Hubungan antara stres akademik dan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DAN KECENDERUNGAN
IMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Benedictus Yulivendra Wicaksana
129114070

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“WHAT IS THE POINT OF BEING ALIVE IF YOU DON’T AT
LEAST TRY TO DO SOMETHING REMARKABLE”
-PAPER TOWNS-

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Saya persembahkan karya ilmiah ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, perlindungan serta kesempatan yang
senantiasa diberikan kepada saya.

Untuk Ayah, Bapak, Pak Bos, yang dengan sabar dan semangat melawan strokenya
agar dapat melihat anaknya yang nakal bertoga.

Untuk Ibuk yang senatiasa memberikan nasihat, semangat dan mendengarkan keluh
kesah penulis.

Untuk Mas Adit yang mau mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk penulis.

Untuk semua orang-orang baik yang ada di sekitar penulis.

Dan untuk orang-orang yang sering memandang sebelah mata mahasiswamahasiswa yang membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan tugas akhir.
Hargailah setiap orang yang sedang berproses.

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DAN KECENDERUNGAN
IMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

Benedictus Yulivendra Wicaksana

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dan
kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara stres akademik dengan kecenderungan perilaku
impulsive buying pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 orang mahasiswa.
Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala stres akademik dan skala kecenderungan
impulsive buying yang diadaptasi dalam bahasa indonesia oleh peneliti. Skala stres akademik
memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,895 dan skala kecenderungan impulsive buying memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,920. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho
dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini
menghasilkan r sebesar 0,216 dan nilai p sebesar 0,001 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan adanya hubungan positif antara stres akademik dan kecenderungan impulsive
buying. Hal ini berarti semakin tinggi stres akademik yang dialami oleh individu maka
kecenderungan impulsive buying akan semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
stres akademik yang dialami individu maka kecenderungan impulsive buying akan semakin
rendah.

Kata kunci : stres akademik, kecenderungan impulsive buying , mahasiswa

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACADEMIC STRESS AND IMPULSIVE
BUYING TENDENCY IN COLLEGE STUDENT
Benedictus Yulivendra Wicaksana
ABSTRACT
This research aimed to investigate the correlation between academic stress and impulsive
buying tendency in college student. The hypothesis was that there was positive relationship
between academic stress and impulsive buying tendency in college student. The subject in research
were 200 college student. Data instrument be used were the scale of academic stress and

impulsive buying tendency are adapted in Indonesian by researchers. The alpha reliability
coefficient of academic stress scale was 0.895 and coefficient of impulsive buying tendency scale
was 0.920. The technique of data ana lysis being used was Spearman's rho correlation test because
data on both variables are not normal. The research showed that va lue of r was 0.216 with p
0.001 < 0.05. The results indicated a positive correlation between academic stress and impulsive
buying tendency. It was means that the higher the academic stress experienced by college student,
the impulsive buying tendency will be higher. On the contrary, the lower academic stress
experienced by college student, the impulsive buying tendency will be lower.

Keyword : academic stress, impulsive buying tendency, college student

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses

pengerjaan skripsi ini. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si Selaku Kepala Program
Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi.
Terimakasih ibu atas semua bantuan, bimbingan, waktu, saran,
serta kesabaran yang telah diberikan.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku dosen pembimbing akademik
2012 yang selalu memberikan saran, dukungan dan bantuan selama
penulis menempuh studi.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma
yang telah berbagi ilmu dan memberikan semangat.
6. Mas Muji (Glory), Mas Gandung, Ibu Nanik, dan juga Pak Gik
yang telah membantu penulis dalam berbagai urusan kuliah dan
praktikum tes.
7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan
mendoakan keberhasilan saya.


x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Bapak, Ibu dan Mas Adit yang selalu mendoakan, memberikan
semangat, dan menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai.
Terima kasih atas pikiran, tenaga dan biaya yang sudah banyak
dicurahkan untuk saya, selalu bersyukur bisa berada ditengahtengah kalian.
9. Terima kasih kepada Bapak Erik Hookom., M.Ed yang telah
banyak memberikan masukan, saran dan membantu saya dalam
proses adaptasi skala saya. Thank you sir .
10. Terima kasih Robert, Vita, Yosua, Zelda, Della, Mbak Lisa,
Yuyun, Yatim, Agnes, Boncel, Made, Indun, Nia, Suci, Pamendes
yang telah banyak membantu dalam proses pengerjaan, adaptasi
skala, penyebaran skala dan analisis data. Terima kasih ndan.
11. Terima kasih kepada “Geng Cinta” Teteh, Yosu dan Vita yang
selalu mendengarkan segala curhat dan kebodohan saya, serta
banyak membantu saya dalam hal akademik terutama japok.
Makasih banyak Geng tercinta!!

