GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI PREMENOPAUSE

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG

BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE

Diajukan Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SITTI NURSANTI

20120320064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE

Diajukan Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SITTI NURSANTI

20120320064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Nama : Sitti Nursanti

Nim : 20120320064

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 juni 2016 Yang membuat pernyataan


(4)

iii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN

WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ayahanda Drs.H. Salahuddin Baba dan Ibunda Hj. Maria Djuba S,Ag selaku orang tua peneliti yang telah memberikan doa, motivasi, pengorbanan, cinta dan kasih sayang setiap hari tiada henti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

2. dr. Ardi Pramono,Sp.An.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,. Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah

4. Shanti Wardaningsih, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku dosen koordinator blok KTI Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan pengarahan dan motivasi guna terselesaikannya penyusunan penelitian ini.


(5)

iv

5. Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS.,CWCS selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan serta pengorbanan luar biasa yang mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun penelitian ini.

6. Falasifah Ani Yuniarti S.kep.,Ns.,MAN.,HNC selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun penelitian ini.

7. Masyarakat atau responden peneliti di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan yang sudah membantu peneliti dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman PSIK 2012 dan semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan penelitian ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam materi ataupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 28 Juni 2016 Peneliti


(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Peneliti ... 6

2. Bagi Peneliti lain ... 6

3. Bagi Institusi ... 7

4. Bagi Responden ... 7

5. Bagi Masyarakat ... 7

E.Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A.Tinjauan Teori ... 13

1. Kecemasan ... 13

a. Definisi Kecemasan ... 13

b. Tingkat Kecemasan ... 14

c. Rentang Respon ... 15

d. Faktor Predisposisi ... 15

e. Faktor Presipitasi ... 17

f. Tanda dan gejala kecemasan ... 17

2. Premenopause ... 18

a. Definisi premenopause ... 18

b. Tanda dan Gejala Premenopause ... 19

c. Proses Terjadinya Premenopause ... 22

d. Terapi dan Perawatan bagi Wanita Premenopause ... 23

1) Kerangka Teori ... 25

2) Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A.Desain Penelitian ... 27

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

1. Lokasi ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian ... 28


(7)

vi

b. Kriteria Eksklusi ... 29

D.Variabel dan Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Operasioonal ... 30

E.Instrumen Penelitian ... 30

1. Kuesioner Data Demografi ... 31

2. Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 31

F. Cara pengumpulan data ... 33

G.Alur Ijin Penelitian ... 34

H.Uji validitas dan Reabilitas ... 34

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 35

1. Pengolahan Data ... 35

2. Analisa Data ... 38

J. Etik Penelitian ... 38

1. Informed consent ... 38

2. Anonymity (tanpa nama) ... 38

3. Confidentaly (kerahasiaan) ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B.Hasil Penelitian ... 40

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pendidikan ... 41

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause ... 42

C.Pembahasan ... 43

1. Karakteristik responden ... 43

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause ... 48

D.Kekuatan dan Kelemajan Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

1. Kesimpulan ... 52

2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rentang Respon Kecemasan ... 13 Gambar 1.2 Kerangka Teori ... 24 Gambar 1.3 Kerangka Konsep ... 24


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Penilaian Tingkat Kecemasan ... 29 Table 1.2 Kisi-kisi Kuesioner Data Demografi ... 30 Table 1.3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 30


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 2. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Permohonan Responden Lampiran 4. Surat Persetujuan Responden Lampiran 5. Kuesioner Penelitian


(11)

(12)

INTISARI

Latar Belakang: Premenopausesebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kecemasan yang muncul pada wanita yang mengalami premenopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya belum pernah dialaminya.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan pada wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan tehnik total sampling sejumlah 38 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Uji analisis data menggunakan analisis univariat dengan melihat distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan

wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause dengan

menggunakan penilaian tingkat kecemasan yaitu tingkat kecemasan ringan dengan skor15-20 sebanyak 18 responden (47,4%), tingkat kecemasan sedang dengan skor 21-27 sebanyak 12 responden (31,6%), dan tingkat kecemasan berat dengan skor 28-41 sebanyak 8 responden (21%).

Kesimpulan penelitian:Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 18 responden (47,4%).


(13)

Abstract

Background :Premenopausal as the expiration of a period or menstruation, and is considered a scourge in the lives of women. Most woman begin experiencing premenopausal symptoms in their 40s and reached its peak at the age of 50 years. Anxiety that appear in women who are premenopausal often associated with their concerns in the face of a situation that had not been previously experienced. The Purpose:The purpose of this study to determine how the level of anxiety unmarried women who not married against premenopausal at the Village Patangpuluhan,, Wirobrajan District of Yogyakarta.

The Research Method: This research is quantitative descriptive. Technic sampling by total sampling technique are a number of 38 respondents in the village of Patangpuluhan, Wirobrajan district. This research instrument use questionnaire. Test data were analyzed using univariate analysis by looking at the frequency distribution.

Result :The results of this study showedanxiety level among unmarried women in facing of premenopausewith using assessment of anxiety level is mild anxiety level with a score of 15-20 as many as 18 respondents (47,4%), moderate anxiety level with a score of 21-27 as many as 12 respndents (31,6), and severe anxiety level with a score of 28-41as many as 8 respondents (21%).

The Conclussion:Anxiety levels among unmarried women in facing of premenopausal lat Patangpuluhan Village, Wirobrajan distict of Yogyakarta mostly experiencing mild anxiety level as many as 18 respondents (47,4%).


(14)

1

A. Latar Belakang

Menurut World Helalth Organization (WHO, 2010) setiap tahunnya sekitar 25 juta perempuan diseluruh dunia diperkirakan mengalami premenopause, jumlah perempuan usia 40 tahun keatas akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030 dan sebagian besar tinggal di negara berkembang. Asia pada tahun 2025 jumlah perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa (Yuniwati,2011). Menurut Depkes RI (2010), memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia premenopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata premenopause 40 tahun. Indonesia mempunyai 9.2 juta perempuan premenopause dengan status menikah. Berdasarkan sensus penduduk di Indonesia tahun 2013 jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 orang terdiri dari laki-laki 119.630.913 orang sedangkan perempuan sebanyak 118.010.413 orang. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Yogyakarta tahun 2013 wanita yang mengalami premenopause 15,21 juta jiwa dari total penduduk dengan total 10.8 juta jiwa yang sudah menikah dan 6.13 juta jiwa wanita mengalami premenopause dengan status belum menikah. Peningkatan jumlah usia tua perempuan tentunya akan menimbulkan masalah, apalagi ditambah dengan timbulnya gejala-gejala fisik maupun psikis pada masa premenopause.


(15)

Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa 75% perempuan yang mengalami premenopause akan merasakan premenopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% tidak merasakan premenopause itu sebagai suatu masalah. Sebelum terjadinya premenopause biasanya didahului dengan premenopause sebagai permulaan transisi yang dimulai 2-5 tahun sebelum premenopause. Masa premenopause terjadi ketidakteraturan siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Masa premenopause ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para perempuan. Gejala tersebut menjadi sangat serius apabila tidak ditangani karena dapat menimbulkan perubahan yang menyebabkan kecemasan pada perempuan. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain hot flushes (rasa panas dari dada hingga wajah), night sweat (berkeringat di malam hari), penurunan daya ingat, depresi, rasa cemas (stres), mudah capek dan insomnia atau susah tidur dan 70% wanita premenopause hingga pasca premenopause mengalami keluhan gejala vasomotorik, somatik, psikis dan depresi (Baziad, 2005) Penurunan fungsi reproduksi ini sering menimbulkan kekhawatiran (Proverawati dan Sulistyawati, 2010; Zhou, 2011).

