PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF KENAKALAN REMAJA DI SMPN 1 WONOTIRTO BLITAR.

(1)

UPAYA PREVENTIF KENAKALAN REMAJA DI SMPN 1 WONOTIRTO BLITAR

Skripsi

Oleh:

LULUK SUSANTI NIM. D01212086

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Susanti, Luluk. 2016, Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Preventif Kenakalan Remaja di SMP Negeri 1 Wonotirto Blitar. Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing: Drs. H. M. Mustofa, SH. M. Ag

Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin bergeser pada pola yang semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan masyarakat. Di kota-kota besar, permasalahan seperti ini merupakan sesuatu yang harus diperhitungkan bila menginginkan kehidupan sosial masyarakat yang harmonis. Bila melihat remaja-remaja di kota-kota besar, kita merasakan kekhawatiran dan kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan remaja berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak jelas tujuannya. Bahkan keadaan tersebut sekarang tidak hanya terjadi kota-kota besar melainkan sudah masuk ke desa-desa. Fokus penelitian dalam penulisan skripsi adalah: 1) Apa bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja siswa SMPN 1 Wonotirto, 2) Hal-hal apakah yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja di SMPN Wonotirto, 3) Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru agama dalam pencegahan kenakalan remaja di SMPN 1 Wonotirto dalam proses pembelajaran. Penelitian ini berdasarkan lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam penelitian kualitatif, berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisa data dilakukan mulai dari penyajian data dan menarik kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan perpanjangan kehadiran dan klarifikasi dengan informan. Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) Bentuk kenakalan siswa di SMPN 1 Wonotirto yaitu pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah, pelanggaran terhadap kegiatan belajar mengajar, pelanggaran terhadap ketenteraman sekolah, dan pelanggaran terhadap etika pergaulan dengan warga sekolah; (2)Faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMPN 1 Wonotirto, yaitu dua faktor utama, yaitu faktor internal pada diri siswa itu sendiri, dan faktor eksternal dalam hal ini faktor lingkungan keluarga serta lingkungan sosial (pergaulan antar siswa di sekolah); (3) Preventif kenakalan siswa di SMPN 1 Wonotirto adalah Upaya guru dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMPN 1 Wonotirto adalah dalam proses dan materi pembelajaran yang meliputi: (a) pemilihan metode, strategi dan teknik pembelajaran yang tepat, (b) memotivasi siswa, bahasa dan bertanya dalam pembelajaran. (4) Kendala guru PAI dalam preventif kenakalan siswa di SMPN 1 Wonotirto yaitu: (1) kendala internal sekolah, dan (2) kendala eksternal.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

i

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu... 7

F. Definisi Operasional... 8

G. Sistematika Pembahasan... 15

BAB II PEMBAHASAN ... 16

A. Pendidikan Agama Islam ... 16

B. Kenakalan Remaja ... 30

C. PAI sebagai upaya preventif kenakalan remaja ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian... 51


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ii

C. Sumber dan Jenis Data... 53

D. Teknik Pengumpuln Data... 56

E. Teknik Analisis Data... 60

BAB VI PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 62

A. Latar Belakang Objek Penelitian ... 62

B. Paparan Data... 76

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin bergeser pada pola yang semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan masyarakat. Di kota-kota besar, permasalahan seperti ini merupakan sesuatu yang harus diperhitungkan bila menginginkan kehidupan social masyarakat yang harmonis. Bila melihat remaja-remaja di kota-kota besar, kita merasakan kekhawatiran dan kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan remaja berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak jelas tujuannya. Bahkan keadaan tersebut sekarang tidak hanya terjadi kota-kota besar melainkan sudah masuk ke desa-desa.

Sebagaimana dikutib dari Merdeka.com - dua siswi SMP di Palembang, UA (14) dan ET (14), tak patut dicontoh. Bukannya serius belajar, ABG satu sekolahan itu justru terlibat perkelahian. Bahkan, perkelahian itu nyaris menewaskan salah satu korban setelah tercebur ke Sungai Musi. Beruntung, warga yang sedang mendayung perahu membantunya naik ke daratan. Tak terima diperlakukan seperti itu, UA akhirnya melapor ke polisi. Dikabarkan juga, ET akan melakukan hal yang sama karena mengaku turut menjadi korban. Kepada petugas, UA mengatakan, perkelahian dengan terlapor terjadi saat mereka sedang


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menumpangi perahu ketek untuk menyeberang Sungai Musi pulang dari sekolah di kawasan Kertapati Palembang, sekitar pukul 10.30 WIB. Baru saja hendak melangkah ke dermaga di Jalan Sungai Kedukan Laut, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Seberang U I, Palembang, keduanya terlibat cekcok mulut hingga akhirnya membuat mereka saling cakar dan tendang di atas perahu ketek. Puncak kejadian, korban yang tinggal tak jauh dari TKP itu tercebur ke Sungai Musi karena didorong pelaku. Setelah sekitar 30 menit di dalam air, korban berhasil diselamatkan. Menurut dia, kebencian terlapor sebenarnya sudah tercium saat masih berada di sekolah. Sebab, dia mendengar kata-kata cacian dari pelaku. Namun, hal itu tidak diindahkannya karena tak ingin terjadi keributan. Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede mengatakan, pelapor mengaku mengalami luka cakaran di wajahnya, termasuk luka lebam usai tercebur ke Sungai Musi.1

Kehidupan remaja kita saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks yang tentunya sangat perlu mendapat perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik dirumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini semakin merisaukan. Efek tersebut, misalnya semakin maraknya penyimpangan di berbagai norma kehidupan, baik agama maupun sosial, yang terwujud dalam

1Lihat di http://www.merdeka.com/peristiwa/2-siswi-smp-saling-cakar-di-atas-perahu-satu-tercebur-ke sungai.html,. Diakses pada tanggal 7 Desember 2015


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bentuk seperti, tawuran, pencurian, pembunuhan, penyalahgunaan narkoba, penganiayaan, serta perbuatan amoral lainnya.

Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat, khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar.2

Masalah remaja merupakan topik pembicaraan di berbagai negara, terutama pada tahun 1985. Tahun tersebut telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai Tahun Pemuda Internasional (International Youth Year). Sampai saat ini, masalah remaja masih tetap menjadi salah satu fokus perhatian bagi bangsa di dunia.

