Konflik organisasi dan komunikasi dakwah: studi kasus komunikasi dakwah Takmir Masjid Ar-Rahman dalam penyelesaian konflik organisasi tahun 2015-2016.

(1)

KONFLIK ORGANISASI DAN KOMUNIKASI DAKWAH

(Studi Kasus Komunikasi Dakwah Takmir Masjid Ar-Rahman dalam

Penyelesaian Konflik Organisasi Tahun 2015-2016)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh

Tri Djoyo Budiono NIM. F120715278

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah jenis konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman tahun 2015-2016>?, apa sumber konfliknya?, bagaimanakah komunikasi dakwah takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi tersebut?. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui jenis konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman tahun 2015-2016, sumber konfliknya, dan komunikasi dakwah dalam menyelesaikan konflik organisasi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif. Teknik pengambilan data dengan wawancara dan berperan serta secara lengkap. Kesimpulan penelitian ini; 1) Jenis-jenis konflik organisasi di takmir masjid Ar-Rahman dilihat dari dampaknya destruktif dan konstruktif. Dilihat dari pihak yang terlibat, koflik organisasi merupakan konflik yang terjadi antara individu dengan pihak organisasi

(conflict among individuals and groups) dan konflik antar kelompok dalam

organisasi yang sama (conflict among groups in the same organization). Dilihat dari posisi seseorang dalam struktur, merupakan konflik pengurus takmir masjid Ar-Rahman dengan jamaah. 2) Sumber konflik organisasi di takmir masjid Ar-Rahman berasal dari ketidak cocokan peran dalam organisasi, perbedaan nilai, dan dari komunikasi. 3) Komunikasi dakwah takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi, komunikatornya takmir masjid Ar-Rahman, komunikannya jamaah masjid, pesan dakwahnya menggunakan bahasa Indonesia, campuran bahasa Jawa dan Madura disertai dalil bahasa Arab, secara nada pesan kadang marah, kadang merendah, metode dakwahnya dilihat adalah metode bil

hikmah, mauidhah hasanah, dan mujadalah. Teknik persuasifnya adalah teknik

pay-off dan fear-arousing, serta teknik icing, metode pemecahan konfliknya

dengan dominasi disertai teknik memaksakan (forcing), dan metode pemecahan problem secara integratif. Komunikasi dakwah dilakukan langsung dengan lingkungan komuniokasi di masjid Ar-Rahman, dan dirumah abah R. Hambatan dakwahnya berupa hambatan kepentingan, bahasa, dan prasangka. Efek dakwahnya ada yang memberikan perubahan ada yang tidak. Rekomendasi untuk peneliti bisa melanjutkan penelitian tentang komunikasi dakwah dalam menyelesaikan konflik organisasi pada subyek yang lain.


(7)

ABSTRACT

Problems in this research are how types of organizational conflict takmir Ar-Rahman mosque in 2015-2016 ?, What is the source of the conflict ?, how is the communication dakwah takmir Ar-Rahman mosque in resolving the organizational conflict ?. The objectives of this research are to know the type of organizational conflict of takmir Ar-Rahman mosque in 2015-2016, the source of the conflict, and communication of dakwah in resolving organizational conflict. The type of research is qualitative-descriptive. Technique of data retrieval by interview and complete participation. The conclusions of this study; 1) The types of organizational conflicts in takmir of the Ar-Rahman mosque are seen from their destructive and constructive impacts. Viewed from the parties involved, the organizational conflict is a conflict between individuals and the organization and conflict between groups in the same organization. Viewed from the position of someone in the structure, is a conflict takmir boarder Ar-Rahman mosque with the congregation. 2) The source of organizational conflict in takmir of Ar-Rahman mosque is derived from the role mismatch in organization, value difference, and from communication. 3) Dakwah communications of takmir Rahman mosque in solving organizational conflict, communicators takmir Ar-Rahman mosque, communicant mosque worshipers, message of dakwah using the Indonesian language, a mixture of Javanese and Maduranese language accompanied the Arabic, tone sometimes angry, sometimes modest, The method of dakwah seen is the method of bil hikmah, mauidhah hasanah, and mujadalah. Persuasive techniques are pay-off and fear-arousing techniques, as well as icing techniques, methods of conflict resolution with domination with forcing techniques, and integrative problem-solving methods. Dakwah communication is done directly with the community of communications in Ar-Rahman mosque, and home abah R. Obstacles dakwah of interests, language, and prejudice. There are effects from dakwah communication that give a change that is not. Recommendations for researchers can continue research on dakwah communication in resolving organizational conflicts on other subjects.

Keywords: Dakwah Communication, Organizational Conflict, Takmir Ar-Rahman Mosque.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..i

PERNYATAAN KEASLIAN …….………..ii

PERSETUJUAN ………..iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ………..iv

PEDOMAN LITERASI ……….v

MOTTO ………...vii

ABSTRAK ……….viii

ABSTRACT ……….ix

UCAPAN TERIMAKASIH ……… x

DAFTAR ISI ………..…xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latarbelakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan ... 13

E. Kegunaan Penelitian ... 13

F. Penelitian Terdahulu ... 14

G. Metode Penelitian ... 31

1. Jenis Penelitian ... 31

2. Sumber Data ... 33

3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 36

5. Teknik Analisis ... 39

H. Sistematika Pembahasan ... 41

I. Outline Penelitian ... 42

BAB II ... 45

KOMUNIKASI DAKWAH TAKMIR MASJID & KONFLIK ORGANISASI ... 45


(9)

A. Komunikasi Dakwah ... 45

1. Komunikasi ... 45

2. Dakwah ... 55

3. Komunikasi Dakwah ... 60

B. Konflik Organisasi ... 77

1. Organisasi ... 77

2. Konflik ... 81

3. Konflik Organisasi ... 88

C. Takmir Masjid ... 102

D. Komunikasi Dakwah Takmir Masjid Dalam Menyelesaikan Konflik Organisasi ... 103

E. Kerangka Konsep... 104

BAB III ... 105

TAKMIR MASJID AR-RAHMAN WONOKUSUMO KIDUL SURABAYA ... 105

1. Profil Masjid ar-Rahman Wonokusumo Kidul Surabaya. ... 105

2. AD-ART Takmir Masjid Ar-Rahman ... 113

3. Kondisi Sosial, Budaya, Politik dan Ekonomi Jamaah Masjid Ar-Rahman Wonokusumo Kidul Surabaya ... 124

4. Aktivitas Dakwah yang dijalankan Takmir Masjid Ar-Rahman... 130

BAB IV ... 136

KOMUNIKASI DAKWAH TAKMIR MASJID AR-RAHMAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK ORGANISASI ... 136

A. Penyajian Data... 136

1. Konflik dengan pak M ... 136

2. Konflik dengan pak MH... 141

3. Konflik Tata Cara Sholat Taraweh dan Witir Jamaah ... 145

4. Konflik Perubahan Tata Cara Pembagian Takjil ... 147

B. Analisa Data ... 149

1. Jenis-jenis Konflik Organisasi di Takmir Masjid Ar-Rahman .. 149

2. Analisis Sumber Konflik Organisasi Takmir Masjid Ar-Rahman166 3. Komunikasi Dakwah Takmir Masjid Ar-Rahman dalam Menyelesaikan Konflik Organisasi ... 176


(10)

BAB V ... 227

PENUTUP ... 227

A. Kesimpulan ... 227

B. Saran/ Rekomendasi Penelitian ... 230


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Dakwah adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Allah memerintahkan kepada seluruh umat Islam untuk mengajak manusia kejalan-Nya dengan cara-cara yang baik, hal ini seperti apa yang Allah sampaikan dalam QS. an-Nahl ayat 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (QS. an-Nahl : 125)1

Dakwah yang secara bahasa berasal dari bahasa Arab, berasal dari ism masdar dari kata kerja ُةوعد و– ًءاعد - وعدي– اعد memiliki arti beraneka ragam diantaranya; memanggil, mengundang, memohon, meminta/menyuruh datang.2 Dari pengertian kebahasan tersebut dakwah diharapkan mampu mengundang, memanggil, mengajak baik orang lain maupun diri sendiri untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah S.W.T

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al Karim dan Terjemahnya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, tt), 536.

2


(12)

2

dan Rasulnya serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela.3 Dengan pelaksanaan dakwah yang baik, diharapkan dakwah akan dapat mencapai tujuannya yakni memindahkan umat dari situasi negatif kepada situasi yang positif, dari situasi kekufuran kepada situasi keimanan.4

Dakwah dan komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat, karena pada dasarnya dakwah merupakan proses komunikasi dalam rangka mengembangkan ajaran islam, dalam arti mengajak orang lain ke arah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku yang islami.5

Sehingga kesuksesan dalam komunikasi dakwah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur didalamnya, diantaranya sumber komunikasi, komunikator (da’i), pesan dakwah, media dakwah, komunikan (mad’u), tujuan komunikasi dakwah, dan akibat komunikasi dakwah (feed back).

Pemahaman terhadap komunikasi dakwah sangat dibutuhkan oleh para komunikator dakwah (da’i) dalam rangka menyukseskan dakwahnya. Dengan pemahaman terhadap komunikasi dakwah dapat memudahkan komunikator dakwah dalam melakukan perencanaan, implementasi program dan strategi dakwah.6

Untuk mencapai tujuan komunikasi dakwah, maka komunikator dakwah (da’i) perlu memahami dulu bagaimana kondisi mad’unya, meliputi karakteristiknya, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, jumlahnya, sehingga bisa menentukan pesan dakwah yang seperti apa yang akan

3

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-ikhlas, 1994), 29-30.

4

R. Agus Toha Kuswata & R. UU Kuswara Suryakusumah, Komunikasi Islam dari Zaman ke Zaman, (Jakarta: Arikha Medika Cipta, 1990), 25.

5

Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah Penerapan: Strategi Komunikasi dalam Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 22.

