pelayanan air minum;

  Konsep perencanaan pembangunan Bidang Cipta Karya dan arahan penataan ruang dibagi dalam 4 (empat) bagian, yaitu arahan pembangunan Bidang Cipta Karya, Arahan Penataan Ruang, arahan wilayah pengembangan strategis, serta arahan rencana pembangunan daerah.

  Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

B. Renstra PU 2015-2019

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan baru, kota baru, kota sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru

  2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan I ndustri Prioritas

  3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman Perbatasan

  4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

  5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan

  6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan I TF

  

7. Mendukung Penataan Kampung Nelayan dan Revitalisasi Kawasan Pusaka

C. Renstra Cipta Karya 2015-2019

  1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  2. Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN)

  3. Kawasan Kumuh (30 kawasan)

  4. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  5. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  6. Kawasan I ndustri Prioritas (KI P) di 22 lokasi

  7. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) di 10 lokasi

  8. Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di 35 lokasi

  9. Pengembangan Pelabuan Strategis di 24 pelabuhan

  10. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di 7 pos

  11. Non Pos Lintas Batas Negara (NPLBN) di 9 lokasi KEBI JAKAN DAN STRATEGI BI DANG CI PTA KARYA dalam STRATEGI PEMBI AYAAN 2015- 2019 Sumber Pembiayaan 2010- 2014 2015- 2019

  Pusat 67 % 35 % Daerah 15 % 25 % Swasta 2 % 15 % PHLN 16 % 10 % Masyarakat

  • 15 %

  RENCANA AKSI PROGRAM 100- 0- 100

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  1. AI R MI NUM :

  • SPAM Regional di 31 kws
  • SPAM Perkotaan di 3.697 I KK
  • SPAM Perdesaan di 14.262 desa) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Target 71 % 76 % 82 % 88 % 94 % 100 % APBN 70,5 % 72,7 % 72,9 % 74,3 % 77,5 % 80,3 %

  2. AI R LI MBAH : AL Terpusat di 12 kab/ kota

  AL Komunal 458 kab/ kota

  • AL Skala kawasan 150 kab/ kota

  I PLT 222 kab/ kota

  • 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Target 62 % 64 % 72 % 85 % 92 % 100 % APBN 62 % 63,9 % 66,2 % 69,5 % 73,6 % 76,9 %

  3. KUMUH :

  • Penanganan kawasan kumuh di 38.432 Ha 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Target 10 % 8 % 6 % 4 % 2 % 0 % APBN 10 % 9,2 % 7,8 % 7,2 % 6,5 % 5,8 %

PENGANGGARAN PROGRAM TAHUN 2017

  Tema RKP : Memacu Pembangunan I nfrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2017 :

  1. Kemaritiman dan Kelautan

  2. Revolusi Mental

  3. Daerah Perbatasan

  4. Daerah Tertinggal

  5. Pelayanan Kesehatan

  6. Antar Kelompok Pendapatan

  7. Desa dan Kawasan Perdesaan

  8. Perumahan Permukiman

  9. Perkotaan

  10. Percepatan Pertumbuhan I ndustri dan KEK

  11. Pembangunan Pariwisata Sasaran Tahun 2017 : Akses Air Minum Layak 84%

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  Akses Layak 70,7% Aksses Sanitasi Layak Akses Dasar 12,4% Total Akses 83,2% Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 38.431 Ha (Kondisi Kumuh 45% )

  Kota Metropolitan 7 kota Kota Sedang 10 kota Pusat Pertumbuhan 14 kws. Kota Baru 2 kota

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

3.1. RTRW NASIONAL

3.1.1. Rencana Struktur Ruang Nasional

  Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai acuan adalah

kebijakan dan rencana yang ditetapkan lokasinya di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten

Banjar, sebagai berikut : A. Sistem Perkotaan Nasional

  • Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Bakjarmasin • Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) :

  1. Amuntai

  2. Martapura

  3. Marabahan

  4. Kotabaru

  B. Jalan Bebas Hambatan

  1. Banjarmasin-Liang Anggang

  2. Liang Anggang –Pelaihari

  3. Kuala Kapuas –Banjarmasin

  4. Marabahan – Banjarmasin

  5. Liang Anggang – Martapura 6. 13. Pelaihari – Pagatan 7. 14. Pagatan – Batulicin

  8. Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro)

