Pengembangan karang taruna Kabejan: pengelolaan lingkungan oleh pemuda Desa Jembul Kcamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

i

PENGEMBANGAN KARANG TARUNA KABEJAN
Pengelolaan Lingkungan oleh Pemuda Desa Jembul Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh
Ahmad Muhtadi Billah
NIM. F520915003

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ii


iii

iv

v

xii

PENGEMBANGAN KARANG TARUNA KABEJAN:
(Pengelolaan Lingkungan oleh Pemuda Desa Jembul Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto)
Oleh : Ahmad Muhtadi Billah1

Abstrak
Jembul merupakan desa terakhir di ujung Kecamatan Jatirejo. Beberapa waktu
lalu Jembul bukanlah desa yang memiliki daya Tarik tinggi. Saat ini banyak orang
mendatanginya untuk menikmati keindahan alam yang diberikan. Selain mengandung
keberkahan, tersimpan kerisauan akan sampah yang ditinggalkan oleh para
pengunjung. Hal ini didukung dengan pola hidup masyarakat yang tidak terbiasa

mengelola sampah. Melalui gerakan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna,
mereka berusaha mencari alternatif untuk mengelola sampah tersebut sehingga dapat
dikurangi dan tidak menimbulkan kerugian. Melalui pendekatan riset aksi
partisipatoris dan menggunakan sudut pandang Freire, para pemuda diajak untuk
melihat kondisi lingkungan dan memberikan alternatif melalui proses diskusi. Mereka
diajak untuk bangkit dari kondisi yang dianggap lumrah dan pada kondisi kesadaran
palsu, menuju pada proses yang berbuah kesadaran kritis dan transformatif. Hasilnya,
para pemuda menyadari bahwa keberadaan sampah tersebut akan menganggu
lingkungan Desa Jembul. Dengan semangat para pemuda, mereka mencari solusi
yang dapat dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa tergantung dari pihak manapun
(Sustainability).
Kata Kunci : Pemuda, Pemberdayaan, Sustainability

1

Konsentrasi Studi Islam dan Kepemudaan, Program Studi Dirasah Islamiyah, Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

xiii


Abstract
Jembul is the last village at the end of Jatirejo Subdistrict. Some time ago Jembul is
not a village that has high attraction. Today many people come to him to enjoy the
natural beauty given. In addition to containing blessings, stored worries will be
garbage left by the visitors. This is supported by the pattern of community life that is
not accustomed to managing waste. Through youth movements incorporated in
Karang Taruna, they tried to find an alternative to manage the waste so that it can be
reduced and not cause harm. Through a participatory action research approach and
using Freire's point of view, young people are invited to look at environmental
conditions and provide alternatives through a discussion process. They are invited to
rise from the prevailing conditions and to the state of false consciousness, leading to a
process that produces critical consciousness and transformative consciousness. The
result, the youth realized that the presence of waste will disrupt the environment of
Jembul Village. In the spirit of the youth, they look for solutions that can be
implemented in a sustainable manner without depending on any party.
Keywords: Youth, Empowerment, Sustainability

ix

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………. iii
PENGESAHAN……………………………………………………………iv
MOTTO…………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR…………………………………….. xi
ABSTRAK…………………………………………………………………xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………….……………………………… 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah……………………… 6
C. Rumusan Masalah……………………………..….…….6
D. Tujuan Penelitian……………….……………………… 7
E. Manfaat Penelitian……………………………..………. 7
F. Penelitian Terdahulu…………………………………….7

G. Sifat Penelitian….……………………………..….……. 9
H. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………...…… 11
I. Subyek Penelitian……………………………………….12
J. Teknik Pengumpulan Data…………………………….. 12
K. Teknik Analisis Data……………………………………16
L. Sistematika Pembahasan………………………………..17

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Teori Pemberdayaan Masyarakat…………………….…19
B. Teori Pembebasan Freire…………………………….… 24

BAB III

PAPARAN DATA UMUM
A. Deskripsi Bentang Wilayah Desa Jembul…………...…. 37

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


x

B. Dimensi Sosial Keagamaan Pemuda dan Masyarakat Desa
Jembul ………………………………………….……….54
C. Aspek Perekonomian Para Pemuda Produktif………….. 61
BAB IV

LANGKAH PEMUDA KABEJAN DALAM MENGELOLA
SAMPAH
A. Identifikasi Problematika Desa Jembul………………… 73
B. Pencegahan Tumpukan Sampah ………………………… 80
C. Penanganan Sampah Desa Jembul oleh Para Pemuda….. 86

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan….………………………………..………... 97
B. Saran……………………………………………………100