6


(13)

3

disampaikan kepada komunikan dakwah (mad’u), dimana pesan ini diambil dari sumbernya yakni Al-Qur’an dan Hadits serta ilmu pengetahuan terkait. Selanjutnya menentukan desain pesan, waktu, media dan metode yang sesuai

dengan kondisi mad’unya. Selanjutnya dari perencanaan yang dibuat akan

dapat menjadi arahan dalam melaksanakan dakwah dilapangan, serta dapat memudahkan komunikator dakwah (da’i) dalam melakukan evaluasi terhadap tercapainya tujuan dakwah.

Komunikasi dakwah mempunyai ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah.7

Pendakwah (komunikator dakwah) bukan hanya

ulama’ tapi orang-orang yang menyampaikan pesan dakwah lewat perbuatan,

misalnya seorang TKI yang bersedia hidup sederhana di luar negeri demi mengumpulkan uang yang akan digunakan untuk membeli sebidang tanah dan membangun panti asuhan, orang tersebut juga pendakwah (komunikator dakwah), ada juga pendakwah yang menyampaikan pesan dakwah lewat organisasi, seperti 35 pelajar muslim Indonesia yang tergabung dalam Keluarga Besar Britania Raya (KIBAR) yang memfokuskan dakwahnya untuk menyelamatkan iman generasi muslim, lewat tulisan dan penerbitan buku pegangan pendidikan islam.8

Begitupun dengan takmir masjid, takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya,

7

Prof. Dr. Moh. Ali Azis, M.Ag, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2016), 5.

8


(14)

4

termasuk usaha-usaha pembinaan remaja muslim di sekitar masjid.9

Takmir masjid sebenarnya telah bermakna kepengurusan masjid, namun tidak salah

bila kita menyebut “Pengurus Takmir Masjid”,10

dari pengertian tersebut takmir masjid bisa juga disebut sebagai komunikator dakwah karena melakukan usaha menyukseskan dakwah Islam dengan menyampaikan pesan-pesan dakwah yang bersifat nonverbal (da’wah bil haal) lewat pengelolaan masjid, dengan membuat program-program yang dapat memakmurkan masjid, misalnya program sholat 5 waktu berjamaah, program sholat Jum’at, program sholat hari raya, program peringatan hari besar Islam, program pembinaan remaja, dan lain sebagainya.

Takmir masjid sebagai komunikator dakwah bertanggung jawab terhadap tersampaikannya pesan-pesan dakwah masjid kepada komunikan dalam hal ini jamaah masjid, sehingga bisa tercapai tujuan dakwahnya, yakni tercapainya fungsi-fungsi masjid sebagai tempat untuk ritual, seperti sholat 5 waktu, sholat jum’at, sholat sunnah, I’tikaf, sebagai tempat pendidikan, sebagai tempat pemerintahan/ memutuskan perkara, sebagai tempat untuk menolong orang-orang yang lemah, sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi dan pusat kebudayaan islam.11

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya takmir masjid sebagai subyek/ komunikator dakwah dihadapkan pada dinamika organisasi, mulai dari rekrutmen SDM, menyusun visi-misi bersama, menyusun pogram,

9

Andriana Pertiwi, Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Pendidikan Nonformal di Masjid al-Kautsar Gumpang Kartasura Sukoharjo, Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah), (Surakarta: Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), 4-5.

10

Ponijo, “Peran dan Fungsi Takmir Masjid”, http://bantul.kemenag.go.id/kemenag, diunduh pada hari Minggu, 5 Maret 2017 pukul 09:43 WIB.

11

Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam Cetakan ke-V, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989), 126 – 130.


(15)

5

melakukan pembagian tugas/ staffing SDM dan membuat struktur organisasi, membangun kepemimpinan, membangun kultur organisasi, sampai dengan mengatasi konflik-konflik yang terjadi didalam organisasi.

Salah satu dinamika organisasi dalam kepengurusan takmir masjid yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi takmir masjid adalah konflik organisasi. Konflik menurut Fink adalah semua bentuk benturan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi antagonistis.12

Menurut Killman dan Thomas, konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain, kondisi ini mempengaruhi produktifitas kerja.13

Pengertian yang lengkap dikemukakan oleh Stoner dan Wankel dalam Wahyudi yang menyatakan bahwa konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber-sumber daya terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan, dan atau karena fakta bahwa mereka mempunyai status, tujuan, nilai atau persepsi yang berbeda.14

Begitupun dengan takmir masjid tidak lepas dari dinamika konflik organisasi, baik yang bersifat konflik personal maupun konflik kelompok.

Konflik organisasi disatu sisi bersifat fungsional atau menguntungkan organisasi, namun disisi yang lain konflik yang tidak terkelola dengan baik

12

Communica, Jurnal Ilmiah Komunikasi Islam, Vol.3 No.2 Oktober 2005, 220.

13

Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2010), 50.

14


(16)

6

akan bersifat disfungsional atau merugikan organisasi, menghambat tercapainya tujuan organisasi.15

Konflik yang bersifat disfungsional, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak atau menyelesaikannya, sebab kalau tidak akan dapat menghambat bahkan menghancurkan organisasi, bahkan dampak negatifnya bisa meluas pada masyarakat . Dalam konteks organisasi takmir masjid, konflik disfungsional bisa saja terjadi misalnya konflik yang terjadi di masjid raya Banda Aceh, yang terjadi benturan antar anggota takmir masjid yang berbeda secara mahdzab yang menginginkan agar pelaksanaan pengelolaan sholat jum’at menggunakan cara-cara mereka, yakni tidak memakai bilal, adzan satu kali, dan itu terjadi ditengah pelaksanaan

ceramah Jum’at hendak dimulai.16

Konflik takmir masjid dengan warga seperti peristiwa Tanjung Balai yang meletus pada hari Jumat (29/7) menjelang tengah malam, sekitar pukul 23.00. Konflik ini awalnya yang adalah konflik dari warga Tionghoa yang terganggu dengan suara speaker masjid, sampai kemudian terjadi pertengkaran mulut antara warga tionghoa tersebut dengan anggota takmir masjidnya, dan konflik ini meluas sampai terjadi pembakaran kurang lebih 6 vihara dan 1 klenteng itu mulai.17

Konflik lainnya juga terjadi antara takmir masjid yang telah terdaftar dan terbentuk secara sah dengan warga sekitar yang menyatakan bahwa kelompok merekalah yang sebenarnya

15

Gibson, Ivancevich & Donnely, Organisasi, terj. Ir. Nunuk Adiarni, M.M., (Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, tt), 438-439.

16

http//www.Serambi Indonesia.htm., Menyoal Benturan Antar mazahab di Aceh, diunduh pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 09.37 WIB.

17

http//www.bbc.com, indonesia rusuh tanjung balai, diunduh pada tanggal 3 Maret 2017, pukul 11.00 WIB.


(17)

7

berhak atas kepengurusan takmir masjid tersebut, dalam kasus penyerobotan masjid milik Muhammadiyah As-salam di Cengkareng.18

Sebagai komunikator dakwah/ pendakwah, organisasi takmir masjid perlu melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik organisasi yang terjadi didalam pengelolaan masjid, Sebab jika tidak segera dicari penyelesaiannya, maka akan memberikan dampak yang lebih dalam dan lebih luas, bahkan bisa sampai pada konflik yang bersifat fisik, dan kerugiannya semakin besar, baik kerugian secara material maupun non material. salah satu cara untuk menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan melakukan komunikasi dakwah, dimana takmir masjid sebagai komunikator dakwah membuat strategi membangun pesan-pesan dakwah baik berupa pesan verbal maupun non verbal yang bisa membangun suatu kesepemahaman, atau membangun suasana yang lebih kondusif agar tujuan organisasi takmir masjid bisa tercapai, misalnya dengan melakukan komunikasi dakwah berupa dialog. Charles R. Berger, dkk menjelaskan tentang konsep dialog:

Konsep “dialog” bukan proses ringan yang ditanamkan dengan abstraksi dan spiritualitas; sebaliknya, dialog adalah praktik menghadapi isu-isu sulit bersama, tujuan dialog adalah berusaha menghadapi masalah dan perbedaan yang mendukung realitas dan hubungan baru. Hubungan-hubungan baru itulah yang menjadi landasan bagi upaya untuk penyelesaian perbedaan dimasa datang.19

Selain dialog, ada beberapa komunikasi dakwah yang bisa dilakukan oleh takmir masjid dalam menyelesaikan konflik organisasi, baik berupa

18

http//www. islamaktual.htm., Kronologis Penyerobotan Masjid Muhammadiyah Cengkareng, diunduh pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 09.47 WIB.

19

Charles R. Berger, Michael E. Rollof, & David R. Roskos-Ewoldsen, Handbook Ilmu Komunikasi, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2014), 434.


(18)

8

komunikasi verbal maupun nonverbal, diantaranya perluasan sumber daya masjid, mutasi jabatan pada struktur organisasi masjid, akomodasi kepentingan-kepentingan pihak yang berkonflik, mendorong adanya persaingan diantara yang berkonflik, menetapkan peraturan-peraturan di masjid, dan lain sebagainya.20

Salah satu takmir masjid yang mempunyai permasalahan konflik organisasi yang cukup dinamis adalah takmir masjid Ar-Rahman yang ada di Jalan Wonokusumo Kidul nomor 27-A, RT-02 RW-06, Kelurahan Pegirian, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya. Berdasarkan wawancara dengan humas takmir Masjid ar-Rahman, ada beberapa masalah yang dialami oleh Masjid Ar-Rahman. Salah satunya masalah konflik adalah perbedaan dalam memandang puji-pujian yang dilakukan setelah adzan dan sebelum iqamah, dimana jamaah yang tidak setuju dengan puji-pujian tersebut melarang jamaah lain yang melakukannya, padahal ritual puji-pujian ini sudah menjadi tradisi di masjid Ar-Rahman, hal inilah yang menyebabkan konflik pertengkaran mulu, bahkan hampir saja mengakibatkan terjadinya pertengkaran “carok”. Dengan komunikasi dakwah yang bersifat personal yang dilakukan oleh salah satu pengurus takmir masjid akhirnya pertengkaran fisik bisa dicegah, dan terjadi penyelesaian damai diantara pihak yang berkonflik.21

Dari deskripsi masalah diatas, konflik dakwah yang dialami oleh organisasi takmir masjid Ar-Rahman adalah masalah yang sangat dinamis,

20

Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011), 95.