Kenakalan remaja, atau delinquency anak-anak yang merupakan istilah lain dari juvenile delinquency, adalah salah satu problem lama yang senantiasa muncul di masyarakat. Masalah tersebut hidup berkembang dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa.

Delinquency anak-anak sebagai salah satu problem sosial sangat mengganggu keharmonisan , juga keutuhan segala nilai dan kebudayaan dasar kehidupan manusia. Dalam kenyataannya, delinquency anak-anak atau kenakalan remaja merusak nila-nilai moral, nilai-nilai susila dan nilai-nilai luhur agama, baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.

2 C. Asri Budianingsih, Pembeljaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, (Bandung, PT Rineka Cipta, 2004), Cet-1, 1.


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, terutama kota-kota besar. Kebanyakan remaja sekarang sangat aktif melahap media. Dan tidak heran apabila kemudian pebisnis media memandang kelompok remaja tersebut sebagai target pasar yang menguntungkan.

Bagi anak remaja, sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadapa ajaran-ajaran agama yang dianut. Kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama.3

Menurut Prof. Richey, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.4

Di dalam ajaran agama Islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi diri (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama Islam.5

Zakiah Daradjad mengemukakan, “Pendidikan agama hendaknya dapat

mewarnai kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupannya di kemudian hari. Untuk pembinaan pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar mencerminkan agama dalam

3 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 120.

4 Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 105. 5 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), 50.


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sikap, tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan, dan keseluruhan pribadinya, pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi remaja.6

Remaja pada satu sisi mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu

sebagai generasi penerus bangsa sehingga ,mengharuskan untuk

memaksimalkan proses didik diri. Namun pada sisi lain, pada usia tersebut remaja dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan, baik itu dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Dari dalam diri, harus berhadapan dengan keadaan psikologinya, yaitu berada dalam kegoncangan akibat proses transisi antara masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada usia ini para remaja mengalami kelebihan pikiran, perasaan, kemauan, serta sikap dan perilaku.

Pada era modern sekarang ini, pendidikan hendaknya menjadi perhatian bersama, terutama untuk membentuk akhlak dan mental anak-anak kita. Apalagi, globalisme telah mengubah gaya hidup dan akhlak masyarakat menjadi lebih bebas dan berani, bertutur kata yang kurang sopan, serta menimbulkan kekerasan dimana-mana.

Dari fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik

untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah judul

“PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF

KENAKALAN REMAJA DI SMPN 1 WONOTIRTO”.


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 1

Wonotirto?

2. Bagaimanakah Pendidikan Agama Islam mampu sebagai upaya preventif kenakalan remaja di SMPN 1 Wonotirto?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Wonotirto.

2. Untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam mampu sebagai upaya preventif kenakalan remaja di SMPN 1 Wonotirto.

D. Manfaat Penelitian 1. Akademik Ilmiah

Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan tindakan preventif (pencegahan) terhadap kenakalan remaja.

2. Sosial Praktis

Mampu memberikan masukan positif bagi lembaga yang diteliti dalam hal ini SMPN 1 Wonotirto untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

E. Penelitian Terdahulu

1. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kontrol diri siswa dari pengaruh negatif : Studi kasus kenakalan remaja di SMP Raden Rahmat Surabaya, oleh Karimah Solikha. Hasil dari penelitian ini adalah


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP Raden rahmat diantaranya, suka berbicara kotor, bertengkar, merokok, berjudi, membolos dan kecanduan game online. Adapun program-program guru PAI dalam mengontrol siswa yaitu: mengadakan acara dzikir dan doa bersama, pembacaan istighfar, khataman al-Qur’an, dan penetapan hukuman yang tegas.

2. Problematika kenakalan remaja dan pemecahannya dengan pendekatan pendidikan Islam : studi kasus dikelurahan Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya, oleh Ujang Furkon. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk kenakalan remaja jemur wonosari: kata-kata kotor, sulit dan membantah apabila disuruh beribadah, suka mengganggu orang lain, berkelahi, bergerombol, membolos sekolah, jarang pulang kerumah, sering pulang malam. Usaha yang ditempuh dalam meminimalisir kenakalan remaja yaitu menggunakan pendekatan pendidikan agama Islam. Adapun pendekatan dilakukan dengan dua jalan yaitu pendidikan non-formal dan bimbingan penyuluhan keislaman. Untuk pendidikan non-formal diantaranya lembaga pesantren dan taman pendidikan al-Qur’an (TPA). Sedangkan bimbingan dan penyuluhan keislaman yaitu ceramah agama dan kajian-kajian keislaman.

F. Definisi Operasional

Penelitian ini yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Preventif kenakalan Remaja di SMPN 1 Wonotirto”. Dalam rangka untuk pedoman penelitian, supaya tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

judul tersebut, ada beberapa istilah yang akan peneliti jelaskan yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan secara bahasa berasal dari kata tarbiyah yang dapat dikelompokkan dalam tiga pengertian, yaitu (a) tarbiyah yang berarti berkembang (rabba-yarbu), (b) tarbiyah yang berarti tumbuh ( rabiya-yarba, bi ma’na nasya’a), (c) tarbiyah yang berarti memperbaiki, bertanggung jawab, memelihara dan mendidik (rabba-yarubbu).7

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan agama Islam adalah adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Dengan demikian pendidikan islam adalah pembentukan kepribadian muslim.8

Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.9

Sedangkan Pendidikan agama Islam menurut Abdul Mujib adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,

7 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis& Aplikatif-Normatif, (Jakarta: AMZAH, 2013), 29.

8 Zakiah Daradjad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 28.

9 Ahmad, Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 27.


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pengawasan, dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan akhirat.10

Pendidikan agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.11

Jadi pendidikan agama Islam menurut penulis adalah usaha yang sengaja dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik melalui pengajaran dengan tujuan peserta didik mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam.

Pendidikan agama Islam di sekolah menengah pertama (SMP) yang menjadi fokus penelitian penulis meliputi dua hal yaitu:

a. Proses Pembelajaran PAI

Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidikan, memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang memengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik.12

10 Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 27-28.