Faktor yang berpengaruh terhadap gejala premenopause antara lain perempuan yang belum menikah, perempuan karier yang sudah atau belum berumah tangga dan siklus menstruasi pertama. Latar belakang perempuan sangat berpengaruh terhadap kondisi perempuan dalam menjalani masa premenopause, misalnya apakah perempuan tersebut menikah atau tidak,


(16)

apakah perempuan tersebut mempunyai suami, anak, cucu, atau keluarga yang membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktivitas sehari-hari (Proverawati dan Sulistyawati, 2010). Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan premenopause yang dilakukan penelitian oleh Aprilia dan Puspitasari di Surabaya (2007) menyimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup dapat dikelola, maka semakin rendah tingkat kecemasan perempuan premenopause yang merupakan pencetus terjadinya stres.

Daya tarik dari sebuah pernikahan antara lain adalah keamanan, status dan posisi sosial, memenuhi keinginan untuk memiliki anak, memiliki sebuah saluran yang resmi untuk melakukan hubungan seksual dan juga cinta. Daya tolak dari pernikahan adalah rasa ketidakbahagiaan, kebosanan, komunikasi yang kurang dan rasa yang terjebak dalam sebuah pernikahan.Untuk wanita lajang sumber dari rasa keintiman didapatkan dari jalur pertemanan, yang dapat menyediakan kasih sayang, komitmen dan kontinuitas hubungan (Susanto dan Haryono, 2010).

Dilihat dari sisi lajang maka keuntungan yang diperoleh antara lain kebebasan, kesenangan, waktu untuk membangun sebuah persahabatan, independensi dalam bidang ekonomi dan rasa kecukupan akan diri sendiri. Dampak negatif dari sisi lajang bahwa ketika memasuki usia 40 tahun, perempuan lajang mulai menyadari adanya kekosongan dalam hidupnya dengan adanya perasaan kesepian. Masalah kesepian ini yang seringkali


(17)

disorot pada perempuan lajang karena ketidakhadiran pasangan hidup (Stein & Rausa, 2006).

Kecemasan adalah salah satu bentuk emosi individual yang berkenan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Hal inilah yang menyebabkan kecemasan pada wanita dewasa madya dengan rentang usia 40-45 tahun memasuki masa premenopause. Banyak wanita diliputi oleh rasa kecemasan menjelang premenopause. Wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause mempunyai rasa takut kehilangan jati diri sebagai wanita dalam hal mempunyai anak, kehilangan nafsu dan kemampuan koitus, kehilangan rasa cinta dari suami. Hubungan seksual tidak sekedar ditunjukkan untuk reproduksi melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang bersifat psikologis yang jika terpenuhi manusia akan merasa puas, bahagia, nyaman, tentram, dan mengalirkan energi baru pada tubuh (Prawirohardjo, 2009).

Kecemasan yang dirasakan oleh seorang wanita itu sendiri berbeda-beda, bagi wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause tidak menerima dengan realistis perubahan-perubahan tersebut maka akan menimbulkan perasaan khawatir, takut, bahkan cemas dengan datangnya premenopause. Tetapi bagi mereka yang realistis menerima segala perubahan tersebut, maka akan lebih bisa mengarahkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang lebih berarti (Mustopo, 2005).


(18)

Menurut Wijayanti (2011), prevalensi kecemasan berat wanita pada masa premenopause mencapai (35,5%). Wanita usia pertengahan lebih sering mengalami kecemasan, karena pada masa transisi ini mulai terjadi penurunan fungsi ovarium yang menimbulkan gejala fisik dan psikologis. Menurut Zhou (2011), sindrom premenopause berhubungan dengan gangguan emosional bukan dengan penyakit fisik. Mengingat pentingnya masalah kecemasan bagi wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kecemasan pada wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang telah dilakukan peneliti di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, dari 5 orang wanita premenopause yang belum menikah didapatkan hasil bahwa 4 orang mengeluh menstruasinya tidak teratur, serta sering merasakan semburan panas di wajah, sering berdebar-debar, sering merasa pusing dan mudah lelah. Hal tersebut membuat mereka khawatir dan cemas akan keadaannya saat ini, serta khawatir akan timbulnya penyakit yang sering menyertai pada saat memasuki usia premenopause. Selain itu 1 orang wanita tidak merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya saat ini, karena sudah tahu tentang keadaan yang dia alami sekarang, sehingga subjek menganggap bahwa keadaan tersebut merupakan kodrat wanita. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya rasa cemas dan khawatir menghadapi premenopause.


(19)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitianmengenai “ Gambaran kecemasan wanita yang belum menikah saat

menghadapi premenopause” di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik lagi tentang premenopause dan juga dapat menambah ilmu pengetahuannya di lingkungan masyarakat.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk dapat memberikan referensi faktor lain yang mempengaruhi kecemasan wanita tentang gambaran premenopause terhadap status pernikahan.


(20)

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bertujuan untuk dapat menambah kemajuan bagi perkembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih berkembang dan lebih maju khususnya premenopause pada wanita.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan wanita yang mengalami premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

5. Bagi Masyarakat

Memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi kecemasan pada wanita premenopause terhadap status pernikahan.


(21)

E. PenelitianTerkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Novita Fitri Masyarah (2012), STIKES Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause Dalam Menghadapi Masa Premenopause di Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, lokasi dan waktu penelitian di dusun Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen tanggal 16 juli 2012, populasi penelitian 56 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A), teknik analisis data menggunakan univariat. Dari hasil penelitian terhadap 56 responden, diperoleh hasil responden mempunyai tingkat kecemasan ringan sebanyak 24 responden (43%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 responden (32%), tidak ada kecemasan sebanyak 11 responden (20%), tingkat kecemasan berat sebanyak 3 responden (5%), dan tidak ada responden yang mengalami kecemasan sampai tingkat panik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan responden berdasarkan kategori ringan sebanyak 24 responden (43%).

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel tunggal dan jenis penelitian. Perbedaan penelitian dari peneliti dengan penelitian ini sebelumnya terletak dari rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, serta populasi dan sampel.


(22)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2011), topik penelitian “The simtomatologi climacteric syndrome: whether associated with the physical factors or psychological disorder in perimenopausal/postmenopausal patients with anxiety–depression disorder”.Penelitian kuantitatif dengan

pendekatan Quasi eksperimen. Subyek penelitian 78 wanita

perimenopause/premenopause dengan gangguan kecemasan–depresi dan 72 wanita tanpa kecemasan–depresi sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini adalah sindrom klimakterik (gejala somatik) dan gangguan kecemasan–depresi berhubungan dengan gangguan emosional tetapi tidak dengan penyakit fisik.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subyek penelitian yaitu wanita premenopause yang belum diketahui adanya gangguan kecemasan dan wanita premenopause dengan status perkawinan belum menikah. Sementara subyek pada penelitian Borong Zhou (2011) wanita perimenopause/premenopause dengan gangguan kecemasan–depresi. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, perbedaan terletak pada variabel independen, usia subyek dan kriteria subyek yaitu belum diketahui mengalami gangguan kecemasan. Subyek dalam penelitian ini adalah para wanita premenopause yang tinggal di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan.