21


(19)

9

disinilah letak keunikannya. Selain itu, konflik yang terjadi juga melibatkan internal takmir masjid Rahman dan eksternal organisasi takmir masjid Ar-Rahman, padahal aspek eksternal dari takmir masjid Ar-Rahman yang merupakan obyek dakwahnya juga mempunyai kompleksitas yang cukup rumit, karena di sana juga melibatkan aspek multikultural karena adanya perbedaan suku (Jawa, Arab, Ambon dan Madura), perbedaan tingkat pendidikan serta sudut pandang/keyakinan agama (ada yang NU, Muhammadiyah, Jamaah Tabligh dan salaf), selain itu kondisi kampung wonokusumo kidul yang juga rawan kriminalitas seperti adanya minum-minuman keras,22

adanya perjudian,23

mulai dari perjudian memakai kartu, sampai dengan perjudian burung dara, dan yang cukup meresahkan adalah merebaknya penggunaan narkoba dikalangan warga,24

tidak hanya kriminalitas, warga sekitar masjid Ar-Rahman memang merupakan warga yang sering terjadi konflik, salah satunya konflik antar warga yang berakhir dengan pembunuhan,25

dll. Kondisi inilah yang memberikan pengaruh terhadap dinamika konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman.

22

http//www. Kompas.com., Tiga Hari Pesta Miras Oplosan, 4 Warga Surabaya Tewas, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:57, & http//www.surya.co.id., Pak Slamet Bisa Selamat Saat 4 Temannya Tewas karena Miras Oplosan, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:14.

23

http//www.Pojok Pitu.htm., POLISI TANGKAP 9 PENJUDI DI MAKAM WONKID, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:31; ada juga link berita http//www.surya.co.id., di Pejudi 'Tiarap', Pagupon Dibakar, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:30, & http//www.LensaIndonesia.com.htm., Judi undangan Wonokusumo digerebek polisi, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:34.

24

http//www.HARIANNASIONALNEWS.com., Residivis Narkoba di Tangkap Polres Tanjung Perak, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:41, & http//www.Kabar Progresif.com.htm., Habibi Al-Katiri warga wonkid Narkoba, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:39.

25

http//www.Surabaya News.htm., Hutang 14 Juta Wanita Paruh Baya Dibunuh Dengan Sadis, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:06 & http//www.detiknews.com, Pelaku Pembunuhan di TPI Romo Kalisari Tertangkap, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:08.


(20)

10

Salah satu bentuk kemampuan komunikasi dakwah dalam menyelesaikan konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman adalah seperti yang dilakukan oleh ketua takmir masjid Ar-Rahman dalam penyelesaian konflik yakni ada beberapa anggota jamaah yang menggerutu, ada yang menyampaikan kekesalan kepada takmir, yang disebabkan kesalahan bacaan yang sering dilakukan oleh imam rawatib, ketua takmir menggunakan komunikasi dakwah yang bersifat dialog untuk menyelesaikan konflik organisasi tersebut, beliau tidak langsung menghakimi, tapi melakukan penggalian data terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan dari jamaah misalnya kesalahan bacaan itu yang seperti apa? Apakah sering salah? Apakah sudah ada yang menegur?. Dari penggalian data tersebut beliau kemudian menentukan inti masalahnya, bahwa masalah kesalahan baca itu karena bacaan yang dibaca terlalu panjang dan terkadang kurang konsentrasi, setelah itu beliau mengajak bicara santai imam rawatib dan memberikan masukan tersebut lewat guyonan keakraban sehingga imam rawatibnya tidak merasa disalahkan atau sakit hati, dan setelah adanya komunikasi dakwah dengan bentuk dialog tersebut imam rawatib mau melakukan perubahan dalam menjalankan tugasnya sebagai imam, mengambil ayat-ayat yang tidak terlalu panjang, dan jika lagi ada masalah yang menyebabkan kurang berkonsentrasi memberikan kepada imam rawatib lainnya, sehingga tingkat kesalahan menjadi lebih berkurang.26

Dari realitas diatas, peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik

26


(21)

11

organisasi yang dinamis dan kompleks itu, sehingga sampai sekarang organisasi takmir masjid Ar-Rahman sebagai komunikator dakwah bisa tetap berjalan menyampaikan pesan-pesan dakwahnya melalui berbagai program dakwah di masjid yang tidak hanya pelaksanaan sholat wajib jamaah dan

sholat jum’at saja, tapi juga program-progam dakwah yang lainnya seperti

pembangunan fisik masjid yang berjalan sampai sekarang, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), pengajian umum bulanan, bahkan pesan dakwah yang berupa kegiatan-kegiatan pembinaan Remaja Masjid juga berjalan secara aktif dan sangat hidup, diantaranya Hadrah Al-Banjari, Pengajian Sambang Dulur (PSD), Bakti Sosial, Outbond, dan banyak lagi yang lainnya.

Penelitian ini difokuskan pada tahun 2015-2016 karena pada tahun ini dinamika konflik dan proses komunikasi resolusi konflik yang terjadi cukup dinamis, sehingga dapat memberikan pengkayaan data dan kedalaman penelitian, selain itu untuk memudahkan mengingat, karena dinamikanya baru saja terjadi jarak dengan kejadian sekitar 2 tahun yang lalu.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjd Ar-Rahman?


(22)

12

2. Mengapa takmir masjid Ar-Rahman melakukan komunikasi dakwah yang

seperti itu?

3. Bagaimanakah jenis konflik organisasi yang terjadi pada takmir masjid Ar-Rahman?

4. Mengapa terjadi konflik organisasi pada takmir masjid Ar-Rahman pada tahun 2015-2016?

5. Bagaimanakan komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi?

6. Mengapa komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi seperti itu?

7. Apa dampak-dampak komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman terhadap konflik organisasi?

Karena berbagai keterbatasan, maka penelitian ini tidak membahas semua identifikasi masalah diatas, hanya memfokuskan pada beberapa rumusan masalah saja, dan dibatasi dengan waktu antara tahun 2015-2016.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah jenis konflik organisasi yang terjadi pada takmir masjid Ar-Rahman ditahun 2015-2016?

2. Mengapa terjadi konflik organisasi pada takmir masjid Ar-Rahman pada tahun 2015-2016?

3. Bagaimanakah komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi pada tahun 2015-2016?


(23)

13

D. Tujuan

1. Mengetahui jenis konflik organisasi yang terjadi di Masjid Ar-Rahman pada tahun 2015-2016.

2. Mengetahui sumber konflik organisasi pada takmis masjid Ar-Rahman pada tahun 2015-2016.

3. Mengetahui komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman pada tahun 2015 – 2016.

E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran berupa pengembangan konsep komunikasi penyiaran Islam, khususnya komunikasi dakwah dalam penyelesaian konflik organisasi.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini bisa menjadi salah satu pijakan dalam membangun pola komunikasi dakwah yang dapat menyelesaikan konflik organisasi takmir masjid, mengingat peneliti adalah bagian dari pengelola masjid.

b. Bagi lembaga dakwah terutama pengurus masjid, penelitian ini bisa dijadikan salah satu referensi pemecahan masalah organisasi salah


(24)

14

satunya yaitu bagaimana pola komunikasi dakwah yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi konflik pada organisasi ketakmiran. c. Bagi Departemen Agama, penelitian ini bisa menjadi salah satu

instrumen dalam menyusun komunikasi dakwah di organisasi kemasjidan untuk mengoptimalkan fungsi masjid, sehingga masjid bisa berperan dalam pembangunan bangsa dan negara.

d. Bagi pembaca/peneliti, penelitian ini bisa menjadi salah satu alat untuk melakukan pendalaman penelitian selanjutnya dibidang Komunikasi Penyiaran Islam.

F. Penelitian Terdahulu

Kebanyakan penelitian yang ada meneliti tentang resolusi konflik, misalnya akan tetapi dari penggalian data peneliti, sangat jarang yang fokus penelitiannya pada komunikasi resolusi konflik, apalagi jika yang dijadikan sebagai subyek penelitiannya adalah takmir masjid. Sehingga disinilah letak kebaruan dari penelitian ini.

N O JUDUL & PENUL IS RUMUSAN MASALAH & TUJUAN METOD OLOGI

HASIL PERBEDAA

N

1 BEREB

UT LADAN G DAKW AH PADA MASYA RAKAT 1. Faktor apa yang melatarbe lakangi konflik MTA dan

NU di

Purworej o?  Penelit ian lapang an (field researc h) yang bersifa 1. Konflik antara warga MTA dan NU di Kabupaten Purworejo dilatarbelaka ngi oleh perbedaan Perbedaan pada subyek penelitiannya, dimana penelitian Indiriyani subyek penelitiannya adalah konflik


(25)

15 MUSLI M JAWA: (Studi Kasus terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) dan Nahdlatu l Ulama (NU) di Kabupat en Purworej o Indriyani Ma’rifah dan Ahmad Asroni Alumni UIN Sunan Kalijaga dan dosen Fakultas Ushulud din UIN Sunan Kalijaga Yogyaka rta Jurnal Dakwah, Vol. XIV, 2. Model resolusi konflik seperti apa yang diterapka n sehingga mampu mengurai konflik-konflik MTA dan

NU di

Purworej o? t kualita tif.  Pende katan yang diguna kan adalah pendek atan sosiolo gis.  Subjek penelit ian ini adalah konflik warga MTA dan NU di Kabup aten Purwo rejo, Jawa Tenga h.  Untuk mengg ali data penelit ian diguna kan bebera pa metod e: Pertam a, metod e observ asi pandangan teologis, terutama menyangkut tradisi lokal. Orang-orang MTA menganggap bahwasanny a upacara-upacara keagamaan yang dilakukan orang-orang NU seperti kenduri, yasinan, tahlilan, mitoni, dan lain-lain sebagai perbuatan bid’ah yang tidak ada tuntunannya dalam Al-Qur’an dan Hadis. Warga NU merasa keberatan dengan materi dan metode pendekatan yang dilakukan MTA dalam melakukan dakwah karena MTA tidak menghormat i perbedaan fiqhiyah, antar organisasi/ 2 organisasi, yakni organisasi NU dan MTA, sedangkan dalam penelitian ini subyeknya konflik satu organisasi, yakni konflik takmir masjid Ar-Rahman. Perbedaan selanjutnya adalah metode penyelesaian konfliknya, dalam penelitian Indriyani penyelesaian konflik antara MTA vs NU hanya mendeskripsik an metode penyelesaian konfliknya. Sedangkan dalam penelitian ini dalam mendeskripsik an metode penyelesaian konfliknya menggunakan pendekatan komunikasi khususnya komunikasi dakwah.


