KECENDERUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR.

(1)

KECENDERUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Ervina Putri Ardi Kurnia B07212009

PROGRAM STUDY PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

 

INTISARI

Skripsi merupakan tugas akhir yang harus dilalui oleh mahasiswa semester akhir sebleum mendapatkan gelar sarjana. Namun, tugas akhir ini kerapkali memberikan tekanan bagi mahasiswa hingga menimbulkan stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya kecenderungan tingkat stres akademik dan seberapa kecenderungan tingkat stres akademik tersebut pada mahasiswa semester akhir yang mengerjakan skripsi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 43 responden. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala dengan Chronbach’s Alpha sebesar 0,932 untuk mengukur tingkat stres mahasiswa semester akhir yang tengah mengerjakan skripsi.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kecenderungan tingkat stres pada mahasiswa semester akhir dengan kecenderungan tingkat stres akademik tinggi sebesar 51,7%, sedang 32,6%, dan rendah 4,65%. Dari hasil tersebut bisa dijabarkan dengan hasil per dimensi. Dari dimensi kognitif, responden sering merasa lalai akan banyak hal (X=3,7). Dari dimensi perilaku, rata-rata dari responden merasa semua pekerjaannya lebih kacau (X=3,9). Dan dari dimensi psikologis, rata-rata responden merasa down ketika proposal/skripsi responden banyak membutuhkan revisi (X=3,8). Berdasarkan hasil analisis uji t dua sampel saling bebas, maka diperoleh hasil t sebesar 7,35>2, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk hasil anova manunjukkan signifikansi >0,05, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara semester tujuh, sembilan, dan lebih dari sembilan.


(7)

xii 

 

ABSTRACT

Essay is the last duty that must be done by the final semester students of university before they get the bachelor degree. But, this last duty often gives pressure for the students of university until caused the academic stress. This research aims to see whether there is or not the tendency of academic stress level and how the tendency of academic stress level on the final semester students of university that working on essay. This research conducted in faculty of psychology and health state Islamic university of Surabaya. This research is a descriptive research. The subject of this research is 43 respondents. The research instrument that used is scale with Chronbach’c Alpha by 0,932, to measure the academic stress level on the final semester students of university that working on essay.

The result of this research shows that there is tendency of stress level on the final semester students of university on the tendency of academic stress in high level is 51,7%, average is 32,6%, and low 4,65%. The result can explain by result per dimension. From the cognitive dimension, the respondents often feel negligent for many things (X=3,7). From the behavior dimension, evenly from the respondents feel all of their work is messier (X=3,9), and from the psychology dimension, evenly respondents feel down when their proposal or essay needs many revisions (X=3,8). According by the result of paired sample t-test, result of t is 7,35>2, it means that there’s no difference between man and women respondents. Besides, result of Anova shows signification more than 0,05, it means there’s no difference of level stress between seven, nine, and more than nine semesters.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mahasiswa ... 11

1. Definisi Mahasiswa ... 11

B. Skripsi ... 13

1. Pengertian Skripsi ... 13

2. Tujuan Skripsi ... 14

3. Syarat Penulisan Skripsi ... 14

4. Bimbingan Skripsi ... 15

5. Syarat Pendaftaran Ujian Skripsi ... 16

6. Pengujian Skripsi ... 17

C. Stres ... 17

1. Definisi Stres ... 17

2. Faktor Penyebab Stres ... 19

3. Tahapan Stres ... 21

4. Gejala Stres ... 23

5. Tingkat Stres ... 27

6. Respon Terhadap Stres ... 28

7. Aspek-aspek Stres ... 30

8. Koping Stres ... 32

9. Definisi Stres Akademik ... 37

10. Faktor Penyebab Stres Akademik ... 38

D. Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa Semester Akhir ... 40

E. Kerangka Teoritik ... 45


(9)

vii  

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional ... 48

1. Variabel Penelitian ... 48

2. Definisi Operasional ... 48

B. Subjek Penelitian ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 49

3. Teknik Sampling ... 50

C. Instrumen Penelitian ... 51

D. Validitas dan Reliabilitas ... 53

1. Validitas ... 53

2. Reliabilitas ... 54

E. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 56

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Uji Reliabilitas ... 58

C. Hasil ... 59

1. Hasil Skor Kategori Responden ... 59

2. Kccenderungan Tingkat Stres ... 60

D. Hasil Tambahan Kecenderungan Tingkat Stres Per-Dimensi .... 62

1. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Kognitif ... 62

2. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Perilaku ... 64

3. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Psikologis ... 65

E. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Karakteristik (Demografi) Responden ... 67

F. Pembahasan ... 72

1. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Kognitif . 74 2. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Perilaku . 75 3. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Psikologis 76 4. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Demografi ... 77

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79


(10)

viii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Aspek-aspek Stres ... 26 Gambar 2 : Kerangka Teoritik Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa

Semester Akhir ... 46 Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56 Gambar 4 : Persentase Responden Berdasarkan Semester ... 67


(11)

ix  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blueprint Skala Stres Akademik ... 52 Tabel 2 : Data Umum Responden Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi

Dan Kesehatan ... 58 Tabel 3 : Uji Estimasi Reliabilitas ... 59 Tabel 4 : Hasil Persentase Umum Kecenderungan Tingkat Stres ... 60 Tabel 5 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Kognitif ... 63 Tabel 6 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Perilaku ... 64 Tabel 7 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Psikologis ... 66 Tabel 8 : Distribusi Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 67 Tabel 9 : Hasil crosstabs distribusi tingkat stres akademik berdasarkan jenis

kelamin ... 68 Tabel 10 : Hasil Uji T Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Karakteristik

Jenis Kelamin ... 69 Tabel 11 : Hasil Grup Statistik Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan

Karakteristik Jenis Kelamin ... 69 Tabel 12 : Distribusi Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Semester ... 70 Tabel 13 : Hasil Crosstabs Distribusi Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Semester ... 71 Tabel 14 : Hasil Post Hoc Test Anova Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan

Karakteristik Semester ... 72 Tabel 15 : Data Persentase Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Mahasiswa Semester Akhir Berdasar Karakteristik (Demografi) Responden ... 77


(12)

x  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 2 : Hasil Analisis Try Out ... 87

Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Data Mentah ... 91

Lampiran 4 : Hasil Output SPSS... 96


(13)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehidupan akademis di perguruan tinggi tidak dapat dipisahkan dari problematika stres yang dialami oleh mahasiswa. Stres yang dialami mahasiswa tersebut memiliki banyak penyebab. Bisa dikarenakan penyesuaian dengan lingkungan dan budaya baru, tutuntan akademis, hingga pengerjaan tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen. Salah satu tugas yang memicu munculnya stres pada mahasiswa ialah tugas akhir atau skripsi.

Wulandari (2003) dalam Viny, dkk (2014) menyebutkan, bahwa proses mengarjakan skripsi yang menimbulkan stres adalah ketika mahasiswa dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain.

Selama ini reaksi stres yang seringkali terlihat di kalangan mahasiswa saat mengerjakan skripsi berupa hilangnya motivasi atau konsentrasi yang berdampak pada penundaan penyelesaian skripsi ataupun lamanya mahasiswa dalam proses mengerjakan skripsi (Fadillah, 2013).