11 Aat Syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 16.


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar megajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang professional dan siap mengajar, murid yang siap menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.13

Dalam proses pembelajaran, ketrampilan dasar mengajar merupakan ketrampilan yang mutlak harus dimiliki oleh guru. Adapun beberapa ketrampilan dasar mengajar tersebut adalah :

1) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran 2) Ketrampilan menjelaskan

3) Ketrampilan bertanya

4) Ketrampilan memberi penguatan 5) Ketrampilan mengelola kelas14

b. Materi PAI di SMP

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek :

1) Keimanan

13 Ibid., 142.

14 Wina, Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 41-42.


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2) Alquran/hadis 3) Akhlak 4) Fiqih/ibadah 5) Tarikh

Kompetensi dasar mata pelajaran PAI di SMP berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan umum yang harus dicapai di SMP,yaitu:15

a) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. b) Dapat membaca surat-surat pilihan al-quran dengan tajwidnya,

menyalin, dan mengartikannya.

c) Mampu beribadah dengan baik dan benar dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah.

15Depdiknas, kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

d) Dapat meneladani sifat, dan kepribadian Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.

e) Mampu mengamalkan system muamalah Islam dan tata kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Kenakalan Remaja

a. Pengertian Kenakalan Remaja

Istilah kenakalan remaja dalam psikologi adalah juvenile delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak, sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian secara etimologis kenakalan remaja adalah kejahatan anak.16

Menurut Sudarsono kenakalan remaja adalah perbuatan anti social yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak remaja.17

Kenakalan itu selalu mempunyai konotasi serangan,

pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 tahun.

Kenakalan remaja ialah perilaku jahat (dursusila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

16 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 74. 17 Ibid., 11.


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Jadi kenakalan remaja menurut penulis adalah perilaku kejahatan atau menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak atau remaja dan tidak diterima oleh lingkungan sekitar.

b.Bentuk Perilaku Kenakalan Remaja

Adapun bentuk perilaku kenakalan remaja diantara:

1) Membolos Sekolah

2) Berkelahi Sesama Teman

3) Mencuri

4) Merokok


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah: Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Sedangkan Pada Bab II, merupakan kajian pustaka yang berisi tentang teori pendidikan agama Islam, kenakalan remaja dan PAI sebagai upaya preventif kenakalan remaja.

Selanjutnya Bab III, pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang meliputi, pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Kemudian Bab IV, pada bab ini berisi tentang laporan penelitian, penyajian data tentang gambaran umum SMPN 1 Wonotirto yang meliputi: profil, letak geografis, keadaan lingkungan, penyajian data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan analisis data tentang kenakalan remaja.

Akhirnya Bab V, bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan yang diambil dari permasalahan yang telah dibahas, juga disampaikan saran-saran penulis sebagai masukan agar yang baik dapat dipertahankan dan yang kurang dapat diperbaiki.


(22)

(23)

16

KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan secara bahasa berasal dari kata tarbiyah yang dapat dikelompokkan dalam tiga pengertian, yaitu (a) tarbiyah yang berarti berkembang (rabba-yarbu), (b) tarbiyah yang berarti tumbuh (

rabiya-yarba, bi ma’na nasya’a), (c) tarbiyah yang berarti memperbaiki,

bertanggung jawab, memelihara dan mendidik (rabba-yarubbu).18

Pendidikan berasal dari kata ta’lim, yang menurut Mahmud Yunus adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih.19 Sementara

menurut H.M. Quraisy Shihab, ketika mengartikan kata yuallimu

sebagaimana terdapat pada surat al-Jumuah ayat 6, dengan arti mengajar adalah mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.20

Pendidikan berasal dari kata ta’dib, yaitu addaba-yuaddibu-

ta’diban yang dapat berarti education (pendidikan), discipline (disiplin,

patuh dan tunduk aturan), punishment (peringatan atau hukuman), dan

18

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis& Aplikatif-Normatif, (Jakarta: AMZAH, 2013), 29.

19

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 278. 20


(24)

chastisement (hukuman-penyucian).21 Kata ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata karma, adab, budi pekerti, akhlaq, moral dan etika.22

Menurut Hasan Langgulung pendidikan islam adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang sedang dididik.23

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan agama islam adalah adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Dengan demikian pendidikan islam adalah pembentukan kepribadian muslim.24

Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan agama islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.25

Sedangkan Pendidikan agama Islam menurut Abdul Mujib adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,

21

John M. Echols dan Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003), 109. 22

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 20.

23

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), 32.

24

Zakiah Daradjad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 28. 25

Ahmad, Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 27.


(25)

pengawasan, dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan akhirat.26

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al -Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Jadi pendidikan Agama Islam menurut penulis adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar pendidikan agama Islam menurut Nur

26

Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 27-28.


(26)

Uhbiyati, secara garis besar ada dua, yaitu al-Qur‟an dan Perundang -undangan yang berlaku di Negara kita.27 Dasar-dasar tersebut yaitu:

a. Dasar al-Qur’an

Adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

1) QS Al-„Alaq ayat 1-5

                                 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.28

2) QS. An-Nahl ayat 125

                                    27

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 19. 28


(27)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan ajaran baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.29

3) QS. Ali Imran ayat 104

                      

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma‟ruf, dan

mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.30

4) QS. Al-Baqarah ayat 31

                     

“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kapada para malaikat seraya berfirman,

29

Ibid., 213. 30


(28)

“Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang

benar”.31

b. Dasar yuridis/hukum

Yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:32

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD‟45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.33

3) Dasar operasional, UU No 20 Tahun 2003 pasal 30 yaitu pendidikan agama berfungsi mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 2013 Pasal 77I ayat 1 bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

31

Ibid., 5. 32

Ibid., 13-14. 33

Tim Terbit Terang, UUD Negara Republik Indonesia: Yang telah diamandemen I, II, II, IV, (Surabaya: Terbit Terang, 2004), 20.


(29)

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia termasuk budi pekerti.34

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:35

a. Pengembangan, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman Nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), system dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Pada hakikatnya manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah atau haluan. Dalam kehidupan remaja agama mempunyai peran sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapai segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.

