Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

(1)

RESPON KELOMPOK PEMUDA TERHADAP PROGRAM

PELAYANAN SOSIAL OLEH KARANG TARUNA GIAT

BERSAMA DI DESA AJIJULU KECAMATAN TIGA PANAH

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NOVANTA BR SITEPU 070902035

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Novanta br Sitepu Nim : 070902035

ABSTRAK

Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 111 halaman, 36 tabel, 21 kepustakaan serta lampiran)

Karang taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa / Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa / Kelurahan yang bersangkutan. Karang taruna Giat Bersama Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo juga memiliki program yaitu program pelayanan sosial yang terdiri dari beberapa jenis kegiatan diantaranya adalah kegiatan sosial dan kesejahtraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut melibatkan kelompok pemuda yang ada di desa Ajijulu sehingga perlu diketahui respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 176 orang. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yaitu sampel dipilih secara acak, dan sampel dalam penelitian ini 25% dari 176 orang yaitu 44 orang. Metode pengumpulan data yaitu observasi, kuesioner dan wawancara. Teknik analisa data menggunakan Skala Likert untuk mengukur persepsi, sikap dan partisipasi kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan Skala Likert.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial adalah positif, dimana persepsi kelompok pemuda terhadap program bernilai 0,74, sikap kelompok pemuda bernilai 0,70, partisipasi kelompok pemuda bernilai 0,545 serta hasil rata-rata skala penilaian adalah 0,66. Dalam pelaksanaan program pelayanan sosial masih ada hambatan seperti kinerja karang taruna yang lebih mementingkan kepentingan sendiri serta minimnya dana di dalam pelaksanaan program pelayanan sosial, hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pihak terkait. Hasil yang diperoleh menjadi gambaran bagi karang taruna Giat Bersama khususnya untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerja program pelayanan sosial di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis diberikan kekuatan mental, pikiran, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Tuti Atika, M.si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak Matius Perangin-angin, selaku Kepala Desa Ajijulu yang telah memberikan izin penelitian di desa tersebut.

6. Kepada Kedua Orangtua saya, Bapak M. Sitepu dan Mama tersayang E. Br Ginting yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini. Demikian pula terima kasih buat Kakakku, kak Prelina dan keluarga , kak Mega dan keluarga, kak Deviana dan keluarga, kak Restina dan keluarga, Adekku Sri Ulina yang memberi dukungan dan perhatiaannya. 7. Sahabat-sahabat distambuk 2007 IKS, buat my best friend seperti Yohana,

Franz, Sunario, Alex. Semoga Berhasil kita semua Amin. Dan buat tema-teman lain tema-teman- tema-teman 07 yang tak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kenangan yang indah ini.

8. Abangku Afrianto, terima kasih buat semuanya.

9. Teman-teman di PKBM HANUBA, Bang Jontar, Bang Sando, Bang Wanto, Bang Sultan, Kak Manogu, dan Julita serta semua warga belajar, terima kasih buat semuanya. Print yang gratis dan canda tawa setiap hari.


(5)

10. Teman-teman di kos Gg. Sederhana No. 29 yang membantu, menginspirasikan dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini, sukses selalu buat kita.

11. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan. Biarlah ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak terkait.

Medan, Desember 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... .x

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 13

2.2 Pemuda ... 20

2.3 Program Pelayanan Sosial ... 24

2.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... 24

2.3.2 Ciri-ciri Pelayanan Sosial ... 28


(7)

2.3.4 Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial ... 30

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 40

2.5 Karang Taruna ... 42

2.5.1 Pengertian Karang Taruna ... 42

2.5.2 Tujuan, Tugas dan Fungsi Karang Taruna ... 44

2.6 Kerangka Pemikiran ... 47

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 50

2.7.1 Defenisi Konsep ... 50

2.7.2 Defenisi Operasional ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 54

3.2 Lokasi Penelitian ... 54

3.3 Populasi dan Sampel ... 55

3.3.1 Populasi ... 55

3.3.1 Sampel ... 55

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Ajijulu ... 59

4.2 Letak Geografis ... 60

4.3 Orbitasi ... 60


(8)

4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan ... 60

4.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

4.5 Sarana dan Prasarana Desa Ajijulu ... 62

4.5.1 Sarana Rumah Ibadah ... 62

4.5.2 Sarana Kesehatan ... 62

4.5.3 Sarana Air Bersih ... 63

4.6 Lembaga Kemasyarakatan ... 64

4.7 Karang Taruna Giat Bersama ... 65

4.7.1 Anggaran Dasar Karang Taruna Giat Bersama ... 65

4.7.2 Jenis-jenis Program Pelayanan Sosial Karang Taruna Giat Bersama ... 66

4.7.3 Susunan Kepengurusan Karang Taruna Giat Bersama ... 67

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Analisis Identitas Responden ... 71

5.2 Analisis Data Penelitian ... 75

5.2.1 Persepsi Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial ... 76

5.2.2 Sikap Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial ... 89

5.2.3 Partisipasi Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial ... 99

5.2.4 Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama ... 106


(9)

5.3 Temuan Studi Lapangan ... 108

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... 110 6.2. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

4.1 Penggunaan Wilayah Desa Ajijulu ... 61

4.2 Sarana Rumah Ibadah Desa Ajijulu ... 62

4.3 Sarana Kesehatan Desa Ajijulu ... 63

4.4 Sarana Air Bersih Desa Ajijulu ... 63

4.2 Lembaga Kemasyarakatan Desa Ajijulu ... 64

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 72

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 73

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 74

5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 75

5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Adanya Penjelasan Mengenai Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama ... 77

5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Mengenai Penjelasan Program Pelayanan Sosial yang Diberikan... 78

5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jenis-Jenis Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama... 79

5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jenis Kegiatan Sosial dalam Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama ... 80


(11)

5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jenis Kegiatan dalam Program Kesejahteraan Masyarakat oleh Karang

Taruna Giat Bersama ... 81 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan

Program Kegiatan Sosial dan Program Kesejahteraan Masyarakat oleh Karang Taruna Giat Bersama ... 82

5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Manfaat dari Program Kegiatan Sosial dan Program Kesejahteraan Masyarakat ... 83 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Kepengurusan

Karang Taruna Giat Bersama... 84 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Orang-orang

yang Terlibat dalam Program Pelayanan Sosial ... 85 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Kemampuan Anggota Karang Taruna dalam Menjalankan Program Pelayanan Sosial ... 86 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Mengenai

Langkah Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial ... 87 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai Pelaksanaan

Program Pelayanan Sosial yang Sekarang dengan Program Pelayanan Sosial Sebelumnya ... 88 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Pelayanan

Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama... 90 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Program Kegiatan Sosial


(12)

5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Keberadaan Jenis-jenis Kegiatan

dalam Program Kesejahteraan Masyarakat ... 93 5.22. Distribusi Responden Berdasarkan Keberadaan Program Pelayanan

Sosial Mampu Memanfaatkan Sumber-Sumber Daya yang Ada ... 95 5.23. Distribusi Responden Berdasarkan Keberadaan Kegiatan Sosial yang

Dilakukan di Salah Satu Rumah Penduduk ... 96 5.24. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Karang Taruna Giat

Bersama dalam Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial ... 97 5.25. Distribusi Responden Berdasarkan Keberadaan Program Pelayanan

Sosial dapat Meningkatkan Kreativitas ... 98 5.26. Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan dalam Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial ... 100 5.27. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Jenis-jenis Kegiatan Program Kegiatan Sosial ... 101 5.28. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Jenis-jenis

Kegiatan Program Kesejahteraan Masyarakat ... 102 5.29. Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Langsung dari Program

Pelayanan Sosial... 103 5.30. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Kinerja Karang Taruna dalam Menjalankan Program Pelayanan Sosial ... 104

