DOCRPIJM 58e5a9003c BAB VIIIBAB 8

BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor

  yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

8.1. Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir

  e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Kabupaten Boalemo kawasan perkotaan Tilamuta, terutama di daerah perdesaan pesisir, kondisi infrastrukturnya belum memadai dan belum menjangkau seluruh bagian kota sehingga mengakibatkan kota tersebut cenderung terlihat kumuh. Selain daripada itu, sistem persampahan, drainase, dan sanitasi juga buruk yang bisa menyebabkan terjadinya masalah kesehatan. Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan perkotaan ini perlu untuk disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah daerah yang terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat membangkitkan banyak persoalan perkotaan terutama yang terkait dengan ketersediaan pemukiman dan infrastruktur perkotaan. Pengembangan pemukiman dan infrastruktur perkotaan yang kurang atau belum mengantisipasi dan mengakomodir fenomena perkembangan kawasan perkotaan yang ada menimbulkan persoalan seperti:

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

  • Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
  • Percepatan pencapaian target MDG’s 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan;
  • Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI;
  • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan;
  • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin;
  • Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh;
  • Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun;
  • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman;
  • Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

b. Isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Boalemo

  a) Tidak meratanya penyediaan infrastruktur perkotaan,

  b) Ketidaktersedianya lingkungan pemukiman yang layak,

  c) Perkembangan yang tidak terkendali pada daerah-daerah pengembangan non- pemukiman, dan

d) Permukiman kumuh.

  Berbagai persoalan permukiman dan infrastruktur perkotaan tersebut apabila berbenturan dengan persoalan pembangunan kota yang pada akhirnya memperburuk citra kota dan kawasan perkotaan.

  Berbagai isu strategis di Kabupaten Boalemo yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada tabel 6.1. Isu strategis pembangunan permukiman di Kabupaten Boalemo sebagian telah tertuang dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Boalemo antara Lain.

  Isu-isu Strategis Pembangunan Permukiman a. Aspek Kependudukan

   sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata.

  Urbanisasi dari wilayah hinterland yang masuk ke kota Boalemo tumbuh cepat

b. Aspek Lingkungan

   lahan menjadi kawasan terbangun.

  Kawasan mangrove pada daerah pesisir pantai yang telah mengalami alih fungsi

  c. Aspek Kebijakan

   kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman, seperti IMB belum menjadi aspek penting dalam pengendalian pembangunan permukiman.

  Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu

  d. Aspek Tata Ruang

   lingkungan permukiman Kumuh di kawasan Kawasan Petandu Timur dan Petandu Barat; Pada kawasan sekitar koridor utama kota yang berfungsi juga sebagai pusat kota

  Permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi terdapat pada

   disekitar jalan Trans Sulawesi kepadatan bangunan permukimannya cukup tinggi, namun mulai mengalami perubahan fungsi bangunan menjadi bangunan dengan fungsi campuran (mix use), yang terjadi di Kecamatan Tilamuta dan sekitarnya; Pengembangan kawasan permukiman yang tersebar secara linear disepanjang

   koridor-koridor utama di Kota Tilamuta.

  e. Aspek Lahan

   banyak terdapat disekitar kawasan-kawasan permukiman, sehingga pembangunan permukiman perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan.

  Kawasan-kawasan produktif (kawasan pertanian/ sawah dan perkebunan)

  f. Aspek Infrastruktur

   di kawasan Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Wonosari, Paguyaman dan Paguyaman Pantai, inipun dengan tingkat ketersediaan infrastruktur lingkungan yang terbatas.