4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Anak (Peserta Didik)

34

Tim Permata Press, Undang-undang SISDIKNAS system pendidikan nasional, (Jakarta: Permata Press, 2013), 418-419.

35

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 15-16.


(30)

Lapangan pendidikan agama islam meliputi hal-hal sebagai berikut:36

a) Tarbiyah jasmaniyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya. b) Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran

yang akibatnya mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.

c) Tarbiyah adabiyah, yaitu segala rupa praktik maupun berupa teori yang wujudnya meningkatkan budi dan meningkatkan perangai. tarbiyah adabiyah, atau pendidikan budi pekerti/akhlaq dalam ajaran islam merupakan salah satu ajaran pokok yang harus diajarkan agar umatnya memiliki atau melaksanakan akhlaq mulia yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad.

Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya pendidikan agama Islam bagi peserta didik terutama bagi para remaja dalam mengatasi problematika, sebab agama dapat menyembuhkan penyakit jasmani dan rohani. Penyembuhan yang dapat dilakukan dalam rangka penyembuhan rohani misalnya dengan melakukan ibadah amaliyah yaitu sholat, dzikir, berdoa dan lain-lain. Dengan pendidikan

jasmaniyah, aqliyah dan adabiyah inilah diharapkan dapat berperan dalam mencegah remaja dari hal-hal yang negatif. Lemahnya pendidikan agama sangat rentan terhadap perilaku yang menyimpang pada kehidupan pribadi dan sosial.

5. Pendidikan Agama Islam di Sekolah a. Proses Pembelajaran PAI

Ketika kita membicarakan tentang kegiatan belajar maka banyak dari kita yang mengaitkan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.

36


(31)

Sehingga tidak lepas dari proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidikan, memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang memengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik.37

Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar megajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang professional dan siap mengajar, murid yang siap menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.38

Proses pembelajaran dapat kita artikan sebagai sebuah kegiatan dimana terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada peserta didik yang dimilikinya. Karena kegiatan ini sangat tergantung dari komponen-komponen yang ada di dalamnya. Dari sekian banyak komponen tersebut maka yang paling utama adalah peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, materi pembelajaran serta adanya rencana pembelajaran.

Dalam proses Ketrampilan dasar mengajar merupakan ketrampilan yang mutlak harus dimiliki oleh guru. Adapun beberapa ketrampilan dasar mengajar tersebut adalah :

1) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran

37

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 139. 38


(32)

Yang dimaksud ketrampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mereka siap menerima materi yang akan dipelajari sehingga memberikan efek yang positifdalam proses belajar mengajar.39

Ketrampilan menutup pelajaran adalah menjelang akhir jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan belajar, guru harus melakkan kegiatan menutup pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang sudah dipelajari. Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari. Jadi ketrampilan menutup pelajaran adalah ketrampilan merangkum inti pelajaran pada akhir setiap penggal kegiatan. Ketrampilan ini sangat penting dalam membantu siswa menemukan konsep, dalil, hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari.

2) Ketrampilan menjelaskan

Kegiatan menjelaskan dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh guru, bahkan dapat dikatakan inti dari proses belajar mengajar. Karena apapun metode yang digunakan,materi yang disampaikan, jenis sekolah, dan sebagainya maka kegiatan menjelaskan selalu harus

39

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), 139.


(33)

dilaksanakan oleh guru hanya saja cara penyampaiannya dan kualitasnya yang berbeda-beda menyesuaikan situasi pada waktu itu.

Menjelaskan adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu bahan pelajaran secara sistematis dan terencana sehingga memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran.40

3) Ketrampilan bertanya

Ketrampilan bertanya merupakan ketrampilan yang

digunakan untuk mendapatkan jawaban atau balikan dari orang lain. Lebih lanjut E.C. Wragg melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa menjelaskan adalah ketrampilan yang paling dihargai murid.41

4) Ketrampilan memberi penguatan.

Penguatan adalah tindakan memberi respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkahlaku tersebut. Penguatan juga dapat diartikan sebagai respon positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai siswa dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.

5) Ketrampilan mengelola kelas

Pengelolahan kelas adalah ketrampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

40

Ibid., 45. 41


(34)

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.

b.Materi PAI

Materi pendidikan agama Islam adalah ajaran pokok islam yang meliputi masalah aqidah (keimanan), syari‟ah (keislaman), dan akhlaq (ihsan). Tiga ajaran pokok tersebut dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun islam, dan ihsan. Dari ketiganya lahirlah ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu akhlaq.42

Materi pendidikan Islam harus mempertimbangkan 5 prinsip yaitu:43

1. Mata pelajaran ditujukan untuk mendidik ruhani atau hati. Artinya materi itu berhubungan dengan kesadaran ketuhanan yang mampu diterjemahkan dalam setiap gerak dan langkah manusia.

2. Mata pelajaran yang diberikan berisi tentang tuntunan cara hidup. Pelajaran ini tidak hanya ilmu fiqih dan akhlaq tetapi ilmu yang menuntun manusia untuk meraih kehidupan yang unggul.

3. Mata pelajaran yang disampaikan hendaknya mengandung ilmiah,

yaitu suatu ilmu yang mendorong rasa ingin tahu manusia terhadap segala sesuatu segala sesuatu yang perlu diketahui.

42

Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam meretas mindset baru, meraih peradaban unggul, (Malang: UIN Press, 2011), 56.

43


(35)

4. Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan. Intinya materi tersebut mengajarkan suatu pengalaman dan ketrampilan.

5. Mata pelajaran yang disampaikan harus membingkai terhadap materi lainnya.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek :44Keimanan, Alquran/hadis, Akhlak, Fiqih/ibadah, Tarikh Islam.

Kompetensi dasar mata pelajaran PAI di SMP berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari

kemampuan umum yang harus dicapai di SMP,yaitu:45

1. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. 2. Dapat membaca surat-surat pilihan alquran dengan tajwidnya,

menyalin, dan mengartikannya.

44

Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta :Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), 8.