(14)

   

Fenomena stres saat mengerjakan skripsi dapat ditemukan di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK). Di UIN Sunan Ampel, dalam satu semester, khususnya semester genap, mahasiswa yang mengerjakan skripsi dan wisuda bisa sampai sekitar 1500-2000 mahasiswa. Jika pada semester ganjil, jumlahnya bisa lebih sedikit, yaitu hanya sekitar 700-1000 mahasiswa saja. Total tersebut berdasarkan kalkulasi dari semua fakultas yang terdapat di UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal tersebut didapat dari penuturan Subbag bagian kemahasiswaan Fakultas Psikologi dan Kesehatan, pada senin, 9 Mei 2016 lalu.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada salah satu mahasiswa Psikologi, LL, menyebutkan kebingungan yang dialami ketika harus mencari judul baru yang dikarenakan judul yang diajukan sebelumnya ditolak.Mahsiswa tersebut mengaku kesulitan mencari judul yang sekiranya mudah mendapatkan persetujuan. Di samping itu, LL juga pernah mengalami kehilangan berkas-berkas referensi dan proposal yang berkaitan dengan judul miliknya. Hal tersebut diakui sebagai hal yang memicu timbulnya stres (Wawancara 23 April 2016).

Salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan yang bernama MF merasa kesulitan dalam mencari referensi yang berkaitan dengan judul. Referensi yang dimaksud seperti buku, penelitian terdahulu yang terkait baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penelitian luar negeri diakui memiliki kendala tambahan dari segi bahasa. Disebutkan bahwa masalah referensi merupakan


(15)

   

masalah yang cukup membuat mahasiswa tersebut stres (Wawancara 23 April 2016).

Ketika refresh metodologi sebelum pengajuan judul, salah satu alumni, NS membagikan informasi bahwa penelitian psikologi benar-benar menuntut pertanggung jawaban khususnya dari segi teori jika penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif. Hal tersebut sedikit banyak memberikan stres bagi mahasiswanya.

Tentunya, hasil baik dari yang terdahulu akan membawa standar yang tinggi pula dan bagi mahasiswa khususnya psikologi, hal tersebut sedikit banyak memberatkan dan menjadi pemicu stres yang mereka alami.

Mendukung wawancara yang telah dilakukan, berdasarkan observasi yang dilakukan sepanjang pertengahan februari hingga akhir april 2016 menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa yang mengerjakan skripsi mengeluhkan stres yang dialami. Mahasiswa tersebut mengalami penurunan mood ketika membahas tentang tugas akhir mereka. Ketika mendapatkan pertanyaan tentang sejauh mana skripsi yang telah dikerjakan, beberapa dari mahasiswa tersebut meminta rekannya agar tidak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan skripsi.

Menurut Misra (2000), mahasiswa cenderung mengalami stres berkaitan dengan perkuliahan, manajemen watu, kesehatan, dan self-imposed. Faktor penyebab stres akademik, diantaranya persiapan belajar untuk ujian, tingkat persaingan, dan pencapaian standar nilai yang memuaskan. Gadzella, masten, dan


(16)

   

dengan baik mampu mengendalikan kecemasan, dan tidak mudah mengalami frustrasi. Hal lain yang juga dapat diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik tidak mengalami stres etika mereka belajar.

Cara yang ditempuh oleh mahasiswa yang mengalami stres tersebut pun berbeda-beda. Beberapa dari mereka memilih untuk hang out dan refreshing untuk menghilangkan kepenatannya. Ada juga yang mencoba menyemangati diri sendiri dengan mendengarkan musik atau menonton video yang berhubungan dengan semangat mengerjakan skripsi. Bagaimana seorang mahasiswa dan mahasiswa lain mengatasi stres sangat berkaitan dengan koping stresnya.

Menurut Selye dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap setiap jenis stres adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari sistem pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang.

Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006).


(17)

   

Marks (2002) menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi dimana individu berada dalam situasi yang penuh tekanan sedangkan individu tersebut merasa tidak sanggup mengatasi tekanan-tekanan yang dialami.

Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009)

Stres dan emosi memiliki keterikatan, dimana keduanya saling mempengaruhi. Emosi sendiri merupakan hal yang sangat penting dan kompleks dalam diri individu (Asiyah, 2014).

Stres memiliki banyak jenis, salah satunya adalah stres akademik. Stres akademik biasanya terjadi di lingkungan akademisi. Stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyak tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.

Jika dilihat dari fenomena yang terjadi di lapangan, hal tersebut sesuai dengan pengertian dari stres akademik itu sendiri. Tekanan yang tersebut daalam pengertian stres akademik bisa berasal dari tekanan internal maupun eksternal.


(18)

   

Ketika hal tersebut terjadi, maka overload tersebut akan mngakibatkan terjadinya distress dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, da emosi yang mudah meledak-ledak. Stres yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stres (Potter, 2005).

Peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stres yang dirasa berat dapat memicu seseorang untuk berperilaku negative seperti merokok, mengkonsumsi alcohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007)

Menurut MacGeorge (2005) dalam Rakhmawati (2014), penyebab stres akademik merupakan hal yang normal terjadi karena merupakan bagian perkembangan diri serprti menyesuaikan diri dengan tatanan sosial baru, mendapatkan peran dan tanggung jawab baru sebagai mahasiswa, mempunyai beban belajar dan konsep-konsep pendidikan yang berbeda dengan masa sekolah sebelumnya. Selain itu, kegiatanatau beban akademik, masalah keuangan, kurangnya kemampuan mengelola waktu, harapan terhadap pencapaian akademik, perubahan gaya hidup, dan perkembangan konsep diri juga menjadi penyumbang bagi penyebab terjadina stres akademik (Misra, 2000).

Dari beberapa pemaparan diatas, yang berkaitan dengan fenomena stres akademik di kalangan mahasiswa yang mengerjakan skripsi, khususnya jurusan


(19)

   

psikologi karena standar penelitiannya, serta bagaimana musik bisa memberi pengaruh, peneliti mencoba melakukan penelitian tentang “Kecenderungan Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Semester Akhir” dimana dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian dan survei untuk melihat seberapa kecenderungan tingkat stres akademik ang terjadi pada mahasiswa semester akhir fakultas psikologi dan kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah terdapat kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa semester akhir?

2. Seberapakah kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa semester akhir?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin didapat adalah:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa semester akhir.

2. Untuk mengetahui seberapa kecenderungan tingkat stres akademik yang dialami mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.


(20)

   

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pada ilmu psikologi terutama psikologi klinis dalam ranah penanganan stres akademik pada mahasiswa tingkat akhir. Kemudian dapat menjadi masukan untuk penelitian lanjutan di bidang keilmuan psikiatri khususnya dalam bidang stres akademik. 2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk membantu mahasiswa tingkat

akhir dalam mengantisipasi, memanajemen dan menangani stres akademik yang datang ketika mengerjakan tugas akhir (skripsi).

E. Keaslian Penelitian

Sebelumnya, telah terdapat catatan-catatan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan stres akademik yang dialami mahasiswa semester akhir. Beberapa penelitian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa kecenderungan tingkat stres akademik merupakan topik yang cukup bagus untuk diteliti.