  C. Pelabuhan Sebagai Simpul TransportasiLaut Nasional

  • Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin
  • Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin

  D. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  • Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor • Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen

  • Wilayah Sungai Barito - Kapuas

  • Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura
  • Suaka Margasatwa Kuala Lupak
  • Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku
  • Cagar Alam Teluk Pamukan
  • Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan
  • Cagar Alam Teluk Pamukan
  • Taman Hutan Raya Sultan Adam
  • Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut
  • Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau Sembilan
  • Kawasan Kandangan dan sekitarnya
  • Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya
  • Kawasan Batulicin
  • Kawasan Andalan Laut Pulau Laut

  • Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin Dari arahan RTRW Nsional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut :

  3. Suaka Margasatwa Pleihari – Martapura dan Taman Hutan Raya Sultan Adam

  Arahan RTRW Pulau Kalimantan berupa rencana struktur ruang, rencana infrastruktur dan rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut :

  Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan disyahkan pada tanggal 5 Januari 2012

dalam bentuk Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW

Pulau Kalimantan.

  4. Kawasan Andalan Nasional Banjarmasin Raya dan sekitarnya

  1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Martapura

  

2. Jalan Bebas Hambatan Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang–Pelaihari dan Liang

Anggang – Martapura

  H. Kawasan Strategis Nasional

  G. Kawasan Andalan Nasional

  F. Kawasan Lindung Nasional

  E. Wilayah Sungai

3.2. ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN

A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  • • Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dankaret di PKN

  Banjarmasin,

  • Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet diPKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  LAPORAN AKHIR / Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial

  III-7

Gambar 3.1. Rencana Struktur Ruang Nasional

KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

  LAPORAN AKHIR / Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial

  III-8

Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

  • Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil pertanian tanaman pangan PKNBanjarmasin, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKWKotabaru.
  • Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan di

  PKN Banjarmasin, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru

  • Pusat pengembangan ekowisata di PKN Banjarmasin, dan PKW Kotabaru • Pusat pengembangan wisata budaya di PKN Banjarmasin, dan PKW Amuntai

    • Pusat kegiatan ekonomi di PKN Banjarmasin,PKW Martapura, dan PKW Marabahan

B. Rencana Pengembangan Infrastruktur

  • Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengansungai diPKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito
  • Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang menghubungkan:

  1. Sei Pinyuh - Pontianak - Tayan - Nanga Tayap - Kudangan –Penopa - Nanga Bulik - Pangkalan Bun - Sampit - Kotabesi - Kasongan -Palangkaraya - Pulang Pisau - Kuala Kapuas - Banjarmasin – Liang Anggang;

  

2. Liang Anggang - Pelaihari - Pagatan - Batulicin - Batuaji – TanahGrogot – Kuaro

  3. Muara Teweh–Ampah-Tamiang Layang-Kelua, Barabai-Mabuun; Simpang Serapat- Benua Anyar

  • Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan

  nasional dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan:

  1. PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan Banjarmasin dan Bandara Syamsuddin Noor

  2. PKW Kotabaru dengan Pelabuhan Batulicin dan Bandara Stagen;

  • Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagaipusat pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yangmenghubungkan:

  1. Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang-Pelaihari, Kuala Kapuas-Banjarmasin;

  2. Marabahan-Banjarmasin, Liang Anggang-Martapura, Pelaihari-Pagatan, Pagatan- Batulicin, dan Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro);

  • Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan kereta api,

  pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin

  • Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Bandara Syamsuddin Noor dan Bandara Stagen.
  • Jaringan Jalan Lintas Tengah dan Selatan yang terpadu dengan jaringan transportasi Sungai Barito
  • • Jaringan Kereta Api Lintas Selatan Bagian Timur : Balikpapan-Tanah Grogot–Tanjung-

  

Ampah, Batulicin-Pelaihari-Banjarmasin-Kuala Kapuas-Pulang Pisau-Palangkaraya

  • • Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan

  permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di: 1. jaringan transportasi Sungai Barito yang menghubungkan PKW Muara Teweh dan PKW Buntok dengan PKN Banjarmasin 2. jaringan transportasi Sungai Nagara yang menghubungkan PKW Amuntai dengan PKN Banjarmasin

  • • Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani pengangkutan batubara,

  

hasil hutan, dan komoditas unggulan lainnya pada jaringan transportasi Sungai Barito

  • • Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membuka keterisolasian

  wilayah pulau-pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaitan antar provinsi di Pulau Kalimantan dengan di luar Pulau Kalimantan dan antar Negara, menghubungkan Batulicin-Garongkong (Pulau Sulawesi), Batulicin-Barru (Pulau Sulawesi), Banjarmasin- Semarang (Pulau Jawa) dan Banjarmasin-Lamongan (Pulau Jawa);

  • Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional

    sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional/internasional :

1. Pelabuhan Banjarmasin sebagai pelabuhan utama untuk melayani :

  a. PKN Banjarmasin, PKW Marabahan dan PKW Martapura sebagai pusat

pengembangan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya,

b. PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya,

  2. Pelabuhan Batulicin sebagai pelabuhan pengumpul untuk melayani PKW Kotabaru sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Batulicin dan Kawasan Andalan Laut Pulau Laut;

  • Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur LautKepulauan Indonesia I dan Alur Laut Kepulauan Indonesia II dilakukan di Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Pelabuhan Batulicin (KabupatenTanah Bumbu)
  • • Pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara

  dilakukan di sekitar Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin

  • Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan meliputi alur pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin
  • Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi TWA Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan (Kabupaten Kotabaru).

  • Pengembangan dan pemantapan bandar udara yang terpadu dengan sistem jaringan transportasi darat untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah yaitu di :

  1. Bandar Udara Syamsuddin Noor sebagai Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas

Selatan dan Jaringan Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur;

  2. Bandar Udara Stagen sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan

  • Pengembangan bandar udara untuk melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pintu gerbang internasional dalam rangka mendukung kegiatan ekowisata, wisata budaya, dan industri dilakukan Bandar Udara Syamsuddin Noor
  • • Pemanfaatan bersama bandar udara guna kepentingan pertahanan dan keamanan

  negara dilakukan di Bandara Syamsuddin Noor dan Bandara Stagen

  • • Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut-Banjar Baru-Banjarmasin-

  Barito-Kuala Kapuas-Pulang Pisau-Katingan-Kotawaringin Timur-Seruyan- Kotawaringin Barat-Lamandau-Ketapang-Pontianak dan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Natuna-Pontianak-Palangkaraya-Banjarmasin,

  • • Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi untuk

  melayani kawasan andalan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai - Penajam PaserUtara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut

  • • Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut - Banjar Baru- Banjarmasin -

  Barito Kuala - Kapuas - Pulang Pisau - Katingan - Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak, jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi Natuna – Pontianak – Palangkaraya-Banjarmasin

  • • Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU Asam-asam, PLTA

  Kusan, PLTA Riam Kanan dan PLTA M Noor

  • • Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan

  batubara Kabupaten Tabalong, Balangan, Kotabaru, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Tapin.

  • Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan Negara.
  • Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan, jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di pantai
selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, PKW Martapura, PKW Amuntai dan PKW Kotabaru serta Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Batulicin

  • WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Kuala Kapuas, PKW Buntok,

  PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW Marabahan, Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh, Kawasan Andalan Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya

  • Rehabilitasi DAS kritis DAS Barito pada WS Barito-Kapuas
  • Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan imbuhan air tanah dan pelepasan air

  tanah pada daerah cekungan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin

  • Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknyauntuk

  mempertahankan daya tampung air Waduk Riam Kanan yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Martapura dan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya;

  • Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk meningkatkan

  luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada DI Riam Kanan, DI Tapin, DI Telaga Langsat, DI Sungai Bungur, dan DI Batulicin.

C. Kawasan Lindung Nasional

Tabel 3.1. Rencana Kawasan Lindung RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan

  Selatan Kab. Kab. Kab. Kab.

  Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota Rencana Kawasan Lindung Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Laut Kuala an long

  Perlindungan & pelestarian keane- karagaman hayati tumbuhan dan

  V V

  V V

  V V

  V V satwa endemik kawasan di kawasan hutan lindung Pemertahanan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang

  V V

  V V

  V V

  V V memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Pengendalian keg. pemanfaatan

  V V

  V V

  V V

  V V ruang di kawasan hutan lindung Rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam

  V V

  V V

  V V

  V V rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau Pemertahanan permukiman masya- rakat adat dan penyediaan akses