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..101


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

A. Daftar Tabel
Nomor

Keterangan

3.1

Transek : Identifikasi singkat kekayaan Desa Jembul

3.2

Jumlah rumah berdasarkan luas bangunan


3.3

Jumlah rumah berdasarkan fasilitas

3.4

Jadwal kegiatan keagamaan masyarakat Desa Jembul

3.5

Perbandingan jagung lokal dan jagung lanang wedok

3.6

Perbandingan padi lokal dan padi IR64

3.7

Kalender Musim


B. Daftar Gambar
Nomor

Keterangan

3.1

Peta Desa Jembul yang dikelilingi hutan

3.2

Nderes rutin yang dibimbing oleh Wulyono

3.3

Para Ibu dalam kegiatan yasinan dan tahlil

3.4

Kegiatan khotmil quran laki-laki pada tradisi legian


3.5

Jagung lokal yang belum dipipil

3.6

Padi IR64

3.7

Padi lokal

3.8

Cokelat berwarna kuning siap panen

4.1

Suasana FGD Karang Taruna


4.2

Pembuatan tulisan petunjuk arah dan himbauan

4.3

Komposter TPA Pojok Kediri

4.4

Pelatihan untuk membuat kerajinan dari sampah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup tidak terlepas dari keberadaan sampah.
Tidak hanya menjadi persoalan lokal, sampah juga menjadi perhatian
internasional selama proses penglolaannya tidak berjalan secara maksimal. Dalam
pengawasan penguraian B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya, tidak
banyak dari masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Jika B3 tersebut tercemar
dalam lingkungan luas, maka akan mengancam kehidupan masyarakat lainnya.
Lebih sederhana lagi, limbah rumah tangga sekalipun yang tidak mengandung B3
dapat menjadi berbahaya jika berada dalam lingkungan bebas dan tidak terkelola
dengan baik.
Indonesia sebagai negara dunia ketiga, memiliki masyarakat dalam taraf
berkembang. Saat ini sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia
mencapai 175.000 ton per hari dan mencapai hingga 64 juta ton per tahun. Dalam
catatan Kementrian Lingkungan Hidup, pada tahun 2016 ini sebanyak 60% tempat
pembuangan akhir (TPA) di beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami
overload.1 Hal ini terjadi karena kebiasaan masyarakat Indonesia yang langsung
membuang sampah rumah tangga ke tempat pembuangan sementara (TPS) dan
langsung diangkut menuju ke TPA. Hal ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia,

1

http://www.majamojokerto.com/headline/5167/TPA-Kabupaten-Mojokerto-Hanya-MampuTampung-25-50-Persen-Sampah-? Diakses pada 24 November 2016 Pukul 16.30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

termasuk Kabupaten Mojokerto sebagai daerah periferi dari kota metropolitan
Surabaya.
Mojokerto sebagai kabupaten penyangga kota metropolitan serta menjadi
kota destinasi wisata, menjadi sangat rasional apabila kota ini juga identik dengan
keberadaan sampah yang masiv. Data yang dicatat oleh Dinas Pekerjaan Umum
Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Mojokerto, pada tahun 2016 volume
sampah yang masuk ke TPA mencapai 25 ton.2 Angka tersebut baru 25-50 persen
total sampah dari masyarakat Kabupaten Mojokerto. Sisanya masih terbuang di
TPS dan ada pula yang menggunakan cara tradisional dengan dibakar atau
ditimbun. Cara inilah yang juga dilakukan oleh masyarakat Desa Jembul
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
Sampah yang dihasilkan sendiri oleh masyarakat tidaklah terlalu banyak,
mengingat kebutuhan masyarakat desa yang seadanya. Meskipun demikian, jika
kita amati berdasarkan hasil survey, rata-rata masyarakat Jembul memproduksi
sampah, baik sampah organik maupun non organik adalah 1-2 kilogram per KK
setiap harinya. Jika diambil nilai tengahnya dengan jumlah 90 KK, maka
terkumpul sampah seberat 135 kilogram setiap harinya. Jumlah ini belum
ditambahkan dengan sampah yang dibawa oleh para pengunjung wisata air terjun
Kabejan. Jika setiap pengunjung meninggalkan sampah satu ons plastik, maka
pada hari libur sebanyak 200 orang akan meninggalkan 200 ons sampah atau
setara 20 kilogram sampah yang sulit untuk diuraikan.3

2
3

Ibid
Hasil FGD Karang Taruna pada Tanggal 16 Maret 2017

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Sebagai desa yang berada di lereng gunung, bukan hal yang sulit untuk
menemukan lokasi penguburan atau membakar sampah secara bebas. Meskipun
tidak berdampak secara langsung, namun ini bukanlah sesuatu yang efektif.
Apalagi pembakaran sampah plastik juga mempunyai efek berbahaya bagi
lingkungan. Para ibu rumah tangga melakukan pembakaran sampah secara rutin
baik di halaman depan maupun belakang rumah. Bahkan selama ini penanganan
sampah tidak melibatkan pihak manapun juga. Padahal Desa Jembul memiliki
potensi pemuda yang cukup aktif dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Para
pemuda memiliki kesempatan agar mampu berkembang sesuai dengan amanat
Undang-undang Nomor 40 tahun 2009 Tentang Kepemudaan, yang meliputi
pelayanan, penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan potensi pemuda.
Pelayanan kepemudaan yang digariskan dalam undang-undang dimaksud
meliputi

penyadaran,

pemberdayaan

dan

pengembangan

dalam

bidang

kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan. Tiga bentuk pelayanan ini adalah
sebuah proses yang saling berkaitan dan berkelanjutan (suistainability). Ketiganya
saling berkaitan. Hal itu karena tiga bentuk pelayanan tersebut lebih merupakan
proses perjalanan pembangunan masyarakat, dalam kasus ini adalah masyarakat
dalam arti kelompok Karang Taruna. Ketiga hal tersebut meliputi penyadaran,
pemberdayaan, dan pengembangan pemuda.
Pertama adalah penyadaran. Bentuk pelayanan ini lebih bersifat satu arah,
dimana masyarakat dalam hal ini pemuda masih belum dapat berdaya dan
memiliki

kemampuan

mengembangkan

diri.

Bentuk

berikutnya

adalah

pemberdayaan yang berarti masyarakat diposisikan masih sebagai satuan yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

belum berdaya, karenanya membutuhkan pemberdayaan dari kelompok yang lebih
maju. Dua pendekatan awal ini masih bercorak negatif approach. Bentuk yang
ketiga adalah pengembangan, yaitu proses lebih lanjut dari dua bentuk pertama.
Pada tahap ini masyarakat diposisikan sebagai satuan yang sudah mampu
berkembang secara mandiri. Corak terakhir ini lebih menempatkan masyarakat
sebagai subyek daripada obyek.
Pasal 4 undang-undang nomor 40 tahun 2009 menyatakan bahwa
“pembangunan kepemudaan dilaksanakan dalam bentuk pelayanan kepemudaan”.
Sedangkan bentuknya sebagaimana telah disebutkan diatas yaitu melalui
penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan dimuat dalam pasal 5. Apabila
melihat program yang akan dilaksanakan, maka program ini berada pada area
pemberdayaan dan pengembangan. Strategi dalam melaksanakan pelayanan juga
telah disusun dalam undang-undang kepemudaan dalam pasal 8 yang diantara
melalui :4
1.

Peningkatan kapasitas dan kompetensi pemuda

2.

Pendampingan pemuda

3.

Perluasan kesempatan memperoleh dan meningkatkan pendidikan serta
keterampilan

4.

