DOCRPIJM 8f1d1b671b BAB VIIIBAB 8 Kelembagaan fix

  RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 8 Aspek Kelembagaan Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

  

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-

luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam

melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang

ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat

daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan

harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri Besaran organisasi perangkat

daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,

kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputsasaran tugas yang harus

diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi

eografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian

dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang

  RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017

8.1 ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

  “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 8.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 Upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan,

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penata an kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerahbdiharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

  Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah di mulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani

organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas

dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 8.2 berikut ini.

Gambar 8.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang kePU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkanBupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawabdi Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata- rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

8.2 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

  Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

  2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.

  3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.

  4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  Secara sederhana, peranan Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bersifat langsung (direct public goods provision) dan yang kedua bersifat tidak langsung (indirect public goods provision). Jenis yang terakhir ini melibatkan peran yang lebih besar pada sektor swasta (private) atau masyarakat (community). Dengan dasar pengertian tersebut, peranan Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik cenderung lebih bersifat langsung yaitu ditunjukkan dengan melaksanakan kewenangan wajib bidang pemerintahan daerah, hanya kewenangan tertentu (penanaman modal dan pertanahan) yang pada realisasinya belum dilaksanakan setiap oleh Pemerintah Kota. Peranan Pemerintah Daerah secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui regulasi, insentif, maupun kontrol terhadap fungsi pelayanan publik yang dilaksanakan oleh swasta maupun masyarakat untuk jenis pelayanan tertentu. Atas dasar pemikiran tersebut; mengambil contoh jenis pelayanan publik di bidang pendidikan; ternyata peranan pemerintah tidak selalu lebih besar dibandingkan dengan sektor swasta. Pemerintah telah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang dinyatakan belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah yang dapat menangani seluruh urusan pemerintahan, sehingga perlu dicabut dan dibentuk peraturan pemerintah yang baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Kelembagaan yang terkait dalam pengelolaan sektor-sektor prasarana dan sarana dasar di bidang air bersih, persampahan, drainase, air limbah, tata bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman antara lain:

  a. Bappeda Kota Pangkalpinang

  b. Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

  c. Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang

  d. Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang

  e. Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang

  f. Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang

  g. Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang

  h. PDAM Kota Pangkalpinang i. Dinas Kebersiahan dan Kebakaran j. Dinas Tata Kota Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi dapat di lihat pada gambar 8.3 s/d 8.6 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 9

Gambar 8.3 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 10

Gambar 8.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 11

Gambar 8.5 Bagan Struktur Organisasi Dinas Tata Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 12

Gambar 8.6 Bagan Struktur Organisasi Dinas Tata Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8.2.2 Kondisi Ketataklasanaan Bidang Cipta Karya Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Pangkalpinang, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan

beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing- masing bidang/seksi.

  Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing-masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.1 di bawah ini.

  Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.1 di bawah ini.

  8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya Peran pemerintah daerah dalam memberikan layanan publik dapat tercermin dari penggunaan instrumen kebijakannya. Dengan melakukan analisis terhadap penggunaan instrumen ini sebenarnya dapat diketahui bagaimana karakter pemerintah daerah apabila dibandingkan dengan unsur lain di luarnya. Dengan mengacu pada taksonomi instrumen kebijakan yang telah dilakukan oleh Howlett & Ramesh (1995) maka dapat dibedakan adanya tiga kategori, yakni instrumen wajib (compulsory instruments), instrumen campuran (mixed instruments), dan instrumen sukarela (voluntary instruments).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 8.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang Cipta Unit/Bagian yang menangani Pembangunan Bidang No Instansi Karya Cipta Karya

  1 Bappeda menyusun program-program tahunan sebagai -

  • pelaksanaan rencana-rencana daerah,
  • melakukan koordinasi perencanaan antara dinas/instansi tekait, menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja -

  Daerah bersama-sama dengan bagian Keuangan Daerah, mengikuti persiapan dan perkembangan

  • pelaksanaan pembangunan daerah

  2 Dinas PU (Cipta Karya dan Bina  pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang

  • Bidang Bina Marga :

   Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan Marga) Kota Pangkalpinang Pekerjaan Umum meliputi  Bina Marga, Cipta Karya, Sumber Daya Air,  Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Pembinaan dan