  V V

  V V

  V V

  V V bagi masyarakat adat yang tidak mengganggu kaw berfungsi lindung Pemertahanan & peningkatan fungsi kawasan resapan air, Hulu Sungai Barito khususnya pada hulu sungai Pengendalian keg. pemanfaatan Hulu Sungai Barito ruang di kawasan resapan air Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota Rencana Kawasan Lindung Tanah Barito Balang- Taba-

  Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Laut Kuala an long

Pengendalian perkembangan kaw. sempadan Sungai Kapuas, sempadan Sungai Barito, sempadan Sungai Murung,

terbangun yg mengganggu dan/atau sempadan Sungai Martapura, sempadan Sungai Riam Kanan, sempadan Sungai

merusak fungsi sempadan sungai Riam Kiwa, sempadan Sungai Nagara, sempadan Sungai Tapin di WS Barito-Kapuas

Pengendalian pemanfaatan ruang Danau Bangkau (Kabupaten Hulu SungaiSelatan dan Kabupaten Hulu Sungai pada kawasan sekitar danau atau Tengah), Danau Bitin (KabupatenHulu Sungai Utara), Waduk RiamKanan wadukyang berpotensi mengganggu (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru) dan/atau merusak fungsi kawasan sekitardanau atau waduk Suaka Margasatwa Pelaihari

  V Martapura Suaka Margasatwa Kuala Lupak

  V Cagar Alam Teluk Kelumpang –

  V Selat Laut – Selat Sebuku Cagar Alam Teluk Pamukan

  V Cagar Alam Sungai Lulan dan

  V Sungai Bulan Taman Hutan Raya Sultan Adam

  V V Taman Wisata AlamPelaihari

  V CagarAlam Gunung Sebatung

  V TamanWisata Alam Laut Pulau Laut

  V Barat-Selatan dan Pulau Sembilan Pelestarian kawasan cagar budaya V dan ilmu pengetahuan Loksado

  Pasar Terapung

  V Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir

  V V

  V V

  V untukperlindungan pantai dan kelestarian biota laut Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dgn sungai pada

  V V V kawasan perkotaan yg rawan banjir

  Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikan

  

V

V bentang alam berupa karst kawasan rawan gerakan tanah

  V V

  V V

  V V

  V Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V kawasanimbuhan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin koridor ekosistem burung endemik yg menghubungkan antar ekosistem pesisir, yang menghubungkan CA Teluk Kelumpang-Selat Laut-Selat

  V V

  V Sebuku, CA Sungai Lulan dan Sungai Bulan, CA Teluk Pamukan, Tahura SultanAdam dan TWA Pelaihari Sumber :Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan

D. Kawasan Budidaya

Tabel 3.2. Rencana Kawasan Budidaya RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Kab. Kab. Kab.

  Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Laut Kuala an long

  Pengembangan kaw. peruntukan

  V V

  V V

  V V

  V V

  V hutan yang didukung dgn industry Rencana Kawasan Budidaya Kab.

  Banjar Kab.

  V V

  Kawasan strategis Kota Banjarbaru dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup terdiri atas: a. hutan lindung yang terletak di Kecamatan Liang Anggang yang berfungsi sebagai penyeimbang tata guna air; b. RTH (termasuk di dalamnya hutan kota)dan ruang-ruang publik yang tersebar di seluruh wilayah Kota Banjarbaru.

  C. kawasan strategis kota dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  b. kawasan pusat perkantoran pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan di Kecamatan Cempaka.

  Makam Hasan Basri dan Taman Makam Pahlawan Bumi Kencana ;

  B. kawasan strategis kota dari sudut kepentingan sosial budaya; Kawasan strategis Kota Banjarbaru dari sudut kepentingan sosial budaya terdiri atas: a. kawasan dengan nilai historis (historical significance) meliputiTaman

  b. kawasan perdagangan dan jasa di kawasanperkantoran Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak di Kecamatan Cempaka; c. kawasan industri di Kecamatan Liang Anggang.

  A. kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ekonomi; Kawasan strategis Kota Banjarbaru dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri atas: a. kawasan bandar udara, di Kecamatan Landasan Ulin;

  Penetapan kawasan strategis kota, terdiri atas:

  V V

  V V

  V V

  Tanah Laut Kab.

  V V

  Bjbr pengolahan dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawa pasang surut & sawah non irigasi, termasuk yg merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan

  Ktbr Kota Bjms Kota

  Tanbu Kab.

  Taba- long Kab.

  Balang- an Kab.

  HST Kab.