(26)

16 No. 2 Tahun 201327 (penga matan) , Kedua Wawa ncara, Ketiga Doku mentas i.  Analisi s data: reduks i data, tidak hanya deskri ptif juga analisi s. cenderung melecehkan ajaran kelompok lain, provokatif, menyebarka n kebencian, dan permusuhan di kalangan umat Islam, sehingga mengganggu ketenterama n dan keharmonisa n umat beragama di Purworejo. 2. Resolusi konflik MTA dan NU di Purworejo dilakukan melalui dialog. Dialog difasilitasi oleh Pemkab Purworejo. Pemkab Purworejo mengundang pihak-pihak yang berkonflik, Majelis Ulama Indonesia (MUI), 27

Indriyani Ma’rifah dan Ahmad Asroni, BEREBUT LADANG DAKWAH PADA MASYARAKAT MUSLIM JAWA: (Studi Kasus terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) dan Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purworejo, Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 2 Tahun 2013.


(27)

17 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), berbagai ormas keagamaan, dan sejumlah stakeholders untuk menyelesaik an permasalaha n seputar keberadaan MTA. Kesepakatan damai akhirnya pun tercapai. Melalui dialog tersebut pihak MTA meminta maaf dan berjanji akan mengevaluas i metode-metode dakwah supaya tidak provokatif dan dapat menyebabka n kebencian.

2 Peran

Penyulu h Agama Islam dalam Mereduk si Rumusan Masalah: 1. Usaha apa saja yang dilakukan Penyuluh  Kualit atif.  Penelit ian ini merup akan kajian  Konflik

intern umat beragama dalam pelaksanaan shalat tarawih Perbedaan pertama, pada fokus

penelitian, dalam penelitian Mukhlisuddin


(28)

18 Konflik dan Mengint egrasika n Masyara kat (Studi Kasus Konflik Pelaksan aan Shalat Tarawih di Kecamat an Bandar Dua Kabupat en Pidie Jaya) Mukhlis uddin Kantor Urusan Agama Kec. Bandar Dua email: mukhlisu ddinmar zuki@g mail.co m Jurnal Bimas Islam Vol.9. No.I 2016 Agama Islam dalam mereduks i konflik tatacara shalat tarawihda n menginte grasikan masyarak at di Kecamata n Bandar Dua. 2. Bagaiman akah keberhasi lan yang sudah dicapai dari mereduks i konflik tatacara shalat tarawihda n mewujud kan integrasi di Kecamata n Bandar Dua. Tujuan: 1. Untuk mendeskr ipsikan usaha yang dilakukan Penyuluh Agama Islam sosiolo gis-fenom enolog is.  Data diperol eh melalu i studi literatu r atau library researc h (kajian kepust akaan) dan field researc h (studi lapang an).  Metod e menda patkan data dengan Observ asi, Wawa ncara menda lam, dan Analisi s dokum entasi.  Teknik pengol ahan data umumnya dimunculkan oleh fanatisme yang berlebihan dalam sebagian kelompok masyarakat. Sebenarnya perbedaan yang muncul dalam menyikapi pandangan ini akan bisa dilaksanakan dalam nuansa damai dalam masyarakat apabila antara satu komuniats dengankomu nitas lain bisa

tenggangras

a dalam

membinan kerukunan intern umat beragama.

 Penyuluh

agama Islam telah

mengambil sikap netral dalam

perdebatan ini. Dalam

hal ini,

Penyuluh agama Islam fungsional

fokus

penelitiannya

pada peran

penyuluh agama didalam mereduksi

konflik dan

mengintegrasik an masyarakat, sedangkan fokus

penelitian ini

adalah pada

komunikasi dakwah takmir

masjid

Ar-Rahman dalam mengelola konflik organisasi. Perbedaanya terletak pada subyek penelitiannya, dalam penelitian Mukhlisuddin subyek penelitiannya adalah konflik pelaksanaan sholat tarawih di Kec. Pidie Jaya.

Sedangkan dalam

penelitian ini subyek

penelitiannya adalah konflik organisasi takmir masjid Ar-rahman. Perbedaan


(29)

19 dalam mereduks i konflik tatacara shalat tarawih dan menginte grasikan masyarak at di Kecamata n Bandar Dua. 2. Untuk mengurai kan keberhasi lan yang sudah dicapai dari usaha mereduks ikan konflik tatacara shalat tarawih dan mewujud kan integrasi di Kecamata n Bandar Dua. dilaku kan melalu i tahap pemeri ksaan (editin g), penand aan (codin g), penyus unan (recon structi ng), sistem atik berdas arkan pokok bahasa n dan sub pokok bahasa n yang diident ifikasi dari rumus an masala h (syste matizi ng).  Teknik Penari kan Kesim pulan  Penari kan kesimp

dan honorer bertindak sebagai sebagai fasilitator dan bersikap netral dalam menghadapi perbedaan yang mengarah kepada konflik horizontal yang lebih besar.  Langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi ketentraman dalam beribadah, melakukan komunikasi yang efektif, melakukan koordinasi lintas sektoral, berperan serta/berparti sipasi dalam pelaksanaan ibadah tarawih di tengah masyarakat kecamatan Bandar Dua dan secara personal penyuluh memberikan keteladanan berikutnya pada pendekatan yang digunakan, dalam penelitian Mukhlisuddin menggunakan pendekatan fenomenologis -sosiologis, sedangkan dalam

penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan komunikasi khususnya komunikasi dakwah. Perbedaan lainnya, pada penelitian Mukhlisuddin Sumber konfliknya sudah jelas dan dibatasi pada konflik

tatacara sholat tarawih,

sedangkan pad penelitian ini sumber

konfliknya belum dibatasi.


(30)

20

ulan dengan cara kualita tif dengan teknik indukti f ke dedukt if.

kepada masyarakat untuk tidak menjadikan konflik tatalaksana shalat tarawih sebagai permusuhan dalam masyarakat

dan juga

penyuluh agama Islam membuka ruang dialog dan diskusi antar warga masyarakat.

 Hingga

Ramadhan

1436 H,

diantara hasil yang didapatkan adalah lahirnya ketentraman warga dalam beribadah tarawih, tidak lagi saling

menuding dan saling menyalahka

n antar

masyarakat. Secara umumnya upaya yang dilakukan sudah mulai membuahka


(31)

21 walaupun belum maksimal sepenuhnya, namun masih diharapkan kelanjutan membinan kerukunan intern umat beragama dalam masyarakat kecamatan Bandar Dua.

3 STRAT

EGI TOKOH ADAT DALAM MENGA TASI KONFLI K SOSIAL KEAGA MAAN DI DESA SEMELI NANG TEBING KECAM ATAN PERAN AP KABUP ATEN INDRA GIRI HULU SKRIPSI Diajukan untuk  Rumusan Masalah: Bagaiman a strategi yang digunaka n oleh tokoh adat dalam mengatasi konflik sosial keagamaa n?  Tujuanny a agar strategi tokoh adat dalam mengatasi konflik sosial keagamaa n dapat diketahui.  Penelit ian ini disusu n dengan kerang ka pikir yang sistem atis mengg unakan model dedukt if.  Jenis penelit ian ini adalah deskri ptif dan mengg unakan pendek atan kualita tif.  Inform Strategi tokoh adat dalam mengatasi konflik sosial keagamaan di Desa Semelinang Tebing Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu dilakukan dengan beberapa cara, yaitu; 1. Tokoh adat

melakukan identifikasi konflik dengan cara menanyakan dan mengamati langsung pihak yang terlibat konflik. 2. Tokoh adat

memahami persoalan

Perbedaan pertama pada subyek

penelitiannya, dalam

penelitian Wike Novriani subyek

penelitiannya konflik sosial keagamaan di Desa

Semelinang Tebing, Kec. Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, sedangkan dalam

penelitian ini subyek

penelitiannya adalah konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman. Perbedaan selanjutnya


(32)

22 Memenu hi Salah Satu Syarat Memper oleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Fakultas Dakwah dan Komuni kasi Universit as Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau OLEH WIKE NOVRI ANI HS an penelit ian berjum lah 4 (empat ) orang.  Pengu mpula n data dilaku kan melalu i observ asi, wawan cara, dokum entasi dan hasil data tersebu t dianali sis secara deskri ptif kualita tif. dan situasi konflik dengan cara tetap menjaga komunikasi dengan baik. 3. Tokoh adat

menyusun langkah-langkah untuk menyelesaik an konflik dengan cara musyawarah internal pengurus adat. 4. Tokoh adat

menyelesaik an konflik yang terjadi dengan cara bermusyawa rah bersama pihak-pihak terkait. 5. Tokoh adat

melakukan evaluasi konflik dengan cara bermusyawa rah internal pengurus. penelitiannya, pada penelitian Wike Novriani fokus

penelitiannya pada strategi

tokoh adat

dalam mengatasi konflik keagamaan. Sedangkan pada penelitian

ini fokus

penelitiannya pada

komunikasi dakwah takmir masjid dalam mengatasi konflik organisasi. Perbedaan lainnya pada konfliknya, penelitian Wike Novriani konflik yang diteliti pada konflik

keagamaan,

tapi pada

penelitian ini pada konflik organisasi.