5.31. Distribusi Responden Berdasarkan Kesanggupan Jika Dilibatkan


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I :Tabel Penskoran Respon Kelompok Pemuda terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Novanta br Sitepu Nim : 070902035

ABSTRAK

Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 111 halaman, 36 tabel, 21 kepustakaan serta lampiran)

Karang taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa / Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa / Kelurahan yang bersangkutan. Karang taruna Giat Bersama Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo juga memiliki program yaitu program pelayanan sosial yang terdiri dari beberapa jenis kegiatan diantaranya adalah kegiatan sosial dan kesejahtraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut melibatkan kelompok pemuda yang ada di desa Ajijulu sehingga perlu diketahui respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 176 orang. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yaitu sampel dipilih secara acak, dan sampel dalam penelitian ini 25% dari 176 orang yaitu 44 orang. Metode pengumpulan data yaitu observasi, kuesioner dan wawancara. Teknik analisa data menggunakan Skala Likert untuk mengukur persepsi, sikap dan partisipasi kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan Skala Likert.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial adalah positif, dimana persepsi kelompok pemuda terhadap program bernilai 0,74, sikap kelompok pemuda bernilai 0,70, partisipasi kelompok pemuda bernilai 0,545 serta hasil rata-rata skala penilaian adalah 0,66. Dalam pelaksanaan program pelayanan sosial masih ada hambatan seperti kinerja karang taruna yang lebih mementingkan kepentingan sendiri serta minimnya dana di dalam pelaksanaan program pelayanan sosial, hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pihak terkait. Hasil yang diperoleh menjadi gambaran bagi karang taruna Giat Bersama khususnya untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerja program pelayanan sosial di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Generasi muda merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka generasi muda perlu mendapatkan perhatian khusus dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani maupun sosial, sehingga perlu adanya upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil guna.

Pembicaraan mengenai generasi muda tidak pernah terlepas dengan adanya berbagai permasalahan yang sangat bervariasi, sedangkan permasalahan tersebut tidak dapat diatasi secara proporsional sendiri-sendiri. Jika hal ini dibiarkan maka pemuda akan kehilangan jati diri sebagai pemuda penerus bangsa. Bahkan akan sangat berbahaya bila generasi muda akan terjerumus ke dalam tindakan-tindakan yang negatif dan merugikan diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan agama.


(17)

Selain menghadapi berbagai permasalahan, sebenarnya pemuda juga memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus diarahkan, dibina dan digarap dengan baik dan benar. Pembinaan dan pengembangannya hendaknya harus sesuai dengan asas, arah dan tujuan yang jelas serta berkesinambungan.

Generasi muda termasuk cita-cita penerus bangsa yang memiliki jumlah yang bisa dibilang tidak sedikit. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah generasi muda/pemuda di atas 15 tahun adalah sekitar 61.879.378 jiwa atau sekitar 30% dari seluruh penduduk di Indonesia.

Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan pola dasar pembinaan dan pengembangan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta berlangsung secara terus-menerus. Pada tahapan dan pembinaan generasi muda, melalui proses kematangan dirinya dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, sehingga diharapkan pemuda dapat hidup ditengah-tengah masyarakat dan memiliki motivasi sosial yang tinggi.


(18)

Adanya usaha pemberdayaan guna meningkatkan peran serta pemuda dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting. Kegunaannya adalah supaya generasi muda dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat yang trampil dan aktif berpartisipasi secara produktif. Hal tersebut bermakna bahwa pengangguran harus ditangani. Siapapun orangnya baik secara perorangan maupun kelompok mempunyai tanggung jawab agar generasi muda tidak menjadi pengangguran. Caranya yaitu bagi yang memiliki kemampuan finansial bisa mendirikan tempat-tempat kegiatan, pelatihan ketrampilan/kejuruan atau membiayai mereka untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut. Bagi yang tidak memiliki kemampuan finansial, dapat melakukannya dengan memberikan/mencarikan informasi baik kepada anak atau kepada orang tuanya, juga dapat menginformasikan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan, lembaga pelatihan bahwa generasi muda di lingkungannya membutuhkan kegiatan, latihan ketrampilan/kejuruan.

Dengan adanya penanganan pengangguran, generasi muda akhirnya memiliki kegiatan positif dan juga memiliki bekal ketrampilan yang cukup, yang pada akhirnya generasi muda memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Di dalam prinsip-prinsip pekerjaan sosial di kenal dengan istilah ”membantu individu, kelompok maupun masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri”.

Untuk mewujudkan tujuan generasi muda tersebut, usaha pemerintah juga sangat diperlukan. Salah satu usaha pemerintah didalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah dengan membuat berbagai program. Program-program yang dibuat tersebut selanjutnya diserahkan kepada masyarakat


(19)

untuk dapat dijalankan dan menuntut partisipasi masyarakat didalam pelaksanaannya.

Salah satu program tersebut adalah Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan, kepedulian, pelestarian dan pendayagunaan nilai dasar kesejahteraan sosial, dan ketahanan sosial masyarakat, khususnya organisasi sosial (Orsos), tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM)/relawan sosial, dan dunia usaha.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan sosial dan masyarakat (TKSM/relawan sosial, Karang Taruna, organisasi sosial termasuk kelembagaan sosial di tingkat lokal), meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS, membentuk jejaring kerjasama pelaku-pelaku UKS masyarakat termasuk organisasi sosial tingkat lokal dan meningkatkan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan.

Karang Taruna merupakan salah satu lembaga perwujudan dari kegiatan pokok Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial yang berada di tingkat lokal. Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa / Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga / Organisasi yang bergerak di bidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan berfungsi sebagai subyek.(http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=35 5, tanggal akses 18 November2009, Pkl 12:29 Wib)


(20)

Sebagai contoh perwujudan dari bentuk perhatian kepada generasi, pada tanggal 7 Juni 2010 Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tuban bekerja sama dengan UPT PSRT Bojonegoro dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) telah mengadakan seleksi bagi Calon Siswa UPT PSRT Bojonegoro, Tempat di Aula Bidang Sosial pada Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tuban dengan sasaran remaja anggota Karang Taruna yang diakibatkan oleh masalah sosial ekonomi, pengangguran, tidak memiliki ketrampilan, tingkat pendidikan rendah dan persyaratan untuk menjadi calon siswa. pada tanggal 30 Agustus 2010 pukul 19:02 wib)

Daerah lain yang menjalankan program karang taruna adalah lingkungan RW. XV Per. Mangun Jaya Indah II, Ds. Mekarsari, Tambun Selatan – Bekasi. Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang sekarang sedang dikampanyekan pemerintah kabupaten Bekasi untuk meraih Adipura, sebagai bagian dari masyarakat betapa pentingnya kebersihan dan jika kita lihat terjadi berbagai tragedi lingkungan, dari banjir yang masih setia mendatangi Jabodetabek saban musim hujan, pencemaran air di Teluk Buyat, sampai longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, dan jebolnya tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, yang menewaskan lebih dari 100 orang saudara-saudara kita. Kegiatan sosial yang semakin jarang dilakukan pada sekarang ini ialah Kerja Bakti, dan dalam kesempatan ini Pengurus Karang Taruna RW. XV Perumahan Mangun Jaya Indah II melakukan kegiatan ini di beberapa tempat ibadah dan mudah-mudahan ini akan terus bisa dilanjutkan karena akan tumbuh


(21)

rasa kebersamaan antar sesama warga masyarakat khususnya yang ada di lingkungan Perumahan Mangun Jaya Indah II.

