Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur

(1)

MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

DEDEH SUHAIDAH

108104000005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/ 2013 M


(2)

Skipsi

HUBTINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN

PEREMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI

WILAYAII

KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi

Program Studi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh

DEDEII SUHAIDAII NIM: 108104000005

Pembimbing I

t

)!w;

Pembimbing

II

Pusuita Paluni, S.Kep.. M'Kep.. Ns'Sp.Kep.Mat Irma Nurbaeti. S:K-Di.MjKep' Sp'Mat

--

r,npr

tgtorrrqZOrrotZOOr

NIP:197005011996012001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

IIIDAYATULLAII


(3)

Pf,REMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KELI]RAHAN PIJLO GEBANG JAKARTA TIMUR

Telah disusun dan dipertahar*an dihadapan penguji oleh Naria: Dedeh Suhaidah

NIM:1081M000005

Pembimbing t

lr

I

{lriffnry

Puspita Pelupi. SXep.

NIP: 19801 1192011012006

Ns. Eni Nur'aitri Aqustitri. SJ(cp.

lJlsc

NIP: I 98008022006042001

Pembimbing

II

Irma Nurbeeti. S.Kp. M.Kep. Sp.Mat

NIP: 19700501 1996012001

Puspita Palupi. S.Kep.. M.Kep.. Ns.Sp.KepJvIat NIP: 19801 I 19201 1012006

Kedokteran

T\

Prof.

Dr<6!trjL-LIICI*4iEdh'-Sp.Ard

ll

Penguji

II

Penguji

III

Irmr

Nurbaeti. S.KD. M.KeD. Sn-Mat

NIP: 197005011996012001

Dekan Fakultas Ilmu dan Ilrnu Kesehatan Mengetahui,


(4)

iii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan penelitian dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2013


(5)

iv Nama : Dedeh Suhaidah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1990 Program Studi : Ilmu Keperawatan

NIM : 108104000005

Alamat : JL. Raya Pulo Gebang Rt/Rw 017/003 No.80, Kec. Cakung, Jakarta Timur, 13950

No. Tlp/Hp : 085718277618

Email : dedehsuhaidah@yahoo.com Nama Ayah : Drs. H. Moh. Shohib

Pendidikan Ayah : S1 Pekerjaan Ayah : Guru Nama Ibu : Hj. Suryati Pendidikan Ibu : MA/SMA

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Nurul Ikhsan Jakarta (1995-1996) 2. SDIT Nurul Ikhsan Jakarta (1996-2002)

3. Madrasah Tsanawiyah Negeri 20 Jakarta (2002-2005) 4. Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta (2005-2007)

5. Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)


(6)

v

Kasihmu ...

Sayangmu ...

Selalu kau berikan padaku ...

Kau selalu berusaha tersenyum didepanku.

Walau ku sering mendurhakaimu, kau tak pernah berhenti memberi

semua itu.

Kaupun tak pernah sedikitpun meminta balasan dariku.

Karena ku tau kau lakukan semua itu,

Hanya untuk membuatku bahagia

Kau cahaya hidupku ...

Kau pelita dalam setiap langkahku ...

Maaf karena ku belum bisa mengukir bahagia diwajahmu.

Maaf karena belum bisa menanam bangga dihatimu...

Maaf untuk semua air mata yang kau tumpahkan karenaku ...

Maaf karena belum mampu menghapus beban dari tubuh lelahmu.

Terima kasih untuk cinta dan do’a tulusmu disetiap langkahku ...

Aku akan selalu

berusaha dan berdo’a

semampuku untuk

membahagiakanmu,


(7)

vi

selama ini ...

I LOVE YOU Bapak ...

I LOVE YOU Mamah ...


(8)

vii Skripsi, Februari 2013

Dedeh Suhaidah, NIM : 108104000005

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR

(xvii + 94 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 7 Lampiran) ABSTRAK

Menopause merupakan tahap akhir masa reproduksi seorang perempuan. Perempuan yang akan memasuki menopause akan mengalami masalah fisik dan psikologis, apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan kecemasan, sehingga diperlukan adanya pengetahuan yang cukup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Pulo Gebang Jakarta Timur.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden yaitu perempuan yang berusia di atas 40 tahun dan belum mengalami menopause yang diperoleh melalui cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan. Analisa data menggunakan uji Spearman Rankpada > 0,5.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perempuan tentang menopause dalam kategori cukup (57,8%) dan tingkat kecemasan dalam kategori ringan (31,1%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause (p=0,120) dengan nilai probabilitas > 0,05.

Petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada perempuan premenopause, bukan hanya pada masalah fisik tetapi juga masalah psikologis.

Kata kunci : Pengetahuan, Menopause, Kecemasan, Premenopause Pustaka : 50 (2000-2011)


(9)

viii Undergraduated Thesis, February 2013 Dedeh Suhaidah, 108104000005

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ANXIETY AMONG MENOPAUSE WOMEN IN THE PUBLIC HEALTH CENTER PULO GEBANG EAST JAKARTA

(xvii + 94 Pages + 9 Tables + 4 Figures + 7 Appendixes)

ABSTRACT

Menopause is the final stage of a woman's reproductive life. Women who will be entering menopause will experience physical and psychological problems, if it is not handled properly it will cause anxiety, so it is needed knowledge enough. The purpose of this study was to relation between knowledge and anxiety toward menopause among women in the Public Health Center Pulo Gebang East Jakarta.

This research is a quantitative cross-sectional design. The sample in this study amounted to 90 respondents are women over the age of 40 years and premenopausal obtained through random cluster sampling. Data collection using questionnaires Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) and the level of knowledge questionnaires. Analysis of the data using the Spearman Rank test at

> 0.5.

The results of the analysis showed the level of women's knowledge about menopause in a category quite (57,8%) and the level of anxiety in the mild category (31,1%). There is no significant relationship between knowledge and anxiety in the face of postmenopausal women (p=0,120) with a probability value >0,05.

Health workers recommendation improve health services particularly, not only the physical problems but also psychological.

Keywords : Knowledge, Menopause, Anxiety, Premenopause Reference : 50 (2000-2011)


(10)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan penelitian dengan judul: “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur”.

Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada :

1. Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..

3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..

4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh Staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

x penelitian ini.

8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih

sayang tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan

memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama proses menyelesaikan penelitian ini.

9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan do’a, dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan penulisan selanjutnya.

Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2013 Penulis


(12)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... LEMBAR PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR SINGKATAN ...

i ii iii iv v vii viii ix xi xiv xv xvi xvii BAB I BAB II PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Ruang Lingkup Penelitian ... TINJAUAN PUSTAKA

A. Menopause ...

B. Pengetahuan ………...

C. Kecemasan ………...

D. Aspek Psikologis Menopause ... E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause ... F. Kerangka Teori ………...

1 6 7 8 9 10 25 34 47 48 51


(13)

xii BAB 1V

BAB V

BAB VI

B. Hipotesa ………...

C. Definisi Operasional ………....

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………...

B. Waktu Penelitian ... C. Lokasi Penelitian ... D. Populasi dan Sampel ...

1. Populasi ………...

2. Sampel ... E. Teknik Pengambilan Sampel ... F. Metode Pengambilan Data ... 1. Instruman Penelitian ... 2. Uji Coba Kuesioner ... G. Tahap Pengambilan Data ... H. Teknik Analisis Data ... 1. Pengolahan Data ... 2. Analisa Data ... I. Etika Penelitian ... 1. Prinsip Etika Penelitian ... 2. Masalah Etika Penalitian ... HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... B. Karakteristik Responden ... C. Analisa Univariat ... D. Analisa Bivariat ... PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... B. Tingkat Pengetahuan ... C. Tingkat Kecemasan ...

52 52 53 55 55 55 56 56 56 59 59 59 62 64 65 66 67 68 68 69 71 72 73 75 77 81


(14)

xiii BAB VII

E. Keterbatasan Penelitian ... KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

86 90

92 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

xiv Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 3.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8

Definisi Operasional ... Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Prersentase Pernyataan Responden yang Benar Tentang Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ... Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ...

53 72 72 72 73 73 74 75 75


(16)

xv Gambar

Gambar Gambar Gambar

2.1 2.2 2.3 3.1

Fase Klimakterium ... Rentang Respon Kecemasan ... Kerangka Teori ... Kerangka Konsep ...

12 34 51 52


(17)

xvi No. Lampiran

1. Lembar surat izin penelitian

2. Lembar persetujuan menjadi responden 3. Lembar data demografi responden 4. Lembar kuesioner tingkat pengetahuan 5. Lembar kuesioner tingkat kecemasan

6. Lembar hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas 7. Lembar hasil perhitungan analisa data


(18)

xvii BPS : Badan Pusat Statistik

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Depkes : Departemen Kesehatan

HRT : Hormon Replacement Therapy HRSA : Hamilton Rating Scale For Anxiety FSH : Follicle Stimulating Hormone LH : Luteinizing Hormone

NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar


(19)

1 A. Latar Belakang

Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan preventif. Meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini ditandai oleh adanya penduduk yang hidup dengan perilaku sehat dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 (Depkes RI, 2009).

Pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain meningkatnya umur harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Meningkatnya umur harapan hidup dapat meningkatkan populasi perempuan menopause di Indonesia. Jumlah penduduk perempuan berusia diatas 50 tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Sensus penduduk tahun 2000 melaporkan jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun


(20)

2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2005). Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan jumlah penduduk perempuan di Indonesia adalah 118 juta jiwa dengan jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 7 juta jiwa, umur 50-54 sebanyak 5,7 juta jiwa.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya sebagai seorang perempuan, menopause merupakan hal yang secara alamiah akan dialami tiap perempuan dan merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni estrogen dan progesteron dari indung telur (BKKBN, 2006).

Menopause merupakan berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenore, umumnya menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 58 tahun (Shimp & Smith, 2000; Abernethy, 2010). Menurut Baziad (2003), menopause merupakan periode dimana seorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak efektifnya folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml. Sebagian besar perempuan umumnya akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada seorang perempuan (Rostiana, 2009). Al-qur’an menyatakan bahwa seorang perempuan akan mengalami menopause, dijelaskan dalam Surah An-Nur/24: 60:


(21)

... نوجريا ىتَلاءاسنلا نمدعوقلاو

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari menstruasi

dan mengandung).“

Menopuse terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan terjadinya perubahan baik fisik maupun psikologis (Shimp & Smith, 2000). Perubahan fisik akibat penurunan produksi estrogen dan progesteron menimbulkan berbagai gejala, baik yang berhubungan dengan organ reproduksi maupun organ tubuh lainnya. Perubahan yang terjadi pada masa menopause juga memengaruhi keadaan psikologis seorang perempuan. Keluhan psikologis sifatnya sangat individual dapat dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Perubahan fisik dan psikologis tentu akan mengganggu kesehatan dan mempengaruhi kualitas hidup perempuan (Rostiana, 2009).

Perubahan fisik yang terjadi seperti rasa panas (hot flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot (Baziad, 2003). Keluhan psikologis yang sering dialami meliputi perasaan sedih, kecemasan, irritabilitas, perasaan berubah-ubah, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan dan merasa tidak berharga (Glasier & Gebbie, 2006).


(22)

Penelitian Safitri (2009) di kota Medan, melaporkan bahwa perubahan fisik yang dirasakan responden pada masa menopause meliputi ketidakteraturan siklus menstruasi 64,1%, rasa cepat lelah 56,3%, penurunan keinginan seksual 51,6%, berat badan bertambah 42,2%, sulit tidur 40,6%, perubahan pada kulit 37,5%, rasa panas pada wajah (hot flushes) 31,3% dan keringat berlebih di malam hari 17,2%. Perubahan psikologis yang terjadi saat menopause meliputi ingatan menurun 57,8%, mudah tersinggung 39,1%, rasa gelisah yang berlebih 26,6%, kecemasan 25%, merasa tidak berharga 15,6%, merasa tidak cantik lagi 14,1% dan rasa takut menjadi tua 12,5%.

Tidak semua perempuan yang memasuki usia menopuse mengalami keluhan ada juga perempuan yang tidak mengalami keluhan apapun, akan tetapi meskipun perempuan tersebut tidak mengalami keluhan, dampak jangka panjang dari penurunan estrogen dapat menimbulkan osteoporosis dan penyakit kronis lainnya (Bazid, 2003). Aprilia dan Puspitasari (2007) melaporkan hasil penelitiannya bahwa perubahan yang terjadi pada masa menopause tidak selalu dikeluhkan oleh 25% perempuan menopause, sedangkan 75% perempuan lainnya mengalami keluhan. Menopause akan mengganggu kesehatan baik fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan dampak jangka panjang apabila tidak ditangani dengan serius, sehingga dapat mengakibatkan perempuan menopause mengalami kecemasan (Aprilia & Puspitasari, 2007).

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam yang berkaitan dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Perasaan isolasi, keterasingan dan ketidaknyamanan (Stuart & Laraia, 2005).


(23)

Kecemasan yang dialami perempuan menopause salah satunya karena kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul seperti keluhan fisik berupa berkeringat dimalam hari, sakit kepala, berhentinya hasrat seksual, meresa diri akan menjadi lebih tua yang berarti kecantikannya akan memudar dan terjadi penurunan fungsi tubuh, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan dengan suami maupun lingkungan sosialnya (Kasdu, 2002 & Rostiana, 2009). Hasil penelitian Susiana (2007) di Medan didapatkan data dari 32 responden sebesar 28,1% tidak mengalami kecemasan, 56,3% mengalami kecemasan ringan dan 25,6% mengalami kecemasan sedang.

Aprilia dan Puspitasari (2007) di Surabaya menyebutkan bahwa kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Hasil penelitiannya melaporkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4% mengalami kecemasan ringan, 30,8% mengalami kecemasan sedang dan 53,9% mengalami kecemasan berat. Responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 43,6% mengalami kecemasan ringan, 23,6% mengalami kecemasan sedang dan 32,7% mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik 84,4% mengalami kecemasan ringan, 15,6% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur pada tujuh orang perempuan premenopause didapatkan sebanyak tiga orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause serta timbulnya


(24)

berbagai penyakit dan keluhan fisik lainnya. Dua orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan timbulnya berbagai penyakit dan keluhan fisik lainnya, tetapi tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan menganggap menopause tidak perlu dicemaskan karena menopause merupakan proses yang pasti akan dialami oleh setiap perempuan. Studi yang telah dilaporkan membuktikan bahwa responden masih belum memahami tentang kondisi menopause dan belum terdapat program tentang menopause di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian yang ingin dilakukan tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.

B. Rumusan Masalah

Menopause merupakan peristiwa yang sangat alamiah dan normal terjadi pada seorang perempuan, tetapi banyak menimbulkan keluhan dan gangguan yang dirasakan. Keluhan dan gangguan yang dirasakan terjadi akibat adanya perubahan hormon saat menopause. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik perubahan fisik maupun psikologis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan bagi perempuan dalam menghadapi menopause. Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Penelitiannya yang dilakukan di Surabaya


(25)

melaporkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak mengalami kecemasan berat sebesar 53,9%. Responden yang memiliki pengetahuan cukup paling banyak mengalami kecemasan ringan sebesar 43,6%. Responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan ringan sebesar 84,4%.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan melaporkan bahwa pada tujuh orang perempuan premenopause didapatkan sebanyak tiga orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Dua orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause, sedangkan dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan menganggap menopause tidak perlu dicemaskan. Studi yang telah dilaporkan membuktikan bahwa responden masih belum memahami tentang kondisi menopause dan belum terdapat program tentang menopause di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui ”Apakah ada

hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam

menghadapi menopause”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.


(26)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi menopause.

b. Diketahuinya tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.

c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam hal membuktikan lebih lanjut hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.

2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang menopause sehingga lebih siap dalam menghadapi menopause.

b. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif dalam mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang hubungan


(27)

tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.

c. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya ilmu keperawatan, khususnya keperawatan maternitas dalam promosi kesehatan dan pengembangan model asuhan keperawatan pada perempuan menopause.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perempuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan menjelang menopause. Sampel dalam penelitian ini yaitu perempuan yang berusia di atas 40 tahun dan belum mengalami menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur yang diperoleh melalui cluster random sampling. Adapun variabel yang diukur adalah tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank pada alfa > 0,5.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menopause 1. Pengertian

Menopause secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yaitu “men

yang berarti menstruasi dan “pausis” yang berarti berhenti (Martadisoebrata, 2005). Menopause merupakan berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenore, umumnya menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun dan usia rata-rata perempuan menopause 51 tahun (Shimp & Smith, 2000; Bobak, 2005; Abernethy, 2010).

Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami dari penuaan, yaitu ketika perempuan tidak lagi mendapatkan menstruasi selama satu tahun. Penyebab berhentinya menstruasi karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Potter & Perry (2005) mendefinisikan menopause merupakan berhentinya siklus menstruasi terutama karena ketidakmampuan sistem neurohormonal untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin. Baziad (2003) menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh hormon ovarium.


(29)

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium sehingga fungsi reproduksi menurun dan berakhir.

2. Fase Klimakterium

Setiap perempuan mengalami fase-fase perkembangan tertentu. Diantaranya fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ reproduksi perempuan. Sejak lahir perempuan mempunyai 770.000 sel telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu berlangsung pada usia 8 sampai 12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar usia 12 sampai 13 tahun, umumnya seorang perempuan mengalami menarche. Masa ini disebut sebagai puberitas dimana organ reproduksi perempuan mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun. Pada masa ini perempuan mengalami hamil dan melahirkan. Fase terakhir dalam kehidupan perempuan atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu terjadi pada usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2004).

Klimakterium merupakan suatu masa peralihan yang dilalui seorang perempuan dari masa reproduktif ke masa non-reproduktif. Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause. Masa klimakterium terjadi selama kurang lebih 13 tahun. Masa ini terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2004).


(30)

Masa klimakterium menurut Baziad (2003) meliputi: premenopause, perimenopause, menopause dan postmenopause.

Gambar 2.1 : Fase Klimakterium dikutip dari Baziad (2003) a. Premenopause

Premenopause terjadi pada usia 40 tahun dan merupakan fase dimulainya klimakterik. Fase ini ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan klimakterium seperti perdarahan uterus yang tidak teratur. Perubahan ini terjadi karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi corpus luteum dan kegagalan proses ovulasi. Perubahan menstruasi dapat berupa amenorrhoe, polimenorrhoe, dan hipermenorrhea (Baziad, 2003).

b. Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan postmenopause. Rentang waktu 1 sampai 2 tahun sebelum dan sesudah menopause. Fase ini ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah, kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya perempuan telah mengalami berbagai keluhan klimakterik


(31)

berupa gejolak panas (hot flushes), berkeringat banyak, insomnia, depresi, serta perasaan mudah tersinggung (Baziad, 2003).

c. Menopause

Menopause merupakan periode dimana seorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak efektifnya folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml (Baziad, 2003). Sebagian besar perempuan umumnya akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada seorang perempuan (Rostiana, 2009).

d. Postmenopause

Postmenopause periode setelah perimenopause sampai senium. Masa yang berlangsung kurang lebih 3 sampai 5 tahun setelah menopause. Ovarium sudah tidak befungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat (Baziad, 2003).

3. Aspek Fisiologis Menopause

Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau perimenapouse. Menjelang menopause persediaan telur akan habis dan ini merupakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa


(32)

pubertas sampai menopause diatur oleh hormone hipotalamus dan hipofisis (Retnowati, 2001).

Hipotalamus sering dianggap sebagai otak emosional atau sebagai otak konduktor sistem endoktrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem hormon jika seseorang mengalami stress. Hal inilah yang menyebabkan bila seseorang sedang mengalami stres siklus haidnya mundur. Hipofisis memproduksi sejumlah besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi tumbuh dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau ovarium. Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga memproduksi dua hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron (Retnowati, 2001).

Estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan telur, sehingga makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti. Walaupun haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi estrogen. Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu sendiri sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen. Penurunan drastis kadar hormon estrogen dan progresteron akan diikuti berbagai perubahan fisik seperti kulit mengendur, inkontinensia (gangguan kontrol berkemih) pada waktu beraktivitas, jantung berdebar-debar, hot flushes

(peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot. Jangka panjang rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause


(33)

menimbulkan ancaman osteoporosis (pengeroposan tulang), serta peningkatan resiko gangguan kardiovaskuler (Retnowati, 2001).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause

Masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Perempuan kembar dizigot atau perempuan dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan perempuan yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause lebih awal dijumpai juga pada perempuan nulipara, perempuan dengan diabetes melitus (NIDDM), perokok berat, kurang gizi, perempuan vegetarian, perempuan dengan sosioekonomi rendah. Perempuan multipara dan perempuan yang banyak mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad, 2003).

Faktor yang mempengaruhi menopause menurut Kasdu (2002) dan

Wirakusumah (2003), yaitu: a. Usia saat haid pertama sekali

Perempuan yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan perempuan yang menstruasi lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun. Artinya, perempuan yang terlambat mendapatkan menstruasi, akan mengalami menopause lebih awal, sedangkan perempuan yang cepat mendapatkan menstruasi cenderung lebih lambat memasuki menopause.


(34)

b. Faktor psikis

Perempuan yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang perempuan. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.

c. Jumlah anak

Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang perempuan melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga memperlambat penuaan tubuh.

d. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

e. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada perempuan yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.


(35)

f. Penyakit

Perempuan yang mengalami gangguan medis menyebabkan meningkatnya kadar estrogen, seperti penderita diabetes akan lambat memasuki masa menopause

5. Klaifikasi Menopause

Berdasarkan proses terjadinya, menopause dibedakan menjadi menopause alamiah (natural) dan buatan (artifisial). Menopause alami akan dilalui seorang perempuan secara bertahap selama beberapa tahun. Umumnya menopause alami terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50 tahun. Menopause buatan adalah menopause yang terjadi akibat prosedur medis seperti pembedahan atau penyinaran. Menopause akibat pembedahan terjadi akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral. Pengangkatan ovarium dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap karsinoma ovarium (Bobak, 2005; Sastrawinata, 2008).

Menopause juga dibedakan berdasarkan kelainan jadwal menopause mencakup menopause yang terjadi terlalu dini (menopause prematur) maupun menopause yang terlambat.

a. Menopause prematur

Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun disebut menopause prematur atau menopause dini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menopause prematur adalah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun dan penyakit-penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Faktor lain yang dapat


(36)

menyebabkan menopause prematur adalah kebiasaan merokok (Sastrawinata, 2008; Abernethy, 2010).

b. Menopause terlambat

Batas usia menopause yaitu 52 tahun, apabila seorang perempuan masih mendapat menstruasi di atas usia 52 tahun disebut menopause terlambat dan diindikasikan untuk penyelidikan lebih lanjut penyebab dari menopause terlambat adalah fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen (Sastrawinata, 2008).

6. Perubahan yang Terjadi Selama Menopause

Sastrawinata (2008) mengungkapkan bahwa perempuan yang akan menopause mengalami perbahan-perubahan, diantaranya:

a. Perubahan organ reproduksi

Ovarium dan uterus lambat laun mengecil dan endometrium mengalami atrofi. Walaupun demikian, uterus masih tetap dapat bereaksi terhadap estrogen. Epitel vagina menipis dan mamai mulai menjadi lembek. Proses ini berlangsung terus sampai masa senium. b. Perubahan hormon

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik terhadap hipotalamus. Keadaan ini


(37)

meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin ini, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.

c. Perubahan vasomotorik

Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, perubahan tekanan darah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.

d. Perubahan emosi

Perubahan emosi muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.

7. Keluhan-Keluhan yang Terjadi Selama Menopause

Perubahan-perubahan yang terjadi selama menopause berdampak pada kesehatan fisik dan psikis.

a. Fisik

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause adalah menstruasi menjadi tidak teratur, hot flushes, insomnia, palpitasi dan rasa lemah, gangguan seksual. Gejala-gejala saluran kemih seperti nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih dan inkontinensia (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004; Glasier & Gebbie, 2005). Menurut Baziad (2003), ketika seorang perempuan memasuki masa menopause, fisik memiliki ketidaknyamanan seperti rasa panas (hot flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot.


(38)

Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas seperti leher dan dada. Hot flushes terjadi pada malam hari, dan menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung selama satu jam. Hot flushes berlangsung selama 2-5 tahun ketika perempuan akan memasuki usia menopause atau pada saat menopause dan akan menghilang sekitar 4–5 tahun pasca menopause (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004).

Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen dapat menyebabkan perubahan sistem pertahanan kulit, sehingga mudah

terkena penyakit kulit (dermatosis). Kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan (Baziad, 2003).

Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas dan nyeri saat aktivitas seksual (dispareunia) karena setelah menopause sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitasnya berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan dalam lima tahun menopause. Atropi juga dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah. Hilangnya tonus otot


(39)

uretra akibat menurunya kadar estrogen, akibtnya terjadi ganguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan (inkontinensia urin) dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004).

Perempuan menopause sering juga mengeluh nyeri otot dan sendi. Timbulnya osteoporosis dan osteoartritis dapat terjadi akibat penurunan hormon estrogen. Selain itu penurunan kadar estrogen juga berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut rusak dan rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit pada persendian (Baziad, 2003; Kasdu, 2004).

Bagi perempuan begitu memasuki usia menopause akan timbul berbagai macam keluhan yang sangat mengganggu dan beberapa tahun setelah menopause dapat terjadi berbagai macam penyakit, seperti kanker endometrium, kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara dan kanker vagina. Ganguan tubuh lainnya akibat penyakit degeneratif, seperti diabetes dan jantung, faktor genetik dan gaya hidup juga berpengaruh. Hipertensi, demensia juga ditemukan pada masa premenopause dan postmenopause disebabkan karena penurunan kadar hormon steroid. Kelainan lain seperti sulit berkonsentrasi, hilang fungsi memori jangka pendek dan beberapa


(40)

kondisi yang berhubungan dengan kelainan psikologis (Baziad, 2003; Kasdu, 2004).

b. Psikologis

Perubahan-perubahan psikologis yang menyertai gejala menopause sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang terjadi pada perempuan menopause adalah perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, penurunan ingatan, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga (Glasier & Gebbie, 2005). Banyak perempuan mengeluh masalah psikologis saat menopause, tetapi sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain. Keringat malam yang berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan pola tidur, yang akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, perubahan alam perasaan (depresi), keletihan, perasaan tidak berharga dan kesulitan membuat keputusan (Abernethy, 2010).

Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan perempuan yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa memengaruhi kualitas hidupnya (Rostiana, 2009). Keadaan menopause secara menetap membawa konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis yang dapat menjadi fatal bila


(41)

tidak ditangani dengan serius. Fungsi reproduksi yang menurun menimbulkan dampak yaitu ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan. Bagi sebagian perempuan menopause menimbulkan rasa cemas dan risau. Hal ini akan menjadi tekanan dan semakin memberatkan apabila perempuan tersebut selalu berpikiran negatif (Aprilia & Puspitasari, 2007).

8. Upaya yang Dilakukan dalam Menghadapi Menopause

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi menopause yaitu dengan pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup. Kehilangan estrogen pada perempuan menopause menimbulkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung dan osteoporosis. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi, seperti: mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pengaturan diet (tinggi kalsium dan rendah lemak), menghindari peningkatan berat badan, olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan tekanan darah, mencari ketenangan dan menjauhkan diri dari pekerjaan yang menjemukan (WHO, 2007).

Rosenthal (2003) mengungkapkan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi menopause adalah kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak, makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, vitamin A, C dan E untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, vitamin B kompleks. Hindari kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-rempah, dan makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat menghambat absorbsi


(42)

kalsium. Selain pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup juga dapat dilakukan terapi sulih hormon atau Hormon Replacement Therapy (HRT) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang timbul pada perempuan yang mengalami menopause (Baziad, 2003). Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian estrogen seperti estriol, selama 21 hari berturut-turut disusul dengan masa istirahat selama 7 hari. Selama masa istirahat diperhatikan apakah keluhan-keluhan telah hilang atau menetap. Jika keluhan-keluhannya hilang maka pengobatan dapat dihentikan, tetapi jika menetap maka pengobatan dilanjutkan. Pada pemakaian jangka panjang, pengaruhnya terhadap endometrium dan payudara sangat lemah, sehingga jarang terjadi perdarahan maupun keganasan (Jacoeb, 2005).

Penggunaan estrogen jenis lain, seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi perlu digabung dengan progesteron. Alternatif lain dengan fitoestrogen yang terdiri dari: Isoflavon (genistein, daidzein dan

glycetein) banyak ditemukan dalam legumes (tumbuhan polong terutama kedelai dengan produk olahannya susu, tempe, tahu); Coumestan (coumesterol) banyak ditemukan dalam tauge; Lignan (matairesinol, secoisolariciresinol, enteroldiol) banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian (sereal) (Jacoeb, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Puspitasari (2007) tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pada perempuan


(43)

perimenopause adalah pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup. Namun, karakteristik sosial budaya yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah semakin baik faktor yang berpengaruh secara signifikan, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami.

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat

menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). 2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan menuurut Bloom (2001), yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan


(44)

bahan yang dipelajari. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(45)

e. Sintesa (Synthesis)

Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. g. Menciptakan (Created)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya: generating (Hipotesa), planning (Perencanaan) dan producing (Penghasil).

3. Sumber-sumber Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber pengetahuan didapat dari jenjang pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal.

a. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

1) Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang


(46)

diperlukan serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah, merupakan bakal bagi dasar perkembangan kehidupan baik pribadi maupun masyarakat terdiri dari SD. 2) Pendidikan menengah yaitu pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum (SMP&SMA).

3) Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Terdiri dari akademi, Instansi, Sekolah tinggi, dan Universitas.

b. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,


(47)

kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

c. Pendidikan Informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Selain itu juga dapat diperoleh dari pengalaman. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan a. Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

b. Pekerjaan

Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya


(48)

sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan. Sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik, misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi, 2006)

c. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2003). d. Usia

Semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki (Nursalam & Pariani, 2001).

e. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi


(49)

tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2003).

f. Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2003).

g. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2003).

5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tujuh tingkatan diatas. Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Ada berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: cara tradisional dan cara modern (Notoatmodjo, 2007).


(50)

a. Cara tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini, meliputi:

1) Cara coba-salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat, dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Cara otoritas atau kekuasaan

Dikehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun menurun dari generasi ke generasi berikutnya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini


(51)

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Berawal dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam proses menginternalisasikan suatu informasi, sehingga tingkat pengetahuannya berbeda-beda dan dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang (Potter & Perry, 2005). Dikatakan baik apabila pertanyaan dijawab benar ≥16 (76%-100%), cukup jika menjawab benar sebanyak 15-12 (56%-75%), dan kurang jika menjawab

benar sejumlah ≤11 (40%-55%) dari seluruh pertanyaan yang ada (Arikunto, 2006).


(52)

Penelitian terkait yang di lakukan oleh Milah (2011) tentang gambaran pengetahuan ibu usia 45-50 tahun tetang menopause di Kelurahan Cilangkap Kecamatan Manon Jaya Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun tentang proses terjadinya menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 43%. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun tentang perubahan fisik pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 55,4%. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun tentang prubahan psikologis pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 69,6%.

C. Kecemasan 1. Pengertian

Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman

angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan

suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaik – baiknya (Hawari, 2004).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi

kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa


(53)

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit

kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar, perasaan ini

disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindar hal yang dicemaskan (Stuart & Sundeen, 2000)

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual yang dikomunikasikan secara interpersonal, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung (Nursalam, 2011). Kecemasan yang dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal berada dalam suatu rentang, yaitu :

Gambar 2.2 : Rentang Respon Kecemasan Sumber : Stuart & Laraia (2005)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan

emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang

tidak diketahui secara khusus penyebabnya.

Hawari (2004) mengungkapkan bahwa individu yang cemas, gejalanya didominasi oleh keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan fisik. Keluhan psikis pada individu yang mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, bimbang, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah, mudah terkejut,


(54)

takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan fisik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdengung (tinitus), jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, kesemutan, rasa mual, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di ulu hati, muka merah atau pucat, denyut nadi dan nafas cepat.

2. Teori Kecemasan

Stuart & Sundeen (2000) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :

a. Faktor predisposisi 1) Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi cemas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang


(55)

menimbulkan kelemahan fisik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

3) Teori perilaku

Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

4) Teori keluarga

Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

5) Teori perspektif biologi

Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu magatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.


(56)

b. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dihindari pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan :

1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti penyakit fisik, trauma fisik dan pembedahan.

2) Ancaman terhadap sistem diri meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran.

Cemas adalah kondisi yang disebabkan oleh transaksi individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan. Tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Dari definisi tersebut, Sutherland & Cooper menyimpulkan (dalam Yosep, 2007) : a. Penilaian Kognitif (cognitive appraisal), stres adalah pengalaman

subjektif yang (mungkin) didasarkan atas persepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak di lingkungan.

b. Pengalaman (experience), suatu situasi yang tergantung pada tingkat keakraban dengan situasi, keterbukaan semula (exposure), proses belajar, kemampuan nyata dan konsep reinforcement.


(57)

c. Tuntutan (demand), tekanan, tuntutan, keinginan atau rangsangan-rangsangan yang segera sifatnya yang mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.

d. Pengaruh interpersonal (interpersonal influence), ada tidaknya seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi pengalaman subjektif, respon dan perilaku koping.

3. Faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2000) mengungkapkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu:

a. Usia

Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan.

b. Nilai budaya dan spiritual

Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Reliiusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang dihadapi.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menyelesaikan masalah yang baru.


(58)

d. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres.

e. Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai penyebab terjadinya perilaku patologis.

f. Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berfikir seseorang. g. Tahap perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda atau pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang semakain baik terhadap stresor.

h. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi stresor yang sama.


(59)

i. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah.

4. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Hamilton (1959); Stuart & Sundeen (2000) meliputi:

a. Tidak ada kecemasan.

Individu dalam keadaan normal, tidak ada kondisi yang berlebih terhadap rasa tidak aman dan tidak mudah tersinggung.

b. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kemampuan melihat dan mendengar menjadi meningkat. Cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan kreativitas.

c. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada masalah yang sedang dihadapi dan mengesampingkan yang lain sehingga menyebabkan lapang persepsi menyempit dan kemampuan melihat dan mendengarnya menurun. Beberapa kemampuan menjadi tertutup tetapi masih bisa dilakukan dengan petunjuk.

d. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada hal-hal yang kecil dan tidak dapat


(60)

berfikir tentang hal lain. Kecemasan muncul beberapa kali dan sulit dikendalikan sebab kecemasan tersebut berupa kejadian yang mungkin akan membahayakan masa depannya. Kondisi ini kebanyakan akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari.

e. Panik

Pada tingkat ini lahan persepsi sudah tertutup dan orang bersangkutan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, gangguan persepsi, kehilangan kemampuan berfikir secra rasional. Panik merupakan pengalaman yang menakutkan dan bisa melumpuhkan seseorang.

Freud (1894) dalam Andri dan Dewi (2007) membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:

a. Kecemasan realitas atau objektif, yaitu ketakutan terhadap bahaya yang datang dari dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang buas.

b. Kecemasan neurotik, yaitu kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman baginya. Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan instingtual dan realitas.


(61)

c. Kecemasan moral, yaitu ketakutan terhadap hati nurani. Misalnya seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik cenderung merasa berdosa jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang dimilikinya.

5. Respon Terhadap Kecemasan

Respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif (Stuart, 2007).

a. Respon fisiologis

Respon kecemasan terhadap kardiovaskular seperti palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap sistem pernapasan seperti nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan dan sensasi tercekik.

Respon kecemasan terhadap sistem neuromuskular adalah reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah. Respon kecemasan terhadap sistem gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan seperti tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit seperti wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.


(62)

b. Respon perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku seperti gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspada.

c. Respon kognitif

Respon kecemasan pada kognitif seperti perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam pemberian penilaian, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

d. Respon afektif

Respon kecemasan pada afektif seperti mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

6. Alat Ukur Kecemasan

Mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau panik dengan menggunakan alat ukur kecemasan, yaitu Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap gangguan kecemasan seorang pasien. HARS terdiri atas 14 item penilaian (Hamilton, 1959 & Hidayat, 2007), yaitu:


(63)

a. Anxious mood: menunjukkan ketakutan yang luar biasa terhadap ketidakpastian masa depan, merasa khawatir, merasa tidak aman, mudah tersinggung, dan kecemasan.

b. Ketegangan (tension): menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk bersikap relaks, tidak nervous, ketegangan, gemetaran, dan kepenatan.

c. Ketakutan (fear): menunjukkan ketakutan pasien di keramaian, terhadap binatang, di tempat umum, sendirian, keramaian lalu lintas, orang asing, kegelapan kerumunan orang banyak.

d. Sulit tidur (insomnia): menjukkan pengalaman pasien terhadap durasi tidur dan kepulasan tidur selama 3 malam sebelumnya. Catatan: tanpa penggunaan obat penenang.

e. Sulit konsentrasi dan daya ingat: menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan terhadap kejadian sehari-hari, dan lemahnya daya ingat.

f. Depressed mood: menunjukkan komunikasi pasien baik secara verbal maupun non-verbal tentang kesedihan, depresi, tanpa harapan, kemurungan, dan ketidakberdayaan.

g. Gejala-gejala somatik umum (motorik): pasien merasa lemah, sakit, ketegangan otot seperti pada bagian leher dan rahang.

h. Gejala-gejala somatik umum (sensorik): pasien merasa penat dan lemah, atau mengalami gangguan fungsi perasa seperti: tinnitus, mata kabur, sensasi panas-dingin dan keringat buntat.


(64)

i. Gejala-gejala yang berhubungan dengan jantung (cardiovascular): termasuk tachycardia, jantung berdebar, tekanan pada bagian dada, dentaman pada pembuluh darah, dan perasaan seakanakan ingin pingsan.

j. Gejala-gejala yang berhubungan dengan pernafasan: seperti merasa sesak nafas atau kontraksi pada tenggorokan atau dada, atau rasa seperti tercekik.

k. Gejala-gejala yang berkaitan dengan usus (Gastro-intestinal): seperti sulit menelan, merasa ada tekanan pada bagian perut, gangguan pencernaan (rasa panas pada bagian perut, sakit perut berhubungan dengan makanan, mual dan muntah), perut terasa keroncongan dan diare.

l. Gejala-gejala yang berhubungan dengan saluran kencing ( Genito-urinary): termasuk gejala-gejala non-organik atau psikis, seperti: sering atau susah buang air kecil, menstruasi tidak teratur, anorgasmia, ejakulasi dini.

m. Gejala-gejala otonomik lainnya, seperti: mulut terasa kering, pucat, sering keluar keringat dingin dan pusing.

n. Sikap pada saat wawancara seperti: pasien kelihatan tertekan, nervous, gelisah, tegang, suara gemetar, pucat, keluar keringat.

Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada gejala-gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat mengganggu. Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai


(1)

Analisis Univariat

E.

Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menopause

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 1 1.1 1.1 1.1

BENAR 89 98.9 98.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 12 13.3 13.3 13.3

BENAR 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 44 48.9 48.9 48.9

BENAR 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 34 37.8 37.8 37.8

BENAR 56 62.2 62.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

F. Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Menopause

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 26 28.9 28.9 28.9

BENAR 64 71.1 71.1 100.0


(2)

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 38 42.2 42.2 42.2

BENAR 52 57.8 57.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 17 18.9 18.9 18.9

BENAR 73 81.1 81.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 19 21.1 21.1 21.1

BENAR 71 78.9 78.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 34 37.8 37.8 37.8

BENAR 56 62.2 62.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

G. Pengetahuan Responden Tentang Perubahan yang Terjadi Saat

Menopause

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 20 22.2 22.2 22.2

BENAR 70 77.8 77.8 100.0


(3)

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 18 20.0 20.0 20.0

BENAR 72 80.0 80.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 31 34.4 34.4 34.4

BENAR 59 65.6 65.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 23 25.6 25.6 25.6

BENAR 67 74.4 74.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

H. Pengetahuan Responden Tentang Keluhan yang Terjadi Saat

Menopause

P14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 39 43.3 43.3 43.3

BENAR 51 56.7 56.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 35 38.9 38.9 38.9

BENAR 55 61.1 61.1 100.0


(4)

P16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 50 55.6 55.6 55.6

BENAR 40 44.4 44.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

I. Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengatasi Keluhan Saat

Menopause

P17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 42 46.7 46.7 46.7

BENAR 48 53.3 53.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

P18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 17 18.9 18.9 18.9

BENAR 73 81.1 81.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 32 35.6 35.6 35.6

BENAR 58 64.4 64.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

P20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 37 41.1 41.1 41.1

BENAR 53 58.9 58.9 100.0


(5)

J.

Distribusi

Frekuensi

Tingkat

Pengetahuan

Perempuan

dalam

Menghadapi Menopause.

PengetahuanKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pengetahuan kurang 18 20.0 20.0 20.0

pengetahuan cukup 52 57.8 57.8 77.8

pengetahuan baik 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

K.

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi

Menopause

KecemasanKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada kecemasan 15 16.7 16.7 16.7

Kecemasan Ringan 27 30.0 30.0 46.7

Kecemasan Sedang 28 31.1 31.1 77.8

Kecemasan Berat 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Analisis Bivariat

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(6)

L.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

PengetahuanKat * KecemasanKat Crosstabulation

KecemasanKat Total

tidak ada kecemasan

kecemasan ringan

kecemasan sedang

kecemasan berat Pengetahuan

Kat

kurang Count 5 5 7 1 18

% within

PengetahuanKat 27.8% 27.8% 38.9% 5.6% 100.0%

cukup Count 7 18 13 14 52

% within

PengetahuanKat 13.5% 34.6% 25.0% 26.9% 100.0%

Baik Count 3 4 8 5 20

% within

PengetahuanKat 15.0% 20.0% 40.0% 25.0% 100.0%

Total Count 15 27 28 20 90

% within

PengetahuanKat 16.7% 30.0% 31.1% 22.2% 100.0%

M.

Hasil Uji Spearman

Correlations

PengetahuanKat KecemasanKat

Spearman's rho PengetahuanKat Correlation Coefficient 1.000 .165

Sig. (2-tailed) . .120

N 90 90

KecemasanKat Correlation Coefficient .165 1.000

Sig. (2-tailed) .120 .


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause dengan Keluhan Wanita saat Menopause Di Kelurahan Cijantung Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012

2 14 146

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Kla

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI RW 03 KELURAHAN SUCEN KABUPATEN PURWOREJO.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI NGEPOH BADRAN KRANGGAN TEMANGGUNG JAWA TENGAH - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kecemasan Wanita Menjelang Menopause di Desa Bowan Delanggu K

0 0 14

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI PADUKUHAN MOROBANGUN JOGOTIRTO BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI PADU

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK DMPA DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANU TAHUN 2013 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10

HUBUNGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI CABANG ‘AISYIYAH KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kesiapan Menghadapi Menopause dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Menghadapi Menopau

0 0 22

HUBUNGAN MASA MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM BERHUBUNGAN SEKSUAL DI DUSUN JOMEGATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA 2015

0 0 11