3. Wijayanti (2011) dengan topik “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


(23)

menggunakan metode Quasi-exsperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia masa premenopause usia 40-50 tahun. Pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Hasil penelitan ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap kecemasan, atau pendidikan kesehatan mampu menurunkan kecemasan (p<0,05).

Perbedaan antara penelitian Wijayanti (2011), dengan penelitian yang dilakukan terletak pada metode penelitian. Metode penelitian Wijayanti (2011) menggunakan metode Quasi-exsperiment.Pendidikan kesehatan diberikan dengan ceramah. Sedangkan penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode Pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pretestand Posttest tanpa kontrol, pendidikan kesehatan menggunakan booklet dilakukan pada wanita premenopause untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan. Menggunakan satu kelompok subjek, dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah tindakan. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel tunggal dengan teknik pengambilan populasi yaitu dengan menggunakan teknik Total Sampling. Persamaannya terletak pada usia dan variabel dari premenopause.

4. Indrawati (2008), dengan topik “Kecemasan wanita menghadapi

premenopause ditinjau dari dukungan suami dan kepercayaan diri”. Penelitian menggunakan metode non experimental dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.


(24)

Hasil penelitian terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial suami

dan kepercayaan diri terhadap kecemasan wanita menghadapi

premenopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami dan kepercayaan diri akan semakin rendah kecemasan wanita menghadapi premenopause. Penelitian Indrawati (2008) menggunakan metode non-experimental dengan rancangan cross sectional. Sementara penelitian yang dilakukan menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest tanpa kontrol, fokusnya pada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan, subyek penelitian para wanita sebelum dan menjelang memasuki masa premenopause. Kelompok subjek di observasi sebanyak dua kali yakni sebelum dan setelah perlakuan. Persamaan dari penelitian ini adalah variabel yang terkait dengan premenopause dan perbedaan dari penelitian ini adalah metode penelitan dimana peneliti tidak meneliti adanya pengaruh dari variabel peneliti.

5. Takamatsu (2004), Study of psychosocial factors in Japanese patients suffering from menopausal disorders. Subyek sebanyak 97 wanita berusia 40–60 tahun yang mengalami gangguan premenopause di klinik premenopause. Hasil penelitian ini 79,4% memiliki beberapa masalah dengan keluarga atau kerabat mereka. Kecemasan yang berhubungan dengan pekerjaan atau kesulitan hidup sering terjadi pada pasien masa premenopause. Keluhan sindrom sarang kosong dilaporkan tinggi pada perempuan yang dilakukan ovariektomi, namun kecemasan terhadap


(25)

penuaan banyak terjadi pada premenopause alami. Di antara mereka yang bekerja ada 43,8% memiliki masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Perselisihan dengan saudara sedarah (26,8%) dan kecemasan terhadap penuaan (16,5%). Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa masalah dengan keluarga dan kesehatan berpengaruh terhadap gangguan psikososial yang berdampak pada gangguan premenopause.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian yaitu wanita premenopause berusia 40–45 tahun, belum diketahui adanya gangguan premenopause dan status dari pernikahan yang belum menikah. Sementara subyek pada penelitian Takamatsu (2004) adalah wanita berusia 40–60 tahun dan sudah mengalami gangguan premenopause.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Viedesbeck, 2008). Menurut Nanda (2012), kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya. Keadaan ini juga dapat diartikan sebagai tanda-tanda perubahan yang memberikan peringatan akan adanya bahaya pada diri individu.

Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan dan penampilan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Gunarsa, 2008). Menurut Hawari (2011), secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok yaitu gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan pobik (phobic disorder ), gangguan obsesif-kompulsif (obsessive- compulsive disorder).


(27)

b. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan sebagai berikut : 1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu dengan demikian individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Kecemasan berat

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik

Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut, dan teror. Hal yang rinci terhadap proposinya karena mengalami


(28)

hilang kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik merupakan disorganisasi dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpan dan kehilangan pemikiran yang rasional, tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

c. Rentang Respon

Rentang respon kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif (Purwanto dan Setiyo, 2010) pada seperti gambar 1.1.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1.1 Rentang Respon Kecemasan d. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan yang terdiri dari dari 4 faktor yaitu faktor pertama adalah faktor psikoanalitis yang merupakan bagian dari salah satu faktor psikologis yaitu cemas yang merupakan suatu konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu identitas dan superego. Identitas


(29)

mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentang tersebut, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Faktor kedua adalah interpersonal yaitu suatu kecemasan yang timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah rentan mengalami cemas berat.

Faktor ketiga adalah keluarga yaitu suatu keadaan atau kondisi yang dapat menimbulkan cemas yang terjadi dalam keluarga. Cemas juga tumpang tindih antara gangguan cemas dengan depresi. Faktor keempat yaitu faktor biologis yang merupakan suatu kajian biologis yang menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamat-aminobutirat (GAMA), yang berperan penting terhadap mekanisme biologis yang berhubungan dengan cemas. Kesehatan umum individu dan riwayat cemas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai faktor penyebab cemas.


(30)

e. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007), beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan adalah ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau penurunan untuk melakukan kemampuan aktivitas sehari-hari yang meliputi dua hal yaitu dari sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi normal. Sumber eksternal meliputi paparan melalui infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

Ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada diri individu dari sumber internaladalah kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri, sedangkan dari sumber eksternal adalah kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok dan sosial budaya.

f. Tanda dan Gejala Kecemasan

Gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek antara lain pikiran, dimana keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak


(31)

berdaya.Reaksi biologis yang tidak dapat dikendalikan, seperti berkeringat, gemetar, pusing, jantung berdebar-debar, mual, dan mulut kering. Perilaku gelisah, keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup, kewaspadaan diri yang berlebihan, serta sangat sensitif. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai situasi, rasa ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan (Mulyani, 2013).

Menurut Hawari (2011) seorang akan mengalami gangguan cemas manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan 2 kategori gejala sebagai berikut :

a) Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive expectasion) adalah cemas, khawatir, takut, berfikir

berulang (rumination), membayangkan akan datangnya

kemalangan pada dirinya maupun orang lain.

b) Kewaspadaan berlebihan yaitu mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung dan tidak sabar.

2. Premenopause

a. Definisi premenopause

Premenopause adalah suatu kondisi fisiologis wanita yang telah memasuki masa penuaan (aging) yang ditandai dengan menurunnya


(32)

kadar hormonal estrogen ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi seksualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas. Fase premenopause adalah sebagai permulaan transisi klimakterik, yang dimulai 4-5 tahun sebelum premenopause. Keluhan klimakterium sudah mulai muncul dan hormon estrogen masih dibentuk oleh tubuh, Bila kadarestrogen turun maka akan terjadi perdarahan yang tidak teratur (Proverawati, 2010).