Beberapa penelitian yang terpublikasi dan bisa dijadikan acuan referensi diantaranya; Shofiyanti Nur Zuama (2014) yang berjudul “kemampuan mengelola stres akademik pada mahasiswa yang sedang skripsi angkatan 2009 prograam studi PG PAUD”. Dari penelitian ini dijelaskan bagaimana kemampuan para


(21)

   

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dalam mengelola stres akademik yang dialaminya.

Selain itu, Dika christyanti, Dkk (2010) dengan penelitiannya yang berjudul “hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas hang tuah surabaya” menyebutkan bahwa apabila mahasiswa memiliki penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik yang baik, maka kecenderungan stresnya rendah .

Dalam penelitian “Effect of Perceived Academic Stress on Students’ Performance” yang dilakukan oleh Mussarat Jabeen khan dan Seema Altaf serta Hafsa Kausar (2013) disebutkan bagaimana subjek penelitian secara umum merasakan perasaan efek negative ketinga mengalami stres akademik. Efek negative yang biasa terlihat adalah adanya penundaan atau prokrastinasi, kebiasaan untuk belajar secara efisien, dan manajemen waktu.

Indriana Rakhmawati, dkk (2014) dalam jurnal “Sumber stres akademi dan pengaruhnya terhadap tingkat stres mahasiswa keperawatan DKI Jakarta” menyebutkan bahwa sumber strs akademi yang dialami diantaranya adalah beban akademik berupa kegiatan pembelajaran seperti menyelesaikan tugas yang banyak dan membutuhkan waktu lama, perkuliahan di kelas, ujian, kompetensi prestasi dengan teman sekelas, kegagalan dalam proses belajar, dan lainnya. Konflik kepentingan juga menjadi sumber stres karena saat pendidikan berbagai hal dapat dialami oleh mehasiswa secara bersamaan dalam satu waktu dan membutuhkan


(22)

   

keinginan pribadi, harus memilih antara mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang disukai dengan tuntutan akademik, dan konflik lainnya.

Dalam penelitian “pengaruh diskusi kelompok untuk menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi” yang ditulis oleh Faridah Ainur Rohmah pada tahun 2006 disebutkan bahwa diskusi kelompok tidak efektif unuk menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang melakukan skripsi.

Dilihat dari beberapa hasil penelitian tersebut diatas, ditemukan persamaan yaitu bagaimana mahasiswa mengalami stres akademik karena tugas yang didapatkannya. Meskipun demikian, penelitian ini berbeda dengan sebelumnya dimana perbedaan tersebut terdapat pada setting tempat, latar belakang subjek, budaya tempat subjek berada.

Penelitian kali ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan yang sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Jenis stres yang dijadikan penelitian kali ini merupakan jenis stres akademik. Tingkat stres yang diambil mulai dari tingkat stres rendah hingga tunggi.

Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kecenderungan tingkat stres akademik mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan semester akhir di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. 


(23)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mahasiswa

1. Definisi mahasiswa

Menurut Hartaji (2005), mahasiswa adalah seorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupuun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute, dan universitas.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.

Mahasiswa juga dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip saling melengkapi (Siswoyo, 2007).

Mahasiswa adalah pelajar yang deratnya lebih tiinggi dari pelajar lain. Predikat ini diberikan karena para mahasiswa menimba ilmu di perguruan tinggi, seperti yang juga dialami oleh dosen sehingga mereka juga disebut sebagai mahaguru. Selain itu, subjek yang dipelajari di perguruan tinggi juga


(24)

   

menduduki tingkat yang lebih tinggi disbanding subjek-subjek pada sekolah biasa.

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Buku Pedoman Universitas Diponegoro Tahun 2004/2005, h. 94). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monk et. al., 2001). Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal.

Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian diri merupakan suatu proses individu dalam memberikan respon terhadap tuntutan lingkungan dan kemampuan untuk melakukan koping terhadap stres (Rathus & Nevid, 2002). Kegagalan individu dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis, seperti ketakutan, kecemasan, dan agresifitas (Schneiders, 1964). Adapun salah satu masalah penyesuaian diri yang sering dihadapi mahasiswa adalah penyesuaian diri vokasional, yaitu penyesuaian


(25)

   

diri dalam bidang pendidikan, yang salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi.

B. Skripsi

1. Pengertian Skripsi

Skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program sarjana (program strata satu) dari hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer dan atau data sekunder (Djarwanto, 2005).

Skripsi juga bisa diartikan sebagai karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1983). Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Peran dosen dalam pembimbingan skripsi hanya bersifat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang ditemui oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi (Redl & Watten, 1959).


(26)

   

Masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah, banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2003). Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing (Riewanto, 2003). Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa.

2. Tujuan Skripsi

Tujuan penulisan skripsi adalah untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam memecahkan problema melalui metode ilmiah (panduan penyelenggaraan pendidikan program strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

3. Syarat Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi menurut panduan penyelenggaraan pendidikan program strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Telah memeperoleh sekurang-kurangnya 120 SKS dan telah lulus matakuliah metode riset atau telah mengikuti riset kolektif.


(27)

   

2. Judul dan permasalahan skripsi harus sesuai dengan disiplin ilmu pada jurusan/program studi.

3. Skripsi harus disusun berdasarkan hasil penelitian individu dan dibimbing oleh sedikitnya seorang dosen pembimbing yang memenuhi persyaratan akademik.

4. Skripsi dibuat sedikitnya empat eksemplar dan setelah disahkan oleh tim penguji skripsi, dijilid dengan baik kmudian disrahkan satu eksemplar kepada perpus dan satu eksemplar untuk pembimbing. 5. Warna kulit/sampul disesuaikan dengan warna dasar fakultas

masing-masing.

6. Diwajibkan untuk seminar proposal bagi mahasiswa yang akan mengurus skripsi.

4. Bimbingan skripsi

Bimbingan Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Pembimbing Skripsi yang ditetapkan dekan sekurang-kurangnya memiliki jabatan fungsional lektor atau Asisten Ahli yang berijazah S2.

2. Pembimbing Skripsi bertugas memberikan bimbingan tentang relevansi materi dan teknis serta metode penulisan Skripsi sesuai


(28)

   

dengan judul yang telah disetujui ketua jurusan/prodi berdasarkan buku panduan penulisan Skripsi di Fakultas.

3. Dalam kondisi tertentu dekan dapat menunjuk dosen yang memiliki jabatan fungsional asisten ahli walaupun belum lulus S2 sebagai pembimbing Skripsi.

5. Syarat pendaftaran ujian skripsi

Syarat pendaftaran ujian Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Mahasiswa harus memprogram Skripsi dalam Semester pelaksanaan ujian Skripsi.

2. Lulus semua mata kuliah berdasarkan kurikulum yang berlaku pada masing-masing Jurusan/Prodi kecuali KKN.

3. Telah melaksanakan herregistrasi pada saat semester ujian Skripsi dilaksanakan.

4. Skripsi telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk mengikuti ujian. 5. Telah memperoleh minimal 60 SKEK (Sistem kredit Ekstra Kulikuler. 6. Skor nilai 400 untuk TOEFL bagi mahasiswa tahun akademik


(29)

   

6. Pengujian skripsi

Pengujian Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Ujian Skripsi dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari ketua, sekertaris, penguji I dan penguji II. Sistem penilaian ujian menggunakan nilai rata-rata dari penguji I dan penguji II serta pembimbing yang dilaksanakan secara mandiri selama proses pengerjaan skripsi.