12. Terima kasih kepada Grego, Gerald, Brada Rezki, Bayu, GM,
Kelek, Dimas, Wewen, Delima, Ilona “micin”, Danar, Edo,
Gempol, Yuda, Gede, Yosu. Terima kasih atas kekonyolan tak
terkira yang sudah banyak kita lakukan di masa lalu, semoga di
masa depan kita dapat berubah menjadi lebih baik.
13. Terima kasih kepada “Njepatters PF15” Yosu, Nata, Melani, Bella,
Rere, Dhanis dan seluruh teman-teman panitia PSYCHFST2K15.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terima kasih atas kesempatan untuk dapat berdinamika dan
bekerja sama dengan kalian
14. Teman-teman “Crocodile Drug” Aji Ojek, Petuk, Aprek, Sinyo,
Gempol, Anggung, Saktoy, dan Grego Gresek. Terima kasih atas
segala hiburan dan aktifitas inap menginap yang senantiasa kita
lakukan.
15. Teman-teman sepermainan di Tuban Triya, Nurul, Zukun, Aris,
Sinco, Rangga, Mubin. Terima kasih atas dukungan yang

senantiasa kalian berikan. Sukses selalu untuk kalian.
16. Teman-teman “Gagal ke Bali” Suci, Ema, Agata, Melani, Sakti,
Duwek dan Kelek. Terima kasih atas dinamika kita bersama.
Semoga dilain kesempatan kita bisa berkumpul bersama lagi dan
merealisasikan rencana kita.
17. Teman-teman Komisi D Vita, Vero, Praba, David dan seluruh
anggota DPMF Psikologi 2013/2014. Terima kasih telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar berorganisasi
bersama kalian.
18. Keluarga besar UKF Psynema. Terima kasih sudah mengijinkan
saya berkarya bersama kalian. Sukses selalu salam KNTT !!.
19. Teman-teman UK Bulutangkis Mas Ucil, Pika, Danar, Silvi, dll.
Terima kasih sudah mengijinkan saya berkeringat bersama kalian.
20. Teman-teman “070”, terima kasih karena saya bisa menjadi bagian
dari kalian.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
ASBTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................... 11
A. Impulsive Buying (Pembelian Impulsif) .................................................. 11
1. Definisi Impulsive Buying ................................................................. 11
2. Aspek-Aspek Impulsive Buying ......................................................... 13

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ...................... 16
B. Stres Akademik ........................................................................................ 22
1. Definisi Stres ...................................................................................... 22
2. Definisi Stres Akademik .................................................................... 23
3. Pengukuran Stres Akademik .............................................................. 24
4. Dampak Stres ..................................................................................... 26
C. Mahasiswa ................................................................................................ 27
D. Dinamika Stres Akademik dan Kecenderungan Impulsive Buying.......... 28
E. Skema Penelitian ...................................................................................... 32
F. Hipotesis................................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 34
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 34
B. Variabel Penelitian ................................................................................... 34
C. Definisi Operasional................................................................................. 35
1. Stres Akademik .................................................................................. 35
2. Kecenderungan Impulsive Buying ...................................................... 36
D. Subjek Penelitian...................................................................................... 36
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ....................................................... 37
1. Skala Stres Akademik ........................................................................ 37
2. Skala Kecenderungan Impulsive Buying ............................................ 39
F. Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 41
1. Validitas ............................................................................................. 41
2. Seleksi Item ........................................................................................ 42
3. Reliabilitas ......................................................................................... 46
G. Metode Analisis Data ............................................................................... 47
1. Uji Asumsi ......................................................................................... 47
2. Uji Hipotesis ...................................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 49
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 49

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Deskripsi Subjek Penelitian ..................................................................... 49
C. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 50
D. Hasil Penelitian ........................................................................................ 53
E. Analisis Tambahan ................................................................................... 56
F. PEMBAHASAN ...................................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 64
A. Kesimpulan .............................................................................................. 64
B. Saran ......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Stres Akademik .................................... 38
Tabel 2. Skor Favorable Skala Stres Akademik....................................... 39
Tabel 3. Distribusi Item Skala Kecenderungan Impulsive Buying ........... 40
Tabel 4. Skor Favorable Skala Kecenderungan Impulsive Buying .......... 41
Tabel 5. Skor Unfavorable Skala Kecenderungan Impulsive Buying ...... 41
Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Stres Akademik Setelah Seleksi Aitem 44
Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Impulsive Buying Setelah
Seleksi Aitem ......................................................................... 45
Table 8. Identitas Subjek Penelitian ......................................................... 50
Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Stres Akademik dan Kecenderungan
Impulsive Buying .................................................................... 51

Tabel 10. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Stres Akademik .. 51
Tabel 11. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecenderungan
Impulsive Buying .................................................................... 52

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Stres Akademik dan Kecenderungan
Impulsive Buying .................................................................... 53

Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dan Kecenderungan
Impulsive Buying .................................................................... 55

Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis Variabel Stres Akademik dan
Kecenderungan Impulsive Buying .......................................... 56
Tabel 15. Hasil Uji Perbedaan Stres Akademik Berdasarkan Uang Saku
Perbulan.................................................................................. 57
Tabel 16. Hasil Uji Perbedaan Kecenderungan Impulsive Buying
Berdasarkan Uang Saku Perbulan .......................................... 58
xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Dinamika Hubungan Antara Stres Akademik dan
Kecenderungan Impulsive Buying Pada Mahasiswa .............. 32
Gambar 2. Scatter Plot Stres Akademik ................................................... 54
Gambar 3. Scatter Plot Kecenderungan Impulsive Buying ...................... 54

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Uji Coba ..................................................................... 73
Lampiran 2. Reliabilitas Skala ................................................................. 84
Lampiran 3. Skala Penelitian ................................................................... 88
Lampiran 4. Deskripsi Subjek .................................................................. 98
Lampiran 5. Uji Asumsi .......................................................................... 100
Lampiran 6. Uji Hipotesis ....................................................................... 103
Lampiran 7. Analisis Tambahan ............................................................. 105

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Impulsive buying (pembelian impulsif) merupakan suatu perilaku

pembelian yang sudah tidak asing lagi. Berdasarkan penelitian pasar yang
dilakukan LaRose (2001), diperkirakan 75% pembelian yang terjadi di
Amerika Utara dilakukan secara impulsif. Bahkan menurut Lin & Chuang
(2005) pembelian impulsif mencapai lebih dari 80% pada beberapa produk
di Amerika. Park (dalam Heatharie, 2012), menyatakan bahwa
diperkirakan lebih dari 4 Milliar US dolar penjualan tahunan di Amerika
Serikat terjadi melalui pembelian impulsif. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat dengan budaya individualis seperti Amerika telah
bergerak menjadi individu yang semakin impulsif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kacen & Lee (2002) ditemukan
bahwa masyarakat dengan budaya individualis seperti Amerika memiliki
kecenderungan pembelian impulsif yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan masyarakat Asia yang menganut budaya kolektif. Hal ini menurut
Triandis (1995) lebih dikarenakan kemampuan individu dengan budaya
kolektif yang dapat menempatkan perasaan mereka dengan tepat saat akan
bertindak. Kacen & Lee (2002) menambahkan bahwa masyarakat
berbudaya kolektif dapat menekan dorongan untuk melakukan pembelian
impulsif dan bertindak secara konsisten sesuai norma-norma budaya yang
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

menganggap pembelian impulsif sebagai suatu perilaku emosional yang
cenderung individualis.
Akan tetapi dalam studi yang dilakukan oleh Nielsen terhadap
konsumen Indonesia yang merupakan penganut budaya kolektif,
ditemukan bahwa para konsumen tersebut telah menjadi semakin impulsif
dalam

berbelanja

berdasarkan

beberapa

indikasi-indikasi

yang

menunjukkan hal tersebut. Survei ini diperoleh melalui wawancara
terhadap 1.804 responden di 5 kota besar di Indonesia (AC Nielsen, 2013).
Sebelumnya dalam studi yang sama yang dilakukan oleh Nielsen pada
Desember 2010 sampai Januari 2011 ditemukan bahwa pebelanja di
Indonesia telah menjadi lebih impulsif. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan sebesar dua kali lipat sejak tahun 2003 pembeli yang
mengaku tidak pernah membuat rencana belanja saat melakukan proses
berbelanja (Post Industrial, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa dari waktu
ke waktu pembelian impulsif di Indonesia semakin meningkat.
Impulsive buying (pembelian impulsif) merupakan aktivitas pembelian

yang tidak terencana yang dilakukan tanpa adanya suatu pertimbangan dan
penilaian atau evaluasi tertentu terhadap manfaat dari produk yang dibeli
(Rook, 1987). Rook (1987) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai
pembelian yang ditandai dengan terjadi secara tiba-tiba, kuat, sering keras
hati, mendorong pada pembelian secara spontan, dan disertai perasaan
senang dan kegembiraan. Individu yang melakukan impulsive buying
cenderung tertarik secara emosional terhadap suatu barang atau objek dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

berusaha dengan segera untuk memenuhi keinginan, sehingga kurang
memperhatikan dampak negatif dari hal yang dilakukan (Kacen & Lee,
2002). Konsumen yang impulsif akan membeli suatu produk bukan
dengan alasan yang penting ataupun untuk memenuhi kebutuhannya,
melainkan untuk mencari kesenangan dan bagian dari gaya hidup modern
(Herabadi, Verplanken & Knippenberg, 2009).
Pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum
faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif dibedakan
menjadi dua yaitu faktor dari luar diri (eksternal) dan faktor dari dalam diri
(internal). Faktor dari luar diri (eksternal) terdiri dari desain produk, harga
menarik yang ditawarkan, dan media iklan (Cahyorini & Zalfiana, 2011;
Muruganantham & Bhakat, 2003). Selain itu konformitas, lingkungan
toko, dan promosi toko juga termasuk sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi pembelian impulsif (Marretha, 2013; Verplanken &
Herabadi, 2001; Rook, 1987).
Faktor dari dalam diri (internal) dari pembelian impulsif lebih berfokus
pada isyarat internal dan karakteristik dalam diri individu, yang membuat
individu terlibat dalam perilaku pembelian impulsif (Karbasivar &
Yarahmadi, 2011). Faktor tersebut antara lain kepribadian seseorang
(Karbasivar & Yarahmadi, 2011), jenis kelamin dan usia (Wood, dalam
Ghani, Imran, & Jan, 2011), serta regulasi diri (Vohs & Faber, 2007).
Selain itu juga terdapat mood dan kondisi emosional seseorang (Rook,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

1987) yang merupakan faktor yang mendasari perilaku pembelian
impulsif.
Perilaku pembelian impulsif lebih sering ditemukan pada individuindividu yang berusia muda. Mai, Jung, Lantz dan Loeb (dalam Ghani et
al, 2011) berpendapat bahwa orang-orang muda lebih mungkin untuk
menjadi pelopor dalam mengadopsi gaya hidup modern. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan mengontrol ekspresi emosional yang dimiliki orang
muda. Orang yang lebih tua akan cenderung lebih mampu mengendalikan
ekspresi emosional dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Lawton,
Kleban, Rajogopal, & Dean, 1992; Mc Conatha 1994, dalam Lin &
Chuang, 2005). Rook (1987) juga mengatakan bahwa rasionalitas dan
kemampuan untuk menahan keinginan berbelanja meningkat seiring
pertambahan usia.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Lin dan Lin (2005) menyatakan
bahwa subjek dengan rentang usia 15-19 tahun, lebih impulsif
dibandingkan usia lainnya. Selain itu Wood (dalam Ghani et al, 2011) juga
menyatakan bahwa kecenderungan pembelian impulsif sendiri ditemukan
meningkat pada subjek yang memiliki rentang usia antara 18-39 tahun dan
akan menurun setelah melewati usia 39 tahun. Rentang usia 18-39 tahun
merupakan usia individu yang rentan memiliki kecenderungan pembelian
impulsif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Salah satu individu yang termasuk dalam rentang usia 18-39 tahun
adalah mahasiswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap
orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di
perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia mahasiswa merupakan orang yang belajar di
perguruan tinggi, baik di universitas, institusi atau akademi (
www.kamusbahasaindonesia.org ). Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi juga disebut sebagai mahasiswa ( Takwin, 2008).
Dalam menjalani kehidupan perkuliahan, sebagai seorang mahasiswa
mereka diharuskan untuk menempuh studi akademis yang meliputi tugas
dan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa. Mata kuliah yang
terlalu banyak seringkali membuat mahasiswa sulit fokus dan tidak
menguasai materi kuliah secara mendalam. Banyaknya jumlah mata kuliah
di Indonesia, membuahkan kesan bahwa mahasiswa harus serba bisa
(Republika.co.id). Hal ini membuat jumlah mahasiswa yang mengalami
stres akademik meningkat setiap semester (Govaerst & Gregoire, 2004)
dan hal ini dialami oleh sebagian besar pelajar dunia (Brown, 2006;
Christie & MacMullin, 1998; Dodds & Lin, 1991; Gallagher & Millar,
1996; Huah, 2008; Tang & Westwood, 2007, dalam Deb, Strodl, & Sun,
2014).
Di Indonesia sendiri, fenomena tentang stres akademik sering
terdengar seiring dengan munculnya berbagi pemberitaan tentang kasuskasus karena stres akademik di berbagai media massa. Pada 1 Juni 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

seorang mahasiswa Universitas Indonesia melakukan aksi bunuh diri
dikarenakan nilainya turun dan skripsi yang dia ajukan ditolak
(www.bintang.com). Selain itu terdapat pula kasus mahasiswa Surya
University, Tangerang yang melakukan gantung diri karena mengalami
stres saat menjalani masa-masa ujian (www.harianterbit.com). Kasus lain
juga ditemukan di Medan, dimana seorang mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara melakukan pembunuhan terhadap
dosennya sendiri, karena dosen tersebut sering memarahi dan memberikan
nilai yang kurang baik (www.kompas.com). Tiga kasus yang telah
disebutkan merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2016.
Stres akademik diartikan sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik,
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan
tinggi (Govaerst & Gregoire, 2004). Stres akademik juga diidentifikasi
sebagai stress yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya tugas, persaingan
dengan teman, kegagalan, kekurangan uang saku (Fairbrother & Warn,
2003), kurang baiknya hubungan dengan teman atau dosen, keluarga, atau
masalah yang ada di rumah (Agolla & Ongori, 2009).
Kehidupan akademik yang meliputi bersosialisasi dan menyesuaikan
diri dengan teman sesama mahasiswa dengan karakteristik dan latar
belakang berbeda, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatankegiatan non-akademis, dan bekerja untuk menambah uang saku juga
turut mempengaruhi stress akademik mahasiswa (Govaerst & Gregoire,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

2004). Sumber stress akademik yang dialami oleh mahasiswa dapat terjadi
dari beberapa sumber. Davidson (2001) menyatakan sumber stress
akademik meliputi situasi yang monoton, kebisingan, tugas yang terlalu
banyak, harapan yang mengada-ada, ketidakjelasan, kurang adanya
kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan
kesempatan,

aturan

yang

membingungkan,

tuntutan

yang

saling

bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. Womble (2001) juga
menambahkan bahwa stressor akademik meliputi manajemen waktu,
masalah finansial, gangguan tidur dan aktivitas sosial.
Penelitian Liu (2005) kepada 368 siswa sekolah Cina mengemukakan
bahwa 90% siswa mengalami stress akademik disebabkan karena ujian,
kurangnya prestasi di sekolah, tugas sekolah, iklim sekolah yang kurang
mendukung serta ketatnya peraturan sekolah. Stress dikalangan mahasiswa
sendiri juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti
sebelum Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2014/2015 pada
tanggal 2-4 Desember 2015. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti di berbagai sosial media, ditemukan bahwa banyak mahasiswa
yang menceritakan mengenai stress yang mereka alami saat mengerjakan
tugas. Hal tersebut terjadi menjelang hari pengumpulan tugas yang
biasanya dilakukan saat UTS dan UAS. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara pada tanggal 1 Desember 2015 terhadap 3 mahasiswa semester
5 yang sedang menghadapi banyak tugas menjelang UAS. Berdasarkan
hasil wawancara diketahui para mahasiswa tersebut mengalami stres

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

karena diharuskan mengerjakan berbagai laporan dengan tenggang waktu
yang menurut mereka terlalu singkat. Hal didasarkan pada beberapa gejala
yang dialami oleh para mahasiswa tersebut seperti kurangnya nafsu makan
sakit kepala, kurangnya konsentrasi di kelas, suasana hati mudah berubah,
serta kurangnya sosialisasi dengan orang lain yang sesuai dengan gejala
stres yang dikemukakan oleh Sarafino (2008).
Stres yang dialami oleh para mahasiswa tersebut cenderung berdampak
pada ketidakstabilan emosi yang mereka miliki. Ketidakstabilan emosi
merupakan salah satu dampak yang paling terlihat ketika seseorang
mengalami stress (Female.Kompas.com). Moksnes, Moljord, Espnes dan
Byrne (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa stres dalam
hidup dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosi. Pada tahun 2011
Shahjenan, Qureshi, Zeb & Saifullah dalam penelitiannya menemukan
bahwa impulsive buying berkorelasi secara positif dengan salah satu ciri
kepribadian big five yaitu neurotik (ketidakstabilan emosi) yang berarti
individu yang mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan, suasana hati
yang buruk dan kesedihan akan memiliki kecenderungan yang lebih dalam
menampilkan perilaku impulsive buying.
Rook (1987) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa pembelian
impulsif secara psikologis sering dikaitkan dengan kondisi emosional
seseorang. Selain itu Silvera, Anne & Fredric (2008) menyatakan bahwa
impulsive buying pada dasarnya sering dilakukan banyak orang untuk

mengurangi mood atau perasaan negatif karena kegagalan akan sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

atau untuk membuat diri merasa lebih baik. Youn (dalam Dawson & Kim,
2009) menambahkan bahwa keadaan emosional, suasana hati, dan
perasaan diri yang merupakan keadaan afektif seseorang merupakan salah
satu faktor internal dari kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini terjadi
karena dalam proses pengambilan keputusan impulsive buying yang
dipengaruhi oleh kognisi dan afeksi, segi afeksi lebih mengemuka
dibandingkan dengan segi kognitif (Coley & Burgess, 2003).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang terdapat dalam
penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara stress akademik
dengan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stress
akademik dengan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi
konsumen dan psikologi pendidikan mengenai kecenderungan
impulsive buying dan stres akademik pada mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharap dapat memberikan evaluasi
kepada

mahasiswa

mempengaruhi

mengenai

kecenderungan

stres

akademik

impulsive

yang

buying,

dapat

sehingga

mahasiswa dapat lebih berhati-hati terhadap perilaku membeli
suatu produk secara spontan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Impulsive Buying (Pembelian Impulsif)
1. Definisi Impulsive Buying
Istilah impulsive buying mulai berkembang pada tahun 1950an.
Clover (1950) dalam penelitiannya, menemukan bahwa kebijakan tokotoko ritel dalam memudahkan konsumen untuk melakukan pembelian
secara impulsif membuat beberapa produk terjual secara lebih baik. Stern
(1962) kemudian menemukan bahwa kemudahan dan kenyamanan yang
diberikan oleh toko-toko ritel tersebut merupakan salah satu faktor yang
mendorong konsumen menampilkan perilaku membeli secara impulsif.
Pada tahun 1967-1990 an istilah impulsive buying semakin berkembang
dan banyak dipengaruhi serta berhubungan dengan beberapa faktor lain
seperti, karakteristik dan demografi (Kollat & Willet, 1967), emosi
(antusiasme,

hiburan,

sukacita)

(Weinberg

&

Gottwald

dalam

muruganantham & Bhakat, (2013)) kontrol diri (Hoch & Loewenstein,
1991), suasana hati (Rook & Gardner 1993), gender (Dittmar, Beattie &
Friese 1995) dan sosio-ekonomi (Wood, 1998).
Rook dan Gardner (dalam Kacen & Lee, 2002) mendefinisikan
Impulsive buying (pembelian impulsif) sebagai suatu pembelian yang tidak

direncanakan yang dikarakteristikkan oleh pengambilan keputusan yang

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

berlangsung relatif cepat, serta bias subjektif dalam hal ingin memiliki
suatu barang dengan segera. Bayley dan Nancarrow (1998) mendefinisikan
perilaku pembelian impulsif sebagai perilaku yang tiba-tiba, menarik,
perilaku pembelian hedonis yang kompleks dimana kecepatan dari proses
keputusan

pembelian

impulsif

menghalangi

pertimbangan

serta

kebijaksanaan dan disengaja. Rook (1987) mendefinisikan Impulsive
buying (pembelian impulsif) sebagai suatu aktivitas pembelian yang tidak

terencana yang dilakukan tanpa adanya suatu pertimbangan dan penilaian
atau evaluasi tertentu terhadap manfaat dari produk yang dibeli.
Rook (1987) menjelaskan bahwa terdapat tiga ciri utama yang
memberikan definisi komprehensif mengenai pembelian impulsif yaitu
pembelian yang tidak direncanakan, sulit untuk mengontrol, dan disertai
dengan respon emosional. Kacen dan Lee (2002) juga menyatakan bahwa
impulsive buying mempunyai sejumlah karakteristik seperti adanya

perasaan yang berlebihan akan ketertarikan dari produk yang dijual,
adanya perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual, keinginan
untuk mengabaikan segala konsekuensi dari pembelian sebuah produk,
adanya perasaan puas yang dirasakan, serta adanya konflik yang terjadi
antara pengendalian dengan kegemaran di dalam diri orang tersebut.
Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti
oleh konflik pikiran, dan dorongan emosional (Verplanken & Herabadi,
2001). Ketika terjadi, pembelian impulsif akan memberikan pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

emosional lebih dari pada rasional (Thompson, dalam Semuel 2007). Hal
ini senada dengan Rook (1987) yang menyatakan bahwa pembelian
impulsif lebih cenderung dipengaruhi oleh emosional dibandingkan
dengan rasional.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelian
impulsif

merupakan

pembelian

yang tiba-tiba,

cepat

dan

tidak

direncanakan, tanpa pertimbangan yang matang serta mengabaikan
konsekuensi yang ditimbulkan, pembelian ini bersifat mendesak dan lebih
didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk kesenangan akan
kepemilikan suatu barang dengan segera.
2. Aspek-aspek Impulsive Buying
Penelitian yang dilakukan Rook pada tahun 1987 dengan responden
individu-individu yang pernah melakukan impulsive buying, menemukan
8 perilaku khas yang muncul ketika seseorang melakukan hal tersebut
yaitu: dorongan spontan untuk membeli, kekuasaan dan paksaan
(intensitas dan kekuatan), kegembiraan dan stimulasi, sinkronisitas,
kekuatan yang fantastis dari animasi produk, elemen hedonis: merasa baik
dan buruk, konflik: baik atau lawan buruk, kontrol atau kesenangan, serta
mengabaikan konsekuensi. Berdasarkan penelitian tersebut Engel,
Blackwell dan Miniard (1995) memberikan penjelasan mengenai
karakteristik pembelian yang impulsif yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

a. Spontanitas
Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk
membeli sekarang, sering sebagi respons terhadap stimulasi visual
yang langsung ditempat penjualan.
b. Kekuatan, Kompulsi, dan Intensitas
Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain
dan bertindak dengan seketika.
c. Kegairahan dan Stimulasi
Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi
yang dicirikan sebagai “menggairahkan.” “menggetarkan,” atau “liar.”
d. Ketidakpedulian Akan Akibat
Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak
sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
Pada tahun 2001 Verplanken dan Herabadi mengidentifikasi dua aspek
utama yang membentuk perilaku pembelian impulsif (impulsive buying)
yaitu aspek kognitif dan aspek afektif:
a. Aspek Kognitif
Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), aspek kognitif dalam
pembelian impulsif merujuk kepada kurang adanya perencanaan dan
pertimbangan yang matang sebelum mengambil keputusan dalam
melakukan pembelian. Suatu pembelian mungkin tidak direncanakan
atau dipertimbangkan karena beberapa alasan. Misalnya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

pembelian yang tampak tidak direncanakan, justu telah direncanakan
jauh sebelumnya, atau dalam hal ini terjadi pengulangan dari kebiasaan
membeli maka hal ini tidak dapat dinyatakan sebagai pembelian
impulsif (Verplanken dan Aarts, dalam Verplanken dan Herabadi,
2001). Dalam aspek kognitif konsumen akan cenderung mudah
terpengaruh oleh harga produk yang ditawarkan dan keuntungan yang
diperoleh ketika membeli produk tersebut (Herabadi et al, 2009).
Selain itu Rook (1987) menyatakan pada aspek kognitif terdapat
pembelian impulsif secara spontan yakni pembelian yang cenderung
mendadak, dan cepat dikarenakan promosi atau pengaruh stimulus
visual yang menarik dan pembelian impulsif seringkali mengabaikan
atau cenderung tidak peduli terhadap konsekuensinya.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau aspek emosional merupakan aspek kedua dari
pembelian impulsif (Verplanken & Herabandi 2001). Aspek ini
merupakan respon emosional yang muncul terlebih dahulu, secara
serentak, atau setelah terjadi pembelian yang tidak direncanakan.
Emosi paling menonjol yang biasanya berhubungan dengan pembelian
impulsif adalah kegembiraan dan kesenangan. Selain itu muncul
perasaan secara tiba-tiba untuk ingin segera memiliki sesuatu sebelum
melakukan pembelian impulsif, hal ini mungkin saja diakibatkan oleh
perilaku kompulsif ringan (Verplanken & Herabandi 2001). Rasa
menyesal juga mungkin akan dirasakan setelah melakukan pembelian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

impulsif, yaitu ketika menyadari telah banyak uang yang dibelanjakan
(Ditmar & Drury, dalam Verplanken & Herabandi, 2001). Pada aspek
ini, ketika seseorang sedang “merasakan dorongan tak tertahankan
untuk membeli” ia akan merasa harus melakukan pembelian impulsif
(Coley & Burgess, 2003).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek
kognitif merupakan kecenderungan individu dalam melakukan pembelian
impulsif berdasarkan kurangnya perencanaan dan pertimbangan, serta
lebih didasari akan ketertarikan dan keuntungan yang akan diperoleh.
Sedangkan aspek afektif merupakan kecenderungan individu dalam
melakukan pembelian impulsif berdasarkan dorongan tak tertahankan
untuk membeli yang menimbulkan perasaan senang dan gembira sebagai
bentuk respon emosional setelah melakukan pembelian impulsif.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Impulsive buying
Dalam melakukan perilaku pembelian impulsif (impulsive buying)
konsumen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum terdapat
dua faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal dari pembelian impulsif berfokus langsung pada
individu, melihat isyarat internal dan karakteristik individu yang
membuat mereka terlibat dalam perilaku pembelian impulsif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

(Karbasivar & Yarahmadi, 2011). Pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya ditemukan bahwa keadaan emosi seseorang
dapat mempengaruhi pembelian impulsif seseorang (Kacen & Lee,
2002; Verpanken & Herabadi, 2001; Youn, 2000); Sneath, Lacey, &
Kenneth, 2009). Konsumen yang lebih responsif terhadap keadaan
afektif (keadaan emosi, mood, perasaan diri) (Youn & Faber, 2000)
dan kurang responsif terhadap keadaan kognitif akan mengalami
dorongan yang kuat untuk membeli dan lebih mungkin untuk terlibat
dalam perilaku pembelian impulsif (Dholakia, 2000; Rook, 1987;
Youn & Faber, 2000).
Keadaan emosi yang berbeda pada tiap individu, juga dapat
menghasilkan perilaku pembelian impulsif yang berbeda (Hawkins,
Roger, Coney, & Mookerjee, 2007). Individu dengan keadaan emosi
yang tidak stabil, akan memiliki kecenderung yang lebih untuk
melakukan perilaku pembelian impulsif. Hal ini dilakukan individu
sebagai upaya untuk meningkatkan mood dan menghindari persepsi
psikologis yang negatif (rendah diri dan perasaan atau suasana hati
yang negatif) dengan perasaan senang dan gembira setelah melakukan
pembelian impulsif (Sneat, Lacey, Kenneth-Hansel 2009; Verpanken
& Herabadi, 2001).
Selain keadaan emosi, Kacen dan Lee (2002) mengungkapkan
bahwa

evaluasi

normatif

yang

dimiliki

individu

juga

turut

mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif. Rook dan Fisher

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

(1995) mendefinisikan evaluasi normatif sebagai “penilaian yang
dibuat oleh konsumen tentang kesesuaian pembelian impulsif dalam
situasi pembelian tertentu”. Pandangan negatif cenderung muncul
tentang pembelian impulsif pada umumnya, seperti melihat perilaku
pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak rasional, tidak
dewasa, boros, dan beresiko (Rook & Fisher, 1995). Konsumen
mungkin merasakan penyesalan setelah melakukan pembelian impulsif
(Dittmar & Drudy, dalam Verplanken & Herabandi, 2001). Akan
tetapi, pada kenyataannya sebagian besar konsumen tidak menemukan
bahwa pembelian impulsif yang mereka lakukan adalah perilaku yang
tidak pantas dan tidak menilai itu salah (Rook, 1987; Hausman, 2000).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa
kepribadian yang dimiliki oleh tiap-tiap individu juga dapat
mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki
seseorang (Verplanken & Herabadi, 2001; Karbasivar & Yarahmadi,
2011;

Verplanken

&

Sato,

2011).

Beberapa

peniliti

telah

menyimpulkan bahwa sifat dari kepribadian yang dimiliki oleh
konsumen dapat memberikan gambaran yang lebih untuk perilaku
impulsif dibandingkan sifat-sifat lainnya (Beatty & Ferrell, 1998;
Rook & Fisher, 1995; Weunetal, 1998; dalam Karbasivar &
Yarahmadi, 2011). Para peneliti juga berpendapat bahwa kepribadian
dapat membantu dalam menentukan taraf kecenderungan pembelian
impulsif yang dimiliki seseorang (Beatty & Ferrell, 1998; Rook &

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

Fisher, 1995, dalam Karbasivar & Yarahmadi, 2011). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shahjehan et.al (2012)
tentang hubungan antara kepribadian dengan perilaku pembelian
impulsif dan kompulsif, dari peneliatian yang dilakukan ditemukan
hasil bahwa terdapat hubungan antara pembelian impulsif dengan
kepribadian.
Faktor internal yang juga mempengaruhi pembelian impulsif
adalah demografi individu. Kollat dan Willet (dalam Muruganantham
& Bhakat, 2013) menemukan bahwa karakteristik demografi
konsumen mempengaruhi pembelian impulsif. Salah satu karakteristik
demografi yang dapat mempengaruhi kecenderung pembelian impulsif
adalah gender (Dittmar, Beattie & Friese, 1995; Lin & Chuang, 2005,
dalam Muruganantham & Bhakat, 2013). Pria cenderung terlibat dalam
pembelian impulsif terhadap barang yang nyaman dan berperan
penting yang menggambarkan aktivitas dan kebebasan mereka.
Sedangkan perempuan cenderung membeli barang simbolik dan
barang yang cenderung menggambarkan diri mereka yang terkait
dengan penampilan dan aspek emosional diri (Dittmar et al, 1995).
Selain

gender,

faktor

demografi

lain

yang

mempengaruhi

kecenderungan pembelian impulsif adalah usia (Bellenger, Robertson,
& Hirschman, dalam Lin & Chuang, 2005; Wood dalam Ghani et al,
2011. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin
& Lin (2005) mengenai penelitian kecenderungan pembelian impulsif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

remaja Taiwan, dari penelitian yang dilakukan ditemukan hasil bahwa
pada subjek dengan rentang usia 15-19 tahun ditemukan hasil bahwa
usia 19 tahun lebih impulsif dibandingkan usia lainnya.
Berdasarkan

faktor-faktor

yang

disebutkan,

maka

dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi
pembelian impulsif yaitu keadaan emosi, evaluasi normatif konsumen,
kepribadian, serta demografi konsumen yang terdiri dari jenis kelamin
dan usia.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dari pembelian impulsif merujuk pada isyarat
pemasaran atau rangsangan yang ditempatkan dan dikendalikan oleh
pemasar dalam upaya untuk memikat konsumen dalam perilaku
pembelian (Youn & Faber, 2000). Selain itu Amirrulah (2002)
menyatakan bahwa faktor eksternal merupakan perubahan-perubahan
dari lingkungan luar yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk
membeli suatu barang. Lingkungan toko merupakan salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif.
Lingkungan toko yang terdiri dari ukuran, suasana, desain dan format
toko, serta berbagai aktivitas pemasaran seperti penjualan dan iklan
merupakan faktor eksternal dari pembelian impulsif (Muruganantham
& Bhakat, 2013). Promosi penjualan yang inovatif, pesan-pesan yang
kreatif dan penggunaan teknologi yang tepat di toko-toko ritel semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

membuat pembelian impulsif sebagai perilaku yang relevan dimiliki
oleh konsumen saat ini (Schiffman & Kanuk, 2010). Berbagai
rangsangan di dalam toko seperti pencahayaan, tata letak, presentasi
barang, perlengkapan toko, penutup lantai, warna, suara, bau, dan
pakaian serta perilaku penjual dan pelayan toko secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi konsumen ( Applebaum, dalam
Muruganantham & Bhakat, 2013).
Konformitas juga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
pembelian impulsif. Semakin tinggi tingkat konformitas seseorang,
maka semakin tinggi pula pembelian impulsif yang dilakukan
(Maretta, 2013; Sitohang, 2009). Konformitas merupakan salah satu
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku membeli remaja
menjadi semakin impulsif. Konformitas terbentuk dalam pribadi
remaja karena remaja belajar dari lingkungan sosialnya, bagaimana
caranya agar ia dapat diterima dan diakui oleh orang lain dengan
kemampuan yang ia miliki, sehingga semua ciri khas remaja dalam
berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, dan lain sebagainya
dipengaruhi pergaulan dengan teman-teman sebayanya (Swastha &
Handoko, 2000).
Berdasarkan faktor-faktor yang disebutkan, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembelian
impulsif yaitu lingkungan toko yang terdiri dari ukuran, suasana, desain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

dan format toko, serta berbagai strategi penjualan dan iklan serta
konformitas yang dilakukan konsumen.
B. Stres Akademik
1. Definisi Stres
Menurut Sarafino (1990) stres merupakan suatu kondisi yang
disebabkan

oleh

interaksi

antara

individu

dengan

lingkungan,

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial individu
tersebut. Stres juga merupakan suatu keadaan ketika seseorang berespon
terhadap perubahan yang terjadi dari situasi normal dan stabil dalam
hidupnya (Kozier, 2004). Folkman dan Lazarus (1985) mendefinisikan
stres sebagai segala peristiwa/kejadian baik berupa tuntutan-tuntutan
lingkungan maupun tuntutan-tuntutan internal (fisiologis/psikologis) yang
menuntut, membebani atau melebihi kapasitas sumber daya adaptif
individu.
Stres dapat berdampak positif maupun negatif bagi individu
(Smith, 2002; Tweed et al., 2004; Stevenson & Harper, 2006; dalam
Anggola & Ognori 2009). Hal ini tergantung pada derajat stres yang
mereka alami sebagai bentuk penilaian kognitif mereka terhadap stressor
(pemicu stres) yang mereka terima (Desmita, 2009; Sarafino, 1990). Stres
yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan atau kondisi seseorang
dalam menghadapi lingkungan. Hans Selye (dalam Desmita, 2009)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

membagi stres menjadi tiga bentuk yakni, distres, eustres, dan neustres.
Distres diasosiasikan sebagai respon terhadap stres yang bersifat tidak
memuaskan dan merusak pada keseimbangan fungsi tubuh individu.
Sedangkan eustres merupakan respons terhadap stres yang bersifat
memuaskan yang dapat membangkitkan fungsi optimal tubuh, baik fungsi
fisik maupun fungsi psikis individu. Adapun neustres mengacu pada
respon stres individual yang bersifat netral, yang tidak memberi akibat
negatif ataupun positif, namun menyebabkan tubuh berada pada fungsi
internal yang mantap, tetap berada dalam keadaan homeostatis (Elmira,
1993; Sarafino, 1990; Brannon & Feist, 2000; dalam Desmita, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan suatu kondisi hasil interaksi individu dengan lingkungan yang
menjadi stressor bagi individu yang bersifat mengancam dan menganggu,
yang melebihi kapasitas sumber daya adaptif individu dan dapat
menimbulkan tiga bentuk stres yaitu distres, eustres, dan neustres serta
dapat berdampak positif dan negatif bagi individu yang mengalami stres.
2. Definisi Stres Akademik
Stres akademik, diartikan sebagai suatu keadaan individu yang
mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik,
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan
tinggi (Govaerst & Gregoire, 2004). Stres ini dapat didefinisikan sebagai
stres yang berhubungan dengan pendidikan yang meliputi sekolah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

kurikulum, guru, metode ulangan dan penilaian (Nanwani, 2009). Stres
akademik juga diidentifikasi sebagai stres yang diakibatkan oleh terlalu
banyaknya tugas, persaingan dengan teman, kegagalan, kekurangan uang
saku (Fairbrother & Warn, 2003), kurang baiknya hubungan dengan teman
atau dosen, keluarga, atau masalah yang ada di rumah (Agolla & Ongori,
2009).

Desmita, 2009 menambahkan definisi lain dari stres akademik

ata