Wanita yang menjalani fase premenopause akan mengalami

kekacauan dalam pola menstruasi, terjadi perubahan

psikologis/kejiwaan, perubahan fisik, dan sekitar 40-80% dari semua wanita klimakterium mempunyai keluhan baik fisik maupun psikologis (Manuaba, 2009).

b. Tanda dan Gejala Premenopause

Menurut Proverawati (2010), gejala premenopause adalah sebagai berikut :

1) Hot flush (perasaan panas dari dada hingga wajah)

Wajah dan leher menjadi berkeringat.Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi. Perasaan panas akibat terjadi peningkatan aliran darah ke wajah, leher, dada, dan punggung.


(33)

Keringat dingin dan gemetar juga dapat terjadi selama 30 detik sampai dengan 5 menit.

3) Dryness vaginal (kekeringan pada vagina)

Area genital yang kering dan biasa sebagai bahan perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area genital mudah mengalami infeksi.

4) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung

Produksi endorfin pada masa premenopause mengalami penurunan/hal ini terjadi karena penurunan kadar endorfin, dopamin dan serotonin tersebut mengakibatkan gangguan yang berupa penurunan daya ingat dan suasana hati sering berubah atau mudah tersinggung.

5) Insomnia ( susah tidur )

Susah tidur disebabkan karena keringat dimalam hari, wajah merah dan perubahan lainnya. Kesulitan tidur dipengaruhi dengan rendahnya kadar serotonin pada masa premenopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh kadar endorfin.

6) Gejala akibat kelainan metabolik

Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan menurunnya kadar kolestrol HDL (high density lipoprotein).


(34)

7) Depresi (rasa cemas)

Depresi atau stres sering terjadi pada wanita ketika memasuki masa premenopause. Hal ini terkait dengan penuruan hormon estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami stres ataupun depresi.

8) Fatigue (mudah lelah)

Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa premenopause karena sering terjadi perubahan homonal pada wanita yaitu terutama perubahan hormon estrogen.

9) Penurunan libido

Faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan libido pada wanita usia pertengahan begitu kompleks, termasuk depresi, gangguan tidur, dan keringat dimalam hari. Keringat malam hari dapat menganggu tidur dan kekurangan tidur mengurangi energi untuk yang lain, termasuk aktifvitas seks. Hal tersebut terjadi karenaadanya perubahan pada vagina, seperti kekeringan yang membuat area genital sakit dan selain itu terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.

10)Dyspareunia (rasa sakit ketika berhubungan seksual)

Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek, menyempit, hilang elastisitas, epitelnya tipis dan mudah trauma karena kurang lubrikasi.


(35)

11) Ketidakteraturan siklus haid

Gangguan siklus haid seperti polymenorrhoea,

olygomenorrhoea, amenorrhea dan mitaragia, hal ini terjadi karena kadar estrogen menurun saat premenopause.

12)Gejala kelainan metabolisme mineral

Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat

ketidakseimbangan absorbsi dan reabsorbsi mineral terutama kalsium. Bila hal ini berlangsung lama dapat menyebabkan osteoporosis.

c. Proses Terjadinya Premenopause

Premenopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Folikel mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Disebabkan pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek (Proverawati, 2010).

Kondisi premenopause produksi hormon estrogen menjadi berkurang. Meskipun perubahan juga terjadi pada hormon lainnya,


(36)

seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah akibat perubahan hormon estrogen (Lestary, 2010).

Walaupun reproduksi tidak menjadi tujuan utama, hormon-hormon reproduksi tetap memegang peran penting untuk dapat meningkatkan kesehatan. Estrogen dan androgen penting untuk mempertahankan tulang agar kuat, sehat, dan jaringan vagina saluran kencing yang lentur serta untuk kesehatan kulit (Lestary, 2010).

d. Terapi dan Perawatan bagi WanitaPremenopause

Respon setiap wanita terhadap premenopause tergantung kepriadian dan gaya hidup wanita tersebut. Wanita dalam menghadapi premenopause perlu beberapa terapi dan perawatan untuk menjalani masa premenopause terkait akan ada gejala yang terjadi pada saat premenopause, berikut beberapa cara agar wanita bisa menghindari gejala yang kurang nyaman :

1) Terapi Sulih Hormon

Terapi sulih hormon atau biasa juga disebut dengan TSH adalah pemberian kombinasi estrogen dan progestin (sintesis) kepada wanita premenopause yang masih memiliki rahim.Tujuan utama yaitu untuk mencegah penebalan dinding rahim (Waluyo, 2010).


(37)

Gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi perhari dengan asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Termasuk mengkonsumsi makanan yang fitoestrogen seperti makanan olahan sari tempe, tahu, brokoli, dan wortel. Bahan pangan lain sumber vitamin dan mineral makanan laut, daging sapi yang rendah lemak, biji-bijian, susu dan olahannya, buah-buahan serta sayuran hijau (Prasetyono, 2009).

3) Fitoestrogen

Fitoestrogen adalah kelompok kimia yang ditemukan dalam tanaman yang dapat bekerja seperti hormon estrogen, estrogen penting bagi masa memiliki anak dan dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan jantung pada wanita. Fitoestrogen sebagian besar berasal dari tiga kelas kimia isofalvon, lignin, dan koumestan (Tagliaferry, 2007).

4) Olahraga yang teratur

Banyak cara yang dilakukan wanita premenopause agar dapat menjaga dirinya tetap sehatantara lain menjaga pola makan, kelola stres, tetap aktif tetapi sesuai dengan usia dan kondisi fisiknya. Olahraga dan pola makan tidak bisa dipisahkan keduanya harus dilaksanakan atau dilakukan agar mendapat kesehatan prima di usia senja. Olahraga baik dan benar mampu menstimulasi aliran


(38)

oksigen keseluruh sistem tubuh mengisi kembali oksigen kedalam jaringan otot (Waluyo, 2010).

5) Banyak beribadah

Berdoa, beribadah dan berdzikir dengan menyebut lafaz Allahbagi wanita muslim ternyata mampu membantu untuk meringankan kecemasan dan lebih tenang dan pasrah dalam menghadapi masa premenopause (Waluyo, 2010).


(39)

B. Kerangka Teori

Sumber : Stuart (2007)

Gambar 1.2 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause

Tingkat Kecemasan Wanita Belum

Menikah

Menghadapi Gejala Premenopause 1. Keringat malam hari

2. Mudah marah 3. Sulit tidur 4. Haid tidak teratur

5. Gangguan fungsi seksual 6. Kekeringan vagina 7. Gelisah

8. Rasa khawatir 9. Sulit konsentrasi 10.Muda lupa 11.Nyeri otot sendi 12.depresi

Faktor Predisposisi : 1. Faktor Psikoanalitis 2. Faktor Interpersonal 3. Faktor Keluarga 4. Faktor Biologis Faktor Presipitasi :

1. Ancaman terhadap integritas seseorang 2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang


(40)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.2: Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Dalam Menghadapi Premenopause.

Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum

Menikah Dalam Menghadapi Premenopause

Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

Faktor Predisposisi : 1. Faktor Psikoanalitis 2. Faktor Interpersonal 3. Faktor Keluarga 4. Faktor Biologis Faktor Presipitasi :

1. Ancaman terhadap integritas seseorang

2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian Deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah yang disarankan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo,2013). Penelitian ini menggambarkan tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 14 Juni tahun 2016.


(42)

C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi wanita premenopause yang belum menikah yang berusia 40-45 tahun di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta adalah sejumlah 40 orang. b. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling / sampling jenuh pada wanita usia 40 – 45 tahun yang berada di Kelurahan Patangpuluhan. Menurut Riwidikdo (2013), apabila jumlah populasi atau subjeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-30% tergantung pada kemampuan peneliti. Jika populasi kecil (<100) maka semua anggota populasi menjadi sampel. Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu dengan jumlah 38 wanita usia 40 – 45 dari total populasi dengan jumlah 40 responden. Dalam penelitian ini 2 responden tidak bisa diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan 2 responden tersebut masuk dalam kategori kriteria eksklusi, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah wanita belum menikah saat menghadapi premenopause yang mengalami gangguan jiwa. Dimana terdapat 2 responden yang mengalami masalah gangguan jiwa, sehingga peneliti memutuskan untuk tidak mengambil 2 responden tersebut.


(43)

Menurut Sugiyono (2011), sampling jenuh / total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita premenopause usia 40-45 tahun b. Wanita premenopause yang belum menikah c. Bisa baca tulis, tidak bisu dan tuli

d. Bersedia menjadi responden 2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2012). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita premenpause yang mengalami gangguan jiwa.

b. Wanita premenopause yang sedang melakukan terapi hormonal.

c. Wanita premenopause yang sedang mendapatkan terapi

farmakologi maupun non-farmakologi untuk menurunkan

kecemasan lainnya. D. Variabel dan Definisi Operasional


(44)

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause adalah respon yang muncul pada wanita dalam menghadapi premenopause. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuesioner lembar pernyataan dengan jumlah 14 pernyataan menurut Hamilton rating scale for anxiety(HRS-A), yang terdiri atas 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause adalah kuesioner. Peneliti menggunakan 2 jenis kuesioner yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner dalam mengukur tingkat kecemasan.


(45)

Kuesioner ini berisi 4 pernyataan dengan bentuk pernyataan berupa pertanyaan Closed ended question. Kuesioner ini meliputi inisial nama, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan dari responden.

2. Kuesioner tingkat kecemasan

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran menggunakan kusioner dengan metode Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).HRS-A merupakan skala kecemasan sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara international. Alat ini merupakan alat pengukur 78 kecemasan yang sudah baku. Pada prinsipnya penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0: tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali), 1: gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada), 2: gejala sedang (separuh dari gejala yang ada), 3: gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada), 4: gejala berat sekali (semua gejala ada). Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada kecemasan , skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kcemasan sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan instrumen HRS-A karena dalam instrumen ini tanda kecemasan dapat dilihat dari beberapa aspek. Terdapat 14 item dalam instrumen HRS-A, dimana setiap item


(46)

menampilkan tanda-tanda kecemasan yang berbeda-beda. Peneliti menggunakan satu item pada setiap kategori kuesioner kecemasan dari HRS-A.

Tabel 1.Adapun cara penilaian tingkat kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

Pernyataan Alternative Jawaban

0 Tidak pernah

1 Jarang

2 Kadang-kadang

3 Lumayan sering

4 Terus-menerus

Tabel 2.Kisi-kisi kuesioner data demografi

Aspek Nomor Item Jumlah

Inisial Nama 1 1

Umur 2 1

Pekerjaan 3 1

Pendidikan terakhir 4 1

Tabel 3.Kisi-kisi kuesioner tingkat kecemasan

No Gejala Kecemasan No Soal Jumlah

Soal

1 Gejala Kecemasan 1,2,4 3

2 Gejala Ketegangan 5,8,9,10,11 5

3 Gejala Ketakutan 12,13,14 3

4 Gejala Gangguan Tidur 18,19,20,21,23 5

5 Gejala Gangguan Kecerdasan 25,26 2

6 Gejala Depresi 28,30,32 3

7 Gejala Somatik 33,35,36,37 4

8 Gejala Sensorik 38,39,41 3

9 Gejala Kardiovaskuler 44,46,48 3

10 Gejala Pernapasan 50,51,52 3

11 Gejala Gastrointestinal 53,57,58,59,60,61,62,63 8

12 Gejala Urogenital 64,65,67,68,69,70,71 7

13 Gejala Vegetatif 76,79,80,81 4


(47)

F. Cara pengumpulan data

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, selanjutnya peneliti menggumpulkan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden, dilakukan dengan mengumpulkan responden dalam suatu kegiatan yang sudah ditetapkan oleh setiap RT/RW dan sebagian responden secara door to door, jumlah responden yang diambil peneliti pada saat agenda RT/RW sebanyak 22 responden dan responden yang diambil peneliti secara door to door sebanyak 16 responden. Proses pada penelitian ini diawali dengan peneliti datang ke acara agenda RT/RW yang sudah ditetapkan ataupun door to door. Peneliti memerlukan waktu kurang lebih seminggu (7 hari) untuk mendapatkan data dari responden. Dalam kegiatan yang sudah dijadwalkan tersebut, peneliti ikut serta dalam kegiatan dan setelah kegiatan tersebut selesai, peneliti memperkenalkan diri kepada respoden, selanjutnya menjelaskan tujuan peneliti dan proses penelitian, setelah responden paham dengan tujuan dan proses penelitian, peneliti menanyakan rentang usia yang ada pada agenda tersebut dan rentang usia beserta alamat masing-masing responden yang sudah peneliti dapatkan dari kelurahan maupun dari ketua RT/RW, responden diminta untuk mengisi lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan dari responden untuk mengikuti kegiatan penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan kuesioner berupa kuesioner data demografik dan kuesioner dalam mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan metode Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Peneliti mengambil beberapa subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi secara


(48)

langsung pada agenda tersebut, namun beberapa responden tidak ikutserta dalam agenda yang sudah direncanakan oleh setiap RW sehingga peneliti harus mendatangi responden pada hari berikutnya. Setiap reponden yang diambil datanya baik saat kegiatan ataupun dengan cara door to door diberikan waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner dari peneliti. Jika ada pertanyan yang tidak dimengerti oleh responden, peneliti memberikan penjelasan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengambil hasil kuesioner yang telah diisi dan mengecek hasil kuesioner. Bila ada jawaban yang belum terisi maka peneliti meminta responden untuk melengkapi kuesioner kembali.

G. Alur Ijin Penelitian

1) Mengurus uji etik penelitian untuk melakukan penelitian di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2) Kemudian peneliti membuat surat izin penelitian pada pemerintah daerah tempat penelitian, yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Yogyakarta,

3) Setalah itu peneliti mengurus surat izin penelitian di Dinas Perizinan Yogyakarta.