2. Ketua Sidang adalah pembimbing atau dosen yang ditunjuk oleh Dekan.

3. Dosen yang berhak menjadi penguji sekurang-kurangnya memiliki jabatan sungsional Lektor atau Asisten Ahli yang berijazah S3.

4. Sekretaris ujian skripsi sesuai dengan keputusan pimpinan fakultas dan tidak berhak memberi nilai.

5. Dalam kondisi tertentu dekan dapat menunjuk dosen yang memiliki jabatan fungsional asisten ahli walaupun belum lulus S3 sebagai penguji skripsi.

C. Stres

1. Definisi Stres

Menurut Selye (1981) dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi


(30)

   

itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari system pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang. Selye dalam Waluyo (2013), mengemukakan bahwa stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme beradaptasi/menyesuaikan diri, atau dikenal general adaption syndrome.

Menurut Lazarus (1976), stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal atau eksternal.

Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006).

Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009)

Stres bisa diartikan sebagai suatu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh perkembangan


(31)

   

teknologi, perubahan tatanan hidup, serta kompetesi antar individu yang semakin berat (Asiyah, 2014).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres merupakan pengalaman emosional negatif yang menghasilkan respon perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku badan dimana individu tersebut merasakan ketidak sesuaian antara tuntutan situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat dari suatu keadaan dimana proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh perkembangan teknologi, perubahan tatanan hidup, serta kompetisi antar individu.

2. Faktor penyebab Stres

Asiyah (2014) menyebutkan bahwa keadaan yang menyebabkan stres disebut stressor. Dalam bukunya, Asiyah menyebutkan bahwa stressor dibagi menjadi tiga, yaitu;

a) Stressor fisik yang merupakan stressor atau sumber stres yang berasal dari fisik seseorang. Seperti dalam contoh keadaan tubuh yang panas, dingin, infeksi, ataupun rasa nyeri yang dirasakan tubuh.

b) Stressor psikologis yang berarti sumber stres berasal dari keadaan psikis seseorang. Misalnya rasa takut, khawatir, cemas, marah, kesepian, dan lain-lain.


(32)

   

c) Stressor sosial budaya, berarti stressor bersumber dari kultur atau budaya yang menjadi latar belakang kehidupan seseorang. Misalnya perceraian, perselisihan, pengangguran dan lain-lain.

Dalam bukunya, Santrock (2003) menyebutkan bahwa stres disebabkan oleh benerapa faktor, seperti;

a) Beban yang terlalu berat

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.

b) Faktor Kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetetif, yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan.

c) Faktor Kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup merekasebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau


(33)

   

menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu:

a. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

b. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. c. Dialy hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

3. Tahapan Stres

Amberg dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

a. Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, disertai asa gugup yang berlebihan, merasa senang dengan


(34)

   

pekerjaan tersebut dan semakin bertambah semangat, tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan.

b. Stres tahap II

Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat. Keluhan-keluhan ynag sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap memaksakan dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II. Keluhan-keluhan-keluhan pada tahap ini seperti gangguan usus dan lambung yang semakin nyata, ketegangan otot-otot perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), kooordinasi tubuh terganggu. Pada tahapan ini, seseorang harus berkonsultasi pada dokter atau terapis. Beban strs hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.


(35)

   

4. Gejala Stres

Robbins (2001) dalam Mahargyantari (2012), membagi gejala yang biasanya timbul dibagi menjadi tiga, yaitu;

a) Gejala fisiologis

Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolism, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung.

b) Gejala psikologis

Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya: ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda-nunda.

c) Gejala perilaku

Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.

Dalam Hardjana (2002) disebutkan bahwa terdapat empat gejala stres diantaranya gejala fisik, emosional, intelektual, dan interpersonal. Tanda-tanda gejala tersebut yaitu;


(36)

   

a) Fisik yang ditandai dengan lelah atau kehilangan energi, sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia, bangun terlalu awal, urat tegang, terutama bagian leher dan bahu, pencernaan terganggu dan bisulan, berkeringat secara berlebihan, selera makan berubah.

b) Emosional yang dapat dilihat dari perasaan gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah menangis, jiwa merana, dan suasana hati berubah, mudah panas dan marah, gugup, terlalu peka, dan mudah tersinggung. Emosi mongering atau kehabisan sumberdaya mental.

c) Intelektual yang ditandai dengan susah berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, pikiran kacau, melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi satu pikiran saja, kehilangan rasa humor, mutu kerja yang rendah, dan seringkali dalam pekerjaan, jumlah kekeliruan bertambah banyak.

d) Interpersonal yang ditandai dengan hilangnya rasa percaya pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri, mendiamkan orang lain.

Sedangkan menurut Lukaningsih dan Bandiyah (2011) menyebutkan bahwa gejala stres dibai menjadi dua, yait gejala fisik dan gejala psikis. Gejala fisik yang bisa dilihat dari perubahan fisik pada tubuh antara lain:


(37)

   

a. Kerontokan rambut b. Menurunnya berat badan c. Menurunnya daya penglihatan d. Seringnya sakit gigi

e. Mudah sariawan f. Sering buang hajat

Gejala psikis ditandai dengan perasaan gelisah dan munclnya kecemasan, sulit berkonsentrasi, apatis, pesimis, hilannya rasa humor, sering melamun, kehilangan gairah terhadap belajar atau pekerjaan, cenderung bersikap agresif baik secara verbal maupun non verbal.

Asiyah (2014) menyebutkan bahwa gejala-gejala yang menandai adaya stres dapat dilihat dari indikasi berikut:

a. Gejala fisik berupa rasa lelah, susah tidur, nyeri kepala, otot kaku dan tegang terutama pada leher/tengkuk, bahu, dan punggung bawah, berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung dan pencernaan, mual, gemetar, tangan dan kaki terasa dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu dan menstruasi terganggu.

b. Gejala mental berupa berkurangnya kosentrasi dan daya ingat, ragu-ragu, bingung, pikiran penuh atau kosong, kehilangan rasa humor.


(38)

   

c. Gejala emosi dapat berupa cemas, depresi, putus asa, mudah marah, ketakutan, frustrasi, tiba-tiba menangis, fobia, rendah diri, merasa tak berdaya, menarik diri dari pergaulan dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi.

d. Gejala perilaku dapat berupa mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku, menggerak-gerakkan anggota badan atau jari, perubahan pola makan, merokok, minum-minuman keras, menangis, berteriak, mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul.

Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stressor menurut beberapa ahli di atas, dan ditambahkan pula oleh Selye dalam Waluyo (2013) dapat diketahui dimensi dan indikator stres, yakni:

   

Gambar 1. Bagan Aspek-aspek Stres

STRESS

 

Gangguan Kognitif

 

 

Gangguan Perilaku  Gangguan Psikologis   

Sulit Berkonsentrasi Mudah Lupa Susah Mengambil

Keputusan 

Merasa Malas Dan Menunda Pekerjaan Menurunnya Prestasi

Dan Produktivitas Kerja

Kecenderungan Berperilaku Ceroboh 

Mengalami Kecemasan Dan Kebingungan Mudah Tersinggung Perasaan Frustasi Dan

Rasa Marah 

Perasaan Terasingkan Kebosanan Dan

Ketidakpuasan Kerja Hilangnya Spontanitas

Dan Kreativitas Menurunnya Rasa


(39)

   

5. Tingkat Stres

Susi (2012), menyebutkan bahwa bahwa stres memiliki lima tingkatan, yaitu;

a) Stres normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & henry, 2003).

b) Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan jelas, menyadari denyut jantung meskipun tidak setelah melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika situasi berakhir.

c) Stres sedang

Stres jenis sedang terjadi lebih lama dari stres normal dan ringan. Durasinya berkisar hitungan jam sampai beberapa hari. Contohnya masalah perselisihan dengan teman. Stresor ini menimbulkan gejala-gejala


(40)

   

stimulus, sulit untuk isturahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal-hal yang menghalangi ketika mengerjakan suatu pekerjaan.

d) Stres berat

Stres berat merupakan situasi kronis yang terjadi dalam beberapa minggu hingga menahun. Gejala yang biasa dialami adalah tidak dapat merasakan perasaan positif, mersa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. e) Sangat berat

Stres sangat berat memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari stres berat.Waktu terjadinya dari beberapa bulan hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan.Seseorang dengan stres sangat berat tidak memiliki motivasi hidup dan cenderung pasrah.Biasanya, seseorang dengan tingkat stres ini teridentifikasi mengalami depresi berat.

6. Respon terhadap stres

Terdapat beberapa efek stres secara hormonal. Asiyah (2014) menyeutkan bahwa stres dapat memicu peningkatan katekolamin yang dibentuk di medulla adrenal. Katekolamin dibagi menjadi hormon epinerfin


(41)

   

dan nonepinerfin. Pelepasan hormon katekolamin dapat menyebabkan beberapa efek, diantaranya;

a. Peningkatan aliran darah ke otak, jantung dan otot rangka yamg meningkatkan resiko stroke, dan gangguan jantung.

b. Relaksasi otot polos usus yang menyebabkan kostipasi

c. Glukeogenesis yang meningktkan pemecahan cadangan energy sehingga membuat lebih kurus.

d. Peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung yang memberikan keluhan dada berdebar-debar.

Hartono (2002) (dalam Asiyah, 2014) menyebutkan, epinerfin mempengaruhi metabolisme glukosa, menyebabkan cadangan makanan di otot diubah menjadi energy untuk aktivitas yang cepat. Aktivitas hormone juga menyebabkan alran darah ke otot menjadi lebih cepat, dan tekanan darah menjadi lebih tinggi yang bila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler.

Selye (1976) dalam Nevid (2003) menciptakan istilah sindrom adaptasi menyeluruh atau general adaptation syndrome (GAS) untuk menjelaskan pola respons biologis umum terhadap stress yang berlebihan dan berkepanjangan. GAS terdiri dari tiga tahap: tahap reaksi waspada (alarm reaction), tahap resistensi (resistance stage), tahap kelelahan (exhaustion stage).persepsi terhadap stressor yang tiba-tiba akan memicu munculnya


(42)

   

reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Apabila stressor bersifat persisten, individu akan mencapai tahap resistensi atau tahap adaptasi pada GAS. Respon-respon endokrin dan system simpatis tetap pada tingkat tinggi, tetapi tidak setinggi saat berada pada tingkat waspada. Pada tahap ini, tubuh akan mementk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan.

Apabila stressor tetap berlanjut atau terjadi stressor baru yang memperburuk keadaan, individu dapat sampai pada tahap kelelahan (exhaustion stage) dari GAS. Meskipun daya tahan terhadap stress antar individu berbeda, semua individu pada akhirnya mengalami kelelahan atau kehabisan tenaga. Tahap kelelahan ditandai oleh dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan napas menurun. Apabila sumber stress menetap, kita akan mengalami “penyakit adaptasi” (disease of adaptation). Penyakit adaptasi ini rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai pada kematian. Stress kronis dapat merusak kesehatan, membuat tubuh individu yang mengalaminya lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan fisik lainnya.

7. Aspek-aspek Stres


(43)

   

a. Aspek Biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain:

1. Gejala kognisi

Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi.

2. Gejala emosi

Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

3. Gejala tingkah laku

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.


(44)

   

8. Koping Stres

Menurut Rasmun (2009), koping stres adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.

Secara alamiah, baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stress. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.

Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normative dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Setiap individu akan melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu.

Koping stres adalah bagaimana seseorang bereaksi saat menghadapi stres dan mengelola tuntutan dan tekanan yang dihadapinya setiap orang memiliki daya dan metode yang berbeda-beda terhadap stres (Lukaningsih dan Bandiyah, 2011)


(45)

   

Lazarus & Folkman (1986) mendefinisikan koping sebagai segala usaha untuk emngurangi stress, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang. Lazarus dan folkman mengidentifikasikan berbagai jenis strategi koping, baik secara problem focused maupun secara emotional focused, antara lain:

a. Painful problem solving, usaha untuk mengubah stimuli, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.

b. Confrontive coping, menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.

c. Seeking social support, menggunakan suatu usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial, dan dukungan emosional.

d. Accepting responsibility, mengakui adanya peran diri sendiri dalam suatu masalah.

e. Distancing, menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih pada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.

f. Escape-avoidance, melakukan sesuatu untuk lepas atau meghindari. g. Self-control, menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan


(46)

   

h. Positive reappraisal, menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menangkut religiulitas.

Koping stres menurut Nevid dkk (2005) dibagi menjadi dua, yaitu koping yang berfokus pada masalah (emotion focused coping) dan koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping).

Pada koping yang berfokus pada emosi, orang berusaha mengatasi dampak stresor, dengan menyangkal adanya stressor atau menarik diri dari situasi. Nemun, koping yang berfokus pada emosi tidak menghilangkan stresor atau tidak juga membantu individu mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengatur stresor. Bentuk lain dari koping yang berfokus pada emosi adalah melamun, atau berkhayal yang juga merupakan bentuk penyesuaian terhadap penyakit (atau kejadian lain) yang kurang baik.

Sedangkan koping yang berfokus pada masalah, orang menilai stresor yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stresor atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stresor tersebut. Koping yang berfokus pada masalah melibatkan strategi untuk menghadapi secara langsung sumber stres, seperti mencari informasi sumber masalah dan mempelajari sendiri atau melalui konsultasi. Pencarian informasi membantu individu untuk tetap bersikap optimis karena dengan pencarian informasi tersebut harapan akan mendapatkan informasi yang bermanfaat.