45


(36)

3. Mampu beribadah dengan baik dan benar dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah.

4. Dapat meneladani sifat, dan kepribadian Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.

5. Mampu mengamalkan sistem muamalah Islam dan tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Istilah kenakalan remaja dalam psikologi adalah juvenile delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak, sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian secara etimologis kenakalan remaja adalah kejahatan anak.46

Dari jabaran pengertian secara etimologis maka yang dimaksud dengan juvenile delinquent adalah kejahatan anak. Namun pengertian tersebut dapat diinterpretasikan berdampak negatif secara psikologis terhadap anak yang menjadi pelakunya, sehingga pengertian secara etimologis tersebut telah mengalami pergeseran akan tetapi hanya menyangkut aktivitasnya yaitu nilai kejahatan (delinquent) menjadi kenakalan.

Menurut Sudarsono kenakalan remaja adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa

46


(37)

dikualifikasikan sebagai tindak remaja.47 Suatu perbuatan tergolong

kenakalan remaja, jika perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan melanggar normanorma agama yang dilakukan oleh objek yang masih berusia remaja yang menurut sebagian psikolog umur 11-21 tahun, maka perbuatan tersebut cukup alasan untuk disebut kenakalan remaja.

Kenakalan itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 tahun.

Kenakalan remaja ialah perilaku jahat (dursusila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Dari berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja (siswa) adalah tindak perbuatan yang dilakukan siswa di lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat dan perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, anti sosial, dan melanggar normanorma agama.

Istilah Kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga

47


(38)

tindakan kriminal (seperti pencurian).48 Untuk keperluan hokum, dibuat

pembedaan antara indeks pelanggaran dan status pelanggaran sebagai berikut:49

a. Indeks pelanggaran (index offenses) adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang dewasa. Tindakan kriminal tersebut misalnya, perampokan, serangan yang menimbulkan kerugian, pemerkosaan dan pembunuhan.

b. Status pelanggaran (offenses status) misalnya melarikan diri, membolos dari sekolah, mengonsumsi minuman keras, melakukan hubungan seksual. Tindakan ini dilakukan atau ditampilkan oleh anak-anak muda di bawah umur, yang diklasifikasikan sebagai pelanggar remaja.

2. Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Pengaruh sosial dan dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau pengondisian tingkah laku kriminal anak-anak remaja. Mayoritas pelaku kenakalan remaja berusia dibawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kenakalan ada pada usia 14-18 tahun, dan sesudah umur 21.50

Sigmund Freud dalam Sudarsono, sebab utama dari perkembangan tidak sehat, ketidak mampuan menyesuaikan diri, rasa tidak dipenuhi kebutuhan pokonya seperti rasa aman, dan dihargai. Menurut W.A

48

John W. Santrock, Remaja Jilid 2, ( Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007), 255. 49

Ibid., 256. 50


(39)

Bonger penyebab kenakaln remaja adalah kemiskinan dirumah, ketidak samaan sosial dan keadaan-keadaan ekonomi lain yang merugikan.51

Menurut B. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja sebagai berikut:

a. Factor Intern

1) Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis.

2) Pembawaan yang negative, yang mengarah ke perbuatan nakal.

3) Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan

keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan. 4) Lemahnya control diri serta persepsi social.

5) Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif.

b. Factor Ekstern

1) Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan.

2) Pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah, dan masyarakat.

3) Menurunnya wibawa orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan keti-adaan tokoh identifikasi.

4) Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang

berpengaruh dalam domain efektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru.

51


(40)

5) Kurang penghargaan terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan ketiadaan dialog antara ketiga lingkungan tersebut.

6) Kurangnya sarana penyalur waktu senggang

7) Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja, baik dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik mapun pedagogik.52

Kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian remaja. Misalnya, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian diantara bapak dan ibu, hidup terpisah dan poligami. Semua itu merupakan sebab terjadinya kenakalan remaja. Sebabnya antara lain: a. Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan tuntunan

pendidikan dari orang tua, karena orang tua sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

b. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja tidak terpenuhi. Keinginan dan harapan anak-anak tidak tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.

c. Anak-anak tidak pernah mendapat latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan control diri yang baik.53

d. Anak-anak sangat membutuhkan keamanan. Bahaya dan aman adalah dua kondisi yang satu sama lain saling menarik. Setiap kali aman,

52

B. Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, (Bandung: Tarsito, 1981), 289-290.

53


(41)

didalamnya terkandung bahaya, dan setiap kali ada bahaya, ia membutuhkan keamanan. Kita wajib menumbuhkan perasaan pada anak bahwa kita adalah penolong dan pelindung terbaik dalam segala keadaan. Agar rasa aman diarasakan oleh anak dalam diri mereka, kita harus menjauhkan hal-hal yang menimbulkan rasa takut, misalnya: 1) Percecokan antara bapak dan ibu yang disertai dengan pemukulan,

cacian atau ancaman. Kejadian seperti itu akan mendatangkan rasa takut bercampur sedih pada diri anak sehingga menjadi beban bagi anak dan membuat anak tidak betah tinggal di rumah.

2) Dengan pengalamannya, seorang ibu mampu menciptakan

rumahnya sebagai taman yang menyenangkan bagi anak-anaknya, dan didalamnya mereka dapat belajar segala sesuatu yang bermanfaat. Sebaliknya karena ketidakpedulian seorang ibu, sebuah rumah akan menjadi lingkungan yang buruk dan memberi dampak negative bagi anak. 54

Menurut penulis, sebab lain penyebab terjadinya kenakalan remaja adalah: 1)Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama.

2)Lemahnya ikatan keluarga.

3)Anak nakal biasanya ingin diperhatikan atau kangen keluarga. 4)Kondisi keluarga tidak nyaman, lingkungan sekolah tidak kondusif

dan kondisi masyarakat yang buruk. 5)Kurangnya kontrol dari keluarga.

54

Abdul Karim Bakar, 75 Langkah Cemerlang Melahirkan Anak Unggul, (Jakarta: Robani Press, 2001), 120.


(42)

6)Kurangnya pemanfaatan waktu luang.