  • Bidang Cipta Karya  Pengembangan Sarana dan Prasarana Kota;  Seksi Pembangunan Perumahan Pemukiman  memberikan  Seksi Pemeliharaan, Perumahan Pemukiman ijin pendirian bangunan dan penggunaan bangunan kepada pemakai baik
  • Bidang Sumber Daya Air  Seksi Pembangunan Sarana dan Prasarana SDA pemerintah, swasta maupun perorangan

   Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA

  • Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan

  Prasarana Kota,  Seksi Pengembangan dan Pengawasan  Seksi Pembinaan Jasa Kontruksi

  3 Bagian Kepegawaian Setwilda Kota penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan Sub Bagian Kelembagaan, - Pangkalpinang kelembagaan, ketatalaksanaan, pembinaan Sub Bagian Ketatalaksanaan

  • pendayagunaan aparatur negara, pengolahan data
  • serta analisis dan formasi jabatan

  Sub Bagian Pengolahan Data serta

  Sub Bagian Analisis dan Formasi Jabatan

  4 Bagian Hukum Setwilda Kota melaksanakan dan meneliti perumusan peraturan Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan,

  • Pangkalpinang perundang-undangan, -

  Sub Bagian Bantuan ukum dan

  • telaah hukum, Sub Bagian Dokumentasi Hukum
  • memberikan bantuan hukum,
  • mempublikasikan dan mendokumentasikan produk hukum. -

  5 Bagian Keuangan Setwilda Kota menyusun rancangan program, perubahan dan - sub bagian anggaran,

  • RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 14

  Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang Cipta Unit/Bagian yang menangani Pembangunan Bidang No Instansi Karya Cipta Karya

  • Pangkalpinang perhitungan APBD serta sub bagian pembukuan,
  • sub bagian verifikasi
  • membina administrasi keuangan.

  sub bagian perbendaharaan dan

  • 6 Bagian Pemerintahan Setwilda Kota penyusunan program dan petunjuk teknis
  • Pangkalpinang pembinaan penyelenggaraan pemerintahan umum, ketertiban, perangkat wilayah/daerah, administrasi kependudukan dan catatan sipil.
  • 7 Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota melakukan pendaftaran dan
  • Pangkalpinang - pendataan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah

  8 PDAM Kota Pangkalpinang memberikan pelayanan air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kepada masyarakat secara terus menerus

  9 Dinas Kebersihan dan Kebakaran bertanggung jawab atas urusan-urusan Seksi Pengelolaan Limbah Tinja

   penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Seksi Pengolahan Sampah

   pelayanan umum Kebersihandan Kebakaran, yang meliputi kebersihan, sarana prasarana dan penyuluhan, pemadam kebakaran, pengolahan sampah dan limbah tinja  perumusan kebijakan teknis Dinas Tata Kota  Seksi Penataan Bangunan

  10 Dinas Tata Kota  penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan  Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang  Seksi Perencanaan, Survey dan Pemetaan pelayanan umum lingkup Tata  Kota  pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Tata Kota meliputi tata ruang,  sumber daya energi dan mineral, penataan bangunan dan lampu jalan  pertamanan

  Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8- 15 Instrumen wajib atau sering pula disebut sebagai instrumen yang mengarahkan bersifat mengarahkan tindakan warga dan lembaga swasta. Dalam hal ini pemerintah lebih mempergunakan otoritasnya untuk mengatur atau memerintahkan warga untuk melakukan tindakan tertentu (regulations), atau mendirikan perusahaan yang dikontrol oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi tertentu yang dipilih (public-owned enterprise), atau secara langsung melakukan penyediaan layanan publik melalui jalur birokrasi (direct public goods provision). Semua ini merupakan instrumen yang bersifat memaksa karena memberikan peluang kepada pemerintah untuk menjalankan apapun yang dikehendakinya dalam koridor konstitusi yang luas ruang lingkupnya. Kategori instrumen yang ketiga adalah instrumen campuran yang menggabungkan beberapa karakter dari instrumen wajib dan sukarela. Instrumen ini membiarkan keterlibatan pemerintah pada tingkatan tertentu dalam membentuk keputusan aktor-aktor non pemerintah, sekaligus membiarkan keputusan akhir berada di tangan aktor tersebut. Keterlibatan pemerintah ini berkisar dari yang paling kecil berupa penyebaran informasi, subsidi, pelelangan hak, sampai yang paling dalam seperti pemungutan pajak dan retribusi. Penyebaran informasi merupakan instrumen pasif yang dilakukan dengan menyediakan informasi kepada individu dan badan usaha dengan harapan dapat mengubah perilaku mereka sesuai yang diinginkan oleh pemerintah. Subsidi merupakan semua bentuk transfer keuangan kepada individu, organisasi, badan usaha dari pemerintah, atau dari pihak ketiga di bawah arahan pemerintah. Selanjutnya adalah instrumen pelelangan hak yang didasarkan pada asumsi bahwa pasar seringkali merupakan cara alokasi sumber daya yang efisien. Pelelangan hak merupakan cara pemerintah untuk memunculkan pasar dalam situasi ketiadaan pasar. Pasar diciptakan dengan merancang jumlah yang tetap atas hak mempergunakan sumber daya tertentu yang dapat dialihkan sehingga dapat memunculkan kelangkaan artifisial dan mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Sumber daya yang dimaksud bisa berupa air, udara, hutan, dan lain sebagainya. Sumber daya tersebut ditentukan batas kuantitas sehingga dapat dilelang kepada pembeli potensial untuk didayagunakan untuk beragam kepentingan. Dengan cara ini pemerintah memperoleh harga penawaran terbaik sekaligus mampu memberikan layanan publik bagi masyarakat. Instrumen campuran lain yang dapat dipergunakan adalah pemungutan pajak yang