  Permukiman terencana di wilayah Kota Tilamuta masih sangat terbatas, berada

  Tabel 8. 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Boalemo No Isu strategis Aspek Kependudukan;

   1 Urbanisasi dari wilayah hinterland yang masuk ke kota Boalemo tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata Aspek Lingkungan

   kawasan terbangun Aspek Kebijakan konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok

  2 Kawasan mangrove pada daerah pesisir pantai yang telah mengalami alih fungsi lahan menjadi

   3 dalam pembangunan perumahan dan permukiman, seperti IMB belum menjadi aspek penting dalam pengendalian pembangunan permukiman Aspek Tata Ruang

  

permukiman Kumuh di kawasan Kawasan Petandu Timur dan Petandu Barat

  Permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi terdapat pada lingkungan

  4 Pada kawasan sekitar koridor utama kota yang berfungsi juga sebagai pusat kota disekitar

   jalan Trans Sulawesi kepadatan bangunan permukimannya cukup tinggi, namun mulai mengalami perubahan fungsi bangunan menjadi bangunan dengan fungsi campuran (mix use), yang terjadi di Kecamatan Tilamuta dan sekitarnya Aspek Lahan

   Kawasan-kawasan produktif (kawasan pertanian/ sawah dan perkebunan) banyak terdapat

  5 disekitar kawasan-kawasan permukiman, sehingga pembangunan permukiman perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan Sumber : Hasil Analisis 2014.

c. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kabupaten Boalemo

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2014 di Kabupaten Boalemo telah memiliki dokumen perencanaan perrmukiman yaitu 1 dokumen RP2KP (proses), 1 dokume SPPIP/RKPP (proses), 1 dokumen RTBL, untuk di perkotaan meliputi 2 kawasan kumuh di perkotaan yang akan tertangani.

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kabupaten Boalemo saat ini belum dapat diukur karena beluma adaya regulasi dari pemerintah daerah dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni.

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh di Kabupaten Boalemo tersebar di 5 kawasan berdasarkan SK kumuh no 242/07//VI/2014 Tanggal 12 JUNI 2014 bahwa lokasi permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 8. 2 Identifikasikawasan kumuh Kabupaten Boalemo

  Kegiatan yang telah dilaksanakan pada di sektor permukiman di Kabupaten Boalemo yang bersumber dari anggaran APBN selama kurun waktu 5 (lima) Tahun tahun terkahir dapat dilihat pada tabel 8.3.

  Tabel 8. 3. Rekapitulasi Pelaksanaan Anggaran Pengembangan Kawasan Permukiman Gorontalo di Kabupaten Boalemo Ta 2009 S/D 2014 Pagu (APBN)

No Program/kegiatan Output Tahun Ket

RPM ( dlm ribuan )

  Peningkatan Jalan Usaha Tani Ruas III (Paket III) Di

  1 kws 367.187 2009 Desa Boalemo Kec. kwandang Kab. Gorontalo

  Penyusunan DED Pengemb. Kws. Perkotaan TA.

  2 kws 49.849 2009 2010 di Kab. Boalemo

  Peningkatan Jalan Lingkungan (Paket III) Di

  3 kws 716.724 2009 Perumnas Piloliyanga kec. Tilamuta Kab. Boalemo

  Pembuatan Saluran (Paket IV) Di Perumnas

  4 kws 172.579 2009 Piloliyanga Kec. Tilamuta Kab. Boalemo

  Penyusunan DED Kawasan Agropolitan TA. 2011

  5 kws 50.000 2010 Kawasan Kab. Boalemo (PAKET VIII)

  Supervisi Pelaksanaan Kegiatan RSH TA. 2010

  6 Perum Lamu dan Perum Graha Maya Kec. Lap 50.000 2010 Tilamuta Kab. Boalemo Pendampingan penyusunan Rencana

  7 Pengembangan Kws. Permukiman Prioritas (RKPP) Lap 950.000 2010 di Perkotaan dan Perdesaan Pendampingan penyusunan Strategi

  8 Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Lap 1.000.000 2010 Perkotaan (SPPIP) di Kabupaten/Kota Pengawasan/ Supervisi Konstruksi Kabupaten

  9 Kws 70.000 2011 Boalemo Peningkatan Jalan Usaha Tani (AWCES) Desa

  10 Kws 612.990 2012 Bongo Kec. Paguyaman

  No Program/kegiatan Output Pagu (APBN) Tahun Ket RPM ( dlm ribuan )

  11 Pengawasan Konstruksi Desa Bongo Kec.

  Karya sektor Pengembangan Permukiman;

  Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya: 1.