Untuk itu diperlukan solusi yang yang paling efektif untuk mengatasi sebab terjadinya kenakalan remaja, yaitu dengan menyediakan fasilitas-fasilitas untuk remaja (sarana keagamaan, olahraga, organisasi remaja, dan lain-lain). Selain itu juga tercipta keluarga yang tenang, damai, penuh kasih saying, dan perhatian kepada anak-anaknya. Orang tua menghindari percecokan karena dapat mengakibatkan si anak merasa tidak nyaman berada dirumah.

3. Bentuk Perilaku Kenakalan Remaja

Masa remaja merupakan periode transisi dari anak menuju dewasa. Pada usia ini kerap ditemukan perilaku berisiko yang bisa jadi mengarah pada tindakan penyimpangan ataupun kriminal.

Sebagaimana menurut Muhammad Al-Zuhaili, wujud kenakalan remaja menjadi 6 bagian yaitu:

a. Penyimpangan Moral

Penyimpangan moral terjadi disebabkan oleh seseorang yang meninggalkan perilaku baik dan mulia, lalu menggantinya dengan perbuatan buruk, seperti bersikap tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya, cepat terbawa arus, tidak menjaga kehormatan diri, mengajak perempuan tanpa mahram jalan-jalan, mengikuti gaya dan model barat, tawuran dan nongkrong.

b. Penyimpangan Berfikir

Penyimpangan dalam berfikir dapat timbul disebabkan oleh adanya kekosongan pikiran, kekeringan rohani, dan kedangkalan keyakinan. Orang yang menyimpang dalam berfikir akan senantiasa


(43)

manut terhadap serangan pemikiran yang dilakukan pihak asing. Dia juga fanatic buta terhadap suku, bangsa, kelompok, profesi dan kasta. Dan selalu terbuai dengan khayalan dan hal-hal yang bersifat khurafat.

c. Penyimpangan Agama

Penyimpangan dalam bidang agama terlihat dari sikap ekstrem seseorang dalam memahami ajaran agama, sehingga ia fanatik terhadap mazhab atau kelompoknya, memilih untuk tidak bertuhan (atheis), skeptic terhadap keyakinannya sendiri dan agama yang dianutnya, memperjual belikan agama, dan arogan terhadap prinsip-prinsip yang dipegang atau ajaran-ajaran tokoh masyarakatnya.

d. Penyimpangan Sosil dan Hukum

Penyimpangan dalam bidang social dan pelanggaran terhadap peraturan dapat dilihat dari sikap yang selalu melakukan kekerasan. Seperti mengancam, merampas, membunuh, membajak, atau kecanduan minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan penyimpangan seksual.

e. Penyimpangan Mental

Penyimpangan dalam masalah mental atau kejiwaan dapat dilihat dari sikap yang selalu tersisih, kehilangan kepercayaan diri, memiliki kepribadian ganda, kehilangan harapan masa depan, merasa selalu sial dan cepat berputus asa, gelisah, bimbang dan sering bingung, melakukan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.

f. Penyimpangan Ekonomi

Penyimpangan dalam hal ekonomi dapat berbentuk sikap congkak dengan kekayaan yang dimilik, boros, berfoya-foya, bermegah-megah, glamour dalam berpakaian, busana dan perhiasan,

membuang-buang waktu, bersikap materialistis, dan suka

menghambur-hamburkan harta.55

Sedangkan menurut John W. Santrock, bentuk Kenakalan Remaja adalah:56

1. Penggunaan obat terlarang

Sejak permulaan sejarah, manusia telah mencari zat yang diharapkan dapat menjaga dan melindungi mereka serta bereaksi

55

Muhammad Al-Zuhaili, Mencipatakn Remaja Dambaan Allah Panduan Bagi Orang Tua Muslim, (Bandung: Mizan, 2004), 83-84.

56


(44)

dalam system saraf untuk menghasilkn sensasi yang menyenangkan. Individu trtarik pada obatan karena obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Obat dapat memberikan perasaan nikmat melalui ketenangan, kegembiraan, relaksasi, persepsi yang berubah-ubah atau meningkatkan sensasi dalam waktu yang panjang.57 Sebagai contoh, amfetamin mungkin dapat membantu

remaja untuk dapat terjaga ketika mempersiapkan diri menghadapi ujian.

2. Alkohol

Alkohol adalah obat yang sangat keras. Alcohol dapat bertindak sebagai depresan dalam tubuh dan memperlambat aktivitas otak.

3. Merokok

Merokok adalah menghisap rokok. Sedangkan rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas).58

Dengan demikian, apa yang sebenarnya dimaksudkan sebagai perilaku adaptif ternyata justru bersifat maladaptive untuk jangka panjang. Sebagai contoh merokok dalam waktu lama, dimana di dalamnya terkandung nikotin yang merupakan obat aktif, dapat menimbukan masalah yang sangat serius namun dapat

57

Ibid., 239. 58


(45)

dihindari. Beberapa ahli menyatakan bahwa merokok adalah

“bunuh diri secara perlahan-lahan”.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa perilaku kenakalan adalah perilaku jahat, dursusila, durjana, kriminal, melanggar norma sosial, hokum dan agama. Kenakalan remaja merupakan hasil mental serta emosi yang sangat labil dan detektif sebagai akibat dari proses pengondisional lingkungan yang buruk terhadap pribai anak, yang dilakukan oleh anak muda atau remaja.

Prilaku menyimpang oleh remaja seringkali merupakan gambaran dari kepribadian antisosial atau gangguan tingkah laku remaja yang menurut penulis ditandai dengan tiga atau lebih dari bentuk-bentuk kenalan remaja diatas.

Oleh karena itu untuk mencegah kenakalan remaja perlu dilakukan pendidikan agama Islam yang baik dan tepat. Sehingga membantu para remaja dalam mengontrol prilaku dan tindakan dalam menjalani masa muda sehingga tercipta remaja-remaja yang berilmu tinggi dan berakhlakul karimah.

C. Pendidikan Agama Islam Sebagai Preventif Kenakalan Remaja 1. Pengertian Preventif

Preventif merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.59 Upaya preventif juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan

yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah untuk menjaga

59


(46)

suatu hal agar tidak meluas atau timbul. Dalam pemaknaan ini upaya preventif yaitu suatu masalah atau suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang dimaksud itu mengandung bahaya baik bagi lingkup personal maupun global. Dalam lingkup pendidikan masalah yang dimaksud adalah berbagai hal yang dapat menghambat perkembangan pendidikan baik itu dari siswa, guru, kepala sekolah dan unsure-unsur yang terkait didalamnya. Upaya preventif ini lebih besar manfaatnya, karena apabila masalah itu meluas akan sulit menanggulanginya. Sebab terdapat banyak bahaya yang akan menimpa siswa, masyarakat.