Kepedulian terhadap tempat-tempat ibadah di Masjid Darul Muttaqien dan Mushola Al-Ukhuwah telah dilakukan kebersihan lingkungan dan sebagai bagian dari masyarakat anggota dan Pengurus Karang Taruna ikut serta bersama-sama pengurus DKM melaksanakan kegiatan ini. Aksi Sosial ‘Kerja Bakti’ yang dilakukan oleh pengurus dan anggota Karang Taruna RW. XV Perumahan Mangun Jaya Indah II tersebut, merupakan wujud Pengabdian Para Pemuda kepada Masyarakat dan kegiatan ini telah menambah satu lagi rentetan satu bukti nyata bahwa Para Pemuda memiliki potensi positif yang patut di perhatikan keberadaannya sebagai salah satu komponen kekuatan sosial Masyarakat Perumahan Mangun Jaya Indah II. diakses tanggal 30 Agustus 2010 pukul 19:01 wib)

Karang Taruna di daerah Bali, Karang Taruna Eka Taruna Bhakti merupakan satu-satunya organisasi Karang Taruna di Kecamatan Denpasar Timur yang melaksanakan program dengan tujuan untuk mengatasi masalah pengangguran. Dengan adanya program ini diharapkan permasalahan pengangguran di Desa Sumerta Kelod pada khususnya dapat diatasi. Selain itu dengan adanya kegiatan ini diharapkan agar memacu organisasi-organisasi lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan pengangguran yang ada tersebut.

Sasaran dari program penanggulangan pengangguran ini adalah meningkatkan kesejahteraan dari warga Desa Sumerta Kelod serta membantu setiap warga Sumerta Kelod yang sudah memiliki usaha ataupun juga warga Desa Sumerta Kelod yang masih mencari pekerjaan untuk disalurkan ke


(22)

perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Implementasi logis dalam hal ini demi keberlangsungan dan keberhasilan program penanggulangan pengangguran adalah diperlukan adanya pemantauan secara berkala dan teratur oleh petugas terkait. Hal ini perlu dilakukan karena dengan adanya pemantauan yang teratur maka segala permasalahan yang terjadi di lapangan akan dapat diketahui secara cepat sehingga permasalahan yang ada di lapangan tersebut dapat pula dipecahkan serta diatasi secara cepat agar tidak mengganggu pelaksanaan program di masa yang akan datang.

Sayangnya, sampai saat ini setelah 3 tahun berjalannya program penanggulangan pengangguran, dari pihak Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” belum dilakukan pemberian kredit bagi masyarakat yang mengikuti program penanggulangan pengangguran ini. Berikutnya yang dapat diberikan adalah perlu adanya kemudahan bagi para peserta program dalam memperoleh kredit. Dalam hal ini perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah dalam kemudahan pemberian kredit. Pemberian kredit ini diperlukan agar para peserta mampu untuk lebih mengembangkan usaha yang dibangunnya sehingga kesejahteraan masyarakat di Desa Sumerta Kelod bisa lebih ditingkatkan. Selain itu dalam pelaksanaan program penanggulangan pengangguran ini, banyak dilakukan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah maupun swasta.

Kerjasama seperti ini perlu terus dilakukan dan perlu lebih ditingkatkan karena dengan adanya kerjasama dengan instansi-instansi lain dalam memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para peserta program maka keterampilan dan keahlian dari para peserta program akan lebih meningkat. Mengingat semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini, apalagi di daerah perkotaan,


(23)

maka dianjurkan dalam pelaksanaan program ini bagi warga masyarakat yang mengikuti program tersebut sebaiknya diarahkan agar warga masyarakat mampu untuk berwirausaha atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sehingga keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh warga masyarakat dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu perlu adanya kesadaran dari warga masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan program penanggulangan pengangguran ini mengingat banyak manfaat yang akan bisa diperoleh dengan mengikuti program tersebut.

Propinsi Sumatera Utara juga tidak terlepas dari program karang taruna. Usaha di bidang kesejahteraan sosial ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang lanjut usia, anak terlantar, para penderita cacat, fakir miskin, tuna sosial, anak nakal dan korban narkotika. Di samping itu akan diusahakan peningkatan pembinaan organisasi dan yayasan-yayasan sosial yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Untuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di daerah pedesaan dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga PSM (pekerja sosial masyarakat). Peranan dan fungsi wanita di berbagai kegiatan sosial akan lebih digairahkan, sedangkan pembinaan karang taruna akan ditingkat-kan dan kegiatannya aditingkat-kan dipaduditingkat-kan dengan program pembinaan generasi muda serta di samping itu karang taruna baru akan dibentuk bagi yang belum memiliki.

Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Langkat, wadah Karang Taruna menjadi agen pemberdayaan sosial dalam menggerakkan pembangunan Desa/Kelurahan serta sumber utama rekruitmen pendamping sosial. Pemkab Langkat melalui Bupati telah berkomitmen bahwa penyandang


(24)

Permasalahan Sosial akan mendapat perhatian khusus sesuai kemampuan keuangan daerah, dan peran pihak ketiga maupun swasta melaui Karang Taruna untuk terus bergerak melakukan pendekatan-pendekatan dan langkah mengatasi masalah-masalah yang muncul dengan pendekatan persuasif.

Kabupaten Karo juga merupakan salah satu daerah yang menjalankan program karang taruna di provinsi sumatera utara, termasuk di dalamnya Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Sebagai wujud pelaksanaannya, para pemimpin dan organisasi masyarakat memutuskan hasil musyawarah antara kepala desa, LKMD, LMD dan Masyarakat Desa Ajijulu Hari : Sabtu Tanggal 2 Desember 1995 dan membentuk karang taruna diberi nama “Karang Taruna Giat Bersama”.

Bentuk –bentuk program yang dijalankan oleh karang taruna Giat Bersama terdiri dari Kegiatan Sosial, seperti mengujungi serta membantu kegiatan pada orang kemalangan dan membantu pesta adat kapan saja diperlukan. Kegiatan Kesenian, seperti mengembangkan bakat di bidang kesenian dari anggota Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu sendiri dan melestariakan Pakaian Adat. Kegiatan Gotong Royong, seperti membersihkan Lingkungan dengan kegiatan diantaranya menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan, membuat pagar hidup serta memeliharanya, membersihkan rumah Ibadah, membantu masyarakat dalam pesta adat dan kemalangan. Kesejahteraan Masyarakat, yang diperhatikan Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajujulu yaitu melaksanakan perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan, melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahtraan masyarakat, Usaha ekonomis produktif yang bersifat menambah pendapatan. Kegiatan Olahraga yaitu mengolahragakan


(25)

masyarakat serta memasyarakatkan olah raga dan mengadakan pertandingan sekali setahun dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia.

(Modul Musyawarah karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu, 1995)

Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya menjadi sebuah penelitian yang berjudul “Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial Oleh Karang Taruna Giat Bersama Di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial oleh karang taruna Giat Bersama di desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

Dalam penelitian ini , penulis akan membatasi permasalahan. Setelah mengetahui banyaknya program yang dilaksanakan oleh Karang Taruna Giat Bersama, maka peneliti membatasi pokok pembahasan. Dalam penelitian ini, penulis lebih fokus untuk membahas Program Kegiatan Sosial dan Program Kesejahteraan Masyarakat.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial oleh


(26)

Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap Karang Taruna dimanapun berada sehingga menjadi acuan didalam peningkatan kualitas program pelayanan sosial yang dilakukan.


(27)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat Penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Karang Taruna dan struktur organisasi, dan gambaran umum lokasi Penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil Penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon

Respon dikatakan Darly Beum sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku yang kuat. Sementara itu Scheerer menyebutkan respon merupakan proses pengorganisasian langsung dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga sering terjadi representasi fenomenal dari rangsangan proksimal (Sarwono, 1998:84)

Pada pengamatan berlangsung perangsang-perangsang. Stimulus berarti rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang (Dzamarah,2002:23)

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada, jadi jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Dalam ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melaui persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat.

Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses menginterprestasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson menunjuk bagian kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai gejala sesuatu yang dialami manusia. Berdasarkan uraian diatas, William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk


(29)

atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap indera kita, serta sebagian yang lainnya. Diperolehnya dari pengolahan ingatan (memory), kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar.

Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah ilusi. Ilusi muncul karena akibat keterbatasan kemampuan indra kita, dan ilusi bukanlah suatu tipuan (trick) ataupun persepsi-persepsi yang salah (misperception). Morgan, King, Weisz, dan schopler memandang bahwa ilusi adalah suatu persepsi, tetapi ia sebut persepsi karena tidak sejalan dengan persepsi lain.

Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi. Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan.

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah: 1. Motif dan kebutuhan


(30)

2. Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

3. Minat (interest).

Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:

1. Intensitas dan ukuran, misalnya makin keras suatu bunyi maka akan semakin menarik perhatian orang.

2. Kontras dengan hal-hal baru. 3. Pengulangan.

4. Pergerakan (Adi, 2000:15)

Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni menyenangi, mendekati, mengharapkan suatu objek atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek (Adi, 2000:178).

Mengenai sikap, thurstone mengajukan pendapat:

“An attitudes the degree of positive or negative affect associated with some phsysicological object thurstone means any symbol, pharase, slogan, person, institution, ideal or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect”.


(31)

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik bersifat positif maupun yang bersifat negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Thurstone melihat sikap hanya sebagai afeksi saja belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponene afeksi saja.

Disamping itu Rokeach memberikan pengertian tentang sikap sebagai berikut:

“An attitude is relatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in some preferintial”

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam pengertian sikap telah terkandung komponen kognitif dan komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespon, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap tanpa objek. Objek ini berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan sebagainya.


(32)

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.

d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000:179)

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting. Bahkan mutlak diperlukan untuk mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta (ikut serta) dalam proses pembangunan secara menyeluruh.

Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat dan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.

Partisipasi saja sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi juga hasil yang diharapkan dari program pengembangan


(33)

masyarakat. Dengan adanya partisipasi, kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan antara lain:

1. Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat, yang merupakan dukungan penting bagi pembangunan.

2. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam membangun.

3. Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

4. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas, meskipun dengan dana yang terbatas.

5. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Partisipasi yang sering juga disebut dengan peran serta atau ikut serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif (terorganisir) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi, hingga pembagunan atau perluasan. Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil oleh masyarakat (pelaku) untuk suatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:

1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima jadi berupa hasil pembangunan. Misalnya geduung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas mudah namun menikmatinya belum berarti memeliharanya.


(34)

2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan. Hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan dan setelah itu baru menikmati hasilnya. Misalnya dalam pembangunan jalan (pengerasan), masyarakat ikut serta dalam meratakan jalan dan menata atau merapikan batu. Pemugaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan dll.

3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi juga lebih penting karena mereka merasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya, biasanya masyarakat bersedia memelihara suatu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian dalam membangunnya, bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. Contoh lagi, masyarakat bersedia menanam dan memelihara bibit tanaman (dari proyek pembibitan) kalau masyarakat ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan disiapkan dan dilaksanakan.

4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasakan program tidak sesuai dengan aspirasinya (tetapi hal ini biasanya melakukannya secara bersembunyi-sembunyi).

Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan orang yang merespon dan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah kelompok Pemuda Desa


(35)

Ajijulu dan menjadi objeknya adalah Program pelayanan sosial khususnya Program Kegiatan Sosial dan Program Kesejahteraan Masyarakat.

2.2 Pemuda

Dalam buku Angelsaksis, istilah pemuda (youth) memperoleh arti yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Dalam buku tersebut dijumpai pemisahan antara adolesensi (12-18 tahun) dan masa pemuda (19-24 tahun).

Remaja usia 13 tahun menunjukkan perbedaan yang besar dengan remaja usia 18 tahun, lepas daripada perbedaan sosial-kultural dan seksual diantara para remaja sendiri. Dalam buku-buku Jerman dan Belanda memang secara global dibedakan antara pubertas dan adolesensi. Istilah pubertas datang dari kata puber (pubescent). Kata lain dari pubertas berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual. Pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks, 2004:263)

Bagi usia 12-18 tahun tugas perkembangannya adalah: 1. Perkembangan aspek-aspek biologis

2. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri.

3. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan/atau orang dewasa yang lain.


(36)

4. Mendapatkan pandangan hidup sendiri.

5. Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri.

Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut mereka mereka masih termasuk golongan kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam masyarakat. Pada umumnya mereka masih belajar di Sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi. Bila mereka bekerja mereka melakukan pekerjaan sambilan dan belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Banyak remaja yang sudah tidak sekolah namun juga belum mendapatkan sesuatu pekerjaan tertentu , khususnya di Indonesia.

Masalah pengangguran yang begitu diprihatinkan oleh Pemerintah Indonesia sebagian besar terdiri dari golongan remaja. Golongan remaja yang seakan-akan masih belum menentu keadaannya ini karena mereka, berhubung salah satu sebab, tidak dapat melanjutkan sekolah tetapi juga belum dapat bekerja, terdiri dari anak laki-laki maupun wanita. Meskipun di Indonesia ada kesempatan yang persis sama bagi laki-laki maupun wanita untuk menduduki jenjang karier pekerjaan dalam masyarakat, namun bagi wanita maka perkawinan masih sering merupakan penyelesaian yang baik bila seorang wanita yang tidak lagi bersekolah tetapi juga tidak mendapat suatu pekerjaan tertentu.

Remaja ada dalam tempat marginal. Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk dimasukkan


(37)

kategori anak daripada kategori dewasa. Baru pada akhir abad ke 18 maka masa remaja dipandang sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun begitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Dipandang dari segi sosial, remaja mempunyai suatu posisi marginal.

Ausubel menyebut status orang dewasa sebagai status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah status diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang tua (dan masyarakat). Remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini.

Batas antara masa remaja dan masa dewasa makin lama makin kabur. Pertama kali karena sebagian para remaja yang tidak lagi melanjutkan sekolah akan bekerja dan dengan begitu memasuki dunia orang dewasa pada usia remaja. Gadis-gadis yang kawin pada usia 18-19 tahun juga akan sudah memasuki dunia orang dewasa. Kalau dalam keadaan ini dapat dikatakan sebagai masa remaja yang diperpendek, maka keadaan yang sebaliknya dapat disebut sebagai masa


(38)

remaja yang diperpanjang, yaitu bila orang sesudah usia remaja masih hidup bersama orang tuanya, masih belum mempunyai nafkah sendiri dan masih ada di bawah otoritas orangtuanya. Hal semacam ini masih banyak terjadi di Indonesia.

Sebagai ciri khas anak muda di antara masa pubertas fisik dan kedewasaan yuridis-sosial, adalah bahwa dia dapat mewujudkan dirinya sendiri. Pada waktu itu anak muda membebaskan dirinya dari lingkungan orang tua. Hal ini tidak hanya berarti bahwa ia dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba untuk membebaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua, baik dalam segi afektif maupun dalam segi ekonomi seperti halnya pada remaja yang bekerja. Hal ini berarti bahwa remaja secara mental tidak suka lagi menurut pada orang tuanya.

Apa yang merupakan sifat khas perkembangan anak muda dalam masa hidup ini paling baik dapat dilukiskan dengan istilah emansipasi. Dalam proses seseorang, selama berkembang dan bersama-sama orang lain yang ada dalam keadaan yang sama, belajar untuk mengaktualisasi dirinya sebagai kelompok yang diperlakukan sama dan sebagai orang-orang yang di dalam kelompok itu mendemonstrasi individualitasnya sendiri. Hal ini dilakukan dengan membebaskan diri dari ikatan irasional yang membuat mereka menjadi kelompok yang didiskriminasi.