  HSU Kab.

  HSS Kab.

  Tapin Kab.

  Barito Kuala Kab.

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah

  Dokumen kebijakan dan strategi pembangunan Kota Banjarbaru selanjutnya yang menjadi acuan dalam pembangunan adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarbaru. Pada RPJM Kota Banjarbaru terdapat 4 (empat) kebijakan dan strategi mengenai pembangunan Kota Banjarbaru. Kebijakan tersebut adalah pertama, Peningkatan Kemampuan Pemerintah Kota sebagai Daerah Otonom, kedua, Peningkatan Kualitas Pendidikan pada Semua Tingkatan. Kebijakan ketiga adalah Peningkatan Kualitas Permukiman yang Layak Huni, Representatif dan Berwawasan Lingkungan. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang secara khusus menjadi bidang kerja Cipta Karya/Dinas Pekerjaan Umum. Keempat adalah kebijakan mengenai Peningkatan Kemampuan Ekonomi melalui Jasa, Perdagangan dan Industri.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (PKP)

  Arah Pembangunan permukiman Kota Banjarbaru juga mempunyai dua kecenderungan yaitu mengikuti pusat kegiatan dan menyebar. Kecenderungan pertama, arah Pembangunan permukiman akan mengikuti pusat-pusat kegiatan di dalam kota, seperti: a. Pusat pemerintahan kota

  b. Pusat pemerintahan provinsi

  c. Pusat perdagangan & jasa

  d. Bandara Syamsudin Noor

  e. Pusat pendulangan intan Kecenderungan kedua, arah Pembangunan permukiman akan menyebar dari konsentrasi eksisting pada alokasi kawasan permukiman yang telah ditetapkan Arah Pembangunan infrastruktur perkotaan Kota Banjarbaru juga mempunyai dua kecenderungan yaitu kecenderungan mengikuti arah Pembangunan permukiman dan kecenderungan sistem terpusat. Kecenderungan pertama, arah Pembangunan infrastruktur akan mengikuti Pembangunan permukiman sebagai pendukung kelangsungan berbagai kegiatan masyarakat. Kecenderungan kedua, arah Pembangunan infrastruktur akan bersifat memusat. Sistem terpusat merupakan karakteristik infrastruktur suatu kota, seperti: a. Pengolahan air minum terpusat b. Pengolahan limbah terpusat

  c. Pengolahan sampah terpusat Untuk mencapai tujuan pembangunan permukiman Kota Banjarbaru tersebut, selanjutnya dijabarkan ke dalam 5 (lima) kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Banjarbaru untuk 20 tahun ke depan.

  Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan di Kota Banjarbaru Tahun 2012-2025 dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Kebijakan 1: Pembangunan Permukiman Perkotaan yang terdiri dari Perumahan dan Fasos/Fasum yang Memadai sesuai Fungsi Kota Banjarbaru.

  2. Kebijakan 2: Pembangunan Sistem Jaringan Drainase yang Terintegrasi untuk Mengoptimalkan Pemanfaatan dan Pengendalian Air Limpasan.

  3. Kebijakan 3: Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih/Minum yang Berkualitas bagi Seluruh Masyarakat di Kota Banjarbaru.

  4. Kebijakan 4: Pembangunan Sistem Pengelolaan Sanitasi yang Memadai sesuai Standar Berlaku untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat.

  5. Kebijakan 5: Pembangunan Sistem Pengelolaan Persampahan yang Memadai dengan Pendekatan Industrialisasi untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan.

3.2.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

  A. Rencana Sistem Pelayanan Rencana sistem pelayanan air minum sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah

  (RTRW) tahun 2012-2032 berdasarkan rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan. Potensi pengembangan memperlihatkan tingkat kebutuhan yang perlu diprioritaskan dalam pelayanan air minum. Selain itu berdasarkan pada pertimbangan struktur ruang, topografi , ketersediaan air baku dan akses jalan serta rencana strategis lain akan menjadi pertimbangan dalam menentukan sistem pelayanan. Selain itu pertimbangan kepadatan penduduk yang berujung pada adanya potensi pencemaran terhadap sumber air baku air minum menjadi dasar perlunya sistem perpipaan untuk diterapkan pada suatu wilayah. Sistem pelayanan air minum Kota Banjarbaru dibagi menjadi 2 sistem yaitu a. Sistem pelayanan dengan jaringan perpipaan yang telah dilayani oleh PDAM Intan Banjar.

  b. Sistem pelayanan non perpipaan atau sistem pedesaan untuk wilayah pedesaan yang belum terjangkau oleh pelayanan PDAM dengan memanfaatkan program yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah yaitu dengan membuat sumur bor maupun sumur pompa tangan.