4) Kemudian setelah itu peneliti memberikan surat izin penelitian ke Kecamatan Wirobrajan untuk dicap dan ditandatangani oleh Kepala Camat dan Kepala Lurah untuk memperoleh izin melakukan penelitian di kelurahan Patangpuluhan .


(49)

5) Surat izin penelitian yang sudah dicap dan ditandatangani oleh kepala Camat dan Kepala Lurah diberikan kepada Ketua RT / Dukuh Patangpuluhan agar peneliti bisa langsung melakukan penelitian.

6) Setelah mendapatkan izin penelitian. Peneliti membagikan lembar informed concent terlebih dahulu kepada responden sebelum responden mengisi kuesioner.

H. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2012).Reliabilitas yaitu dapat dipercaya. Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2012).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah HRSA (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Alat ukur ini telah diuji validitas dan reliabilitas oleh Prajanti (2014) dengan nilai validitas 0,79 dan reliabilitas sebesar 0,75 dengan judul tingkat kecemasan wanita premonopause dalam menghadapi premenopause di Dusun Kramat Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Sukoharjo rentang usia 40-45. Diperoleh hasil wanita dengan status belum menikah yang tidak mempunyai kecemasan sebanyak 8 responden (21%), dalam tingkat kecemasan ringan sebanyak 16 responden (42%), dalam tingkat kecemasan sedang sebanyak 11 responden (29%), dan dalam tingkat kecemasan berat sebanyak 3 responden (8%).


(50)

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan program Sistem pengolahan data

komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :

a. Editing

Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data berupa kuesioner kecemasan dan dikumpulkan oleh responden.

b. Coding

Peneliti memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting apabila pengelolaan dan analisa data menggunakan komputer. Berikut ini adalah keterangan dari masing-masing kode yaitu:

1) Data umum a) Kode umur

Umur 40 :U1 Umur 41 :U2 Umur 42 :U3 Umur 43 :U4 Umur 44 :U5


(51)

Umur 45 :U6 b) Kode pendidikan

SD :P1

SLTP :P2

SMA :P3

Perguruan tinggi :P4 c) Kode pekerjaan

Bekerja :K1

Tidak bekerja :K2

Tidak diisi :K3

2) Data khusus

a) Kode kecemasan

Tidak ada cemas :C1

Kecemasan ringan :C2

Kecemasan sedang :C3

Kecemasan berat :C4

Kecemasan berat sekali (panik) :C5

c. Tabulating

Data yang diubah menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke dalam tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi.


(52)

Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. Data atau jawaban dari masing masing responden yang dalam bentuk kode numerik dimasukkan kedalam program atau software.

e. Processing

Dalam tahap ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis.

f. Cleaning .

Mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap atau tidaknya data yang sudah dimasukkan dan lain sebagainya. Setelah itu dilakukan pengoreksian atau pembenaran.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa yang dilakukan dengan menggunakan analisis univariate dengan tujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian (Notoatmodjo,2012). Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel yang bertujuan untuk menggambarkan distribusi dari proporsi berbagai variabel yang diteliti. J. Etik Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan hal penting dalam penelitian, mengingatkan penelitian dalam keperawatan berhubungan langsung dengan manusia. Telah dilakukan uji etik keperawatan, dan berdasarkan surat


(53)

keterangan kelayakan etika penelitian nomor 225/EP-FKIK-UMY/V/2016, penelitian ini layak etik. Segi etik yang diperlukan oleh peneliti antara lain:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

2. Tanpa Nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada masing-masing lembar tersebut. 3. Kerahasiaan (confidentaly)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan hasil kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset .


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan Wirobrajan terbagi atas 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Pakuncen, Patangpuluhan dan Wirobrajan. Jumlah penduduk wanita di kelurahan Pakuncen sebanyak 5.357, jumlah berdasarkan status wanita belum menikah sebanyak 2.399,jumlah penduduk wanita di kelurahan Wirobrajan sebanyak 4.798 jiwa dengan jumlah status wanita yang belum menikah sebanyak 2.043 dan jumlah penduduk wanita di Patangpuluhan sebanyak 3.740 jiwa dengan jumlah status wanita yang belum menikah sebanyak 1.631.

Luas Kelurahan Wirobrajan adalah 1,76 Km2. Batas wilayah Kelurahan Wirobrajan adalah sebagai berikut : Batas Utara Kecamatan Tegalrejo. Batas Selatan Kecamatan Kasihan, Batas Barat Kecamatan Kasihan, Batas Timur Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron. Patangpuluhan terletak sekitar 3 km di sebelah Barat daya pusat Kota Yogyakarta dan terdiri dari 5 RW dimana setiap RW terdapat 10 RT.

B. Hasil Penelitian

Adapun karakteristik responden yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(55)

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pendidikan Table 4.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,

Pekerjaan dan Pendidikan di Kelurahan Patangpuluhan

No Karakteristik Frekuensi (N) Prosentase (%)

1 Usia

40 41 42 43 44 45 Total 5 12 9 4 7 1 38 13,2 31,6 23,7 10,5 18,4 2,6 100

2 Pekerjaan

Bekerja Tidak Bekerja

Tidak Ada Keterangan Total 20 11 7 38 52,6 28,9 18,4 100

3 Pendidikan

SD SLTP SMA Perguruan Tinggi Total 2 8 13 15 38 5,3 21,1 34,2 39,5 100 Sumber : Data Primer 2016

Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa responden dengan usia prosentase terbanyakyaitu responden usia 41 tahun sebanyak 12 responden (31,6%), usia 42 tahun sebanyak 9 responden (23,7%), responden dengan usia 44 tahun sebanyak 7 responden ( 18,4%) , responden dengan usia 40 tahun sebanyak 5 responden (13,2%), responden dengan usia 43 tahun sebanyak 4 responden (10,5%) dan responden dengan usia 45 tahun sebanyak 1 responden (2,6%).

Pekerjaan responden pada penelitian ini yang tidak bekerja atauwanita yang melakukan aktifitas sehari-hari dengan melakukan pekerjaan rumah yaitu 11 responden (28,9%), sedangkan wanita yang


(56)

bekerja 20 responden (52,6%) yang meliputi pegawai negeri dan swasta, wiraswasta dan buruh dan responden dengan kuesioner yang tidak ada keterangan sebanyak 7 responden (18,4%).

Hasil penelitian menunjukan responden dengan pendidikan SD sebanyak 2 responden(5,3%), pendidikan SMP sebanyak 8 responden (21,1%), pendidikan SMA sebanyak 13 responden (34,2%) dan Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 15 responden (39,5%).

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause

Terdapat 14 item dalam instrumen HRS-A, dimana setiap item menampilkan tanda-tanda kecemasan yang berbeda-beda. Peneliti menggunakan satu item pada setiap kategori kuesioner kecemasan dari HRS-A. Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada cemas , skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (panik).


(57)

Tabel 5.Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan

No Kategori Tingkat

kecemasan

Frekuensi(N) Prosentase(%)

1 <14 Tidak Ada Cemas 0 0%

2 14-20 Kecemasan Ringan 18 47,4%

3 21-27 Kecemasan

Sedang

12 31,6%

4 28-41 Kecemasan Berat 8 21%

5 42-56 Kecemasan Berat

Sekali (panik)

0 0%

Sumber : Data Primer 2016

Dari Tabel 4. Menunjukan responden dalam kategori kecemasan ringan sebanyak 18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang sebanyak 12 responden (31,4%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8 responden (21%).

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian diatas menunjukan tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta tahun 2016 adalah sebanyak 38 responden (100%) dengan kategori kecemasan ringan sebanyak 18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang sebanyak 12 responden (31,6%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8 responden (21%), berdasarkan alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety tanda kecemasan dapat dilihat dari beberapa aspek kelompok gejala yang sesuai dengan respon kecemasan yaitu respon fisiologi, kognitif, perilaku dan afektif.


(58)

Dalam penelitian ni terdapat 3 jenis karakteristik yang diteliti dengan hasil sebagai berikut :

a) Usia

Dalam penelitian ini terdapat beberapa usia dengan rentang usia responden yaitu antara 40 sampai 45 tahun. Usia responden terbanyak adalah usia 41 tahun dengan jumlah 12 responden (31,6%).

Usia merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena usia berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam penelitian ini merupakan cara pandang wanita terhadap premenopause (Stuart & Laraia, 2005). Responden dalam penelitian ini berusia 40-45 tahun. Pada usia tersebut adalah saat dimana seorang perempuan akan berada

dalam periode premenopause dimana gejala dan keluhan

premenopause akan muncul. Sehingga pada usia tersebut sering timbul kecemasan akibat perubahan yang terjadi pada tubuh (Aprilia & Puspitasari, 2007).

Usia responden yang sebagian besar berusia 41 tahun sebanyak 12responden (31,6%), yang tergolong memasuki masa premenopause. Wanita dengan usia semakin bertambah biasanya mereka memiliki banyak pengalaman, dengan pengalaman itu seharusnya mereka mampu mengatasi masalah yang akan terjadi saat menjelang premenopause sehingga rasa takut atau khawatir dapat teratasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stuart & Laraia (2005), bahwa


(59)

semakin bertambah usia seseorang, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah karena akan semakin banyak pengalaman individu dalam menghadapi masalah. Pendapat ini didukung pula oleh Nursalam & Pariani (2001), semakin bertambah usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.

Banyaknya keluhan dan gejala yang dialami pada usia saat menghadapi premenopause dapat menimbulkan ketakutan atau rasa cemas pada dirinya, karena pengalaman yang telah mereka miliki tidak seimbang dengan pengetahuan yang didapatkan. Menurut Baziad (2003) mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia maka berbagai keluhan pun meningkat. Sehingga kecemasan yang dihadapi juga bertambah. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause usia 40-45 akan semakin bertambah karena pada usia tersebut wanita mengalami beberapa perubahan pada fisik yang terjadi, akan tetapi mereka dapat mencegahnya dengan mendapatkan berbagai macam pengalaman yang dapat membantu wanita dalam mengatasi kecemasannya.

b) Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian distribusi tingkat pendidikan menunjukan bahwa sebagian besar berpendidikan Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 15 responden (39,5%) dan responden dengan pendidikan terendah ialah SD dengan jumlah 2 responden (5,3%).


(60)

Pendidikan seseorang juga dapat berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan, seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi sehingga informasi-informasi yang didapatnya dapat dipahami dengan baik (Notoatmodjo, 2014). Pendapat ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Branden (2005) perempuan yang berpendidikan tinggi lebih cepat beradaptasi dengan kondisi premenopause. Keadaan ini disebabkan cara berfikir perempuan berpendidikan tinggi lebih rasional, lebih terbuka dan menghasilkan sikap positif dalam menghadapi suatu permasalahan.

Menurut Soekanto (2002) tingkat pendidikan merupakan suatu informasi dan faktor dari adanya suatu pengalaman yang akan menambah pengetahuan tentang suatu yang bersifat nonformal. Dimana wanita yang memiliki pendidikan yang cukup tentang premenopause akan mempunyai pengetahuan kesehatan. Pada umumnya, cakupan pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang maka kecenderungan untuk memahami untuk memahami suatu hal akan semakin mudah ( Liliweri, 2007). Pada hasil penelitian didapatkan juga

responden berpendidikan Perguruan Tinggi (S1) mengalami

kecemasan ringan, hal ini dikarenakan setiap individu memiliki respon yang berbeda–beda dalam mengahadapi masalah dan juga mekanisme


(61)

yang berbeda. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu mereka yang berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi, dikarenakan mereka sudah mampu menerima informasi dengan mudah tentang kecemasan saat premenopause sehingga dirinya dapat menjalani masa itu dengan mekanisme yang baik. Pada penelitian ini sebagian besar mengalami kecemasan ringan hal ini dimungkinkan karena responden sudah memahami bahwa premenopause adalah hal yang memang harus terjadi pada setiap wanita dewasa dan akan dialami oleh semua orang sehingga koping mereka sudah siap untuk hal itu.

c) Pekerjaan

Dilihat dari pekerjaan responden menunjukan bahwa sebagian dari responden tidak bekerja dengan jumlah 11 responden (28,9%) dan responden yang bekerja dengan jumlah 20 responden (52,6%). Sedangkan responden yang tidak ada keterangan pekerjaan dalam kuesioner berjumlah 7 responden (18,4%) dengan alasan responden berhak memiliki alasan tersendiri untuk tidak mengisi pekerjaan terkait penelitian ini. Hasil penelitian pada distribusi tingkat pekerjaan menunjukan bahwa prosentase terbanyak sebagai pekerja yaitu sebanyak 20 responden (54,%).

Berdasarkan penelitian Berntsson, Krantz, & Lundberg (2003) menunjukkan bahwa perempuan yang belum menikah menghabiskan waktu lebih banyak untuk pekerjaan rumah dari pada laki-laki dan


(62)

apabila wanita bekerja memiliki beban kerja ganda karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyelesaikan pekerjaannya. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa para wanita yangberperan ganda memiliki efek negatif seperti meningkatnya stres, depresi dan gejala fisik (Barnett & Hyde, 2001). Gangguan-gangguan ketika memasuki masa premenopause dirasakan berbeda oleh perempuan satu dengan yang lainnya, dikarenakan keadaan psikis mereka juga berbeda. Bagi perempuan pekerja, memasuki masa premenopause akan sangat dirasakan, mereka menjadi lebih mudah mengalami stres. Hal itu disebabkan oleh adanya peran dalam kehidupannya, yakni berperan mencari nafkah. Seperti yang dipaparkan oleh Simanjuntak dan Erniyati (2007) bahwa perempuan premenopause dalam mencari nafkah mudah mengalami stres yang bersumber dari lingkungan kerja, tuntutan kerja, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik tempat kerja, hubungan yang kurang baik antar manusia, kurangnya pengetahuan dan peningkatan jenjang karir, dan perasaan kurang aman ketika bekerja menjadi alasannya.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Aprillia dan Puspitasari (2007) yang menunjukkan menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kecemasan seseorang pada usia-usia menjelang premenopause salah satunya adalah faktor ekonomi, di mana seseorang dengan ekonomi rendah akan lebih mudah mengalami kecemasan.