Penyiapan kader pemuda dalam menjalankan fungsi advokasi dan
mediasi yang dibutuhkan lingkungannya.
Pembangunan kepemudaan juga diharapkan mampu mendorong peran dan

tanggung jawab pemuda dalam arah pembangunan nasional. Peran aktif yang
4

http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/1fc77969a79c6b80a7703d817b
b8d152b4b441ba9.pdf diakses pada 4 Januari 2017 Pukul 13.00

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

diharapkan dari pemuda meliputi berbagai bidang dalam peta pembangunan
nasional, mulai dari aspek yang bersifat abstrak dan pemikiran hingga yang
bersifat kongkret kemasyarakatan dan perekonomian. Peran pemuda dalam pasal
17 meliputi peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen
perubahan.5 Peran aktif sebagai agen perubahan salah satunya dilaksanakan
dengan mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan diwujudkan dengan
pengelolaan sampah.
Pemberdayaan kepemudaan yang akan dilaksanakan dalam program ini
sejalan dengan pasal 24 undang-undang nomor 40 tahun 2009 tentang
kepemudaan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan berkelanjutan
yang bertujuan meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental spiritual,
keterampilan diri dan organisasi menuju kemandirian pemuda.6 Pemberdayaan
dapat dilakukan melalui kemandirian dalam pengelolaan sampah. Sehingga
mampu mewujudkan lingkungan yang sehat.
Selanjutnya pengembangan pemuda tertuang dalam bab vii undang-undang
nomor 40 tahun 2009.7 Pengembangan dalam undang-undang tersebut
menyebutkan

pengembangan

dapat

dilakukan

dalam

tiga

area,

yaitu

kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan. Selaras dengan bunyi undangundang tersebut, program ini dilaksanakan dalam area pengembangan
kepemimpinan dan kepeloporan. Para pemuda yang terbentuk dalam Karang
Taruna menjadi pemimpin dan pelopor terbentuknya system pengelolaan sampah
yang baik, dilanjutkan dengan pemanfaatan sampah tersebut sehingga menjadi
5

ibid
ibid
7
ibid
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

suatu hal yang memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian, akan tercakup tigal
aspek dalam area pengembangan pemuda tersebut, yakni kepemimpinan,
kewirausahaan, dan kepeloporan.
Dengan bermodalkan mindset masyarakat desa yang terbuka dan mau
bekerja keras, bukan sesuatu yang mustahil untuk menggerakkan masyarakatnya
dalam mengelola sampah terutama melalui kekuatan para pemuda. Melalui spirit
para pemuda, sampah dapat dikelola menjadi hal yang bermanfaat. Sesuai dengan
amanat UU no.40 tahun 20098, pemuda sebagai salah satu agent of change
menjadi sangat penting keberadaannya dalam mendampingi dan melaksanakan
wilayah nol sampah.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Penelitian berbasis riset partisipatoris ini berangkat dari proses diskusi
yang dilakukan oleh karang taruna Desa Jembul. Dalam proses diskusi tersebut
dihasilkan rencana-rencana strategis dalam mengelola lingkungan. Pengembangan
pemuda desa dan Pengelolaan sampah menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Sehingga pengelolaan sampah yang ramah lingkungan berbentuk bank sampah
menjadi tujuan akhir dari penelitian ini.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana transformasi kesadaran pemikiran (mindset) pemuda Karang
Taruna Desa Jembul Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto dalam
mengelola lingkungan?
8

ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

2. Bagaimana langkah pemuda Karang Taruna Desa Jembul Kecamatan
Jatirejo Kabupaten Mojokerto sebagai fasilitator dalam mengembangkan
lingkungan?

D. Tujuan Penelitian
1. Menggerakkan kesadaran para pemuda untuk mendampingi dan mengelola
lingkungan
2. Mengembangkan dan mengelola sampah rumah tangga menjadi lebih
bermanfaat dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

E. Manfaat Penelitian
1. Manfat Akademik
a. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian berbasis riset aksi partisipatoris
lainnya
b. Sebagai model penelitian pemberdayaan yang variatif
2. Manfaat Praktis
a. Menumbuhkan kesadaran perilaku hidup sehat kepada pemuda desa
b. Menggerakkan semangat pengelolaan lingkungan bagi masyarakat

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian berbasis riset partisipatoris telah dilakukan beberapa kali dan terus
berlanjut hingga tercapai sebuah kemandirian. Riset terdahulu dilakukan oleh
peneliti sendiri dalam tugas akhir yang berjudul “Jembul Berkibar :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Pendampingan

untuk

Pengorganisasian

Msyarakat

Desa

Jembul

dalam

Memecahkan Problem Penghasilan Alternatif Pasca Reboisasi di Desa Jembul
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto”. Dalam penelitian berbasis PAR ini,
peneliti mendampingi masyarakat Desa Jembul dalam menggali ekonomi
alternative berbasiskearifan lokal. Meskipun banyak kekayan alam yang
melimpah, namun salah satu tanaman berjenis porang mampu dikembangkan dan
dimantapkan dalam manajemen pasca panen. Masyarakat yang awalnya memanen
porang pada saat tertentu saja, kini dapat dikelola setiap waktu ketika hara tinggi
dengan jalan manajemen pasca panen. Dalam penelitian ini, juga menggunakan
beebrapa tools PRA sebagai bahan acuan dalam merumuskan rencana strategis
gerakan masyarakat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Eva Zumrotul dkk dalam penelitian
yang berjudul “Efektivitas Bank Sampah dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Ekonomi Masyarakat RT 06 RW 11 Desa Sawotratap Kecamatan Gedangan
Kabupaten Sidoarjo”. Penelitian ini juga berbasis pendampingan, dimana para
peneliti bertindak sebagai fasilitator dan mengembangkan potensi pemuda karang
taruna sebagai kekuatan utama dalam membangun bank sampah di Desa
Sawotratap. Pemuda karang taruna yang awalnya kurang memiliki kegiatan, kini
mereka mengembangkan bank sampah. Dibuka setiap hari minggu, para nasabah
adalah masyarkat Desa Sawotratap sendiri. Selain mengumpulkan sampah untuk
dijual kembali, bank sampah juga mengelola sampah non organic menjadi
beberapa bentuk kerajinan tangan seperti kotak lampion.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

G. Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode riset aksi partisipatoris / Participatory
Action Research (PAR). Dengan menggunakan metode ini, penelitian berangkat
dari kelompok yang memahami keadaan mereka sendiri. Peneliti sebagai
fasilitator terkadang perlu untuk menyediakan sarana-sarana yang kelak
menyadarkan kemampuan mereka dan terus berkembang. Untuk mencapai kondisi
pendampingan yang diharapkan, diperlukan beberapa tahap-tahap yang akan
dilakukan dalam proses pendampingan. Tahap tahap tersebut antara lain To Know,
To Understand, To Plann, To Action, To Reflection.9 Berikut penjabaran dari
masing-masing strategi tersebut:
1. To Know
Pada tahap ini, fasilitator melakukan getting in dan inkulturasi dengan
masyarakat dan Remus. Dengan proses tersebut, diharapkan mampu untuk
berbaur dan menjadi bagian dalam masyarakat. Tahap ini merupakan
bagian terpenting yang merupakan akses masuk bagi para fasilitator untuk
memberdayakan masyarakat. Jika pada proses ini fasilitator diterima
dengan baik, maka permasalahan akan secara jelas diidentifikasi dengan
proses diskusi yang terbuka dan tanpa ada rasa sungkan. Jika proses ini
belum berjalan maksimal, maka masyarakat akan kurang terbuka dan
informasi yang didapatkan menjadi minim bahkan tidak valid.
2. To Understand

9

Afandi, Agus. 2014. Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, Dengan
Metodologi Partisipatory Action Research (PAR). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Ampel Surabaya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Setelah fasilitator berbaur dengan masyarakat, maka disinilah tools / alatalat

Partisipatory

Rural

Appraisal

(PRA)

digunakan

untuk

mengidentifikasikan permasalahan. Pemetaan secara partisipatif melalui
proses Focus Group Discussion (FGD) dilakukan sebagai bentuk aplikasi
keterampilan PRA. Masyarakat yang terbelenggu dalam kehidupan yang
konservatif dapat didorong untuk berpikir kritis sehingga mampu
mengungkapkan segala permasalahan. Selain Mapping, berdiskusi dengan
masyarakat juga bertujuan untuk merumuskan hirarki permasalahan
dengan tools PRA seperti, diagram venn, diagram alur, kalender musim,
timeline, daily routine, tren and change, hingga pada akhirnya
menemukan titik permasalahan yang tergambar pada pohon masalah.
3. To Plann
Keberhasilan PAR bukanlah dinilai dari kuantitas stakeholder semata.
Adanya komunitas yang bekerja secara berkesinambungan merupakan
modal utama dari sebuah proses pemberdayaan. Melalui sebuah
komunitas, disusunlah rencana-rencana yang strategis untuk memecahkan
problem yang telah ditemukan pada proses diskusi sebelumnya. Pada
perencaan ini pula digambarkan sebuah harapan dari mereka melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan problem tersebut.
4. To Action
Kegiatan-kegiatan yang disusun Remus tersebut dilakukan bersama-sama
sebagai bentuk nyata sebuah pasrtisipasi. Aksi yang dilaksanakan bukan
semata-mata keinginan dari satu individu, melainkan buah dari proses

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

diskusi yang panjang dan tepat sasaran. Dengan modal komunitas inilah
sebuah proses pemberdayaan akan terus dilakukan hingga tercipta sebuah
transformasi social dalam masyarakat.
5. To Reflection
Pada tahap akhir proses pemberdayaan, dilakukan sebuah evaluasi
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Semua proses yang
telah dijalankan diharapkan mampu menjadikan perubahan pola pikir
melalui transformasi social yang terjadi. Selain itu, dengan adanya
komunitas yang terus mengawal kegiatan-kegiatan yang berbasis local
knowledge diharapkan mampu berkesinambungan (suistainability). Dan
pada akhirnya, mereka mampu membagi pengalaman tersebut melalui
local leader yang terbentuk selama proses pendampingan. Pada tahap ini
pula dilakukan analisis terhadap program-program yang telah dijalankan.
Sehingga ditemukan pula titik kesulitan dan kelak akan diatasi melalui
proses yang serupa.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Jembul Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto. Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi kekayaan alam
yang

melimpah dan potensi sumber daya manusia, yakni para pemuda yang

memiliki kemauan tinggi untuk berkembang. Desa Jembul juga merupakan desa
dampingan dari Peneliti, sehingga proses pendampingan dapat terus diwujudkan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Penelitian partisipatoris ini dilaksanakan dalam kurun waktu 4 (empat) bulan
terhitung dari 1 Pebruari – 30 Juni 2017 atau menyesuaikan dengan waktu
penelitian tesis yang ditentukan oleh Program Studi Dirasah Islamiyah
Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.

I. Subyek Penelitian
Pemilihan subyek penelitian dalam metode PAR merujuk pada komunitas
yang termarginalkan. Dalam hal ini keefektifan informan dapat diperoleh melalui
tools Focus Group Discussion (FGD). Melalui FGD yang melibatkan masyarakat,
informasi akan lebih banyak didapatkan dan lebih akurat. Sedangkan sasaran
utama dalam proses diskusi tersebut adalah para pemuda yang tergabung dalam
wadah karang taruna. Para pemuda dipilih karena mereka sebagai aktor utama
yang memiliki semangat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Melalui para
pemuda diharapkan muncul-inisiatif untuk mengembangkan lingkungan.

J. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pendampingan berbasis PAR, beberapa tools yang dapat
digunakan untuk menggali data antara lain mapping, transect, survey belanja
rumah tangga, timeline, tren and change, seasonal calendar, daily routine,
diagram venn, diagram alur, matrix ranking, wawancara seni terstruktur, analisis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pohon masalah dan harapan.10 Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tools
PRA:
1. Mapping
Menggambar kondisi wilayah yang dialkukan secara partisipatif bersama
para

narasumber

lokal

(NSL).