(47)

   

Lukaningsih dan Bandiyah (2011) menyebutkan 10 cara stres mengatasi stres adalah dengan;

a. Acupressure

Acupressure merupakan teknik pijatan-pijatan pada titik tertentu untuk menstimulasi titik-titik penyembuhan. Prosedur ini sangat bagus untuk membantu diri agar merasa relaks dan meringankan kepenatan. Selain itu, acupressure terbukti efektif membantu orang-orang untuk tidur lebih nyenyak di malam hari.

b. Olahraga

Olahraga akan memantu memperlancar peredaran darah dan membuka jantung untuk menerima lebih banyak oksigen. Energi yang dilepaskan pada saat kita berolahraga juga akan menstimulasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak endorfin yang merupakan hormon penyebab rasa bahagia.

c. Hobby

Hobby yang melibatkan banyak orang dalam grup sangat dianjurkan karena dianggap kondusif terhadap kehidupan sosial seseorang.

d. Minum air putih

Meminum satu sampai dua gelas air putih sangat membantu untuk lebih rileks. Dengan cairan tubuh yang cukup, tubuh akan terhindar dari kepenatan dan kelelahan yang akan semakin memperburuk


(48)

   

e. Pijat

Pijatan tidak hanya ampuh untuk menenangkan pikiran dan jiwa, pijatan juga mampu meregangkan otot-otot yang yang penat dan menstimulasi peredarn darah.

f. Meditasi

Para pakar mengatakan bahwa cara paling ampuh untuk menghilangkan penat adalah dengan meditasi. Meditasi dapat membantu seseorang untuk menjernihkan pikiran dan berkonsentrasi pada alam di sekitarnya. Meditasi selama 15 menit memberikan istirahat dan ketenangan yang lebih dibandingkan tidur nyenyak selama satu jam. Meditasi dapat membantu melupakan pikiran-pikiran dan kekhawatiran yang menyebabkan stres.

g. Makan makanan bergizi

Pada saat stres, makan makanan dengan kadar karbohidrat yang rendah akan sangat membantu karena dapat menjaga keseimbangan gula darah. Karena, jika kandungan karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi terlalu tinggi, dapat meningkatkan insulin dalam darah dan menyebabkan raasa lelah pada tubuh.

h. Seks

Dari beberapa penelitian disimpulkan bahwa seks merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan hampir apapun juga, termasuk stres.


(49)

   

i. Tidur

Kondisi kurang tidur dapat membuat individu melihat sesuatu secara berlebihan dan memperburuk situasi.

j. Terapi

Bisa dilakukan dengan mengunjungi ahli terapi untk mengatasi stres.

9. Definisi Stres Akademik

Menurut Carveth dalam Misra (2000), stres akademik adalah persepsi individu terhadap banyaknya pengetahuan yang harus dikuasai dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk mengembangkan pengetahuan yang harus dikuasai tersebut.

Olejnik dan Holschuh (2007) menguraikan stres akademik sebagai respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan individu. Stres akademik sebagai suatu ketegangan akibat terlalu banyaknya tugas yang harus dikerjakan individu.

Stres akademik merupakan stres yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang terjadi dalam masa pendidikan yang disebabkan oleh tuntutan yang timbul saat seseorang dalam masa tersebut (Weidner, 1996).

Grupta dalam Kadapatti (2012) menyatakan bahwa stres akademik merupakan tekanan mental yang berkaitan antara frustrasi dengan kegagalan akademik, ketakutan akan kegagan tersebut bahkan kesadaran terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut.


(50)

   

Gadzella (2005) memandang stress akademik sebagai persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif terhadap stressor tersebut.

Stres akademik juga bisa berarti hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut (Wilks, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa stres akademik merupakan persepsi tentang ketidakmampuan seseorang individu dalam menghadapi tekanan dan tuntutan dalam bidang pendidikan atau akademis.

10.Faktor Penyebab Stres Akademik

Calagus (2011) dalam penelitiannya di Filipina menyebutkan bahwa faktor penyebab stres yang dialami mahasiswa disana antara lain:

a. Stressor yang berhubungan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan dimana mahasiswa harus mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil atau menambahkan mata pelajaran dan validasi mata pelajaran.

b. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, diantaranya mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewatu ujian lisan, lulus dalam ujian praktek, partisipasi dalam diskusi kelas, melakukan


(51)

   

penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. c. Stressor yang berhubungan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen

pengajar ang perfectsionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswanya dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.

d. Stressor yang berasal dari teman sekelas, diantaranya adalah berdebat dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, serta tingkah laku teman sekelas.

e. Stressor yang berhubungan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi, dan menghadiri kegiatan kampus. f. Stressor yang berhubungan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang

sangat penuh, vertilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas.

g. Stressor yang berhubungan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-rencana.


(52)

   

orang tua, harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

D. Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa Semester Akhir

Menurut Lazarus (1976), stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal atau eksternal. Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006). Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009).

Menurut Selye (1981) dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap setiap jenis stres adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari system pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan


(53)

   

tubuh akan berkurang. Selye dalam Waluyo (2013), mengemukakan bahwa stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme beradaptasi/menyesuaikan diri, atau dikenal general adaption syndrome.

Skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program sarjana (program strata satu) dari hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer dan atau data sekunder (Djarwanto, 2005). Sedangkan menurut Westra (1991), skripsi adalah bagian dari suatu karangan faktawi, jenis karangan khususnya mengenai suatu topic keilmiahan dan pada umumnya ditujukan padang sidng pembaca yang berkecimpung dalam bidang pengetahuan ilmiah yang bersangkutan.

Dalam bukunya, Santrock (2003) menyebutkan bahwa stres disebabkan oleh benerapa faktor, seperti;

d) Beban yang terlalu berat

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.

e) Faktor Kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan


(54)

   

kompetetif, yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan.

f) Faktor Kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup merekasebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu:

a) Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

b) Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. c) Dialy hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.


(55)

   

Dalam keadaan skripsi, kerapkali mahasiswa memandang bahwa tuntuntan dari pengerjaan skripsi melebihi sumberdaya yang dimilikinya, maka mahasiswa akan rentan sekali mengalami stres. Dalam hal ini, jenis stres yang dialami oleh mahasiswa adalah stres akademik karena sumber stres yang dimaksudkan berhubungan dengan kegiatan menuntut ilmu di dalam kapasitas akademik.

Calagus (2011) dalam penelitiannya di Filipina menyebutkan bahwa faktor penyebab stres yang dialami mahasiswa disana antara lain:

a. Stressor yang berhubungan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan dimana mahasiswa harus mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil atau menambahkan mata pelajaran dan validasi mata pelajaran.

b. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, diantaranya mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewatu ujian lisan, lulus dalam ujian praktek, partisipasi dalam diskusi kelas, melakukan penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. c. Stressor yang berhubungan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen

pengajar ang perfectsionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswanya dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.


(56)

   

d. Stressor yang berasal dari teman sekelas, diantaranya adalah berdebat dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, serta tingkah laku teman sekelas.

e. Stressor yang berhubungan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi, dan menghadiri kegiatan kampus. f. Stressor yang berhubungan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat

penuh, vertilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas.

g. Stressor yang berhubungan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-rencana.

h. Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua, harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

Dalam mengatasi tuntutan dan tekanan saat mengerjakan skripsi, seorang individu dengan individu lain memiliki tingkat stres yang berbeda. Hal tersebut bisa lilihat dari fektor kepribadian. Contohnya Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetetif, yang sangat


(57)

   

berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan. Selain itu, factor kognitif juga bisa mempengaruhi tingkat stres antar individu. Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup merekasebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

E. Kerangka Teoritik

Menurut Selye (1981) dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap setiap jenis stres adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari system pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang.

Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006).


(58)

   

menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil 3 aspek utama dalam stres, diantaranya:

1. Aspek kognitif, mencakup sulit berkonsentrasi, mudah lupa, susah mengambil keputusan

2. Aspek perilaku, mencakup perasaan malas dan menunda pekerjaan, penurunan prestasi dan produktivitas, dan kecenderungan berperilaku ceroboh.