Di Indonesia batas kedewasaan adalah 21 tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya dianggap sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya. Tanggung jawab terhadap perbuatannya tadi berarti pula bahwa ia sudah dapat dikenai sangsi-sangsi pidana tertentu apabila ia melanggar peraturan hukum yang ada. Ditinjau


(39)

dari segi ini maka arti kedewasaan di sinipun mengandung arti juridis dan sosiologis (Monks, 2004:291)

Pemuda sering disebut generasi muda yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, yang merupakan pengertian ideologis dan kultural. Misalnya ‘pemuda harapan bangsa’, ‘pemuda pemilik masa depan’ dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.(Ahmadi, 2000:122)

2.3 Program Pelayanan Sosial 2.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tujuan dalam pencapaian kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial merupakan usaha pendorong, penawar, pengganti bagi keluarga yang institusi pendidikan; serta merupakan bagian dari mekanisme sosialisasi dan kontrol sosial keluarga, sekolah, dan pelayanan-pelayanan yang dirangkai untuk menyediakan sumber-sumber pribadi dan sosial yang esensial guna pelaksanaan peranan-peranan sosial yang efektif ( Sekarningsih, 1983:77)

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik


(40)

secara individu, maupun di dalam kelompok atau keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi terhadap kasus yang muncul dan dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi serta memiliki tujuan untuk membantu individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai penyesuaian dan keberfungsian yang baik dalam segala bidang kehidupan di masyarakat, yang terkandung dalam pelayanan dapat dikatakan adanya kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa kepada klien dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka.

Suatu lembaga lokal yang dibentuk oleh pihak swasta nirlaba dengan tujuan untuk membantu pemerintah dan berada langsung di tengah masyarakat yang berfungsi dalam memberikan pelayanan sosial dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga pelayanan sosial.

Pelayanan sosial itu sendiri merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya. Adapun pelayanan sosial sebagaimana dikemukakan Alfred J. Khan sebagai berikut :

“Program-program yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkat dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan kehidupan bermasyarakat serta kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya untuk memperlancar


(41)

kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”(Soetarso, 1993:26)

Konsepsi mengenai pelayanan sosial memiliki arti yang luas dan bergantung kepada bagaimana konsep pelayanan sosial tersebut di pandang dari berbagai aspek, bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi-organisasi serta masyarakat (Romanyshyn dalam Nurdin, 1986:50)

Menurut Alfred J.Khan Pelayanan Sosial dibedakan dalam dua golongan, yakni :

1. Pelayanan–pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya. Pelayanan ini antara lain pendidikan, bantuan sosial dalam bentuk uang oleh pemerintah, perawatan medis dan perumahan rakyat. 2. Pelayanan sosial yang jelas ruang lingkupnya dan pelayanan-pelayanannya walaupun selalu mengalami perubahan. Pelayanan ini dapat berdiri sendiri, misalnya kesejahteraan anak dan kesejahteraan keluarga, tetapi juga dapat merupakan suatu bagian dari lembaga-lembaga lainnya, misalnya pekerjaan sosial di sekolah, pekerjaan sosial medis, pekerjaan sosial dalam perumahan rakyat dan pekerjaan sosial dalam industri (Soetarso, 1993:32-33)

Secara umum kualitas maupun kuantitas pelayanan sosial berbeda menurut tingkat perkembangan suatu negara yang disesuaikan dengan faktor sosio-kultural dan juga politik yang menentukan prioritas masalah dalam pelayanan sosial.


(42)

Berdasarkan hal tersebut, maka pelayanan sosial di antara negara maju dengan negara berkembang akan berbeda, bahkan di antara negara negara berkembang juga akan berbeda-beda.

Motif utama dalam pelayanan sosial adalah masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk membantu masyarakat yang lebih lemah dan kurang beruntung serta memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan. Motif inilah yang kemudian mendorong terbentuknya lembaga-lembaga pelayanan sosial seperti Yayasan yang berusaha membantu, menghibur dan memberikan kepada kliennya dengan berbagai aktivitas kegiatannya.

PBB mengemukakan bahwa fungsi-fungsi pelayanan sosial adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi hidup masyarakat 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial

4. Mobilitas dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan dengan tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi dengan baik (Muhidin, 1992:42-43)

Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah lembaga pelayanan sosial, menurut Alfred J. Khan, maka lembaga tersebut memiliki tugas-tugas untuk :


(43)

1. Memperkuat dan memperbaiki fungsi-fungsi keluarga dan perorangan selaras dengan peranan-peranan yang selalu berkembang

2. Menyediakan saluran-saluran kelembagaan baru untuk keperluan sosialisasi, pengembangan dan pemberian bantuan, yaiu peranan-peranan yang di masa lampau dilakukan oleh keluarga

3. Mengembangkan bentuk-bentuk lembaga baru untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan baru yang sangat diperlukan oleh perorangan, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat industri dan kota yang kompleks.

Tugas-tugas tersebut dilakukan oleh lembaga pelayanan sosial dalam rangka membantu masyarakat yang lemah dan kurang beruntung serta memberikan pelayanan dengan serangkaian kegiatan dalam bidang tertentu yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya (Soetarso, 1993 :38)

2.3.2 Ciri-Ciri Pelayanan Sosial

Kegiatan-kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan kegiatan lainnya, ciri-ciri itu adalah :

a. Organisasi Formal

Kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial merupakan kegiatan yang terorganisir secara formal. Kegiatan gotong royong yang dilakukan secara spontan tanpa adanya organisasi yang teratur belum dapat dikatakan sebagai konsep pelayanan kesejahteraan sosial. Pertolongan dalam pelayanan sosial merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga formal yang telah


(44)

diakui oleh masyarakat, yang memberikan pelayanan secara teratur dan pelayanan tersebut merupakan fungsi utamanya.

b. Sumber Dana Sosial

Pelayanan kesejahteraan sosial mempunyai tanggung jawab sosial sebagai unsur pokoknya. Mobilisasi sumber-sumber menjadi tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan, masyarakat dapat melaksanakan mekanisme sesuai keinginannya dan hal ini merupakan bagian yang penting bagi pelayanan kesejahteraan sosial yang disponsori oleh pekerja sosial dan tujuan utama dari pelayanan kesejahteraan sosial tidak mengejar keuntungan (non profit motif). c. Ditujukan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Manusia

Pelayanan kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan manusia secara menyeluruh, tidak hanya memandang manusia dari satu aspek saja. Hal inilah yang membedakan pelayanan keejahteraan sosial dengan prinsip-prinsip pelayanan lainnya. (Muhidin; 1992:5)

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial merupakan suatu respon terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dialami individu, kelompok, maupun masyarakat yang mencakup usaha-usaha pemeliharaan, penyembuhan maupun pencegahan. Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan lembaga yang terorganisir, hal ini untuk menanggulangi kompleksitas kebutuhan manusia yang dalam penanganannya diserahkan kepada lembaga-lembaga tertentu. Kompleksitas kebutuhan manusia yang harus ditangani serta luas dan banyaknya macam pekerjaan menuntut adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi usaha dan keahlian dalam lembaga pelayanan kesejahteraan sosial sehingga akhirnya pelayanan sosial tersebut benar-benar tepat sasaran.


(45)

2.3.3 Ruang Lingkup Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pelayanan sosial dalam arti luas dan pelayanan sosial dalam arti sempit yaitu :

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak yang terlantar, keluarga miskin, cacat dan sebagainya. (Muhidin; 1992:3)

Bila dicermati, pelayanan sosial dalam arti luas merupakan bentuk dari pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya seperti program pendidikan, kesehatan, perumahan, ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.

Sedangkan pelayanan sosial dalam arti sempit cenderung merupakan suatu bentuk pertolongan dan perlindungan dari berbagai pihak termasuk lembaga-lembaga sosial nirlaba yang diberikan kepada golongan yang kurang beruntung.