4 Resolusi Konflik melalui Pendekat an Kearifan Lokal Pela Gandong Bagaimana revitalisasi dan penataan kembali pela gandong antar desa di Kota Ambon agar dapat berfungsi  Lokasi Provin si Maluk u yang terjadi konflik , dibatas

Salah satu

bentuk penyelesaian

konflik SARA

dengan menyisipkan nilai-nilai

budaya yang

telah melekat

Perbedaannya pertama pada subyek penelitian, dalam penelitian Hendry Bakri subyek penelitiannya


(33)

23 di Kota Ambon. 28 Hendry Bakri Magister Ilmu Politik Universit as Hasanud din hendryba kri@ym ail.com efektif sebagai pedoman bagi warga masyarakat dalam menjaga hubungan persaudaraan dan meminimalisi r konflik yang terjadi. i di Ibukot anya yakni Ambo n, Lokus penelit iannya di desa Batu merah dan desa Passo yang merup akan dua desa yang berpel a gando ng dan keduan ya berbed a agama.  metod e kualita tif.  pendek atan fenom enolog i.

sejak dulu kala,

dan menjadi

ikatan

persaudaraan

orang Ambon

dan Maluku

umumnya. Bentuk penyelesaian konflik salah satunya dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat

Ambon yakni

pela gandong

mampu meredam konflik bernuansa SARA. adalah konflik di kota Ambon, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitian ini subyek penelitiannya adalah konflik organisasi takmir masjid. Pendekatan dalam penyelesaian konfliknya didalam penelitian Hendry Bakri menggunakan pendekatan kearifan lokal Pellagandong, sedangkan pada penelitian ini pendekatan menyelesaikan konfliknya dengan pendekatan komunikasi dakwah.

5 DAKW

AH DALAM Rumusan masalahnya: Bagaimana  Penelit ian kualita

Dakwah dalam teori konflik fungsional dan

Perbedaan pertama, penelitian

28

Hendry Bakri, Resolusi Konflik melalui Pendekatan Kearifan Lokal Pela Gandong di Kota Ambon, The POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Volume 1, Number 1, January 2015, 51-60.


(34)

24 KONDI SI KONFLI K PERSPE KTIF TEORI SOSIOL OGI29 Ahmad Supriyad i Dosen STAIN Kudus langkah dakwah dalam kondisi konflik perspektif teori sosiologi? Tujuan: Mengetahui langkah dakwah dalam kondisi konflik dari perspektif teori sosiologi tif.  Studi Pustak a.  Perspe ktif yang diguna kan adalah Teori Sosiol ogi, khusus nya teori konflik .

konflik dialektik merupakan dua teori yang sama-sama

menekankan

pada obyek

bahwa dalam

suatu masyarakat terdapat konflik. Peranan teori-teori tersebut dalam aktifitas

dakwah bagi

umat Islam

adalah sebagai

pijakan yang

mampu

mempengaruhi

materi dalam

menyampaikan

pesan dalam

berdakwah dan sekaligus

merupakan

obyek kajian

dalam berdakwah. Materi dakwah di daerah dalam kondisi konflik lebih

menekankan pengaktifan fungsi-fungsi sosial sehingga

konflik bisa

selesai, sedangkan masyarakat yang sedang konflik perlu pemahaman Ahmad Supriyadi merupakan penelitian studi pustaka, sedangkan penelitian ini adalah penelitian lapangan. Perbedaan yang kedua, perspektif yang digunakan adalah perspektif teori sosiologi, sedangkan dalam penelitian ini perspektif yang digunakan adalah komunikasi dakwah. Perbedaan yang ketiga,

dalam penelitian Ahmad Supriyadi konflik yang didalami adalah konflik sosial, sedangkan dalam penelitian ini konflik yang 29

Ahmad Supriyadi, Dakwah dalam Kondisi Konflik Perspektif Teori Sosiologi, AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No.1 (Juni 2015), 139-164.


(35)

25

tentang kebersamaan, ketentraman dan perdamaian, sehingga obyek

kajian yang

selalu disampaikan lebih

menekankan hal itu.

didalami adalah konflik

organisasi.

6 Komuni

kasi Organisa si dalam Penyeles aian Konflik (Studi Multikas us pada SD Patimura , SD Cut

Nyak Dien dan SD Hasanud in di Kabupat en Toyoaru m).30 (Disertas i) Isparwot o Penelitian ini mengkaji tentang komunikasi organisasi dalam penyelesaian konflik, dengan tiga sub fokus penelitian: (1) proses komunikasi dalam penyelesaian konflik, (2) iklim komunikasi dalam penyelesaian konflik, dan (3) langkah penyelesaian konflik. Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Dasar, yaitu SD Patimura, SD Cut Nyak Dien dan SD Hasanudin Penelitian ini mengguna kan pendekata n kualitatif dengan rancangan studi multi kasus, data pe-nelitian berupa data deskriptif yang diperoleh melalui wawancar a, observasi dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan analisis data kasus individu dan lintas kasus, Pengeceka

Penelitian ini menghasilkan

tiga temuan.

Pertama, proses komunikasi dapat terwujud dengan efektif

apabila: a)

sumber informasi menguasai informasi yang akan dikirim, menguasai saluran

informasi yang digunakan dan menguasai medan

komunikasinya,

serta dalam

penyampaiannya sistematis, kritis, kreatif, inovatif,

santun dan

menarik, b)

informasi yang disampaikan terbaru, asli dari sumbernya, obyektif, padat, relevan, tetap

Penelitian Isparwoto menggunakan komunikasi organisasi sebagai metode penyelesaian konflik, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan komunikasi dakwah. Subyek penelitian dalam penelitian Isparwoto adalah konflik pada organisasi sekolah, yakni SD Patimura, SD Cut Nyak Dien dan SD Hasanudin di Kabupaten Toyoarum, sedangkan 30

Isparwoto, Komunikasi Organisasi dalam Penyelesaian Konflik (Studi Multikasus pada SD Patimura, SD Cut Nyak Dien dan SD Hasanudin di Kabupaten Toyoarum), (Disertasi -- Universitas Negeri Malang, 2012), halaman awal.


(36)

26 Kabupaten Toyoarum. n keabsahan data dilakukan dengan uji validitas yang memenuhi dua kriteria, yaitu: (1) kredibilita s meliputi triangulasi sumber data, metode, dan pengecekk an anggota, (2) dependibil itas, dan (3) konfirmab ilitas.

tidak berubah, mengandung kebenaran dan dapat dipercaya.

c). saluran

informasinya menggunakan bahasa verbal lisan dan tulis yang sistematis dan jelas, bahasa non verbal yang meyakinkan, melalui indera penglihatan dan pendengaran, selain

penciuman,

pengecap dan

peraba, serta menggunakan media

komunikasi seperti buku, pesan singkat, telepon, hand-phone maupun teknologi

berbantuan komputer seperti internet, email dan face-book, dan d) penerima informasi memahami maknanya, meyakini kebenarannya, merata penyebarannya, mencukupi kebutuhan informasi dan segera

meresponnya.

Kedua, iklim

dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah konflik organisasi yang terjadi pada takmir masjid ar-Rahman.


(37)

27

komunikasi dapat terwujud dengan kondusif apabila: a) guru diajak

berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai

masalah, dan

wilayah kebijakan

sekolah yang

relevan dengan kedudukan guru,

serta diberi

kesempatan berpartisipasi

dalam proses

pembuatan keputusan dan penentuan tujuan sekolah, b) semua guru mudah

memperoleh informasi yang berhubungan

dengan tugas

guru, kecuali un-tuk

keperluan informasi

rahasia dan

semua guru

menerima

informasi yang dapat

meningkatkan kemampuan

mereka untuk

mengkoordinasi kan pekerjaan, yang

berhubungan dengan sekolah,


(38)

28

kepala sekolah

dan program

kerja sekolah, c) Kepala sekolah bersedia

mendengarkan saran, laporan,

dan masalah

yang

dikemukakan

guru secara

kesinambungan

dan dengan

pikiran terbuka serta informasi

dari guru

dipandang cukup penting untuk

dilaksanakan

kecuali ada

petunjuk lain yang

berlawanan, d) Kepala sekolah

dan guru

menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi

dan kepala

sekolah menunjukkan perhatian yang

besar kepada

kesejahteraan guru, sama besar seperti perhatian

pada tujuan

berkinerja tinggi. Ketiga,

kepala sekolah dalam

menyelesaikan konflik dapat efektif apabila:


(39)

29

a) langkah

perencanaan penyelesaian konflik yaitu: mengidentifikasi sumber konflik

dan jenis

konflik,

mengklasifikasi

konflik dan

menganalisis

konflik, b)

langkah pelaksanaan penyelesaian konflik, yaitu: konflik antar guru

menggunakan pendekatan kolaborasi,

kompromi dan

kompetisi,

konflik guru

dengan kepala sekolah

menggunakan pendekatan

dominasi dan

rela membantu,

konflik guru

dengan

kelompok guru menggunakan pendekatan

kompromi dan

kolaborasi serta konflik antar kelompok guru menggunakan pendekatan integrasi, c) langkah evaluasi penyelesaian konflik dilakukan


(40)

30

Kepala Sekolah dengan

mengurangi dampak negatif

konflik baik

tingkat konflik

yang terlalu

rendah maupun tingkat konflik

yang terlalu

tinggi, dengan mendorong dampak positif konflik melalui peningkat-an

konflik yang

optimal, sehingga peningkatan kinerja dapat terlihat pada

sikap dan

perilaku kerja dan hasil kerja yang produktif dan berkualitas dari semua war-ga sekolah.