  1. Sistem Pelayanan Perpipaan Sistem pelayanan perpipaan untuk air minum di PDAM Intan Banjar direncanakan dibagi dalam beberapa zona pelayanan sesuai dengan kondisi eksisting baik secara administrasi. Zona-zona pelayanan yang direncanakan sebagai berikut: a. Zona Utama

  Zona pelayanan merupakan air yang berasal dari IPA II Pinus, zona ini melayani wilayah Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Cempaka (yang di teruskan dari Booster Muslimin) .

  b. Zona Barat Zona pelayanan berasal dari IPA Syarkawi yang melayani wilayah Landasan Ulin, Liang Anggang dan Guntung Payung.

  2. Sistem Pelayanan Non Perpipaan Pelayanan air minum dengan jaringan non perpipiaan sebagaian besar berada di kawasan pedesaan yang belum terjangkau atau dilayani oleh PDAM Intan Banjar.

  Jaringan air minum dengan sistem non perpipaan dengan menggunakan sumber air baku berupa air tanah dalam dan air tanah dangkal yan berupa sumur bor dan sumur gali yang dibangun oleh pemerintah daerah ataupun dikelola oleh masyarakat setempat. Air bersih yang dihasilkan dari sumur gali atau sumur bor pada umumya mempunyai kualitas yang cukup baik sehingga dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu masyarakat yang tinggal di daerah sepanjang sungai masih banyak menggunakan air sungai untuk keperluan rumah tangga dengan cara cukup diendapkan saja.

  B. Rencana Pengembangan SPAM

  Rencana pengembangan SPAM diarahkan pada pengembangan jaringan perpipaan dan jaringan non perpipaan dengan tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

  C. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum Kebocoran air dalam suatu sistem perpipaan perlu diperhitungkan sebagai dasar penentuan kapasitas SPAM. Kebocoran adalah permasalahan yang tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat diminimalisir dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membagi daerah pelayanan menjadi beberapa zona, sehingga tingkat kebocoran disetiap zona dapat diamati dan diketahui secara berkala dan berkesinambungan. Dengan cara ini dapat diketahui zona mana yang mempunyai tingkat kebocoran paling tinggi dan jauh melebihi standar yang diperbolehkan (20%), sehingga tindakan penurunan kebocoran dapat lebih dikonsentrasikan terhadap zona yang bersangkutan.

  Kebocoran air biasanya disebabkan oleh dua hal, yakni kebocoran secara teknis dan kebocoran secara non teknis atau komersial. Kebocoran teknis disebabkan oleh bocor pada pipa transmisi/distribusi atau air tersebut digunakan sebagai bagian dari proses pengolahan air atau pelayanan kepada pelanggan, seperti pembersihan pipa, dan lain-lain. Sementara kebocoran komersial disebabkan oleh pencurian air, warga menyambung langsung pipa jaringan rumah/kantor/instansi/hotel ke pipa transmisi/distribusi tanpa melewati meter air yang digunakan sebagai alat ukur pemakaian air oleh PAM/PDAM, mengkondisikan meter air sehingga berputar lebih lambat atau tidak seperti yang seharusnya. Untuk mengurangi tingkat kebocoran air minum, maka PDAM Intan Banjar Kota Banjarbaru melakukan beberapa upaya, yaitu :

  a. Pembentukan Distrik Meter Area

  b. Penggantian meter air pelanggan

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

  A. Visi dan Misi Sanitasi Kota Banjarbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

  Perencanaan Pembangunan Nasional, Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi misi pembangunan sanitasi Kota Banjarbaru dirumuskan dengan mengacu kepada RPJMD sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk mencapai visi misi kota secara komprehensif.

  Visi Kota Banjarbaru 2011-2015 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 – 2015 adalah “Mandiri dan Terdepan dalam Pelayanan”. Penjabaran dari visi tersebut adalah bahwa kondisi yang ingin diwujudkan pada tahun 2015 mendatang adalah Kota Banjarbaru yang terdepan dalam pelayanan pendidikan, pelayanan ekonomi (jasa, industri dan perdagangan), pelayanan permukiman dan pelayanan pemerintahan. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan daerah tahun 2011-2015 adalah “Mewujudkan Banjarbaru Yang Berdaya Saing dan Sejahtera”.