2.3.4 Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial

Pekerjaan sosial merupakan suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki atau mengembangkan interaksi-interaksi orang dengan lingkungan sosialnya melalui pelayanan-pelayanan sosial yang diberikan kepada klien sehingga mereka mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan permasalahannya dan akhirnya mereka dapat mengatasi masalah yang


(46)

dialaminya, bahkan dapat berupaya untuk mencegah agar permasalahan tersebut tidak muncul lagi. Dalam kegiatan utamanya profesi pekerjaan sosial dapat dilaksanakan dalam satu badan atau lembaga sosial untuk memberikan pelayanan sosial kepada klien, sehingga dengan adanya pelayanan sosial dapat memberikan fungsi yang maksimal bagi pengembangan kehidupan sosial individu, kelompok maupun masyarakat untuk menuju ke arah yang lebih baik lagi.

Secara garis besar, Pekerjaan Sosial melibatkan intervensi atau penanganan masalah pada dua tingkatan,yakni tingkat mikro (individu, keluarga dan kelompok) dan makro (organisasi dan masyarakat). Keterkaitan antara kedua tingkatan ini merupakan jantungnya praktek Pekerjaan Sosial. Karenanya, selain dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai penanganan masalah yang dialami individu, keluarga dan kelompok. Pekerja sosial juga perlu memiliki pemahaman mengenai metode atau strategi dalam melakukan perubahan organisasi, masyarakat dan kebijakan.

Pelayanan sosial merupakan salah satu metode atau pendekatan inti yang menunjukkan keunikan pekerjaaan sosial dan membadakan profesi ini dengan profesi kemanusiaan lainnya. Banyak disiplin mengklaim memiliki keahlian dalam bekerja dengan individu, keluarga dan kelompok. Namun hanya sedikit profesi yang memfokuskan pada keberhasilan klien dalam konteks organisasi, masyarakat dan kebijakan, salah satunya adalah pekerjaan sosial.

Paradigma generalis dapat memberi petunjuk mengenai fungsi kegiatan – kegiatan pelayanan sosial serta menunjukan peranan-peranan dan strategi sesuai dengan fungsi tersebut.


(47)

Strategi tersebut disesuaikan dengan peranan pekerja sosial dalam pelaksanaan program pelayanan sosial, meliputi :

1. Fasilitator

Peranan fasilitator sering juga disebut sebagai pemungkin (enabler), definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.

Pengertian ini didasari oleh visi pekerjaan sosial bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha – usaha klien sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang ditetapkan dan disepakati bersama.

2. Broker

Dalam konteks pekerjaan sosial dengan masyarakat, peran pekerja sosial sebagai broker tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya di pasar modal, pekerjaan sosial dengan masyarakat terdapat klien atau konsumen. Namun, demikian pekerjaan sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh keuntungan maksimal.

3. Mediator

Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya. Pekerja sosial dapat memerankan sebagai fungsi kekuatan ketiga untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya.


(48)

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam peran pekerja sosial sebagai mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik.

4. Pembela

Peran pembelaan dapat dibagi dua : advokasi kasus (case advocacy) dan advokasi kausal (cause advocacy). Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kasus terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

Beberapa contoh yang menjadi acuan dalam melakukan peran dalam pekerjaan sosial dengan masyarakat:

a. Terbuka, membiarkan berbagai pandangan untuk didengar.

b. Perwakilan Luas, mewakili semua pelaku yang memiliki kepentingan dalam pembuatan keputusan.

c. Keadilan, memiliki sebuah sistem kesetaraan atau kesamaan sehingga posisi-posisi yang berbeda dapat diketahui sebagai bahan perbandingan.

d. Pengurangan permusuhan, mengembangkan sebuah keputusan yang mampu mengurangi permusuhan dan keterasingan.

e. Informasi, menyajikan masing-masing pandangan secara bersama dengan dukungan dokumen dan analisis.

f. Pendukungan, mendukung partisipasi secara luas. 5. Pelindung

Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang


(49)

beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut: Kekuasaan, pengaruh, otoritas ,dan pengawasan sosial. (Susantyo, 2008:51).

Pelayanan sosial membentuk dan menyediakan sumber-sumber yang dibutuhkan bagi terwujudnya pemecahan masalah yang dialami individu, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah sosial dan membutuhkan pertolongan sehingga mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Adapun setting pelayanan sosial dari pekerjaan sosial itu berupa:

1. Pelayanan kepada orang-orang atau kelompok-kelompok yang sedang mengalami kesengsaraan, orang-orang sakit, anak-anak yatim-piatu, dan orang-orang yang sudah berumur lanjut (usia lanjut), kelompok-kelompok minoritas, serta para pendatang baru yang mencoba menyelaraskan (menyesuaikan) dirinya di dalam lingkungannya yang sekarang.

2. Pelayanan berupa perlindungan kepada individu-individu serta kelompok-kelompok yang sedang menanggung penderitaan dan kemalangan yang luar biasa, seperti misalnya para veteran yang cacat, korban bencana alam, epidemi, atau korban akibat perang, keluarga para prajurit, dan

3. Pelayanan berupa perlindungan kebudayaan, serta perkembangan bagi kanak-kanak dan para pemuda, warga masyarakat yang sudah lanjut umurnya, orang-orang Indian yang berada di tempat-tempat suaka mereka, dan kelompok-kelompok terpencil yang membutuhan bantuan agar dapat mengintegrasikan diri dengan masyarakat luas.


(50)

Adapun kegiatan-kegiatan utama di dalam lapangan pekerjaan sosial itu dapat diklasifikasikan (digolongkan) menurut jenis atau pelayan yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut:

1. Bantuan sosial umum (Public assistance)

Pelayanan sosial bagi orang-orang yang membutuhkan biaya, termasuk bantuan sosial atau asistensi sosial untuk menanggulangi kemiskinan; bantuan khusus menurut golongannya bagi orang-orang yang sudah lanjut umurnya, orang-orang buta, orang-orang yang cacat sama sekali, dan anak-anak yatim-piatu; pemeliharaan atas orang-orang tua yang sudah tidak lagi mampu bekerja, orang-orang tua yang melarat, dan orang-orang cacat lainnya yang tidak dapat tinggal di rumahnya sendiri.

2. Asuransi Sosial (Social insurence)

Bantuan bagi para karyawan yang memiliki asuransi; bantuan bagi para buruh serta keluarganya untuk menanggulangi hilangnya mata pencaharian mereka karena disebabkan umur yang lanjut, pengangguran, kecelakaan di dalam industri dan penyakit semasa bekerja, meninggalnya anggota keluarga yang menanggung biaya rumah tangga, serta usaha untuk mengatasi aspek-aspek tertentu dari penyakit yang lain dengan jalan memberikan bantuan pemeliharaan kesehatan, perawatan di rumah sakit, dan di tempat-tempat rehabilitasi.

3. Pelayanan Kesejahteraan keluarga (Family services)

Memberikan petunjuk dan penyuluhan tentang hubungan pribadi dan keluarga, tentang soal-soal perkawinan, kesehatan, masalah-masalah ekonomi dan anggaran belanja rumah tangga, bantuan-bantuan khusus bagi orang-orang yang jauh dari rumah, para pelancong, dan keluarga-keluarga yang berpindah tempat,


(51)

orang-orang Indian, para imigran yang baru datang di tempat yang baru, dan bantuan hukum tindakan pencegahan.

4. Pelayanan Kesejahteraan Anak (Child welfare services)

Menempatkan anak-anak yatim di rumah-rumah orang tua angkat dan rumah-rumah perawatan anak-anak (panti-panti asuhan), tempat-tempat penitipan anak-anak pada waktu siang; supervisi asuhan keluarga dan adopsi anak; pelayanan berupa perlindungan untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang salah (menyimpang) serta perilaku yang a-sosial; pemeliharaan bagi bayi serta anak-anak sebelum masa sekolah, pelayanan sosial di dalam sekolah, dan melindungi anak-anak yang bekerja sebagai buruh.

5. Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan (Health and medical services)

Pelayanan kesehatan bagi para ibu dan anak, mendirikan pusat-pusat kesehatan bagi anak-anak, konferensi-konferensi tentang anak-anak, kunjungan jururawat (perawat) ke rumah-rumah, pemberian perawatan dan pengobatan bagi orang-orang yang mendapat tunjangan dari masyarakat; memberikan bantuan finansial, pengobatan serta mengusahakan rehabilitasi untuk anak-anak cacat, buta dan tuli, para penderita penyakit seperti misalnya kanker, paru-paru, penyakit lumpuh pada anak-anak, penyakit jantung serta kelumpuhan otak, keduanya di bawah pimpinan lembaga pemerintah dan swasta.

6. Pelayanan Kesejahteraan Kesehatan Jiwa (Mental Hygiene Services)

Pelayanan di rumah-rumah sakit dan sanatorium untuk orang-orang yang sakit jiwa dan yang jiwanya lemah; latihan pekerjaan (jabatan); pengawasan dan penempatan para pasien yang menderita penyakit syaraf; usaha-usaha rehabilitasi; pengobatan preventif dan therapis melaui klinik bimbingan anak bagi anak-anak,


(52)

dan melalui bagian rumah sakit pasien luar bagi penyakit jiwa dan klinik-klinik kesehatan jiwa untuk orang dewasa.

7. Pelayanan Kesejahteraan dalam Bidang Kejahatan (Correctional Services)

Pelayanan bagi pemuda yang mendapat hukuman percobaan dan pengadilan kriminal; pelayanan-pelayanan diagnosa dan pengobatan; bimbingan sosial perorangan (casework) dan bimbingan sosial kelompok (social group work) di dalam rumah-rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, kamp kerjapaksa, reformatory, dan kamp-kamp transisi, bantuan agar para tahanan dapat menyesuaikan serta mempersiapkan diri untuk kembali ke tengah kehidupan masyarakat; pelayanan pengawasan atas para narapidana anak-anak maupun orang dewasa yang telah keluar dari lembaga-lembaga pemasyarakatan; pemberian penerangan kepada masyarakat tentang cara-cara menanggulangi kenakalan anak-anak.

8. Pelayanan Kesejahteraan Para Pemuda di dalam Pengisian Waktu Senggangnya (Youth leisure-time Services)

Mendirikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dan pemuda, rumah-rumah penampungan, rumah-rumah rukun tetangga, serta menyediakan fasilitas-fasilitas rekreasi; memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok pemuda dan pemudi, perkumpulan YMCA, YWCA, perkumpulan 4-H, klub-klub anak-anak, kepramukaan (kepanduan) putera dan puteri, maupun organisasi-organisasi pemuda lainnya, tempat-tempat rekreasi musim panas dan waktu liburan, serta membangkitkan kegiatan kebudayaan untuk para pemuda.


(53)

9. Pelayanan Kesejahteraan bagi Veteran (Veteran’s Services)

Pelayanan Bimbingan sosial perorangan (casework) dan Bimbingan sosial kelompok (group work) bagi para veteran yang cacat dan para veteran perang yang membutukan perawatan medis atau perawatan jiwa di rumah-rumah sakit dan klinik-klinik; Bimbingan sosial perorangan bagi para keluarga veteran; usaha rehabilitasi serta bimbingan jabatan (pekerjaan); usaha bantuan pendidikan; usaha-usaha penempatan, tenaga kerja secara khusus; prioritas di dalam posisi serta promosi pada pelayanan sipil, bantuan pemberian perumahan secara umum; menyediakan kredit guna membeli tanah-tanah pertanian, rumah-rumah, dan guna mendirikan badan-badan usaha; memberikan tunjangan dan pensiun kepada para veteran yang cacat serta para veteran yang diberhentikan secara hormat.

10. Pelayanan Kesejahteraan di bidang Penempatan Tenaga Kerja (Employment Services)

Mencarikan lapangan bagi para karyawan; membantu perindustrian dan pertanian guna mendapatkan para karyawan yang cakap; memberikan bimbingan jabatan (pekerjaan); memberikan perlindungan bagi kepentingan buruh; memberikan pendidikan keselamatan kerja; memberikan bantuan untuk usaha rehabilitasi jabatan (pekerjaan).

11. Pelayanan Kesejahteraan Sosial di bidang Perumahan (Housing Services) Pelayanan para keluarga dan anak-anak untuk memperoleh tempat pada proyek-proyek perumahan bagi umum (rakyat) serta pada rumah-rumah yang baru di bangun (semacam Perumnas), khususnya yang terletak di dalam lingkungan daerah industri, maupun pada proyek-proyek yang dimaksudkan untuk melindungi golongan-golongan minoritas; memberikan bantuan perumahan bagi


(54)

para orang tua yang sudah lanjut umurnya atau orang-orang yang berpenyakit kronis, dan keluarga-keluarga yang mempunyai anak banyak, membantu para keluarga di dalam mengatur anggaran belanja serta perekonomiannya; menyediakan kredit-kredit atas jaminan pemerintahan federal guna membeli atau membangun perumahan; usaha-usaha untuk membersihkan daerah slum dan pembangunan kota kembali

12. Pelayanan-Pelayanan Sosial International (International Social Services) Pada lembaga-lembaga seperti misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dana Anak-anak PBB, Konferensi Internasional mengenai Pekerjaan Sosial, Uni Pan-Amerika, Komite Palang Merah Internasional, Federasi Kesehatan Mental Sedunia, Lembaga Sosial Internasional, YWCA Sedunia, Dan Persatuan Pemuda Sedunia; atau di Lembaga-lembaga Sosial yang beroperasi di negara-negara asing, seperti misalnya: Administrasi Kerjasama Internasional, Komite Bantuan bagi Sahabat Amerika, Badan Gereja Sedunia, Majelis Pelayanan Jemaat Katolik, yang membutuhkan keterampilan di dalam mengatur, merencanakan, memberikan bimbingan masyarakat dan pelaksanaan bantuan kesejahteraan sosial.

13. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Community Welfare Service) Usaha-usaha untuk perencanaan, pengorganisasian, dan dana-dana sosial dan kesehatan melalui media-media, seperti misalnya : Badan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Perencanaan, Dana Masyarakat, Pengumpulan Dana-Dana, Dewan-dewan Koordinasi dan Ketetanggaan.(Hariwoerjanto,1986:42-47)


(55)

2.4 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan (welfare) ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik, kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.

Konsep “sejahtera” menurut BKKN, dirumuskan lebih luas daripada sekedar defenisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Konsep “sejahtera” tidak hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan fisik orang ataupun keluarga. Sebagai entitas tetapi juga kebutuhan psikologisnya. Ada tiga kelompok kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pengembangan.