Tujuan

dari

proses

ini

adalah

menggambarkan wilayah desa secara umum, maupun topic-topik tertentu
yang relevan dengan proses pendampingan.
2. Transect
Menelusuri wilayah desa yang telah digambarkan dalam proses mapping.
Transect dilakukan bersama dengan NSL untuk mengetahui secara
langsung gambaran masyarakat desa. Transect dilakukan dengan
menelusuri rute yang telah ditentukan bersama dengan NSL.
3. Survey Belanja Rumah Tangga
Teknik ini dugunakan untuk memperoleh gambaran secara rinci tingkat
kehidupan

masyarakat

melalui

jenis-jenis

pemasukan

maupun

pengeluaran. Dalam survey ini melibatkan pula aspek-aspek ekonomi,
pendidikan, kesehatan, kelayakan hidup dan tingkat konsumsi.
4. Timeline
Merupakan teknik yang dilakukan untuk mengetahui asur sejarah
masyarakat desa. Dengan demikian, akan tergambar kejadian-kejadian
penting yang pernah dialami dalam waktu tertentu.
5. Trend and Change
10

Afandi, Agus. 2014. Modul Participatory Action Research (PAR) Untuk Pengorganisasian
Masyarakat (Community Organizing). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal. 145

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Teknik ini digunakan untuk menganalisis perubahan tertentu pada satu
periode. Aspek yang dianalisis meliputi kecenderungan umum perubahan
seperti pertanian, agama, tingkat kelahiran dan kematian, dan topic
tertentu yang berkaitan dengan proses pendampingan.
6. Seasonal Calender
Kalender musim adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
menggambarkan siklus-siklus tahunan. Permasalahan yang dikaji dapat
berupa siklus pertanian, siklus kegiatan desa dan keagamaan. Penyajian
data dapat dilakukan dalam bentuk matriks.
7. Daily Routine
Tools ini berfungsi sebagai pisau analisis yang menggambarkan kegiatan
harian individu maupun kelompok. Melalui teknik ini dapat diperoleh
informasi mengenai pemanfaatan waktu setiap individu maupun
kelompok. Dengan proses ini pula akan tergambar permasalahan yang
sehari-hari dialami oleh masyarakat.
8. Diagram Venn
Teknik ini berfungsi untuk menggambarkan relasi kuasa yang terjadi antar
lembaga yang ada dalam masyarakat. Digambarkan pula tingkat pengaruh
lembaga tersebut terhadap masyarakat dalam aspek tertentu.
9. Diagram Alur
Teknik ini digunakan untuk menggambarkan proses-proses yang terkait
dalam sebuah permasalahan. Teknik ini juga berfungsi untuk menganalisa
penyebaran komoditas pertanian, relasi kekuasaan dan kepercayaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dengan tujuan menimbulkan kesadaran kritis pada kondisi status quo yang
mereka alami.
10. Matrix Rangking
Dalam

proses

pendampingan,

matrik

rangking

digunakan

untuk

menentukan sebuah prioritas. Permaslahan yang telah diidentifikasikan
dapat dinilai / scoring untuk menentukan penting tidaknya topic tersebut
bagi masyarakat.
11. Wawancara Semi Terstruktur
Seperti halnya dengan penelitian lainnya, wawancara dilakukan untuk
menggali informasi. Namun wawancara dilaukan secara santai dan dibatasi
oleh topic-topik tertentu. Dalam proses ini, memungkinkan masyarakat
untuk menggambarkan kondisi mereka. Teknik ini merupakan alat bantu
yang digunakan dalam setiap teknik PRA.
12. Analisis Pohon Masalah dan Harapan
Teknik ini merupakan analisis akhir yang didasarkan pada tools PRA
sebelumnya. Pohon masalah menggambarkan akar-akar dari problem yang
dihadapi oleh masyarakat. Dengan demikian dapat didiskusikan prosesproses menuju perubahan yang tertuang dalam pohon harapan. Pemecahan
problem juga dilakukan secara partisipatoris dengan menumbuhkan pola
berpikir kritis. Dengan demikian, kekuatan utama masyarakat akan
terbukti melalui sebuah aksi yang didasarkan pada kearifan lokal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

K. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpualan. Tahap pertama yaitu tahap reduksi. Tahap reduksi
data dilakukan dengan proses menelaah kembali data yang didapat di lapangan
dan melakukan pemusatan perhatian pada penyederhanaan data. Tahap reduksi
data meliputi meringkas data, mengkode, dan menelusur tema.11 Reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikaian
rupa sehinggga kesimpulan akhir dapat diambil.
Kedua yaitu tahap penyajian data. Tahap penyajian data yaitu kegiatan ketika
sekumpulan informasi disusun, sehingga akan memberikan kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Ketiga yaitu tahap
penarikan kesimpulan. Dari analisis data yang telah dilakukan, kemudian
diinterpretasikan dengan teori (analisis teori).
Maka selanjutnya dapat dialakukan penarikan kesimpulan yang mula-mula
belum jelas kemudian menjadi lebih rinci. Setelah tersusun dalam kelompok maka
sekaligus juga dipilah-pilah mana yang akan digunakan dan mana yang termasuk
data jenuh. Setelah semua data terkumpul dan telah tersusun dalam
pengelompokan-pengelompokkan maka data tersebut selanjutnya diolah dan
dianalisis untuk dijadikan sebuah laporan penelitian.

11

Lexy J. Moleong 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya offset. Hal. 42

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

L. Sistematika Pembahasan
Bab I memuat tentang pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
pemilihan focus penelitian. Pada bab ini juga dipaparkan metode yang digunakan
oleh peneliti dalam menyikapi sebuah permasalahan. Rancangan penelitian
terdahulu juga tertuang sebagai landasan dilakukannya penelitian partisipatif ini.
Disamping itu, terdapat metode penelitian yang berisi langkah-langkah dan
penjelasan teknis terhadap penelitian yang dilaksanakan. Dalam bab ini juga
memaparkan secara lengkap lokasi, subyek, serta teknik yang digunakan dalam
mengambil data dilapangan.
Bab II berisi tentang kajian teori dengan memaparkan berbagai teori yang
mendasari dilakukannya penelitian ini. Teori sebagai pisau bedah dan petunjuk
dilakukannya sebuah proses penelitian partisipatif.
Bab III berisi temuan data yang terdiri dari beberapa sub-bab seperti
derskripsi wilayah, problem yang dihadapi, hingga proses perencanan strategis
oleh masyarakat dan pemuda. Seluruh hasilnya dituliskan dalam bentuk teks
naratif.
Bab IV dan V berisikan analisis data serta penutup. Analisis data merupakan
hasil refleksi temuan data terhadap kajian teori yang digunakan dalam penelitian
ini. Sedangkan bab terakhir berisi kesimpulan serta hal-hal yang perlu
disampaikan untuk melengkapi penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Teori Pemberdayaan Masyarakat
Berkembangnya

konsep

pembangunan

top-down

yang

berkesan

sentralisasi menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah semua proses tersebut telah
memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya, ataukah hanya sebuah tindakan
pemborosan anggaran yang mubazir. Semua kegiatan pembangunan yang terkesan
mementingkan proyek semata dinilai banyak yang tidak tepat pada sasaran.
Masyarakat seluruhnya dianggap awam dengan berbagai alasan dinamikanya.
Padahal, mereka lah yang lebih memahami tentang seluk beluk kehidupan yang
setiap harinya mereka jalani.
Beberapa kritik terhadap proyek pembangunan ini ditujukan kepada
metode proyek yang tidak “memanusiakan manusia”. Cara yang didasari suatu
keyakinan bahwa penyelesaian persoalan hanya bisa ditangani oleh kaum
profesional. Sementara masyarakat dianggap sebagai kelompok yang tidak
memiliki kemampuan menyelesaikan masalah atau justru dianggap sebagai bagian
dari masalah. Metode seperti ini umumnya didasarkan pada bentuk-bentuk riset
dengan menggunakan pendekatan logika pengetahuan dan penelitian-penelitian
yang terpengaruh oleh ilmu-ilmu social yang bersifat positivistik.1

1

Ilya Mulyono dan Rianingsih Djohani, Kebijakan dan Strategi Menerapkan Metode PRA dalam
Pengembangan Program, (Bandung: Driyamedia, 1996), Hlm. 1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Kritik terhadap metodologi pembangunan yang didasarkan pada bentukbentuk penelitian positivistik dengan menggunakan pendekatan logika sains dan
penelitian-penelitian etnometodologis, pada intinya antara lain:2
a)

Riset ini umumnya hanya menghasilkan pengetahuan yang empirisanalitis. Pengetahuan seperti ini memiliki kecenderungan tidak
mendatangkan manfaat bagi masyarakat lokal.

b)

Banyak bermuatan

kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa

sosial (social enginering), Memungkinkan terjadinya "pencurian"
terhadap

kekayaan

pengetahuan

lokal

oleh

peneliti

(orang

luar) sehingga sangat berpotensi untuk menyebabkan penindasan
terhadap orang dalam (masyarakat lokal).. Sementara pendekatan
etnometodologis, meskipun berusaha memahami kehidupan sehari-hari
masyarakat, mencoba menghasilkan pengetahuan yang bersifat historishermeuneutik, dan meyakini adanya makna di balik fenomena sosial,
juga

memiliki

kelemahan.

Yakni

kecenderungannya

untuk

menghasilkan pengetahuan yang hanya bisa terlarut dalam realitas.
Pemberdayaan

memiliki

makna

membangkitkan

sumber

daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan
kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung
dalam pemberdayaan adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi
masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.
Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom pengambilan keputusan dari
2

Afandi, Agus.. Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, Dengan
Metodologi Partisipatory Action Research (PAR). (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Ampel Surabaya : 2014), Hlm. 24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi dan partisipasi dengan
titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan bagi upaya penguatan potensi
lokal. Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga difokuskan pada penguatan
individu anggota masyarakat beserta pranata-pranatanya.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah menempatkan
masyarakat tidak sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek. Konteks
pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu bagaimana
masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk menikmati hasil
pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan subyek akan
kemampuan atau daya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis besar, proses ini
melihat pentingnya proses ini melihat pentingnya mengalihfungsikan individu
yang tadinya obyek menjadi subyek.
1. Prinsip Mengutamakan yang Terabaikan
Sering kali program-program pengembangan tidak melibatkan masyarakat
yang terabaikan. Meskipun secara retorika politik, program tersebut disusun di
atas derita masyarakat terabaikan (masyarakat hanya sebagai sarana program
untuk memperoleh program). Dengan demikian, diperlukan keterlibatan
orang-orang yang selama ini terpinggirkan, seperti kaum marginal ibu kota
dan perempuan.
2. Prinsip Pemberdayaan (Penguatan) Masyarakat
Banyak program pemberdayaan masyarakat berorientasi pada bantuan fisik.
Program ini

umumnya berdampak negatif, karena justru meningkatkan

ketergantungan masyarakat pada bantuan dan pihak luar. PRA bertujuan lain,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

PRA bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam

menganalisa keadaannya dan meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri
dengan menggunakan sumber daya setempat serta menurun ketergantungan
kepada pihak luar. Semua itu dilakukan agar kelak sifat kemandirian
terbangun dan terbebas dari belenggu para pemilik kuasa modal.
3. Facilitating, They Do It
Sering kali masyarakat diikutkan dalam suatu program tanpa diberikan
pilihan. Pihak luar melaksanakan program tersebut. PRA dilakukan oleh
masyarakat. Pihak luar hanya berperan sebagai pendamping atau fasilitator.
Jadi bukannya masyarakat yang harus berpartisipasi, tetapi orang luarlah yang
harus berpartisipasi dalam program masyarakat. Inilah yang disebut dengan
proses kemandirian. Sebagai seorang yang memiliki pengetahuan modern,
fasilitator tidak berhak untuk mendikte dan mendominasi masyarakat.
4. Prinsip Saling Belajar dan Menghargai Perbedaan (seeking diversity)
PRA adalah suatu proses belajar berdasarkan pengalaman. Setiap orang harus
didudukkan sebagai manusia yang berpotensi dan setiap orang berpengalaman
yang berbeda. Justru perbedaan-perbedaan ini merupakan kesempatan yang
baik untuk saling berbagi belajar bersama. Dengan kesamaan posisi tersebut,
akan terbentuk sebuah pemahaman terhadap perbedaan tanpa justifikasi
kebenaran dan kesalahan yang bersifat mutlak.
5. Prinsip Terbuka, Santai dan Informal
Untuk mencipatakan keterbukaan di antara masyarakat, diperlukan suasana
yang santai dan informal. Tidak ada sifat canggung yang membelenggu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