Jadi upaya preventif menurut penulis adalah suatu cara atau usaha yang harus ditempuh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Tujuan Preventif Kenakalan Remaja

Dengan usaha pencegahan yang terarah diharapkan bahwa remaja dapat mengembangkan diri dengan baik, sehingga keseimbangan diri akan dicapai dimana tercipta hubungan yang serasi antara pribadi dan lingkungan. Pikiran yang sehat mengarahkan mereka pada perbuatan yang pantas, sopan, bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.60

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran: 110:

60


(47)





































































































“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

3. Upaya-Upaya Preventif

Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku menyimpang. Pada dasarnya tindakan preventif ini merupakan suatu pencegahan sebelum seseorang melakukan perbuatan menyimpang.

Selanjutnya, upaya preventif ini tercermin dalam kandungan materi dari pendidikan agama Islam, yang secara garis besar mencakup aspek akidah, ibadah dan akhlak. Aspek tersebut yaitu:

a. Akidah

Akidah menurut bahasa adalah menguhubungkan dua sudut, sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Dalam hal ini, para


(48)

ulama menyebut akidah dengan tauhid, yakni berarti mengesakan Allah.61

Pendidikan akidah terdiri dari pengesaan Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat. Larangan menyekutukan Allah termuat dalam ayat yang berbunyi:













































“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia

member pelajaran kepada anaknya, hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mmepersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS. Luqman: 13)

Pengajaran agama Islam ini kebanyakan mengisi pengertian. Hasilnya ialah misalnya, siswa mengerti bahwa Tuhan Maha Mengetahui, siswa tahu enam rukun Iman. Diantaranya:

1) Iman Kepada Allah

Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan.62 Berdasarkan pengertian itu,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Iman Kepada Allah SWT adalah

61

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 84. 62


(49)

mempercayai atau meyakini dalam hati sanubari, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh.











































“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad: 28)

Beriman kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain:

a) Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya meyakini adanya Allah SWT tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.

b) Meneladani sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk ucapan, sikap, maupun tindakan.


(50)

Hari Akhir adalah dimana seluruh alam semesta akan hancur, dan ketentuan itu sudah dirumuskan oleh allah SWT. Jadi beriman kepada Hari Akhir adalah meyakini dan mempercayai bahwasanya hari akhir pasti akan tiba yang sesuai dengan keterangan-keterangan Alloh melalui firman-firmanya dalam Al-quran.63













































Dan sesungguhnya hari kiamat pasti akan datangnya dan bahwsanya Alloh membangkitkan semua orang didalam kubur”. (Al-Hajj: 7)

Fungsi iman kepada Hari Akhir

a) Berlaku seimbang antara urusan dunia dan akhirat b) Harapan mempeoleh keadilan yang hakiki

c) Mencegah orang berbuat maksiat

b. Ibadah

Secara bahasa ibadah berarti bakti manusia kepada Allah karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah atau tauhid.64

Ibadah dibedakan menjadi dua bagian, yaitu umum dan khusus. Ibadah umum adalah segala sesuatu yang diizinkan oleh Allah, sedangkan ibadah khusus adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah lengkap dengan segala perinciannya, tingkat, dan cara-caranya tertentu.



























63 Ibid., 15. 64 Ibid., 82.


(51)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyat: 56) Pendidikan ibadah mencakup segala tindakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah seperti shalat, maupun sesama manusia.

Manfaat sholat ini diantaranya ialah dapat menyehatkan jiwa dan raga. Selain itu juga sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah:















“… Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan

mungkar… (QS. Al-Ankabut: 45)

Perintah Allah tentang shalat ini ditujukan untuk umatnya, khususnya para remaja, agar mengingat Allah dengan cara mendirikan shalat. Dengan mengerjakan shalat, seorang remaja akan membentuk watak atau pribadi Islami, yaitu remaja yang dapat bertanggung jawab terhadap Tuhannya, dirinya, dan kehidupannya dalam menegakkan agama Islam.

Selain ibadah shalat yang diharapkan mampu mencegah kenakalan remaja ialah ibadah puasa.


(52)

Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu مايص موصي ماص , yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa.65

Adapun puasa dalam pengertian terminologi (istilah) agama adalah menahan diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.

Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani.

Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.66

َف ،ْجوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبْلا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ،ِباَبشلا َرَشْعَم اي

ْنَمَو ،ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو ِرَصَبْلِل ضَغَأ ُهنِإ

ءاَجِو ُهَل ُهنِإَف ،ِمْوصلاِب ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي ْمَل

.

67

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu

menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang

65

Husni M Saleh, Fiqih Ibadah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press: 2012), 237. 66

Ibid., 289. 67


(53)

tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat

menekan syahwatnya (sebagai tameng)”. (HR. Bukhori: 5066) c. Akhlak

Akhlak adalah bentuk jama‟ dari khuluk yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan watak.68

Pengertian akhlaq menurut Dr. M. Abdullah Darraz adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap. Kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam akhlaq yang baik) atau pihak yang jahat dalam akhlak yang jahat).69

Untuk itu, maka yang menjadi suri tauladan bagi kita umat Islam adalah pribadi Rasulullah, seperti firman Allah:





























































“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suru tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

68

Aat Syafaat, Peranan Pendidikan, 58. 69


(54)

Nabi Muhammad sebagai suri tauladan bagi umat Islam mempunyai empat sifat yang utama yakni:

1) Shiddiq, benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya.

2) Amanah, benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

3) Tabligh, menyampaikan segala firman Allah yang ditujukan untuk

manusia, disampaikan oleh nabi dan tidak ada yang

disembunyikan.

4) Fatonah, adalah cerdas. Mustahil bagi nabi itu mempunyai sifat bodoh. Dalam menyampaikan al-Quran kemudian menjelaskannya dalam ribuan al-Hadist.