Dari temuan

tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui komunikasi yang efektif dan harmonis yaitu proses

komunikasi yang efektif dan iklim

komunikasi yang kondusif dapat

menyelesaikan konflik secara efektif.


(41)

31

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif-Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan atau obyek studi. Lexy J. Moleong mengutip dari Bogdan dan Taylor tentang definisi metodologi kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diarahkan kepada latar dan individu secara holistik.31 Deskripsi hasil penelitian ini nantinya berupa kata-kata, kalimat tertulis yang bisa menggambarkan dengan jelas jenis-jenis konflik organisasi, sumber konflik organisasi, serta mendeskripsikan komunikasi dakwah dalam penyelesaian konflik organisasi yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman, bukan berupa angka-angka atau rumus statistik seperti yang ada dipenelitian kuantitatif.

Berdasarkan kepada latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah studi yang bersifat deskriptif. Burhan Bungin mencatat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu gambaran

31


(42)

32

tentang kondisi, situasi atau variabel tertentu32. Dalam penelitian ini, hasil penelitiannya adalah berupa deskripsi atau penjabaran secara mendalam tentang konflik organisasi takmir masjid Ar-Rahman dalam proses dakwah yang dijalankannya meliputi jenis-jenis konflik, faktor-faktor penyebab konflik, serta penjabaran proses komunikasi dakwah dalam penyelesaian konflik organisasi yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman.

Alasan lain penelitian ini dimasukkan dalam jenis penelitian deskriptif karena memenuhi salah satu ciri-ciri penelitian deskriptif, yaitu bertujuan mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Penelitian ini biasanya tanpa hipotesis. Jika ada hipotesis, biasanya tidak diuji menurut prosedur baku statistik.33 Penelitian ini juga bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan konflik organisasi dan komunikasi dakwah takmir masjid Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik organisasi, kemudian menyusun data dan menganalisis data berkaitan dengan jenis-jenis konflik yang terjadi dalam dakwah yang dijalankan oleh takmir masjid Ar-Rahman, faktor-faktor penyebabnya serta komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir Ar-Rahman dalam menyelesaikan konflik tersebut.

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data dokumen

32

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial : Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), 33.

33

Muhtadi, Asep Saeful dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), 128.


(43)

33

dan lain-lain.34 Data kualitatif merupakan data atau informasi yang paling terutama digali dan dikumpulkan serta dikaji untuk keperluan penelitian ini. Penggalian informasi berasal dari beragam sumber data. Jenis sumber data yang akan dimanfaatkan oleh peneliti meliputi:

a. Sumber data primer

Narasumber yang menjadi sumber data primer adalah narasumber data yang berkaitan langsung dengan permasalahan, yakni pihak-pihak yang ikut dalam dinamika konflik organisasi di masjid Ar-Rahman dan pihak-pihak yang melakukan komunikasi resolusi konflik untuk melakukan penyelesaian masalah dakwah tersebut. Sumber data itu diantaranya, yakni pengurus takmir masjid Ar-Rahman Wonokusumo Kidul sebagai informan kunci (Key Informance), jamaah masjid dan

warga yang terkait dengan konflik dalam proses dakwah yang dijalankan oleh takmir masjid Ar-Rahman.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah ketua takmir masjid Ar-Rahman, yakni Drs. H. Hendri Suharyanto, dan Humas Takmir Masjid Ar-Rahman yakni Bapak Achmad Tohir. Beliau berdua kami jadikan sebagai informan kunci karena banyak mengetahui dan terlibat dalam proses penyelesaian konflik organisas yang terjadi di masjid Ar-Rahman.

b. Sumber data sekunder

34


(44)

34

Sumber data sekunder ini ditujukan untuk memperkaya atau memperdalam kualitas penelitian ini, juga bisa pada titik tertentu bisa menjadi pengujian akan keabsahan data. Narasumber yang aka diminta sumber data sekundernya adalah orang-orang yang tidak terkait dengan permasalahan konflik organisasi di masjid Ar-Rahman dan juga tidak terkait dengan komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman. Mereka bisa jadi warga sekitar masjid Ar-Rahman atau warga RW-06, kelurahan Pegirian, Kecamatan Semampir, Surabaya yang tidak terlibat dalam konflik organisasi yang terjadi dalam proses dakwah di masjid Ar-Rahman, serta tokoh masyarakat yang tidak terlibat dalam konflik organisasi tersebut, dll.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan berdasarkan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian, maka teknik dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara secara mendalam (indepth interviewing)

Wawancara bersifat terbuka dan luwes yang dilakukan dalam suasana yang informal dan akrab.35 Pertanyaan yang nantinya dilontarkan oleh peneliti tidak kaku dan terlalu terstruktur, sehingga dapat dilakukan wawancara dengan fleksibel, santai, luwes. Melalui cara tersebut, diharapkan sumber dapat memberikan jawaban yang jujur dan terbuka. Tujuan dari wawancara ditegaskan

35


(45)

35

oleh Guba dan Lincoln antara lain untuk mengkonstruksi,

merekonstruksi, memproyeksikan dan memverifikasi objek

penelitian.36 Untuk mendapatkan data mendalam, proses wawancara bisa berjalan berkali-kali, hal ini sangat memungkinkan dilakukan karena prosesnya luwes dan fleksibel, selain itu peneliti juga menjadi bagi dari takmir, sudah mengenal dan akrab dengan para pengurus takmir dan jamaah serta warga, bahkan proses wawancara bisa dilakukan berulang-ulang sambil berdiskusi informal selepas sholat, atau setelah rapat bersama, dan lain-lain.

b. Berperanserta Secara Lengkap

Proses pengambilan data dengan cara pengamatan, dimana peneliti sebagai pengamat menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh data apa saja yang dibutuhkan, bahkan yang dirahasiakan sekalipun.37 Karena peneliti juga menjadi salah satu pengurus dalam takmir masjid Ar-Rahman, maka penulis akan menggunakan metode ini sebagai metode pencarian data, bahkan dalam beberapa konflik dakwah dan proses komunikasi resolusi konflik yang terjadi, peneliti juga terlibat didalamnya.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data selanjutnya dilakukan lewat pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan takmir masjid Ar-Rahman dalam memecahkan masalah. Dokumentasi terdiri atas foto fisik masjid

36

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 186.

37


(46)

36

Rahman, foto kegiatan masjid Ar-Rahman, struktur kepengurusan takmir masjid Ar-Rahman, AD/ART masjid Ar-Rahman, foto dengan narasumber, dan foto yang berkaitan dengan kejadian/konflik organisasi dan komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam rangka menyelesaikan konflik organisasi.

4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menghasilkan data yang dapat dipercaya, maka perlu adanya teknik pemeriksaan keabsahan data. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) menurut versi „posivitisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya sendiri.38

KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN

kredibilitas (derajat kepercayaan)

1. Perpanjangan keikut-sertaan

2. Ketekunan pengamatan

3. Triangulasi

4. Pengecekan sejawat

Kepastian Uraian rinci

Tabel 1. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data39

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik perpanjangan keikut-sertaan

38

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 321.

39


(47)

37

dengan melakukan perpanjangan waktu penelitian yang awalnya peneliti rencanakan 1 bulan menjadi 2 bulan, sehingga dapat memahami kondisi subyek penelitian lebih mendalam. Teknik ketekunan pengamatan juga peneliti gunakan dengan mencari untuk memperinci data-data yang dibutuhkan berkaitan dengan komunikasi dakwah yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam penyelesaian konflik organisasi yang ada di masjid tersebut.

Teknik triangulasi data juga peneliti gunakan dengan saling membandingkan data yang didapatkan sehingga didapatkan data yang konsisten. Teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah triangulasi sumber yakni dengan membandingkan data dengan membandingkan apa yang dikatakan sumber data dengan hasil pengamatan, membandingkan apa yang dikatakan sumber data saat wawancara dengan data saat berbicara secara informal, membandingkan data dari sumber data dengan berbagai pendapat dari yang lain, misalnya peneliti mendapatkan data dari salah satu anggota takmir yang terlibat dalam proses konflik organisasi dan komunikasi dakwah yang dijalankan oleh takmir masjid Ar-Rahman, maka peneliti akan mencoba melakukan pengujian data dengan membandingkan data tersebut dengan data yang disampaikan oleh anggota takmir tersebut dalam diskusi dilain waktu/diskusi informal, bisa juga dengan membandingkan dari data yang diberikan oleh takmir masjid Ar-Rahman yang lain, atau membandingkan dengan data yang diberikan oleh pihak jamaah.


(48)

38

Teknik triangulasi berikutnya yang peneliti gunakan adalah triangulasi metode, dimana peneliti akan menggunakan memberikan yang bervariasi untuk menguji konsistensi data yang didapat dari wawancara. Dalam proses wawancara baik formal maupun informal, peneliti akan memberikan instrumen berbeda untuk menguji konsistensi data yang diberikan oleh informan.

Teknik terakhir yang peneliti lakukan untuk memeriksa keabsahan data dengan pemeriksaan teman sejawat, yakni mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan teman sejawat.40 Teman sejawat yang peneliti ajak berdiskusi tentang penelitian ini terutama adalah pembimbing penelitian, selain itu kalau memang memungkinkan mengajak berdiskusi teman-teman senior yang memang memahami tentang dinamika penelitian. Secara peluang, hal ini sangat memungkinkan karena peneliti mempunyai banyak teman-teman peneliti yang pernah melakukan dan memahami penelitian setingkat tesis atau disertasi.

Untuk menguji kepastian data, maka peneliti menggunakan teknik uraian rinci, dengan seteliti dan serinci mungkin sehingga hasil penelitian yang didapatkan benar-benar mendalam.41 Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dari wawancara, pengalaman saat dilapangan, atau dokumentasi yang berkaitan dengan jenis-jenis konflik organisasi di masjid Ar-Rahman, sumber penyebabnya serta proses komunikasi dakwah

40

Ibid., 332.

41


(49)

39

yang dilakukan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam rangka menyelesaikan konflik tersebut akan diuraikan secara terperinci, sehingga datanya lengkap, dalam dan bisa memecahkan rumusan masalah yang diajukan.