merupakan pungutan wajib oleh pemerintah kepada perseorangan atau badan.

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel 8.2 berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

  .

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 8.2 Komposisi Pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya

  Pria Orang Wanita

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang

  Gol I 1 Orang Gol II 39 Orang Gol III 37 Orang Gol IV 1 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  PDAM Kota Pangkalpinang

  Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Dinas Kebersiahan dan Kebakaran Gol I 2 Orang Gol II 12 Orang Gol III 18 Orang Gol IV 4 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Dinas Tata Kota Gol I 1 Orang Gol II 12 Orang Gol III 25 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL

  Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang

  Jafung TPL Orang

  Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

  Gol I 1 Orang Gol II 19 Orang Gol III 15 Orang Gol IV 4 Orang

  Bappeda Gol I 0 Orang Gol II 9 Orang Gol III 24 Orang Gol IV 4 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

  Gol I 1 Orang Gol II 24 Orang Gol III 22 Orang Gol IV 3 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang

  Pria Orang Wanita

  Jafung TBP Orang

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang

  Gol I 0 Orang Gol II 1 Orang Gol III 9 Orang Gol IV 1 Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

  Jafung TBP Orang

  Jafung TPL Orang

  Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang

  Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang

  Pria Orang Wanita

  Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  Latar Belakang Jabatan Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Pendidikan Fungsional

  Gol IV 2 Orang S1 Orang Orang S2 Orang S3 Orang

8.3 ANALISIS KELEMBAGAAN

8.3.1 Analisis Kerorganisasian Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

  2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya? Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM. Dalam rangka mewujudkan terlaksananya kegiatan investasi program pembangunan jangka menengah di Kota Pangkalpinang dalam bidang prasarana dan sarana kecipta-karyaan, maka diperlukan kesamaan dan keseragaman koordinasi, integrasi, kesamaan visi dalam pembangunan dan keterpaduan dalam pelaksanaan program-program di masing-masing instansi yang terkait. Dengan demikian akan tercapai hasil sesuai dengan target yang diharapkan.

  1. Bappeda Kota Pangkalpinang Badan yang langsung berada dibawah koordinasi dan tanggung jawab kepala daerah. Lembaga ini berfungsi untuk menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana daerah, melakukan koordinasi perencanaan antara dinas/instansi tekait, menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan bagian Keuangan Daerah, mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan pembangunan daerah.

  2. Dinas Pekerjaan Umum (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang Lembaga ini dibentuk untuk melaksanakan tugas pembangunan prasarana dan sarana fisik di wilayah kewenangannnya. Lembaga ini memberikan ijin pendirian bangunan dan penggunaan bangunan kepada pemakai baik pemerintah, swasta maupun perorangan.

  3. Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang Lembaga ini mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, pembinaan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  pendayagunaan aparatur negara, pengolahan data serta analisis dan formasi jabatan. Untuk menjabarkan tugas-tugas tersebut, lembaga ini di bagi menjadi 3 sub bagian, yaitu Sub Bagian Kelembagaan, Sub Bagian Ketatalaksanaan, Sub Bagian Pengolahan Data serta Sub Bagian Analisis dan Formasi Jabatan.