  Pada Wilayah pesisir masih terdapat kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas; 2. Berkembangnya titik kumuh pada wilayah cepat tumbuh ( Desa Tangkobu) 3. Layanan Infrastruktur belum merata; 4. Permukiman berada pada tepian air; 5. Permukiman Yang rawan bencana banjir; 6. Berkembangnya rumah tidak layak huni 7. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan;

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1.

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman secara antara lain:

  Boalemo Lap 85.000 2014 Sumber : Data Emon Santker Randal Tahun 2014.

  17 Supervisi/Pengawasan Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Saritani Kec. Wonosari Kab.

  16 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Mustika Kec Paguyaman Kab Boalemo Kws 1.225.244 2014

  15 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Saritani Kec. Wonosari Kab Boalemo Kws 1.782.791 2014

  14 Penyusunan SPPIP Kota Tilamuta Kab. Boalemo Lap 750.000 2014

  13 Pengawasan / Supervisi Pekerjaan Peningkatan Jalan Desa Kws. Desa Mutiara, Kec. Paguyaman, Kab. Boalemo Lap 82.860 2013

  12 Pekerjaan Peningkatan Jalan Desa Kws. Desa Mutiara, Kec. Paguyaman, Kab. Boalemo Kws 1.677.739 2013

  Paguyaman Lap 84.550 2012

d. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

8. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-

  Program Pro Rakyat (Direktif Presiden); 4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah;

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota; 6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Boalemo serta alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada dapat dilihat pada tabel 8.4.

  Tabel 8. 4 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Boalemo Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  • Peningkatan luasan lahan permukiman dapat berdampak pada kualitas lahan di Kabupaten Boalemo  Perkembangan kawasan permukiman akibat perkembangan kegiatan perkebunan di lahan konservasi/lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya
  • Masuknya investor untuk kegiatan agropolitan maupun pembangunan perumahan bisa ikut berperan dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur wilayah dan permukiman
  • Indentifikasi kaw kumuh dan penanganan kawasan dengan pola peremajaan
  • Rendahnya kualitas kesehatan di lingkungan permukiman
  • Munculnya permukiman kumuh akibat tingginya tingkat kepadatan penduduk di Desa Pentadu Barat dan Pentadu Timur  Pembangunan perumahan baru yang tidak didukung infrastruktur dasar
  • Pelibatan lembaga keuangan dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman dan infrastruktur perkotaan
  • Peningkatan PSD pada wilayah kaw. Kumuh
  • Kawasan permukiman yang terletak di kawasan rawan bencana banjir, gempa dan tanah longsor
  • Belum merata dan optimalnya pelayanan infrastruktur permukiman dan wilayah
  • Pengendalian pemanfaatan ruang demi keberlanjutan lingkungan di Kabupaten Boalemo  Pengendelaian pemanfaatan lahan yg tidak sesuai dengan RTRW dengan Peraturan zonasi
  • Berkembangnya perumahan dan permukiman di koridor Jalan Trans Sulawesi  Masih tersedia lahan yang luas untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan permukiman serta kegiatan terbangun lainnya

  8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.

  Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di Kabupaten Boalemo meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten Boalemo.

  8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta; 2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

  1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil;

  2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

   Infrastruktur permukiman RSH

  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

    Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)

   Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

   Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

   Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

   Infrastruktur perdesaan PPIP

   Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

   Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra  Kesiapan lahan (sudah tersedia)

   Sudah tersedia DED

   Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan,

   Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk

   pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi Ada unit pelaksana kegiatan

   Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

   2. Khusus Rusunawa

   Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh  Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

  

   Ada calon penghuni

RIS PNPM

   Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra  Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya

   Tingkat kemiskinan desa >25%

   Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan

   BOP minimal 5% dari BLM

  PPIP

   Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

   Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

   Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

   Tingkat kemiskinan desa >25%

  PISEW

   Berbasis pengembangan wilayah

   Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

   Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka disusun usulan program dan kegiatan.Usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten Boalemo. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Usulan program kegiatan pengembangan permukiman dapat dilihat pada tabel 8.5.

b. Usulan Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman dalam pengembangan permukiman, pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta iidentifikasi kemungkinan sumber pembiayaan baik dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta. Kabupaten Boalemo Hal VIII - 14

  Kabupaten Boalemo Hal VIII - 15

8.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain.

  a. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  CUU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

  Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  b. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung,

  

c. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

  d.