  Salah satu sektor yang tidak mungkin diabaikan untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera adalah sektor sanitasi. Sanitasi yang baik merupakan salah satu syarat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sehinggar anak-anak dapat sekolah, dan para pekerja dapat melaksanakan aktivitasnya sehingga roda perekonomian daerah berjalan lebih cepat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mencapai kondisi masyarakat Banjarbaru yang sehat di dalam lingkungan kota yang hijau, bersih dan ramah lingkungan, diperlukan arah kebijakan pengelolaan sanitasi yang jelas dan terukur.

  Hal ini terlihat jelas dalam agenda pembangunan Kota Banjarbaru dengan menetapkan salah satu tujuan pembangunan jangka menengah 2011-2015 adalah membangun Lingkungan yang sehat dan dinamis melalui 3 sasaran pembangunan yaitu : a. Kawasan pemukiman, perkantoran dan sentra ekonomi memiliki infrastruktur dan fasilitas yang memenuhi standar.

  b. Seluruh kawasan dapat diakses oleh sarana transportasi yang nyaman dan lancar c. Banjarbaru menjadi Kota Hijau yang bersih, sehat dan ramah lingkungan

  B. Kebijakan dan Strategi Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

  (RPJMD) Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 serta selaras dengan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga di tingkat pusat, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan sektor sanitasi di Kota Banjarbaru untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.

  Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dan menangani isu strategis/permasalahan yang dihadapi. Sementara sasaran dirumuskan untuk mencapai tujuan, merupakan target yang spesifik dan terukur, mudah dicapai dan rasional untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategis tersebut diperlukan perencanaan mengenai cara atau langkah demi langkah yang perlu dilakukan, atau umum disebut sebagai strategi.

  Strategi pengelolaan sanitasi di Kota Banjarbaru didasarkan pada isu-isu strategis dan permasalahan yang saat ini dihadapi. Isu strategis dan tantangan dalam pengelolaan sanitasi kota ini tidak hanya mengenai masalah teknis, tetapi juga terkait dengan aspek non teknis seperti aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Strategi pengelolaan sanitasi ini selanjutnya akan dijabarkan menjadi program dan kegiatan.

  1. Pengelolaan Limbah Domestik Didasarkan pada permasalahan mendesak yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah domestik, ditetapkan tujuan pengelolaan air limbah domestik di Kota

  Banjarbaru adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana prasarana pengelolaan air limbah yang layak dan ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan ini, dirumuskan 4 (empat) sasaran pengembangan air limbah domestik yang harus dicapai sebagai berikut :

  1) Meningkatnya jumlah atau proporsi rumah tangga yang memilki akses terhadap sarana pengelolaan limbah yang sehat, baik berupa jamban pribadi ataupun MCK umum;

  2) Meningkatnya jumlah kawasan perumahan yang memiliki IPAL komunal; 3) Terlaksananya pengolahan lumpur tinja yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengupayakan revitalisasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

  (IPLT); dan 4) Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik yang komprehensif.

  2. Pengelolaan Persampahan

  Tujuan pengembangan sub sektor persampahan di Kota Banjarbaru dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian visi sanitasi yang juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari arah dan tujuan pembangunan Kota Banjarbaru sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMD Kota Banjarbaru 2011- 2015. Maka dalam rangka mendukung upaya Pemerintah Kota Banjarbaru untuk “Membangun Lingkungan yang Sehat dan Dinamis” dirumuskan tujuan pengembangan sub sektor persampahan adalah Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan.

  Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan 3 (tiga) sasaran pengembangan sub sektor persampahan sebagai berikut : 1) Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah, meliputi wilayah pelayanan dan jumlah atau volume sampah terangkut; 2) meningkatnya kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah terpadu, melalui pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST/TPS 3R) yang didukung oleh program 3R dan Bank Sampah;

  3) Meningkatnya sistem pengelolaan sampah di TPA Hutan Panjang, yaitu dari sistem semi controlled landfill menjadi controlled landfill dan akhirnya menjadi sanitary landfill. Selain itu, terkait dengan rencana pengembangan kerjasama kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang melibatkan Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut, TPA Hutan Panjang juga diarahkan untuk dikembangkan menjadi TPA regional.

  Selanjutnya dalam merumuskan strategi pengembangan persampahan, selain mengacu pada arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang termuat di dalam dokumen RPJMD Kota Banjarbaru 2011-2015 maupun arah kebijakan dan strategi nasional dalam pengembangan persampahan seperti termuat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 / PRT / M / 2006 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan, juga dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang melekat dalam berbagai aspek pengelolaan persampahan.

  3. Pengelolaan Drainase Terjadinya luapan air (run-off) di beberapa ruas badan jalan dan kawasan permukiman penduduk merupakan permasalahan lingkungan kota yang harus segera dicarikan solusi pemecahannya oleh Pemerintah Kota Banjarbaru yang pada pelaksanaanya memerlukan dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan sektor dunia usaha di Kota Banjarbaru. Atas dasar permasalahan tersebut, serta sejalan dengan tujuan pembangunan daerah Kota Banjarbaru untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan dinamis ditetapkan tujuan pengembangan sub sektor drainase adalah Mewujudkan Kota Banjarbaru yang Bebas dari Genangan Air dengan sasaran-sasaran sebagai berikut : 1) Tersedianya data dan informasi mengenai sistem drainase perkotaan yang up to date; 2) Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang komprehensif; 3) Berkurangnya luas daerah yang tergenang air dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman.

  4. Pengelolaan PHBS dan Promosi Hygiene Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memilki daya saing di tengah persaingan global saat ini. Tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan perilaku hidup masyarakat itu sendiri.

  Sebagaimana rumitnya hakikat dari perilaku hidup manusia, maka pembinaan perilaku hidup yang bersih dan sehat (PHBS) memerlukan strategi yang bersifat menyeluruh. Mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang merupakan hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa (Kanada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan adalah advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan.

  Di Indonesia, strategi pokok tersebut kemudian diformulasikan kembali ke dalam kalimat gerakan pemberdayaan (G), yang didukung oleh bina suasana (B) dan advokasi (A), serta dilandasi oleh semangat kemitraan. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang sangat penting, dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam rangka mengembangkan kemampuan individu dan memperkuat gerakan masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan merupakan proses memposisikan masyarakat agar memiliki peran yang besar (kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya.

  Bina suasana adalah strategi pokok dalam rangka menciptakan lingkungan (khususnya nonfisik) yang mendukung. Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.

  Sedangkan advokasi adalah strategi pokok dalam rangka mengembangkan kebijakan berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan fisiik yang mendukung dan menata kembali arah pelayanan kesehatan. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders) seperti tokoh-tokoh masyarakat yang umumnya berperan sebagai opinion leader, penentu kebijakan ataupun penyandang dana (termasuk swasta dan dunia usaha).

  Kesemua strategi itu dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan. Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi untuk membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan harus melibatkan kelompokkelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita (misalnya PKK), organisasi siswa/mahasiswa, Pramuka, organisasi pemuda dan lain-lain.

  Dengan melaksanakan strategi pokok tersebut secara benar dan terkoordinasi diharapkan akan tercipta PHBS yang berupa kemampuan masyarakat berperilaku mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan yang pada akhirnya berujung pada pencapaian tujuan pengelolaan PHBS dan promosi higiene yaitu Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan 2 (dua) sasaran sebagai berikut :

  1) Meningkatnya jumlah rumah tangga yang menerapkan PHBS 2) Meningkatnya media promosi PHBS

3.2.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

  Panduan Rancangan merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana pengembangan kawasan dalam bentuk program penganannya dan rencana tata bangunan dan infrastruktur. Panduan Rancangan Tata Bangunan Lingkungan memuat juga riancian pembagian Blok Kawasan dan Pengaturan Tata Bangunan berupa KDB, KLB, KDH, Peruntukan dan lainnya dalam kawasan.

  Panduan rancangan bersifat mengaktualisasikan tujuan penataan lingkungan/kawasan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan secara lebih terstruktur dan mudah dilaksanakan (design guidelines), sehingga Panduan ini tentunya bisa menjadi instrumen pengendalian pengembangan kawasan yang dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat dan swasta.

  A. Blok-Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya Pengembangan Kawasan Cepat Berkembang Kota Banjarbaru Provinsi