Oleh karena itulah telah nyata bagi kita khususnya para remaja bahwa nabi Muhammad adalah suri tauladan yang sempurna yang mencontohkan segala sifat yang baik, untuk kita teladani sehingga kita bisa menjadi pribadi yang sempurna dalam berakhlak dan berbuat.

Contoh dari akhlak baik yang sesuai dengan ajaran nabi Muhammad diantara ialah berpakaian yang menutup aurot, tidak berlebih-lebihan, makan secukupnya dan lain-lain.


(55)

Tarikh merupakan materi sejarah islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal dan memahami tentang sejarah islam.

Tujuan dari tarikh ini diharapkan mampu mengambil I‟tibar, nilai

dan makna yang terdapat dalam sejarah islam serta untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.

Contoh sikap-sikap mulia para sahabat nabi diantaranya:70

1) Abu Bakar terkenal dengan sifat jujurnya.

2) Umar terkenal dengan sifat pemberani namun lembut hatinya. 3) Usman terkenal dengan sifat bijaksananya.

4) Ali terkenal dengan sifat cerdas dan pandai.

Oleh karena itu bagi kita umat islam khususnya para remaja, seyogyanya kita mampu mencontoh dan meniru sifat mulia para tokoh islam, agar tercipta pribadi yang berbudi pekerti luhur dan berilmu tinggi.

70


(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.71

Sebagaimana diungkapkan oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic (menyeluruh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.72

Adapun jenis penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Kemudian data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan.

Ada (6) enam jenis metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: (1) Etnografis, (2) studi kasus, (3) grounded theory, (4) interaktif, (5) partisipatories, (6) penelitian tindakan kelas.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jenis studi kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara

71 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara. 1995), 24. 72 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), 6.


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian di lapangan serta hasil pembahasan, penelitian ini yang difokuskan pada proses pembelajaran dan materi PAI yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Wonotirto Blitar sudah cukup bagus. Ini terbukti dari proses pembelajaran, dengan guru PAI mempersiapkan pembelajaran dengan membuat RPP. Dan cukup variatif dalam menggunakan dan memilih strategi, metode dan teknik pembelajaran. Meskipun terkadang masih sering guru mengajar tanpa membuat RPP dan dengan metode yang monoton yaitu ceramah. Kendala yang dialami guru dalam pemilihan metode diantaranya ialah kurangnya fasilitas dari sekolah misalnya LCD, yang tidak semua kelas dilengkapi dengan LCD.

2. Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Wonotirto mampu sebagai preventif kenakalan remaja. Kenakalan remaja bisa diredam meskipun masih ada kenakalan lain yang dilakukan siswa SMPN 1 Wonotirto. Misalnya anak bolos sekolah yang bisa diredam dengan proses pembelajaran yang menarik yang membuat siswa betah dikelas dalam mengikuti pelajaran.


(2)

86

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka demi peningkatan dan perbaikan dalam proses pembelajaran penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya bapak kepala sekolah memenuhi fasilitas yang lebih baik (yaitu melengkapi LCD kelas yang belum ada LCD-nya) dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman demi menunjang proses pembelajaran. Karena tidak semua kelas dilengkapi LCD yang mempermudah guru dalam proses pembelajaran.

2. Hendaknya bapak guru PAI mrnggunakan metode, strategi dan teknik pembelajaran yang lebih variatif dan mempersiapkan RPP dengan baik. Karena dengan strategi dan metode yang tepat dan variatif bisa mengaktifkan siswa dan memudahkan dalam mencapai kompetensi. Dan dengan adanya RPP, seorang guru akan lebih siap dalam proses pembelajaran serta menjadi pedoman untuk proses pembelajaran.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aat Syafaat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kencana Prenada Media

Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Al-Zuhaili, Muhammad. 2004. Mencipatakn Remaja Dambaan Allah Panduan Bagi Orang Tua Muslim. Bandung: Mizan

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bakar, Abdul Karim. 2001. 75 Langkah Cemerlang Melahirkan Anak Unggul.

Jakarta: Robani Press

Budianingsih, C. Asri. 2004. Pembeljaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Bandung: PT Rineka Cipta

Daradjad, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang Daradjad, Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Jumanatul Ali-Art


(4)

88

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta :Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta :Pusat

kurikulum Balitbang Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta,

Faisol, Sanapiah. 1992. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press H. A. Mustofa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia

Indar, Djumberansyah. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama John M. Echols dan Hasan shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia

Kartono, Kartini. 2003 Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna

M. Nasikin dkk. 2006. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP kelas VII. Erlangga: Jakarta

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mardalis. 1995. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara


(5)

89

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Minarti, Sri. 2013, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis& Aplikatif-Normatif. Jakarta: AMZAH,

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Muhammad, Imam Abi Abdillah. 2000. Sohih Bukhori. Lebanon: Darul Fikr Mujtahid. 2011. Reformulasi Pendidikan Islam meretas mindset baru, meraih

peradaban unggul. Malang: UIN Press

Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nata, Abuddin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ramayulis. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Salahuddin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka setia Saleh, Husni M. 2012. Fiqih Ibadah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press Santrock, John W. 2007. Remaja Jilid 2. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Sekaran, Uma. 2006 . Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba

Empat

Shihab, Quraish. 1996. Membumikan al-Quran. Bandung: Mizan

Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudarsono. 2005. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta


(6)

90

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksaan BK di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sunaryo, Siti Fatimah. 2002. Kemampuan Dasar Mengajar. Malang : UMM. Press

Tafsir, Ahmad. 2011. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tim Permata Press. 2013. Undang-undang SISDIKNAS system pendidikan nasional. Jakarta: Permata Press

Tim Terbit Terang. 2004. UUD Negara Republik Indonesia: Yang telah diamandemen I, II, II, IV. Surabaya: Terbit Terang

Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung


Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Kedunglengkong, Simo, Boyolali.

0 2 12

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 6 49

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 29

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 9

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 4

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MENGATASI DEKADENSI MORAL REMAJA DI MAN TLOGO BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 3

Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SDN 01 Tambakrejo Wonotirto Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SDN 01 Tambakrejo Wonotirto Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18