  

Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  

e. Permen PU No. 01 /PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 01 /PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A. Isu Strategis

  Isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten.

  Isu strategis di bidang PBL antara lain : 1.

   Penataan Lingkungan Permukiman a.

  Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d.

  Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e.

  Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  g.

  Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh h. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah 2.

   Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a.

  Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b.

  Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung; c.

  Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan; d.

  Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  f.

  Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara 3.

   Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan a.

  Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal; b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan; c.

  Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. Khusus di Kabupaten Boalemo isu strategis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  Tabel 8. 5 Isu Startegis Sektor PBL di Kabupaten Boalemo Isu Strategis sektor No. Kegiatan Sektor PBL Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1 Penataan Lingkungan Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL Permukiman Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah

  2 Penyelenggaraan Bangunan Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, Gedung dan kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara

Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

  3 Pemberdayaan Komunitas Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dalam Penanggulangan Kemiskinan B.

   Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2014 capaian dalam pelaksanaan program satker PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 73 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2014 adalah Kota Gorontalo. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota belum ada.

  Khusus untuk kabupaten Boalemo kondisi capaian kegiatan di sektor PBL yang telah dilaksanakan antara lain:

  1. RTBL Tilamuta; 2.

  Penyelengaraan bangunan gedung dan rumah negara.

  Tabel 8. 6 Penataan Lingkungan Permukiman di Kabupaten Boalemo C. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

   Aspek Teknis  Ruang Terbuka hijau belum sesuai standar kebutuhan

  • PSD RISPK terkendala belum adanya dan kelengkapan armada

   Aspek Kelembagaan  Belum ditetapakan Ranperda BG menjadi Perda BG

   Aspek Pembiayaan  Kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM

   Aspek Peran serta Masyarakat/Swasta

  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut serta pengendalian pemanfaatan ruang
  • Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti standar bangunan yang sesuai denga SPM

   Aspek Lingkungan  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Pada dasanya pembangunan gedung & rumah negara di Kab. Boalemo telah memenuhi syarat-syarat teknis bangunan gedung seperti yang disyaratkan dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dan KEPMEN PU No 332/KPTS/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara. Secara struktur & konstruksi bangunan-bangunan pemerintah telah memenuhi persyaratan keselamatan Akan tetapi beberapa persyaratan lain seperti keselamatan dari bahaya kebakaran dan kenyamanan dalam penggunaan belum terpenuhi dengan baik. Kampanye & sosialisasi tentang penyediaan aksesibilitas bangunan gedung dan ruang publik sejak tahun 2002 telah dilakukan akan tetapi pada realisasinya masih banyak gedung yang didirikan pasca sosialisasi masih belum memenuhi persyaratan tersebut. Sehingga fasilitas umum di Kab. Boalemo umumnya masih kurang nyaman. Permasalahan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara antara lain:

  Aspek Teknis

   Belum adanya perda bangunan gedung ;

  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan rendahnya
  • kualitas pelayanan publik dan perijinan;
  • keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

  Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

  Aspek Kelembagaan

   Pemda belum konsisten dalam penetapan HSBGN;

  • Masih lemahnya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
  • efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.

  Aspek Pembiayaan

   Kurang dana sharing pemda

  • Aspek Peran Serta masyarakat

   Masih lemahnya peran serta masyarakat dalam menjaga sarana bangunan

  • gedung.
  • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); 3.

   Aspek Lingkungan  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

  Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

   Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  Kegiatan pemberdayaan di Kabupaten Boalemo untuk skala perkotaan hingga saat ini pada sektor PBL belum ada.