5. Teknik Analisis

Analisa data kualitatif menurut Seiddel dalam Lexy J. Moleong melalui proses sebagai berikut:42

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya dapat ditelusuri.

Proses mencatat ini dilakukan setiap selesai melakukan wawancara dengan sumber data, baik wawancara itu disengaja, atapun tidak disengaja misalkan saat diskusi informal setelah sholat jamaah di masjid, saat setelah rapat, atau saat-saat lainnya, jika memang data yang dihasilkan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan dicatat. Setelah dicatat, maka dilakukan upaya pemberian kode, baik dari sumbernya, waktu wawancaranya, maupun kode isi wawancaranya, sehingga dengan kode ini memudahkan untuk proses analisis data selanjutnya.

b. Mengumpulkan, memilah-memilah, mengklasifikasikan,

mensintesiskan membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

Setelah itu data dari sumber data dikumpulkan, dipilah-pilah mana data yang penting dan data yang tidak penting, selanjutnya diklasifikasikan

42


(50)

40

datanya dalam bentuk klasifikasi berdasarkan rumusan masalah, mana data yang berhubungan dengan rumusan masalah pertama, mana data yang berkaitan dengan rumusan masalah kedua, mana data yang berkaitan dengan rumusan masalah yang ketiga, masing-masing diberi indeks.

c. Berpikir, dengan jalan membuat kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Data yang sudah diindeks tersebut dianalisis dengan pisau analisa yang sudah dibuka pada kerangka teoritik konflik organisasi dan komunikasi dakwah, dengan pola menghubungkan data dan klasifikasi data, konflik yang terjadi di masjid Ar-Rahman akan dapat diklasifikasikan dengan jelas dan sistematis, dengan berpikir analitis akan bisa didapatkan faktor-faktor penyebab konflik.

Selanjutnya dengan menggunakan pisau kerangka teori komunikasi dakwah akan dijabarkan proses komunikasi dakwah yang dijalankan oleh takmir masjid Ar-Rahman dalam rangka memecahkan konflik dakwah di masjid Ar-Rahman secara mendalam.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika bahasan dalam penelitian ini yang pertama kali diuraikan adalah latar belakang penelitian. Bagian ini bertujuan untuk menguraikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu komunikasi


(51)

41

dakwah ayang dilakukan oleh takmir masjid dalam penyelesaian konflik organisasi di masjid Ar-Rahman.

Setelah diuraikan masalahnya, maka dilakukan proses identifikasi masalah, kemudian Batasan Masalah. Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang muncul dalam latar belakang serta membatasi persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Setelah itu, masuk ke rumusan masalah. Bagian ini bertujuan untuk menunjukkan persoalan-persoalan yang akan dianalisa dan dijawab dalam penelitian ini.

Dari rumusan masalah, kemudian ditarik tujuan penelitian. Bagian ini bertujuan untuk menguraikan tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini yang menjawab rumusan masalah.

Selanjutnya diuraikan tentang manfaat penelitian. Bagian ini bertujuan untuk menguraikan manfaat atau kegunaan yang dapat diraih dari hasil-hasil penelitian ini.

Setelah itu, diuraikan penelitian terdahulu. Bagian ini bertujuan untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain sekaligus untuk menunjukkan originalitas dari penelitian ini.

Pembahasan selanjutnya adalah metode penelitian. Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan pendekatan, sumber data, instrumen dan variabel serta metode analisa sebagai pedoman dalam penelitian ini. Pemaparan


(52)

42

latarbelakang, rumusan msalah, tujuan, penelitian terdahulu, sampai dengan metode penelitian dibahas dalam bab I.

Setelah itu, dijelaskan tentang kerangka teoritik. Bagian ini bertujuan untuk menguraikan berbagai teori yang menjadi landasan bagi proses analisa dalam penelitian ini. Kerangka teoretik dimasukkan dalam bab II.

Pembahasan berikutnya bagian pemaparan data dan analisis data. Bagian ini bertujuan untuk menguraikan data secara sistematis serta melakukan analisa atas data-data tersebut hingga menghasilkan sebuah jawaban atas rumusan masalah penelitian. Pemaparan data dan analisa dimasukkan dalam bab III dan IV.

Bagian terakhir adalah pembahasan tentang kesimpulan dan saran. Bagian ini bertujuan untuk merumuskan kesimpulan umum serta memberikan saran atau rekomendasi berdasarkan capaian tersebut. Bagian ini dimasukkan dalam bab V.

I. Outline Penelitian

Secara umum, penelitian ini akan disusun dalam kerangka sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian


(53)

43

F. Pendekatan Penelitian

G. Sumber Data

H. Metode Pengumpulan Data

I. Metode Analisa Data Bab II. Kerangka Teoretik

A. Komunikasi Dakwah

1. Komunikasi

2. Dakwah

3. Komunikasi Dakwah

B. Konflik Organisasi C. Takmir Masjid

D. Komunikasi Dakwah Takmir Masjid dalam Menyelesaikan Konflik Organisasi

Bab III. Setting Penelitian

A. Profil Masjid Ar-Rahman Wonokusumo Kidul Surabaya

B. Kondisi Sosial, Budaya, Politik dan Ekonomi Jamaah Masjid Ar-Rahman Wonokusumo Kidul Surabaya

Bab IV. Pembahasan A. Penyajian Data B. Analisa Data

1. Bentuk-bentuk Konflik Dakwah di Masjid Ar-Rahman 2. Sumber Konflik Organisasi Takmir Masjid Ar-Rahman


(54)

44

3. Komunikasi Dakwah Takmir Masjid Ar-Rahman dalam

Penyelesaian Konflik Organisasi Bab V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan


(55)

45

BAB II

KOMUNIKASI DAKWAH TAKMIR MASJID & KONFLIK ORGANISASI

A. Komunikasi Dakwah 1. Komunikasi

a. Pengertian

Untuk memahami tentang komunikasi, maka pertama kali perlu memahami definisi tentang komunikasi, walaupun definisi terhadap komunikasi sangat banyak, seorang peneliti bisa mengambil salah satu definisi atau beberapa definisi yang akan membantu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.1 Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

bahasa Latin communis yang artinya “sama”, communico,

communicatio, atau communicare yang artinya “membuat sama”

(to make common).2

Dari asal kata tersebut bisa dimaknai komunikasi adalah aktifitas untuk membangun kesamaan, kesamaan yang hendak dibangun adalah kesamaan makna yang terjadi diantara dua orang atau lebih.3 Komunikasi adalah aktifitas untuk membangun kesamaan, kesamaan yang hendak dibangun adalah kesamaan makna yang terjadi diantara dua orang atau

1

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi, terj. Mohammad Yusuf Hamdan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), 4-5.

2

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 46.

3

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-prinsip Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 5.


(56)

46

lebih.4

Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa setiap orang yang berkomunikasi adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk membangun kesamaan makna, sehingga dengan adanya kesamaan makna tersebut diharapkan akan mencapai suatu keharmonisan dalam kehidupan.

Dalam definisi yang lain komunikasi (communication)

adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol baik berupa verbal ataupun nonverbal untuk menciptakan dan menerjemahkan makna didalam lingkungan mereka.5 Dari pengertian ini menggambarkan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang senantiasa berlangsung dalam kehidupan manusia, komunikasi bukan sesuatu yang berhenti, tapi ia akan senantiasa berproses, dimana proses komunikasi yang satu akan memberikan pengaruh terhadap proses komunikasi yang lain.

Dalam prakteknya, suatu komunikasi selalu mempunyai dua bentuk umum tindakan yakni penciptaan pesan dan penafsiran pesan.6

Penciptaan pesan dilakukan oleh komunikator dan pemaknaan pesan dilakukan oleh komunikan, dimana proses ini penciptaan dan penafsiran berjalan secara dinamis, bisa jadi prosesnya berjalan satu arah, bisa juga berjalan dua arah.

4

Ibid.

5

Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, terj. Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), 5.

6

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Usaha, terj. Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 26.


(57)

47

Sedangkan menurut Menurut Harold Lasswell menyatakan, “cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan siapa?, mengatakan apa?, dengan saluran apa?, kepada siapa?, dengan akibat apa atau hasil apa?

(Who? Says what? In which channel? To whom? With what

effect?).7

b. Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian Lasswell, dapat ditarik unsur-unsur dalam sebuah komunikasi, yakni:

1) Who says? (komunikator)

Komunikator merupakan individu atau kelompok yang menyampaikan ide, gagasan dalam bentuk pesan tertentu, dimana komunikator ketika menyampaikan pesan ini mempunyai tujuan tertentu.

2) Says what? (pesan)

Pesan merupakan isi dari sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan ini terdiri dari pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berisi kata-kata yang diucapkan, sedangkan pesan nonverbal meliputi semua pesan yang diterangkan tanpa kata-kata, pesan nonverbal terdiri dari:

7


(58)

48

ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian, dan sebagainya.8

3) In which channel? (media)

Media merupakan saluran yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan. Media ini bisa berupa udara dalam komunikasi langsung, bisa juga melalui media elektronik seperti Televisi, Radio, Internet, dan lain-lain.

4) To whom? (komunikan)

Komunikan adalah individu, kelompok atau massa yang menerima pesan dan komunikator.

5) With what effect? (efek komunikasi).

Efek komunikasi adalah dampak komunikasi yang dihasilkan dari suatu penyampaian pesan yang disampaikan oleh komunikator. Efek komunikasi ini bisa berupa pemahaman, perasaan, sikap, sampai dengan tindakan.9

Sebenarnya kelima unsur diatas, masih belum lengkap, bisa ditambahkan dengan unsur-unsur lainnya, yakni unsur keenam berupa umpan balik (feed back), unsur ketujuh berupa hambatan

(barriers/ noise), dan unsur kedelapan berupa konteks atau situasi

komunikasi.10

8

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-prinsip Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 7-9.

9

Ibid., 22-27.