pemikiran masyarakat untuk mengutarakan segala pendapatnya. Tentu saja
suasana ini harus tercipta agar setiap proses diskusi berjalan dengan maksimal.
Dengan demikian data yang diperoleh akan menjadi valid.
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini
didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang
mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit.
Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini
berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan
cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya
pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan
(charity),

pemberdayaan

sebaliknya

harus

mengantarkan

pada

proses

kemandirian. Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:
1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki
oleh

masyarakat,

supaya

mereka

dapat

melakukan

sesuatu

(pembangunan) secara mandiri.
2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan
dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat
mampu mandiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

B. Teori Pembebasan Freire
Freire Paulo adalah seorang tokoh pendidikan kritis, seorang filsuf yang
merupakan

kelahiran Brazil 19 September 1921 tepatnya di daerah Recife,

sebelah timur laut Brazil3. Saat itu merupakan pusat salah satu daerah paling
terbelakang di dunia ketiga. Freire berasal dari keluarga menengah, tetapi ia sejak
kecil hidup dalam situasi miskin karena keluarganya tertimpa kemunduran
finansial, yang diakibatkan oleh krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat
sekitar tahun 1929 dan juga imbasnya juga sampai ke Brazil4. Namun, Freire
terlahir dari kalangan keluarga demokratis, menghargai dialog dan memperluas
kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk mengemukakan ekspresi
pribadi masing-masing.
Freire, meskipun tidak termasuk dari kalangan mampu , akan tetapi ia
mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Tentunya
di sini sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya dalam
berfikir dan bertindak. Sehingga karakter yang sangat mencolok bagi Freire
adalah seorang yang sangat terbuka, menghargai pendapat orang lain dan selalu
mengedepankan dialog. Pada zamannya Freire dapat dikatakan “zaman
ketertindasan”. Keadaan ini justru meninggalkan pengaruh kuat dalam hidupnya,
ketika ia merasakan gerogotan sakit kelaparan. Pada usia 11 tahun Freire
menyatakan tekad mengabdikan hidupnya bagi perjuangan melawan kemiskinan
sehingga anak-anak lain tidak akan mengenal penderitaan seperti yang
dirasakannya semasa hidupnya.
3
4

Mu’arif, Wacana Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: IRCiSoD,2005)., hlm. 68.
Muh. Hanif Dhakiri, Paulo Freire Islam Pembebasan, (Jakarta: Penerbit Pena, 2000), hlm. 17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Freire menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Recife. Dari
sinilah kemudian Freire mengasah dan menggembleng diri untuk memperdalam
pengetahuan filsafat dan psikologi bahasa yang secara tidak langsung menjadi
bekal untuk memperkuat konsep-konsep kritisnya. Pengaruh pemikirannya, tidak
hanya dalam pendidikan saja, tetapi dalam teori-teori sosial modernpun sempat
merujuk pada buah pemikirannya. Pemikiran kritis Paulo Freire telah
menghegemoni (menguasai) wilayah-wilayah teoritis maupun praktis dalam
bidang pendidikan. Kecenderungan Freire lebih ke arah pendalaman konsep
pendidikan ketika Freire menjalani mahligai rumah tangga bersama Elza Maria
Costa Oliveira, pada tahun 1944. Hal ini berpengaruh pada jiwanya yang
sebelumnya padahal lebih menghegemoni filsafat dan psikologi bahasa5.
Sewaktu masih muda, Paulo Freire banyak menelaah karya-karya Karl
Marx, Maritain, Bernanos dan Mounier. Tidak hanya itu beberapa pemikiran dan
para filosof sebelumnya juga tidak luput dari kehausan intelektualnya. Sebut saja
Erich Fromm, Jean Paule Sartre, Friedrich Nietzche, Antonio Gramschi dan
sebagainya. Literatur yang banyak itu kemudian semakin mematangkan konsepkonsepnya. Freire telah berhasil menarik buah pemikiran para tokoh sebelumnya
menajdi bangunan konseptual yang berpengaruh di dunia pendidikan khususnya6.
Pada tahun 1959, ia meraih gelar doctor dalam bidang sejarah dan filsafat
pendidikan. Freire yang kemudian berkarir di bidang pendidikan masyarakat,
memberi perhatian besar pada awal tahun 60-an pada berjuta-juta rakyat Brazil
yang tidak berhak ikut pemilihan umum karena tidak mampu membaca dan
5
6

Agung Prihantoro, Pendidikan sebagai Proses, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 9.
Ibid., hlm. 69.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

menulis. Dengan kegigihan yang tidak pernah surut Freire terlibat dalam gerakan
pemberantasan buta huruf, yang oleh lawan-lawannya dinilai sebagai gerakan
penghimpunan kekuatan. Ia dianggap orang berbahaya (segala ancaman) bagi
pemerintah ketika itu.
Akibatnya, Freire segera dipenjara setelah kudeta militer pada tahun 1964.
Ia dibebaskan tujuhpuluh hari kemudian dan diperintahkan segera meninggalkan
negerinya. Freire pergi ke Chili, di mana kemudian ia menghabiskan lima tahun
dari waktunya untuk bekerja pada UNESCO dan lembaga pembaruan pertanian
Chili dalam program-program pendidikan masyarakat. Freire pernah menjadi
konsultan di Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Harvard dan bekerja pada
suatu kelompok terbatas para ahli yang bergerak dalam percobaan-percobaan
pendidikan baru di wilayah pedesaan dan perkotaan. Pada tahun 1970, Freire
ditunjuk sebagai penasehat pada kantor pendidikan dewan gereja-gereja sedunia di
Jenewa, Swiss.
Freire terlibat dalam gerakan sosial dan pendidikan orang dewasa,
khususnya gerakan yang berhubungan dengan budaya rakyat dan “gerakan
masyarakat bawah” di gereja Katholik. Dengan bekerja bersama petani dan buruh
terutama di wilayah miskin Brazil Timur Laut, di sanalah pertamakali ia
mengembangkan metodenya yang berpengaruh untuk menghadapi persoalan buta
huruf (illiteracy). Fokusnya pada peran pendidikan dalam perjuangan kaum
tertindas dicirikan perpaduan yang langka, komitmen politik dan perspektif