  4. Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang Tugas pokok lembaga ini adalah melaksanakan dan meneliti perumusan peraturan perundang-undangan, telaah hukum, memberikan bantuan hukum, mempublikasikan dan mendokumentasikan produk hukum. Bagian Hukum ini membawahi Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan, Sub Bagian Bantuan ukum dan Sub Bagian Dokumentasi Hukum.

  5. Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang Lembaga ini mempunyai tugas untuk menyusun rancangan program, perubahan dan perhitungan APBD serta membina adminisyrasi keuangan. Untuk kepentingan tersebut, lembaga ini membawahi 4 sub bagian yaitu anggaran, pembukuan, perbendaharaan dan verifikasi.

  6. Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang Bagian Pemerintahan pada Setwilda Kota Pangkalpinang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan pemerintahan umum, ketertiban, perangkat wilayah/daerah, administrasi kependudukan dan catatan sipil.

  7. Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang Dinas ini bertanggung jawab atas sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan oleh Kepala Daerah. Secara kongkrit, badan ini di antaranya bertugas melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.

  8. PDAM Perusahaan Darah Air Minum memiliki tugas dalam memberikan pelayanan air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kepada masyarakat secara terus menerus. Lembaga ini pun mengemban tugas untuk melaksanakan usaha meningkatkan pendapatan asli daerah serta menerapkan rencana dan program yang telah di gariskan dalam pembangunan daerah.

  9. Dinas Kebersihan dan Kebakaran Dinas ini bertanggung jawab atas urusan-urusan mengenai kebersihan dan penanggulangan kebakaran. Yang meliputi pengelolaan persampahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

  10. Dinas Tata Kota Dinas ini bertanggung jawab atas penataan Kota Pangkalpinang, dalam hal ini yang berhubungan dengan bidang ke-cipta karya-an adalah tentang . pengelolaan RTH, Hutan Kota, dan Tata Bangunan dan Lingkungan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  8.3.2 Analisis Ketataklasanaan Bidang Cipta Karya Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasimaupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

  1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah

menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan erangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya? Berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang No 17 Tahun 2000 tentang pembentukan dan susunan Organisasi Perangkat-perangkat Pemerintah Kota Pangkalpinang, maka seiring dengan pembentukan tersebut juga diikuti dengan tugas pokok dan fungsi dari setiap instansi, hal ini dimaksudkan untuk adanya program kerja yang jelas maka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan secara bedaya guna dan berhasil guna, yang pada gilirannya memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik, sehingga penyelenggaraan pelayanan masyarakat (public Service Function), melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan masyarakat (Protective Function) dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip Good Governance.

  8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  • D3
  • D3
  • Dst S1/Sederajat
  • S1

  • S1

  • D3
  • D3
  • Dst S1/Sederajat
  • S1
  • S1
  • D3
  • D3
  • Dst S1/Sederajat
  • S1
  • S1

  Teknik

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  Ekonomi Dst S2

  Teknik

  Sekertaris

  Teknik

  SMA/sederajat Diploma

  3 Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  Ekonomi Dst S2 S3

  Teknik

  Sekertaris

  SMA/sederajat Diploma

  2 Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  Ekonomi Dst S2 S3

  Teknik

  Sekertaris

  Teknik

  1 Bappeda SMA/sederajat Diploma

Tabel 8.3 Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang ada Jumlah Pegawai yang diperlukan

  SDM adalah potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang sebagai unsur masyarakat yang meliputi potensi fisik dan non fisik. SDM merupakan asset dan berfungsi sebagai modal dan mempunyai posisi strategis dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam Renstra adalah meningkatkan SDM, sehingga optimalisasi dari potensi tersebut dapt digunakan dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah. Disamping itu untuk mendukung daya saing diperluan upaya penguatan lembaga-lembaga masyarakat sebagai wadah atau sarana bagi masyarakat dalam menyumbang ide, pemikiran serta sumbang saran sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.3 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

  • D3

  • D3

  • Dst S1/Sederajat
  • S1

  • S1

  Teknik

  Sekertaris

  Teknik

  Ekonomi Dst S2 S3

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  7 Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang

  SMA/sederajat Diploma

  Sekertaris

  Teknik

  SMA/sederajat Diploma

  Ekonomi Dst S2 S3

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang ……………….orang

  8 PDAM Kota Pangkalpinang

  SMA/sederajat Diploma

  Teknik