10


(59)

49

Adanya umpan balik sebagai bentuk respon dari komunikan setelah menerima pesan dari komunikator memberikan gambaran bahwa komunikasi merupakan suatu proses interaksi yang tidak hanya satu arah, tapi ia merupakan suatu proses yang saling mempengaruhi, sebagai suatu hubungan sebab-akibat. Umpan balik ini sekaligus pesan yang diberikan kepada komunikator pertama, sehingga dengan adanya pesan balik ini, komunikan posisinya berubah menjadi komunikator kedua yang menyampaikan pesan, sedangkan komunikator pertama posisinya berubah menjadi komunikan kedua, saling berganti peran, dan prosesnya begitu seterusnya. Sehingga dalam proses komunikasi setiap pihak adalah sumber sekaligus penerima pesan. Dalam suatu komunikasi semuanya berperan secara aktif, sehingga orang-orang yang terlibat dalam komunikasi adalah komunikator-komunikator yag aktif dalam menyampaikan dan menerima pesan. Proses komunikasi yang berlangsung dinamis seperti ini oleh Deddy Mulyana disebut dengan komunikasi sebagai Transaksi.11

Dalam komunikasi juga terdapat unsur hambatan komunikasi, hambatan komunikasi adalah segala hal yang menghambat proses penyampaian pesan, sehingga pesan tidak sampai atau tidak mencapai tujuan komunikasi. Beberapa bentuk hambatan komunikasi antara lain berupa gangguan, kepentingan, motivasi

11


(60)

50

terpendam, dan adanya prasangka.12

Hambatan berupa prasangka merupakan hambatan yang menjadi penyebab konflik.13

Komunikasi juga berlangsung dalam suatu konteks tertentu. Konteks merupakan unsur komunikasi diluar orang-orang yang berkomunikasi, konteks komunikasi bisa bersifat:14

1) Konteks fisik, meliputi iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah

peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk

menyampaikan pesan

2) Konteks psikologis, meliputi sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi

3) Konteks sosial, meliputi norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya

4) Konteks waktu, meliputi hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam.

c. Fungsi Komunikasi

Secara fungsional, komunikasi dilakukan demi ragam kepentingan atau tujuan, utamanya untuk:15

1) Menyampaikan informasi (to inform).

2) Mendidik (to educate)

12

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra Aditya Abadi, 2007),45-49.

13

Charles R. Berger, Michael E. Rollof, & David R. Roskos-Ewoldsen, Handbook Ilmu Komunikasi, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2014), 422.

14

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 77.

15 Asep Syamsul M. Romli, “Komunikasi Dakwah”, Pendekatan Praktis, dalam ebook: ASM.


(61)

51

3) Menghibur (to entertaint)

4) Mempengaruhi (to influence).

Keempat fungsi itu pula yang diambil menjadi fungsi pers atau media massa sebagai sarana komunikasi massa, dengan menambahkan satu fungsi social control (pengawasan sosial).

d. Jenis-jenis Komunikasi

Komunikasi bisa bersifat penyampaian pesan satu arah, bisa dua arah atau timbal balik. Komunikasi juga bisa berupa komunikasi intra pribadi, komunikasi antarpribadi (antara dua orang atau lebih, atau kelompok), dan komunikasi massa. Komunikasi dalam penerapannya kemudian diterapkan dalam bidang tertentu yang kemudian menjadikan komunikasi lebih spesifik, misalnya komunikasi yang diterapkan pada bidang politik, maka muncul komunikasi politik, komunikasi yang diterapkan diorganisasi maka muncul komunikasi organisasi, komunikasi yang diterapkan dalam bidang kesehatan maka muncul komunikasi kesehatan, dan komunikasi yang diterapkan dalam bidang dakwah, maka muncul komunikasi dakwah.16

Menurut Dedy Mulyana indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan tingkatnya atau

16

Charless R. Berger, Michael E. Rollof, dan David R. Roskos-Ewoldsen, Handbook Ilmu Komunikasi, terj. Derta Sri Widowatie, (Bandung: Nusa Media, 2014), 34-45.


(1)

235

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Usaha, terj. Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Pertiwi, Andriana. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Pendidikan Nonformal di Masjid al-Kautsar Gumpang Kartasura Sukoharjo.

Surakarta: Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas

Muhammadiyah Suarakarta, 2013.

Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

R. Berger, Charles, Michael E. Rollof, & David R. Roskos-Ewoldsen.

Handbook Ilmu Komunikasi. Bandung: Penerbit Nusa Media, 2014.

Rahardjo, Turnomo. Menghargai Perbedaan Kultural: Mindfulness dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Ramadhan al-Buty, Muhammad Said. Sirah Nabawiyyah. Jakarta: Rabbani Press, 1999.

Robbins, Stephen P. Teori Organisasi: Struktur, Desain, dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Alih Bahasa Jusuf Udaya. Jakarta: Arcan, 1994.

Romli, Asep Syamsul M. Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, dalam ebook: ASM. Romli, www.romeltea.com. Bandung: Juni, 2013.

Shihab, M. Quraish .Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2005.

Stoner, James A.F. R. Edward Freeman, and Daniel R. Gilbert. Manajemen, Jilid II, Alih Bahasa Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo,1996.


(2)

236

Suhandang, Kustadi. Strategi Dakwah Penerapan: Strategi Komunikasi dalam Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.

Suhartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Susan, Novri. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2010.

Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.

Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press, 2002.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya; Al-ikhals, 1983.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Tubbs, Steward L dan Sylvia Moss. Human Communication Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Uha, Ismail Nawawi. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.

Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi Pedoman Praktis Bagi Pemimpin Visioner. Bandung: CV. Alfabeta, 2011.

West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, terj. Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika, 2007.

Winardi, J. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan)


(3)

237

Winardi, J. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Wursanto. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005.

PENELITIAN / JURNAL :

Bakri, Hendry. Resolusi Konflik melalui Pendekatan Kearifan Lokal Pela Gandong di Kota Ambon. The POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Volume 1, Number 1, January 2015. Communica, Jurnal Ilmiah Komunikasi Islam, Vol.3 No.2 Oktober 2005. Fathurrahman. “Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Masa Klasik”,

Jurnal Ilmiah “Kreatif”, Vol. XII, No. 1, Januari, 2015.

Isparwoto. Komunikasi Organisasi dalam Penyelesaian Konflik (Studi Multikasus pada SD Patimura, SD Cut Nyak Dien dan SD Hasanudin di Kabupaten Toyoarum). Malang: Universitas Negeri Malang, 2012.

Ma’rifah, Indriyani dan Ahmad Asroni, BEREBUT LADANG DAKWAH PADA MASYARAKAT MUSLIM JAWA: (Studi Kasus terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) dan Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purworejo. Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 2 Tahun 2013.

Madzalifah. “Komunikasi Intrapersonal ditinjau dari Sudut Pandang Psikologi Komunikasi”, Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Volume 3, No. 3, September, 2004.

Mukhlisuddin. Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mereduksi Konflik dan Mengintegrasikan Masyarakat (Studi Kasus Konflik Pelaksanaan


(4)

238

Shalat Tarawih di Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya). Jurnal Bimas Islam Vol.9. No.I 2016.

Mulani, Amin. “Transformasi Learning Dalam Pendidikan Multikultural Keberagaman”, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, STKIP PGRI Tulungagung, Vol. 1, No. 1, Juni 2012.

Novriani HS, Wike. STRATEGI TOKOH ADAT DALAM MENGATASI

KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA SEMELINANG TEBING KECAMATAN PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, tt.

Susanto, Dedy. “Penguatan Manajemen Masjid Darussalam di Wilayah RW IV Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Kota Semarang”, Dimas, Volume 15, Nomor 1, Oktober, 2015.

LINK BERITA :

Artikel berjudul “PERAN DAN FUNGSI TAKMIR MASJID”

http://bantul.kemenag.go.id/kemenag/artikel-2/121-peran-dan-fungsi-takmir-masjid.html, diunduh pada hari Minggu, 5 Maret 2017 pukul 09:43 WIB.

http//www. Kompas.com., Tiga Hari Pesta Miras Oplosan, 4 Warga Surabaya Tewas, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:57. http//www.surya.co.id., Pak Slamet Bisa Selamat Saat 4 Temannya Tewas

karena Miras Oplosan, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:14.

http//www.Pojok Pitu.htm., POLISI TANGKAP 9 PENJUDI DI MAKAM WONKID, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:31.


(5)

239

http//www.surya.co.id., di Pejudi 'Tiarap', Pagupon Dibakar, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:30.

http//www.LensaIndonesia.com.htm., Judi undangan Wonokusumo

digerebek polisi, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:34. http//www.hariannasional.com.htm., Residivis Narkoba di Tangkap Polres

Tanjung Perak, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:41. http//www.Kabar Progresif.com.htm., Habibi Al-Katiri warga wonkid

Narkoba, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 15:39.

http//www.Surabaya News.htm., Hutang 14 Juta Wanita Paruh Baya Dibunuh Dengan Sadis, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:06.

http//www.detiknews.com, Pelaku Pembunuhan di TPI Romo Kalisari Tertangkap, diunduh pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 16:08.

http//www. islamaktual.htm., Kronologis Penyerobotan Masjid

Muhammadiyah Cengkareng, diunduh pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 09.47 WIB.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160730_indonesia _rusuh_tanjung_balai, diunduh pada tanggal 3 Maret 2017, pukul 11.00 WIB.

Drs. Hendri Suharyanto, Wawancara, Surabaya, 20 Desember 2016.

Drs. Hendri Suharyanto, Wawancara, Surabaya, 27 April 2017

Ach. Tohir, Wawancara, Surabaya, 10 April 2017.

Anggota Remaja Masjid, Wawancara, 10 april 2017.


(6)

240

Ketua RW-06, Wawancara, 11 April 2017.

Jamaah masjid Ar-Rahman, Wawancara, Surabaya, 30 April 2017.

Ach. Tohir, Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.

Ach. Dzainullah, Wawancara, Surabaya, 29 Juni 2017.