3. Aspek psikologis, mencakup perasaan cemas dan bingung, mudah tersinggung, perasaan frustrasi dan rasa marah, perasaan terasingkan, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, hilangnya spontanitas dan kreativitas, dan penurunan rasa percaya diri.

Gambar 2. Kerangka Teoritik Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa Semester Akhir

PERILAKU

PSIKOLOGIS

Skripsi

Kecenderungan tingkat stres

akademik


(59)

   

Berdasarkan gambar 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini kecenderungan tingkatt stres akademik mahasiswa semester akhir dapat dilihat dari aspek-aspek yang ada pada stres, diantaranya aspek kognitif, perilaku, dan psikologis.

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa semester akhir.


(60)

 

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

Variabel dalam penelitian ini adalah kecenderungan tingkat stres mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2004). Definisi operasional merujuk pada penelitian atas caranya dalam mengukur suatu variabel. Pada penelitian ini, peneliti mengoperasikan tingkat stres sebagai alat ukur. Variabel tersebut ini diukur menggunakan 1 skala dengan pemberian skor bergerak dari yang terendah 0 hinggga tertinggi 5 disetiap pilihan jawaban per aitem. Skor tersebut digunakan untuk mengetahui respon dari subjek penelitian terhadap suatu pertanyaan.

Tingkat stres pada responden dilihat dari respon individu terhadap keadaan sekarang yang sedang mengerjakan skripsi. Adapun, yang peneliti gunakan sebagai pedoman pengukuran meliputi aspek-aspek stres,


(61)

   

diantaranya: a). gangguan kognitif dengan indikator sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan susah mengambil keputusan. b). gangguan perilaku yang meliputi rasa malas dan penundaan pekerjaan, menurunnya produktivitas, kecenderungan berperilaku ceroboh. c). gangguan psikologis dengan indikator kecemasan dan kebingungan, mudah tersinggung, perasaan frustrasi dan rasa marah, perasaan terasingkan, kebosanan dan ketidakpuasan dalam mengerjakan skripsi, hilangnya spontanitas dan kreativitas, serta menurunnya rasa percaya diri.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (menurut Sujana dalam Kurniawana, 2008). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah mahasiswa semester akhir yang sedang mengambil dan mengerjakan skripsi.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya berdasarkan data observasi dan wawancara. Selain itu, di fakultas tersebut banyak ditemukan fenomena kecenderungan stres yang dialami mahasiswa.

2. Sampel


(62)

   

menggunakan teknik purposive sampling karena populasi pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus, peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang akan dijadikan sebagai responden. Hal tersebut sesuai dengan peryantaan Sugiono (2001) bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono

(2004), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling

didasarkan atas ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria dalam penelitian tersebut, diantaranya:

1. Mahasiswa semester akhir

2. Mengambil program dan aktif dalam mengerjakan skripsi

3. Berusia antara 20-25 tahun.

3. Teknik Sampling

Pada penelitian ini digunakan teknik non probability sampling. Teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Didalam teknik pengambilan sampel yang tepat yaitu

menggunakan teknik Purposive Sampling. Dimana teknik ini menentukan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri- ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. (Sujarweni.W, 2014).


(63)

   

C. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instumen yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang ada sehingga instrumen untuk penelitian kali ini harus melalui proses uji coba (tryout) terlebih dahulu, dikarenakan instrumen yang digunakan belum memiliki standart uji reliabilitas suatu koefisien alpha. Instrument ini menggunakan skala likert dengan 6 (enam) pilihan jawaban yaitu 0-1-2-3-4-5 yang dikelompokkan menjadi aitem favorable dan aitem unfavorable. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil dan mengerjakan program skripsi. Selanjutnya, skor yang dicapai dari masing-masing unsur dan aitem dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stres, dengan ketentuan:

a. Skor <51 = tingkat stres rendah b. Skor 52-103= tingkat stres sedang c. Skor 104-153 = tingkat stres tinggi

Pengumpulan data dibuat berupa angket dengan menggunakan skala stres yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang ada. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. Skala data demografi dan informasi kesehatan (nama, jenis kelamin,

serta semester)

2. Skala stres dengan aitem yang sudah valid.


(64)

   

pernyataan. Semua pernyataan berdasarkan pada skala Likert enam poin (0-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku.

Tabel 1.

Blue Print Skala Stres Akademik

No. Variabel Aspek Indikator

1 Stres

Kognitif Sulit Berkonsentrasi Mudah Lupa

Susah Mengambil Keputusan Perilaku

Merasa Malas dan Menunda Pekerjaan

Menurunnya Produktivitas Kecenderungan Berperilaku Ceroboh

Psikologis

Mengalami Kecemasan dan Kebingungan

Mudah Tersinggung

Perasaan Frustrasi dan Rasa Marah Perasaan Terasingkan

Kebosanan dan Ketidakpuasan dalam Mengerjakan Skripsi Hilangnya Spontanitas dan Kreativitas

Menurunnya Rasa Percaya Diri Blue print diatas disusun berdasarkan aspek-aspek yang telah dikemukakan oleh Sarafino (1994), yang terdiri dari aspek kesehatan


(1)

   

mahasiswa diwajibkan untuk menulis skripsi. Dalam menyelesaikan skripsi,

mahasiswa adakalanya dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan

dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan

mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang

berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya

umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan

lain-lain (Alviani, 2012).

Jenis kelamin terbanyak dari reponden penelitian ini adalah

perempuan yaitu 24 orang (55,82%) . pada umumnya, wanita lebih

mengutamakan perasaan daripada logika dalam menghadapi suatu

permasalahan. Wanita lebih rentan terhadap stres. Pernyataan tersebut dapat

dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Surti (Pestenjoee,

1992) yang menemukan bahwa signifikan rentan terhadap stres dibandingkan

laki-laki.


(2)

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Terdapat kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa

semester akhir dengan spesifikasi mahasiswa yang memiliki presentase

rendah hanya 4,65%, sedang dengan presentase 32,6%, dan presentase

tertinggi dari kategori tingkat stres akademik tinggi yaitu 51,7%.

Penelitian ini dilakukan terhadap 3 dimensi yang berhubungan

dengan kecenderungan tingkat stres mahasiswa semester akhir fakultas

psikologi dan kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya

dengan jumlah

responden 43 orang. Kuesioner tingkat stres akademik menggunakan 31

aitem valid yang mewakili tiap indikator.

Kecenderungan tingkat stres akademik mahasiswa semester akhir

Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya:

1.

Aspek kognitif, rata-rata dari responden sering merasa lalai akan

banyak hal (X=3,7).

2.

Aspek perilaku, rata-rata dari responden merasa semua pekerjaannya

lebih berantakan (X=3,9)

3.

Aspek psikologis, rata-rata responden merasa down ketika

proposal/skripsi responden banyak membutuhkan revisi (X=3,8).

Berdasarkan hasil analisis uji t dua sampel saling bebas, maka diperoleh

hasil t sebesar 7,35>2, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara


(3)

0   

laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk hasil anova manunjukkan

signifikansi >0,05, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara

semester tujuh, sembilan, dan lebih dari sembilan.

B.

Saran

1.

Perlu melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih

banyak, lokasi yang bervariasi, dan diharapkan mengembangkan

penelitian ini seperti meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup pada pasien diabetes mellitus.

2.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan perlu melibatkan variabel-variabel

yang lain untuk penelitian selanjutnya.

3.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan model penelitian

yang lebih variatif untuk penelitian selanjutnya.


(4)

 

DAFTAR PUSTAKA

Alfiani Viny, dkk. (2015). Pengaruh Humor Terhadap Stres Mahasiswa. (Tidak diterbitkan)

Asiyah, Siti. (2014).

Psikologi Faal

. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

Arikunto, S. (1998).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2004).

Reliabilitas Dan Validitas

. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset.

Buku Pedoman Universitas Diponegoro tahun 2004-2005. Semarang: badan penerbit universitas

diponegoro.

Christiyanti, Dika. Dkk. (2010). Hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik

dengan kecenderungan stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas Hang Tuah

Surabaya. Jurnal Insan. Vol.12 No.03, Desember 2010.

Crowford, John R. dan Julie D. henry. (2003).

The Depression Anxiety Stress Scales (DASS):

Normative Data and Latent Structure in a Large Non-Clinical Sample. British Journal Of

Clinical Psychology

vol. 42. The british psychological society. www.bps.org.uk

Djarwanto dan Pangestu Subagyo. (2006).

Statistik Induktif.

Yogyakarta: BPFE-UGM.

Evans, G.W. (Ed). (1982).

Environmental Stress

. New York: press syndicate of the university of

camridge.

Fadillah, Amalia E. (2013). Stres dan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Psikologi Universitas

Mulawarman Yang Sedang Menyusun Skripsi. E-journal psikologi, vol. I no. 3.

Goleman, Daniel. (2007).

Kecerdasan Emosional

. Jakarta: PT. gramedia pustaka utama.

Hardjana, Agus M. (2002).

Stres Tanpa Distress, Seni Mengolah Stress

. Yogyakarta: kanisius.

Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkulah Dengan Jrusan

Pilihan Orang Tua Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. (tidak diterbitkan).

Kamus besar bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di http://bahasa.kemendiknas.go.id/kbbiIndex.

php. Diakses pada 17 oktober 2016 pukul 21.00.

Khan, Mussarat Jabben. Dkk. (2013).

Effect Of Perceived Academic Stress On Students

Performance.

FWU

Journal of Social Sciences

, winter 2013. Vol.7, No.2, 146-151.

Lazarus, R.S. (1976).

Paterns of Adjustment

. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.

Lebbe, Elise, dkk. (2007). Coping With Stress: The Effectiveness Of Different Types Of Music.

Appl Psychophysiol Biofeedback No. 32. Www.Reachgate.Net. Diakses pada 14 mei

2016 pukul 18:18

Lukaningsih Zuyina dan siti bandiyah. (2011).

Psikologi Kesehatan

. Yogyakarta: nuhamedica.

Marks, F David. (2002).

Healthy Psychology

. London: Sage.


(5)

8    

Margono, S. (2004).

Metodologi Penelitian Pendidikan

. Jakarta: Rineka Cipta.

Misra, R dan McKean M. (2000).

College Students Academic Stress And Its Relation To Their

Anxiety, Time Management, and Leisure Satisfaction. American Journal Of Health

Studies.

Tersedia di http://findarticles.com/p/articles/mi_m0CTG/Is16/al-65640245/

[online]. Diakses pada 17 oktober 2016: 20:38.

Monk, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (2001).

Psikologi Perkembangan: Pengantar

Dalam Berbagai Bagiannya.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoadmodjo, S. (2005).

Metodologi Penelitian Kesehatan

. Jakarta: Rineka Cipta.

Pestonjee, D. M. (1992).

Stress and Coping. The Indian Experience.

New Delhi: Sage

Publication. Pvt. Ltd.

Potter dan perry. (2005).

Fundamental of Nursing: Concept, Process And Practice

. (Asih. Y.

et.all, penerjemah). Jakarta: ECG

Rakhmawati, Indriana. Dkk. (2014). Sumber Stres Akademik dan Pengaruhnya Terhadap

Tingkat Stres Mahasiswa Keperawatan DKI Jakarta. Jkep. Vol.2 no.3 November 2014.

Hal72-84

Rathus, S. A dan Nevid, J. S. (2002).

Psychology And The Challenge Of Life : Adjustment In The

New Millennium

. Eight edition. Danver: John Willey & Sons; Inc.

Redl, F. dan Watten, W. W. (1959).

Mental Hygiene and Teaching

. New York: Harcourt, brace

and world, Inc.

Riewanto, A. (2003). Skripsi Barometer Intelektualitas Mahasiswa. Suara Merdeka Edisi 5

Februari 2003.

Rohmah, Faridah Ainur. (2006). Pengaruh Diskusi Kelompok Untuk Menurunkan Stres Pada

Mahasiswa yang Sedang Skripsi. Humanitas: Indonesian Psychological Journal Vol.03

No.01 Januari 2006: 50-62.

Sarafino, E. P. 1994.

Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.

Second edition

Singapore: john wiley&Sons. Inc.

Santrock, John W. (2003).

Adolesence, Perkembangan Remaja Edisi Keenam

. Jakarta: Erlangga.

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment And Mental Health. New York: Rinehart and

Wiindston. Inc.

Siswoyo. Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Slamet. (2003). Banyak Yang Melakukan Plagiat. Suara Merdeka Edisi 15 Januari 2013.

Stevenson, Angus. (2010).

The New Oxford Dictionary of English

. UK : Oxford university press

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.


(6)

8    

Sugiyono. (2001).

Metode Penelitian Bisnis

. Bandung: Alfabita.

Sujarweni, Wiratna. (2014).

SPSS Untuk Penelitian

. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Suryabrata, Sumadi. (2005).

Pengembangan Alat Ukur.

Yogyakarta: Andi Psikologi.

Widiati, Elfri. (2007). Remaja Dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks

Pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba. September 27,

2001. (http://prov.bkkbn.go.id)

Zuama, Shofiyanti Nur. (2014). Kemampuan mengelola stres akademik pada mahasisw yang

sedang skripsi angkatan 2009 program studi PG PAUD. (Tidak diterbitkan).


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR Pemaknaan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Semester Akhir Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 20

PEMAKNAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR Pemaknaan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Semester Akhir Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 16

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK DAN MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES MAHASISWA S1 SEMESTER AKHIR Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murotal Terhadap Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa S1 Semester Akhir Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK DAN MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES MAHASISWA S1 SEMESTER AKHIR Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murotal Terhadap Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa S1 Semester Akhir Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 8 11

KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN TINGKAT GEJALA STRES AKADEMIK.

3 12 47

Hubungan antara stres akademik dan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa.

0 0 127

Hubungan antara stres akademik dan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa

2 6 125

TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA - Repository UNIKAMA

0 5 2

HUBUNGAN MOTIVASI AKADEMIK DENGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA KEPERAWATAN SEMESTER VI STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Motivasi Akademik dengan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Keperawatan Semester VI Stikes ‘Aisyiyah Yogyakart

1 2 16

GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA STUDI AKHIR SKRIPSI

1 1 18