(63)

Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang, wanita yang bekerja dan tidak bekerja sangat berbeda, dilihat dari wanita yang bekerja mendapatkan informasi atau pengalaman dari teman-temannya yang bekerja. Wanita yang tidak bekerja saaat memasuki masa premenopause memiliki keterbatasan dalam menyerap dan mengolah informasi yang didapat, selain itu juga kurang memiliki kemampuan dalam menganalisis kebutuhan, sehingga menyebabkan sikap yang juga negatif terhadap kebutuhan untuk mengetahui perubahan fisik pada saat menghadapi premenopause.

2. Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause

Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta tahun 2016 adalah sebanyak 38 responden dengan kategori kecemasan ringan sebanyak 18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang sebanyak 12 responden (31,2%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8 responden (21%).

Dari hasil penelitian mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu 18 responden (47,4%), berdasarkan alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety nilai 14-20 adalah kecemasan ringan. Menurut Nugraha (2007), kesiapan wanita saat menghadapi premenopause dipengaruhi oleh psikis, peran keluarga, informasi, dan budaya. Psikis yaitu pikiran negatif


(64)

kemerosotan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminim dan seksual

wanita dapat dipengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi

premenopause. Peran keluarga yaitu kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada wanita yang mulai memasuki masa premenopause dimana mulai mengalami gejala premenopause. Informasi yaitu kurangnya informasi yang didapat mengenai premenopause dapat menyebabkan pandangan yang negatif. Budaya juga ikut berperan terhadap kesiapan wanita saat menghadapi premenopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana premenopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.

Perempuan yang menghadapi periode premenopause, munculnya masalah psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Gejala yang dirasakan responden saat menghadapi masa premenopause diantaranya terdapat pada item gejala urogenital dimana responden mengalami perubahan menstruasi memanjang atau memendek dan terdapat di item gajala gangguan tidur dimana responden sering terbangun dimalam hari.

Kenyataanya tidak semua perempuan mengalami kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi premenopause. Jadi ada juga perempuan yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi premenopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana


(65)

penilaiannya terhadap premenopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006).

Bagi perempuan yang menilai atau menganggap premenopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka stres pun sulit dihindari. Perempuan akan merasa sangat menderita

karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini

dibanggakannya dan akan menghadapi premenopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan depresi. Besar kemungkinannya terjadi karena kurang mempunyai informasi yang benar mengenai premenopause. Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap premenopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis (Hamma, 2004; Retnowati, 2001).

Menurut Nugraha (2007) dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun kejiwaan pada masa premenopause, diperlukan persiapan saat menjelang premenopause dalam berbagai hal yaitu menyadari bahwa premenopause merupakan hal yang sifatnya alamiah dimana semua wanita akan melaluinya. Perlunya bantuan keluarga untuk mendampingi dan memberi dukungan saat wanita memasuki masa premenopause. Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak, tinggi serat,


(1)

Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang, wanita yang bekerja dan tidak bekerja sangat berbeda, dilihat dari wanita yang bekerja mendapatkan informasi atau pengalaman dari teman-temannya yang bekerja. Wanita yang tidak bekerja saaat memasuki masa premenopause memiliki keterbatasan dalam menyerap dan mengolah informasi yang didapat, selain itu juga kurang memiliki kemampuan dalam menganalisis kebutuhan, sehingga menyebabkan sikap yang juga negatif terhadap kebutuhan untuk mengetahui perubahan fisik pada saat menghadapi premenopause.

2. Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause

Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta tahun 2016 adalah sebanyak 38 responden dengan kategori kecemasan ringan sebanyak 18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang sebanyak 12 responden (31,2%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8 responden (21%).

Dari hasil penelitian mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu 18 responden (47,4%), berdasarkan alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety nilai 14-20 adalah kecemasan ringan. Menurut Nugraha (2007), kesiapan wanita saat menghadapi premenopause dipengaruhi oleh psikis, peran keluarga, informasi, dan budaya. Psikis yaitu pikiran negatif mengenai premenopause bahwa premenopause adalah permulaan


(2)

kemerosotan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminim dan seksual wanita dapat dipengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi premenopause. Peran keluarga yaitu kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada wanita yang mulai memasuki masa premenopause dimana mulai mengalami gejala premenopause. Informasi yaitu kurangnya informasi yang didapat mengenai premenopause dapat menyebabkan pandangan yang negatif. Budaya juga ikut berperan terhadap kesiapan wanita saat menghadapi premenopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana premenopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.

Perempuan yang menghadapi periode premenopause, munculnya masalah psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Gejala yang dirasakan responden saat menghadapi masa premenopause diantaranya terdapat pada item gejala urogenital dimana responden mengalami perubahan menstruasi memanjang atau memendek dan terdapat di item gajala gangguan tidur dimana responden sering terbangun dimalam hari.

Kenyataanya tidak semua perempuan mengalami kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi premenopause. Jadi ada juga perempuan yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi premenopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana


(3)

penilaiannya terhadap premenopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006).

Bagi perempuan yang menilai atau menganggap premenopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka stres pun sulit dihindari. Perempuan akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya dan akan menghadapi premenopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan depresi. Besar kemungkinannya terjadi karena kurang mempunyai informasi yang benar mengenai premenopause. Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap premenopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis (Hamma, 2004; Retnowati, 2001).

Menurut Nugraha (2007) dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun kejiwaan pada masa premenopause, diperlukan persiapan saat menjelang premenopause dalam berbagai hal yaitu menyadari bahwa premenopause merupakan hal yang sifatnya alamiah dimana semua wanita akan melaluinya. Perlunya bantuan keluarga untuk mendampingi dan memberi dukungan saat wanita memasuki masa premenopause. Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak, tinggi serat,


(4)

vitamin C, dan kalsium. Perlunya olahraga untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat gejala premenopause. Pengobatan yang bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat pengganti hormon. Dengan adanya persiapan saat menjelang premenopause diharapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi premenopause.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta mayoritas berada pada tingkat kecemasan ringan. Banyak responden yang mengalami kecemasan ringan dikarenakan responden tidak terlalu mencemaskan terjadinya premenopause, karena mereka menyadari bahwa hal itu sudah akan pasti terjadi.

D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan penelitian

Penelitian terkait tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan belum pernah ada yang meneliti.

2. Kelemahan penelitian

a) Variabel penelitian ini ialah variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat kecemasan saja.

b) Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab secara terbatas.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan peneliti mengambil kesimpulan yaitu tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta adalah kecemasan ringan yang berada pada level 1Hamilton Anxiety Rating Scale dengan total skor 14-20 yaitu sebanyak 19 responden (34%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang direkomendasikan terkait topik penelitian, antara lain:

1. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat menambah wawasan dengan menanyakan informasi kepada tenaga kesehatan dan menyadari bahwa premenopause adalah hal yang alami dan semua wanita akan mengalaminya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang lebih lanjut mengenai kecemasan menghadapi premenopause terutama pada wanita


(6)

yang belum menikah dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dua variabel atau lebih, dengan metode yang berbeda, pertanyaan kuesioner yang lebih terbuka agar responden dapat menjawab isi kuesioner peneliti tanpa keterbatasan jawaban dan jumlah populasi yang lebih banyak sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.