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

radikalnya menyatu dengan kesederhanaan pribadi pandangan etika yang kuat,
dan koherensi (konsistensi) intelektual yang mengesankan7.
Sebagai pendidik Freire begitu optimis meskipun dikungkung oleh
kemiskinan, penjara, dan pembuangan. Dialah pemimpin dunia yang eksis
memperjuangkan keadilan dan kebebasan bagi orang kelas marginal (pinggiran)
yang menyusun “kebudayaan diam” di banyak wilayah. Untuk itulah Freire
berusaha membangkitkan kesadaran di hati setiap orang agar bertindak mengubah
kenyataan yang selama ini membelenggu sebagian besar dari mereka yang
miskin8.
Freire adalah pendidik, teolog, humanis, sosialis dan bahkan dianggap
mesias dunia ketiga (khususnya masyarakat Amerika Latin). Ia tidak hanya
seorang yang kontroversial dengan metode pendidikan revolusionernya. Namun,
juga sosok yang sulit diterka. Perkembangan ide-ide kependidikannya dari tiap
tahap kehidupan dan tiap pekerjaan yang dilakoninya cukup menjadikan ia
seorang pembebas pejuang dunia ketiga yang sulit ditebak. Pemikiran
kependidikannya selalu mencerminkan nada gugatan, protes, dan berontak
terhadap segala bentuk pendidikan yang telah mencerabut manusia dari
kesadarannya9. Kondisi inipun terasa pada zaman sekarang apa yang menjadi
perjuangan Freire.

7

Joy A. Palmer (ed), 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang,(Yogyakarta:
Jendela,2003)., hlm. 233.
8
Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Yogyakarta: Logung Pustaka,2004), hlm.
21-22.
9
Abdul Malik Haramain, dkk., Pemikiran-pemikiran Revolusioner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm. 145.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Freire menghembuskan nafas terakhir pada hari Jum’at tanggal 2 Mei
1997 kematiannya diawali dengan serangan jantung yang kemudian menjadi
sebab dari akhir hidupnya. Nama Paulo Freire menjadi semakin harum setelah
buah pikirannya banyak dipertimbangkan oleh berbagai kalangan, terutama bagi
kalangan praktisi pendidikan. sehingga Paulo Freire terkenal dengan pendidikan
kritis menuju pembebasan yang saat ini menjadi trend pendidikan ideal. Faktor
penting dalam gerakan pendidikan dan pembebasan adalah perkembangan
kesadaran (conscientization). Freire berupaya untuk mendobrak proses pendidikan
tradisional “sistem bank” di mana guru mentransfer pengetahuan kepada murid.
Guru berposisi sebagai subyek, sedangkan murid sebagai obyek. Dalam sistem ini
tidak terjadi komunikasi sebenarnya antara guru dan murid sehingga pendidikan
hanya akan memperkuat struktur yang menindas. Pendidikan menjadi alat
dominasi yang dimanfaatkan untuk penjinakan atau penindasan secara sistematik.
Menurut Paulo Freire “education as the practice of freedom”10 pendidikan
pembebasan adalah membuat mereka yang tertindas (istilah yang digunakan
Freire) atau terbelenggu suatu keadaan menjadi suatu kemerdekaan, kemandirian,
tak terikat atau terjerat dalam keadaan yang mendominasi dirinya. Sebenarnya
Freire ingin mengajak atau mengarahkan pendidikan untuk membentuk manusia
bebas, manusia otonom yang menguasai dirinya sendiri, juga bagaimana
mengarahkan pendidikan agar manusia berfikir kritis dan menganggap dirinya
sebagai subyek atas dunia dan realitas.

10

Carolina, Education for Critical Paulo Freire Consciousness, (New York: The Continum Publishing
Company, 2000), hlm. vii.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dokumen yang terkait

Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

1 64 141

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DESA (Studi pada Pemuda di Dusun Kupang Kidul Desa Kupang Kecamatan Ambarawa)

5 53 112

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PEMUDA DESA MELALUI KEGIATAN KEPEMUDAAN KARANG TARUNA Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Pemuda Desa Melalui Kegiatan Kepemudaan Karang Taruna (Studi Kasus Pada Karang Taruna “Gapura” Dukuh Purosari Desa Kembang Kecam

0 2 20

PENDAHULUAN Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Pemuda Desa Melalui Kegiatan Kepemudaan Karang Taruna (Studi Kasus Pada Karang Taruna “Gapura” Dukuh Purosari Desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali).

0 2 7

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PEMUDA DESA MELALUI KEGIATAN KEPEMUDAAN KARANG TARUNA Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Pemuda Desa Melalui Kegiatan Kepemudaan Karang Taruna (Studi Kasus Pada Karang Taruna “Gapura” Dukuh Purosari Desa Kembang Kecam

0 0 14

Pelatihan Pambyawara Para Pemuda Karang Taruna Putus Sekolah di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

0 1 1

DAKWAH PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI KARANG TARUNA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN.

1 1 128

Pemberdayaan Pemuda Karang Taruna Dalam Membangun Desa Wisata Melalui Pelatihan English For Guiding

0 0 8

Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Di Desa Jembul Dan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Implementation of Village Fund Allocation Policy 2011 in Sumengko Jembul Village Jatirejo District, Mojokerto

0 0 9

PEMUDA KARANG TARUNA “SEJATI” DAN PEMBANGUNAN DI DESA ALENANGKA KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI

0 1 94