Kesejahteraan sosial dalam artian sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Walter Friedlander, kesejahteraan sosial ialah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi serta sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

Sementara Elizabeth Wickenden mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan


(56)

pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketenteraman dalam masyarakat.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1:

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tentang latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam statistik Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi lima indikator dalam pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu :

1. Kesehatan, 2. Pendidikan,

3. Akses menjangkau media massa, 4. Perumahan dan


(57)

2.5 Karang Taruna

2.5.1 Pengertian Karang Taruna

Di dalam buku Pedoman Karang Taruna yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia menyatakan bahwa Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Pengertian tersebut mengadung makna, bahwa :

a. Karang Taruna tumbuh dan berkembang di desa/kelurahan atau dan berkembang di tingkat RT/RW merupakan unit yang tidak terpisahkan dan menjadi subordinasi dari Karang Taruna di tingkat desa/kelurahan.

b. Karang Taruna merupakan tempat diselenggarakannya berbagi upaya atau kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karya generasi muda dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. c. Karang Taruna tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran terhadap

keadaan dan permasalahan di lingkungannya serta adanya tanggung jawab sosial untuk turut berusaha menanganinya. Kesadaran dan tanggung jawab sosial tersebut merupakan modal dasar tumbuh dan berkembang Karang Taruna.

d. Karang Taruna tumbuh dan berkembang di generasi muda, diurus atau dikelola oleh generasi muda dan untuk kepentingan generasi muda dan masyarakat di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dapat


(58)

menumbuhkan dan mengembangkan Karang Tarunanya yang dikelola secara otonom .

e. Gerakanya di bidang Usaha Kesejahtraan Sosial memberi arti bahwa semua upaya dan program kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna ditujukan guna mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama generasi mudanya.

f. Komunitas adat sederajat adalah kondisi obyektif di wilayah yang memiliki batas kewilayahan berdasarkan hukum adat, misalnya jurong di Sumatra Barat, banjar adat di Bali serta kampong di Papua.(Pedoman Dasar Karang Taruna, 2009)

Karang Taruna adalah organisasi sosial generasi muda yang bersifat keswadayaan, kebersamaan, dan berdiri sendiri serta merupakan salah satu pilar partisipasi masyarakat di bidang kesejahteraan sosial, memiliki tugas pokok bersama-sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi masalah-masalah Kesejahteraan Sosial khususnya dikalangan generasi muda.

Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa / Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa / Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga / Organisasi yang bergerak di bidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan berfungsi sebagai subyek. Karang Taruna sedapat mungkin mampu menunjukkan fungsi dan peranannya secara optimal. Sebagai organisasi tentunya harus memiliki susunan pengurus dan anggota yang


(59)

lengkap dan masing-masing anggota dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan bidang tugasnya serta dapat dapat bekerja sama dengan didukung oleh administrasi yang tertib dan teratur.

Memiliki program kegiatan yang jelas sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada disekitarnya Program Kegiatan Karang Taruna belangsung secara melembaga, terarah dan berkesinambungan serta melibatkan seluruh unsur generasi muda yang ada.

Kemampuan untuk menghimpun dana secara tetap baik yang bersumber dari Pemerintah maupun swadaya masyarakat untuk pelaksanaan program, Karang Taruna harus memiliki sarana prasarana yang memadai baik secara tertulis maupun administrasi. Keberadaan Karang Taruna harus mampu menunjukkan peran dan fungsinya secara optimal di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat memberikan legetimasi dan kepercayaan kepada komponen-komponen yang lain yang sama-sama berpatisipasi dalam Pembangunan Desa / Kelurahan khususnya pembangunan dalam pembangunan dalam bidang Kesejahteraan Sosial.

2.5.2 Tujuan, Tugas dan Fungsi Karang Taruna

Pembinaan Karang Taruna diatur dalam Permensos 83/HUK/2003 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Berikut kutipan isi pedoman:

A. Tujuan

Tujuan Karang Taruna adalah :

a. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam


(1)

a.

Terlibat

b. Kadang-kadang

c.

Tidak terlibat

Jika terlibat, jelaskan keterlibatan anda

………

33. Apakah saudara mengikuti program kegiatan sosial, seperti

mengujungi serta membantu kegiatan pada orang kemalangan dan

membantu pesta adat kapan saja diperlukan?

a.

Mengikuti

b. Kadang-kadang

c.

Tidak mengikuti

34. Apakah saudara mengikuti program kegiatan kesejahteraan

masyarakat, seperti melaksanakan perkembangan serta mencatat

kegiatan program kependudukan, melaksanakan kegiatan pencatatan

keadaan kesejahtraan masyarakat serta usaha ekonomis produktif

yang bersifat menambah pendapatan?

a.

Selalu Mengikuti

b. Kadang-kadang

c.

Tidak mengikuti

35.

Apakah anda sudah menikmati secara langsung manfaat dari program

pelayanan sosial oleh karang taruna Giat Bersama tersebut?

a.

Sudah bermanfaat langsung

b. Belum bermanfaat langsung

36.

Apakah anda merasa puas dengan kinerja anggota karang taruna Giat


(2)

Bersama dalam pelaksanaan program pelayanan sosial tersebut?

a.

Puas

b. Cukup puas

c.

Tidak puas

37.

Apakah anda merasa sanggup jika dilibatkan langsung sebagai

pengurus dalam pelaksanaan program pelayanan sosial karang taruna

Giat Bersama?

a.

Sanggup

b. Kurang Sanggup

c.

Tidak Sanggup


(3)

Respon Kelompok Pemuda terhadap program pelayanan sosial

oleh karang taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan

Tiga Panah Kabupaten Karo

DAFTAR KUESIONER

Petunjuk pengisian

1.

Mohon angket ini diisi oleh saudara dengan menjawab pertanyaan yang ada

2.

Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan jawabannya

3.

Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut saudara dan berilah tanda

silang (X) pada jawaban yang saudara pilih

4.

Jika ada pertanyaan kurang dipahami, tanyakan langsung kepada peneliti

5.

Mohon semua pertanyaan diisi dengan jujur,benar, tidak ada yang

terlewatkan kecuali ada petunjuk untuk melewatinya

6.

Atas kesediaan saudara dalam membantu peneliti mengisi kuesioner, peneliti

mengucapkan terima kasih

Peneliti

Novanta br Sitepu


(4)

(5)

Lampiran 1. Tabel Penskoran Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial oleh Karang Taruna Giat Bersama Di Desa

Ajijulu Kecamatan Tiga Panah

No Responden Persepsi

Jumlah

Sikap

Jumlah

Partisipasi

Jumlah

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 25 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 0 1 0 0 4 1 1 1 0 1 0 4

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 5

3 1 -1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 5 0 1 1 -1 0 0 0 1 -1 0 0 1 0 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 0 4

5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 0 0 5 0 1 0 1 1 1 4

6 1 0 0 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 3 0 1 0 0 1 0 1 3 -1 0 0 1 0 1 1

7 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 0 0 5 0 1 1 0 1 0 3

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 0 1 4

9 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 1 0 0 -1 1 0 0 2 0 1 0 1 0 0 2

10 1 0 0 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 2 1 1 1 1 1 0 0 5 -1 0 0 1 0 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 0 1 1 -1 1 0 0 2 1 1 1 0 1 0 4

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 0 4

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 0 0 3

14 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4 0 1 1 0 1 0 0 3 0 0 0 1 0 1 2

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 5

16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 6 0 1 0 1 0 1 3

17 0 1 1 1 0 1 1 -1 0 0 1 1 6 1 1 1 -1 0 0 0 2 0 1 0 1 1 0 3

18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 0 1 1 0 0 4 1 1 1 0 0 0 3

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 0 0 3

20 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 1 1 0 0 1 0 0 3 0 1 1 1 1 0 4

21 0 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 -1 0 0 1 0 1 1

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 5

23 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 9 1 1 1 0 1 0 1 5 0 1 0 0 0 1 2


(6)

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 0 0 4

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 5

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 0 0 5 0 1 1 0 0 0 2

27 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 1 1 0 5

28 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 1 0 1 0 1 0 1 4 0 0 0 1 0 1 2

29 0 0 1 0 0 1 1 -1 0 0 1 1 4 0 1 0 -1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 2

30 1 0 1 1 1 1 1 -1 0 0 1 1 7 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4

31 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 2

32 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 0 5

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 0 1 4

34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 0 0 3

35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 9 1 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 1 1 0 5

36 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1 0 0 4 -1 0 0 1 0 1 1

37 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 0 0 1 4

38 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 5

39 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 1

40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 4

41 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 4

42 1 1 1 1 0 1 1 -1 0 1 1 1 8 1 1 0 1 1 0 0 4 0 0 0 1 1 1 3

43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 0 1 4

44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 0 0 1 4