  Tabel 8. 7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan No Aspek PBL Permasalahan Tantangan Alternatif A Penataan Ling. Permukiman

  • Ruang Terbuka hijau belum sesuai standar kebutuhan;
  • PSD RISPK terkendala belum adanya dan kelengkapan armada Pemenuhan SPM RTH Peningkatan RTH pada Setiap Lingkungan Hunian
  • Belum ditetapakan Ranperda BG menjadi Perda BG
  • Pengaturan Kelembagaan Pembentukan lembaga perijinan dan pengawasan pembangunan bangunan terutama perumahan
  • Belum adamya lembaga khusus yang menangani perjininan dan pengawasan pembangunan perumahan dan kawasan permukim
  • Kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM Kawasan perumaha dan permukiman baru Mengundang investor pengembang perumahan ke Kabupaten Boalemo
  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut serta pengendalian pemanfaatan ruang
  • Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti standar bangunan yang sesuai denga SPM
  • Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage
  • Belum adanya perda bangunan gedung ;
  • Penetapan Perda bangunan Gedung
  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Pembuatan perda BG

  1 Aspek Fisik

  2 Aspek Kelembagaan

  3 Aspek Pembiayaan

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  5 Aspek Lingkungan

  B Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Aspek Fisik

  Gedung dan rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; Banyaknya Bangunan Gedung

  • Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

  No Aspek PBL Permasalahan Tantangan Alternatif

  • Penguatan sistem Penerpan perda BG Pemda belum konsisten dalam penetapan HSBGN; kelembangaan sesuai standar yang ada Masih lemahnya kelembagaan
  • Aspek 2 bangunan gedung yang belum Kelembagaan berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara  Dana Swasta /CSR Pelibatan Kurang dana sharing pemda masyarakat dan

3 Aspek Pembiayaan

  pengusaha dalam pembiayaan Program Penguatan capital Masih lemahnya peran serta

  • Aspek Peran Serta

    4 masyarakat dalam menjaga sarana pemberdayaan sosial masyarakat

    Masyarakat bangunan gedung masyarakat
  • Mitigasi bencan Pengendalian Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan harus menjadi pembangunan kenyamanan Bangunan Gedung standar dalam dengan penerapan termasuk pada daerah-daerah proses NSPM rawan bencana; perencanaan
  • 5 Aspek Lingkungan Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan

  C Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Sumber : Satker PBL PU Prov. Gorontalo 2014 .

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di Kabupaten Boalemo, mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari sektor PBL meliputi: a.

   Kegiatan penataan lingkungan permukiman

   Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);  Standar Pelayanan Minimal (SPM);

   Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkunganPemukiman kumuh dan nelayan;  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

   Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

   RP2KP;  PLPBK.

  Identifikasi kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 tahun di Kabupaten Boalemo depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD.

  

Tabel 8. 8 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Satuan Tahun Ket

  

I

II

  III

  IV V A Penataan Ling. Permukiman 2

  1 Ruang Terbuka Hijau M 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 (RTH) 2

  2 Ruang Terbuka M 500 500 500 500 500

  3 PSD Unit

  

5

  5

  5

  5

  5

  4 PS Lingkungan Unit

  

5

  5

  5

  5

  5

  5 HSBGN Laporan

  

6

  6

  6

  6

  6

  6 Pelatihan Teknis Laporan

  

1

  1

  1

  1

  1 Tenaga Pendata HSBGN B Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Bintek Laporan

  

1

  1

  1

  1

  1 Pembangunan Gedung Negara C Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1. P2KP

  2. PLPBK Kws

  2

  2

  2

  2

  2 Sumber : Satker PBL PU Prov. Gorontalo 2014 .

8.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: 1.

  Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman; 2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

  Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain:

   Rencana kegiatan rinci;  Indikator kinerja;  Komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta;  Pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

  

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

   Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

  Kriteria Khusus:

  Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung; Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG.

   Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

  (PLPBK) Kriteria Khusus :

  Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan; Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM

  Pronangkis-nya; Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

   Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

  Kriteria Lokasi :

  Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; Kawasan yang dilestarikan/heritage; Kawasan rawan bencana; Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

  Kawasan strategis menurut RTRW Kabupaten; Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi

  Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat; Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

   Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau

  (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

  Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

  Kriteria Umum:

  Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

  Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

  Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

   Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

  Kriteria Khusus:

  Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis; Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas; Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota; Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

   Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau

  Kriteria Khusus:

  Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik); Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam

  (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang); Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

   Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

  Kriteria Fasilitasi:

  Ada Perda Bangunan Gedung; Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang; Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg