PENGARUH LABEL SYARIAH, HARGA DAN FASILITAS TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 SURABAYA.

(1)

PENGARUH LABEL SYARIAH, HARGA DAN FASILITAS

TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DI PASAR SYARIAH

AZ-ZAITUN 1 SURABAYA

SKRIPSI Oleh : IZZA LUTFIYAH NIM : C04212019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH 2016


(2)

Pengaruh Label Syariah, Harga, Dan Fasilitas Terhadap Niat

Pembelian Ulang Di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ekonomi Syariah

Oleh : IZZA LUTFIYAH

NIM : C04212019

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Iislam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas

terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya” ini

merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh langsung antara label syariah, harga dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya dan menguji apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara label syariah, harga dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) yang artinya pengambilan sampel secara acak di dalam populasi yang sudah dikelompokkan (distratakan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji simultan F variabel label syariah, harga dan fasilitas didapati hasil sebesar 0,000 yang mana nilainya lebih kecil dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel label syariah, harga dan fasilitas jika diuji secara simultan (bersama-sama) hasilnya yaitu berpengaruh signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang. Jika pada uji parsial T, pada variabel label syariah didapati hasil sebesar 0,285 dan pada variabel harga didapati hasil sebesar 0,905 yang mana nilai keduanya lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel label syariah dan harga jika diuji secara parsial (sendiri) hasilnya yaitu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang. Sedangkan untuk variabel fasilitas didapati hasil sebesar 0,000 yang mana nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel fasilitas jika diuji secara parsial (sendiri) yang berpengaruh signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang.

Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini yaitu label syariah, harga dan fasilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Sedangkan label syariah dan harga secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang, melainkan fasilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Saran bagi pemilik maupun pengelola Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya diharapkan agar lebih mengadakan sosialisasi lebih lanjut terhadap apa itu pasar yang berkonsepkan syariah. Sehingga warga Kutisari lebih mengerti apa itu pasar syariah dan bisa lebih mengenal nama Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya, bukan Pasar Krempyeng.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Terdahulu yang Releven ... 43

C. Kerangka Konseptual ... 46

D. Hipotesis ... 46


(9)

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian... 50

E. Definisis Operasional ... 51

F. Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 53

G. Data dan Sumber Data ... 55

H. Teknik Pengumpulan Data ... 56

I. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 65

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 65

B. Karakteristik Responden ... 70

C. Analisis Data ... 79

BAB V PEMBAHASAN ... 95

A. Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas secara Simultan terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ... 95

B. Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas secara Parsial terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ... 95

C. Analisis... 96

BAB VI PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...47

2.2 Kerangka Konseptual...49

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...73

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...74

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...74

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...75

4.5.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...76

4.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan...76

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran...77

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas Kunjungan...77

4.9 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Label Syariah...78

4.10 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Harga...79

4.11 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Fasilitas...80

4.12 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Niat Pembelian Ulang...81

4.13 Hasil Uji Validitas Label Syariah...83

4.14 Hasil Uji Validitas Harga...83

4.15 Hasil Uji Validitas Fasilitas...83

4.16 Hasil Uji Validitas Niat Pembelian Ulang...84


(11)

4.18 Hasil Uji Multikolineritas...86

4.19 Nilai Tolerance dan VIF...86

4.20 Hasil Uji Autokolerasi...87

4.21 Durbin Watson Test Bound...88

4.22 Hasil Uji Heterokedesitas...89

4.23 Hasil Uji Heteroskedesitas Method Stepwise...90

4.24 Grafik Uji Normalitas...91

4.25 Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik...93


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Perilaku Konsumen...10 2.2 Proses Pembelian...12 2.3 Siklus Pembelian...19


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis syariah yang mengedepankan nilai agama kiat pesat dan menggembirakan. Bisnis syariah yang mejalar ke berbagai bidang usaha kini semakin akrab di kalangan masyarakat saat ini, khususnya umat Muslim di Indonesia. Berinvestasi atau berbisnis dibidang usaha syariah juga menyebar ke berbagai sektor, mulai dari perbankan, asuransi, pasar modal, perhotelan, salon, laundry,ojek bahkan hingga pasar tradisional.

Peluang usaha syariah yang lebih religious kini memang sedang banyak diminati dan digeluti oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya berlaku pada mereka para pelaku usaha saja, melainkan juga para konsumen. Karena sistem bisnis dengan konsep syariah jauh lebih aman dan nyaman pelaksanaannya baik dalam administrasi, pengelolaaan bahkan pelayanannya. Dengan adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki tersebut semakin menarik perhatian para pelaku usaha untuk menekuni bisnis berbasis syariah ini, khususnya para pengusaha-pengusaha muslim. Namun tak sedikit pula para pengusaha non

muslim yang ikut serta meramaikan trend1 ini karena bisnis berbasis syariah

jauh lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan bisnis-bisnis berbasis konvensional atau non syariah.


(14)

2

Pada akhirnya, di Indonesia cukup banyak trend bisnis yang

menggunakan nama atau label ‘syariah’ dibelakang atau didepan nama usaha atau bisnisnya. Seperti halnya pasar tradisional yang berada di jalan Kutisari Selatan XIII Surabaya yang bernamakan Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya yang juga berlabelkan ‘syariah’ di namanya.

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ini merupakan pasar tradisonal pertama di Indonesia yang berkosepkan sesuai dengan prinsip syariah. Pemakarsa pendirian pasar tradisional yang berkonsepkan pada prinsip syariah adalah Prof Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE, pakar sekaligus guru besar Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Surabaya.

Prof Suroso merupakan seorang yang mempunyai ide adanya Pasar Syariah tetapi beliau juga pemilik lahan dan pasar tradisional Pasar Syariah Zaitun 1 Surabaya . Yang mana awal mula berdirinya Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ini adalah Prof Suroso yang ingin menolong para PKL (Pedagang Kaki Lima) di area Jalan Kutisari 5, Kutisari 9 dan Jalan Kutisari

13 yang sering dikejar-kejar oleh Satpol PP saat mereka berjualan.2 Prof

Suroso juga memiliki dasar dari pembangunan Pasar Syariah Az-Zaitun 1, yang mana dasar itu merupakan hadits Rahwi Abu Dawud dan Aththusi yang berbunyi “Barang siapa menghidupkan lahan mati, maka lahan itu untuk dia.3

2 Prof H. Suroso, Wawancara, Gedung Aula ABC Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, 20 Mei 2016.


(15)

3

َف ًةَتْ يَم اًضْرَأ اَيْحَأ ْنَم

)يسوطلاورواروبأ( . ُهَل َيِه

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya berluaskan ±700 m² posisi sekarang 1 lantai. Saat ini Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya menuju tahap renovasi menjadi 2 lantai dan diperluas menjadi 1.200 m². Jumlah atau kapasistas pedagang yang dibantu oleh Prof Suroso pada periode 2010 sampai 2012 sebanyak 100 stand kios dengan harga sewa tiap stand adalah Rp 5.000,- per hari dan 30 pedagang los dengan harga sewa Rp 1000,- per hari, sedangkan

pada tahun 2013 menjadi 115 stand.4

Prof Suroso sengaja memurahkan harga sewa tiap stand di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya karena beliau menginginkan harga barang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 ini relatif lebih murah dari pasar tradisional lainnya. Dimana sistem sewa yang diterapkan di pasar Syariah ini juga jelas berbeda dengan pasar tradisional pada umumnya yang menerapkan sistem

kapitalis. Dalam ilmu ekonomi konvensional dikenal selalu

mempertimbangkan business feasibility study (studi kelayakan bisnis). Ada

banyak variabel yang dipertimbangkan, salah satu variabel yang dipertimbangkan Prof Suroso adalah perhitungan untung rugi. Dimana

menurut beliau feasibility study dalam Islam hanya satu yaitu berkehidupan

untuk akhirat. 5

4 Ibid.

5Dedy Kurniawan,Membangun Ekonomi Umat dengan Pasar Syariah, jatim.kemenag.go.id/file/file/MPA/gheb1436238384.pdf, diakses pada 06 Juni 2016.


(16)

4

Meskipun harga kios yang begitu relatif murah, fasilitas yang ada di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya tidak kalah mengecewakannya, Prof Suroso mengkonsepkan pasar seperti memasuki taman. Seperti halnya tempat parkir yang bersih, kebersihan tiap pedagaang diberi kantong plastik dan tempat sampah di tiap stan. Sampah juga tidak boleh berceceran di mana-mana. Terlebih, stand dibagian sayuran, ikan, dan daging yang paling banyak

menghasilkan sampah.6

Prof Suroso juga ingin mengaplikasikan prinsip Syariah dalam sebuah pasar. Terdapat 8 konsep atau persyaratan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya yang harus dipegang teguh penjual. Adapun 8 konsep atau persyaratan itu adalah Pertama, mata dagangan harus halal dzat dan maknawiyahnya. Kedua, alat timbang, alat ukur dan alat hitung tepat. Ketiga, dalam bertransaksi tidak boleh bohong. Keempat, tidak boleh bersaing atau

saling mematikan  bekerja sama dengan sistim konsinyasi.7 Kelima, bersih

mata dagangannya, tempat dan pedagangnya. Keenam, tidak boleh merokok

dalam pasar. Ketujuh, murah – meriah. Kedelapan, harga sewa relatif murah

yang merupakan hasil kesepakatan bersama.8

6S.Jai, Masuk Pasar seperti Masuk Taman, http://tanahapikata.blogspot.co.id/2013/01/feature.html, diakses pada 06 Juni 2016.

7 Konsinyasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penitipan barang dagangan kepada agen atau orang untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian; jual titip

8 Prof H. Suroso, Wawancara, Gedung Aula ABC Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, 20 Mei 2016.


(17)

5

Selama ini tidak sedikit masyarakat yang skeptis9 dengan konsep

Syariah. Ada yang menuding bahwa Syariah hanya sekedar ‘label’ saja. Hal ini yang membuat Prof Suroso terpanggil untuk melahirkan sebuah gebrakan pasar pertama di Indonesia yang berkonsepkan sesuai dengan Syariah Islam. Prof Suroso terinspirasi sebuah riwayat rasulullah dan beliau ingin meneladani jejak Rasul dalam menciptakan sebuah ekonomi yang bersyariatkan Islam.

Adanya Pasar Syariah ini apakah masyarakat yang berbelanja memang benar-benar mengingkan bertransaksi mereka secara halal yang mana Pasar Az-Zaitun 1 ini berlabelkan ‘Syariah’ ataukah masyarakat hanya tertarik dikarenakan harga di Pasar Syariah relatif lebih murah disebabkan harga sewa stan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 yang relatif rendah. Lain halnya dengan fasilitas, alasan penulis mengangkat fasilitas sebagai indikator penelitian karena, penulis ingin mengetahui seberapa berpengaruh untuk masyaraakaat fasilitas pasar yang dilabeli syariah dngan pasar yang tidak berbaasis syariah. Alasan peneliti memilih obyek penelitian yakni Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya, dikarenakan Pasar Syariah Az-Az-Zaitun 1 merupakan

prototipe10 pasar syariah di Indonesia. Banyaknya masyarakat sekitar pasar

yang masih awam dan ragu-ragu perihal label syariah pada nama pasar, dan harga sewa kios yang relatif lebih murah dari pasar lainnya sehingga membuat produk yang di jual menjadi relatif lebih murah. Hal tersebut membuat peneliti

9 Skeptis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kurang percaya; ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya)

10 Prototipe menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh.


(18)

6

ingin mengetahui pengaruh label syariah, harga terhadap niat pembelian ulang konsumen yang berbelanja di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Serta fasilitas yang sudah dipaparkan sebelumnya yang di terdapat di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya membuat peneliti ingin menelitinya. Sehingga peneliti mengambil judul yakni “Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas terhadap

Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat

pembelian ulang secara simultan?

2. Apakah terdapat pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat

pembelian ulang secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap

niat pembelian ulang secara simultan.

2. Untuk mengetahui pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap


(19)

7

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Untuk digunakan sebagai referensi dan pembanding bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Pasar Syariah.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan pertimbangan untuk Pemerintahan, khususnya Pemerintahan kota Surabaya agar bisa mengembangkan pasar yang berbasis Syariah di kecamatan lainnya. Tak luput untuk Pemerintahan di kota lainnya bisa membangun pas ar tradisional berbasis Syariah seperti Pasar Syariah Az-Zaitun 1 ini.


(20)

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.11

Perilaku konsumen (consumen behavior) juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.12

Sedangkan menurut Engel, Blackwell dan Miniard menyatakan,

“Consumer behavior as those activities directly involved in obtaining, consuming and disposing of products and services, including the decision

processes that precede and follow these actions.”13

11Nugroho Setiadi,

Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 2-3.

12 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 66.

13 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu,


(21)

9

Lebih lanjut Hawkins, Best, dan Coney menyatakan: “Consumer behavior is the study if individuals, groups or organizations, and the processes they use to select,secure,use, and dispose of product, services, experiences or ideas to satisfy needs and the impact that that these processes have on the consumer and society. ”14

Sedangkan menurut Loudon dan Bitta menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencangkup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.15

2. Model Perilaku Konsumen

Model perilaku konsumen menurut Henry Assael dapat dilihat pada gambar sebagai berikut16:

14 Ibid.

15 Ibid., 7.

16 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen,


(22)

10

Gambar 2.1

Model Perilaku Konsumen

Dari gambar diatas menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah pembuatan keputusan konsumen yang terdiri dari atas proses merasakan dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan

Konsumen individu

Strategi pemasaran

Umpan balik bagi konsumen Pengaruh

lingkungan

Pembuatan keputusan konsumen

Tanggapan konsumen Umpan balik bagi

konsumen (Evaluasin pasca


(23)

11

pada akhirnya memutuskan merek apa yang dibeli. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen yang sebagai berikut:

a. Konsumen individual

Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi deemografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu terhadap berbagai alternatif merek yang tersedia.17 b. Lingkungan yang mempengaruhi konsumen

Pilihan – pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika seorang konsumen melakukan suatu merek produk, mungkin didasari oleh banyak pertimbangan. Mungkin seseorang membeli suatu produk karena meniru orang lain.18 c. Stimulasi pemasaran atau strategi pemasaran

Strategi pemasaran yang banyak dibahas adalah satu-satunya variabel dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan mengggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang ditawaarkan. Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya,

17 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen...,

67.


(24)

12

strategi promosinya dan bagaimana melakukan distribusi produk kepada konsumen.19

3. Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca-pembelian.20 Lihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses Pembelian

19 Ibid

20 Nugroho Setiadi, Perilaku Konsumen..., 14

Mengenali Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif Keputusan

Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(25)

13

Gambar 2.2, menyatakan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini.21

Secara perinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:22

a. Pengenalan kebutuhan / pengenalan masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya maasalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga atau seks meningkat hinga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan. Atau suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal seseorang yang melewati sebuah toko roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar dapat merangsang rasa lapar.

b. Pencarian informasi

Seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi

21 Ibid., 15


(26)

14

yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencarri informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif.

Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumber-sumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominsai oleh pemasar. Pada sisi lain, informasi lain yang paling efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli. Informasi komersial umumnya melaksanakan fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi.

c. Evaluasi alternatif

Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.

Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang di mana setiap merek berada pada ciri masing-masing. Kepercayaan merek menimbulkan citra merek.


(27)

15

d. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orng lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan akan tergantung pada dua hal:

1) Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen.

2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap negatf orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya.

Tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.


(28)

16

e. Perilaku sesudah pembelian.

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerja pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian.

f. Kepuasan sesudah pembelian

Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin mendeteksi adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai dari produk. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengambil satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi ketidak cocokannya dengan meningalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mungkin mereka berusaha meengurangi ketidak cocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk


(29)

17

tersebut sebagai bernilai tinggi (atau menghindari informasi yang mengkonfirmasikan produk tersebut sebagai bernilai rendah).

4. Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Sedangkan definisi pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli dari Anda.23

Menurut Bowen dan Shiang Lih loyalitas konsumen adalah komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang.24

Pengukuran yang terkait dengan pembelian ulang adalah loyalitas pelanggan (customer loyalty). Dimana konsep loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku (behavior). Bila seseorang merupakan pelanggan loyal, ia menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Seorang pelanggan yang loyal memiliki prasangka spesifik mengenai apa yang akan dibeli dan dari siapa. Pembeliannya bukan merupakan peristiwa acak. Selain itu, loyalitas menunjukkan kondisi

23 Jill Griffin, Customer Loyalty Menumbuhkan & Mempertahankan Pelanggan, (Jakarta: Erlangga,

2005), 31.

24Saptani Rahayu, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Minuman


(30)

18

dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali.25

Loyalitas pelanggan dapat dilihat juga pada frekuensi kunjungan dan presentase belanja mereka. Seseorang pelanggan yang rutin berbelanja di suatu gerai dengan total belanja sebulannya kurang lebih sama, itu berarti ia loyal pada gerai itu.26

Terdapat siklus pembelian yang mana setiap kali pelanggan membeli ia bergerak melaluinya. Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah yaitu menyadari produk, melakukan pembelian awal, evaluasi pasca pembelian, keputusan membeli kembali dan pembelian kembali.27

25 Jill Griffin, Customer Loyalty Menumbuhkan & Mempertahankan Pelanggan..., 5. 26Henri Ma’ruf, Pemasaran Ritel, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 69-70. 27 Ibid., 18


(31)

19

Gambar 2.3 Siklus Pembelian

a. Langkah pertama: kesadaran

Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk yang dijual oleh penjual. Pada tahap inilah penjual mulai membentuk pangsa pikiran yang dibutuhkan untuk memposisikan kedalam pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa yang dimiliki penjual lebih unggul dari pesaing. Pada tahap kesadaran, calon pelanggan tahu bahwa penjual itu ada, tetapi hanya ada sedikit keterikatan dengan penjual. b. Langkah kedua: pembelian awal

Pembeli pertama kali merupakan langkah penting dalam memelihara loyalitas. Baik itu dilakukan secara online maupun

Pembelian kembali

 Keputusan

membeli

Lingkaran Pembelian Kembali

 Kesadaran  Pembelian awal  Evaluasi Pasca pembelian


(32)

20

offline, pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan; perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan, mudahnya transaksi pembelian aktual, hubungan dengai pegawai, lingkungan fisik toko, dan bahkan waktu loading halaman situs web perusahaan atau mudahnya navigasi.

c. Langkah ketiga: evaluasi pasca pembelian

Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangkan beralih ke pesaing. Analis otomotif

J.D. Power setuju bahwa: “Pembeli yang merasa puas akan menjadi

pembeli yang berulang—mungkin.”

d. Langkah keempat: keputusan membeli kembali

Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Tanpa pembelian berulang, tidak ada loyalitas. Motivasi untuk membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif yang ditunjukkan terhadap produk atau jasa tertentu, dibanding sikap positif terhadap produk atau jasa yang potensial. Keputusan membeli kembali seringkali merupakan langkah selanjutnya yang terjadi secara alamiah bila pelanggan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan produk tertentu. Cara ampuh untuk memotivasi


(33)

21

pelanggan supaya membeli kembali adalah dengan menanamkan gagasan ke dalam pikiran pelanggan bahwa beralih ke pesaing akan membuang waktu, uang, atau menghambat kinerja pelanggan. e. Langkah kelima: pembelian kembali

Langkah akhir dalam siklus pembelian adalah pembeelian kembali yang aktual. Untuk dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama, mengulangi langkah ketiga sampai kelimaa (lingkaran pembelian kembali) berkali-kali. Hambatan terhadap peralihan dapat mendukung pelanggan untuk membeli kembali. Pelanggan yang benar-benar loyal menolak pesaing dan membeli kembali dari perusahaan yang sama kapan saja item itu dibutuhkan. Itu adalah jenis pelanggan yang harus didekati, dilayani, dan dipertahankan.

5. Niat Beli Ulang (Repurchase Intention)

Pembelian ulang menurut Yuda Melisa adalah suatu proses membeli barang atau jasa untuk kesekian kalinya, setelah melakukan proses membeli sebelumnya.28

Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian

28 Yuda Melisa, Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap Keputusan Pembelian Ulang Konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh, Jurnal Manajemen |Vol. 01, No. 01, September 2012, hal 2.


(34)

22

ulang. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang.29

Menurut Ferdinand minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut30:

1. Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.

2. Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya. 3. Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilanggananinya.

29Basrah Saidani dan Samsul Arifin, “Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan Terhadap

Kepuasan Konsumen Dan Minat Beli Pada Ranch Market”, Jurnal Riset Manajemen Sains

Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1,(2012), 6.


(35)

23

6. Label

Pengertian label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Label is the part of a product that carries information about the product or the seller (label adalah bagian sebuah produk yang memberikan informasi tentang produk atau penjualnya).31

Label atau merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.32

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek dirumuskan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.33

Merek mengindentifikasikan sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen bisa individual atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu.

31 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen...,

63.

32 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Bob Sabran, Jilid 1, (Jakarta:

Erlangga, 2009), 258.

33 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi Bisnis, (Jakarta: Mitra


(36)

24

Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut.34

Merek (Brand) memiliki elemen-elemen sebagai berikut:35 1) Brand Name (nama merek), yaitu bagian yang dapat diucapkan. 2) Brand Mark (tanda merek) merupakan sebagian dari merek yang

dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus.

3) Trade Mark (tanda merek dagang) merupakan merek atau sebagian tanda merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini untuk melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek). 4) Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang

dilindungi undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya.

Label dapat diukur dengan beberapa indikator, Diantaranya yaitu:36

a.) Dapat diingat yaitu seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali, berlaku dalam pembelian maupun konsumsi.

34 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran..., 259.

35 Rama Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan, (Jakarta: Rajawali Per,2015), 88. 36 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran..., 269.


(37)

25

b.) Berarti yaitu apakah elemen merek itu kredibel dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya? Apakah elemen merek itu meenyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek. c.) Dapat disukai yaitu seberapa menarik estetika elemen merek,

apakah elemen merek itu dapat disukai secara visual, secara verbal, atau cara lainnya.

1) Definisi Syariah

Kata Syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti

‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’. Atau, berasal dari kata syir’ah

dan syari’ah yang berarti ‘suatu tempat yang dijadikan sarana untuk

mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak

memerlukan bantuan alat lain’.37

Syariah adalah kumpulan peraturan Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah, yang berisi perintah, larangan prinsip dan panduan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup umat manusia, untuk keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.38

Syariah menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Jaasser Audah menyebutkan, syariah adalah suatu kebijakan (hikmah) dan tercapainya

37 Hermawan Kartajaya & Muhammad Syakir, Syariah Marketing…, 25. 38 Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 2.


(38)

26

perlindungan bagi setiap orang pada kehidupan dunia dan akhirat. Syariah merupakan keseluruhan dari keadilan, kedamaian, kebijakan, dan kebaikan.39

Jadi label syariah adalah yang tugasnya adalah menunjukkan potongan-potongan informasi sesuai dengan syariat Islam yang merujuk pada Al-Qur’an dan hadits.

Bisnis syariah dapat diukur dengan beberapa indikator, diantaranya yaitu40:

a) Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang diharamkan.

b) Bersikap benar, amanah, dan jujur. c) Tidak melakukan sumpah palsu. d) Ramah tamah.

e) Tidak boleh menjelek-jelekkan bisnis orang lain. f) Takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.

7. Harga

a. Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Amstrong harga adalah sejumlah nilai yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau

39 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 44


(39)

27

menggunakan produk tersebut.41 Sementara itu, menurut Dharmesta harga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Menurut Munir, Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk.42 Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya.

Pengertian harga dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan seseorang untuk menilai suatu barang dengan nilai atau satuan alat ukur rupiah sehingga dapat memiliki barang atau jasa yang ditawarkan.

Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian, hal ini masih menjadi kenyataan dikalangan kelompok-kelompok sosial yang miskin pada bahan-bahan pokok sehari-hari. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, faktor-faktor lain selain harga telah beralih menjadirelatif lebih penting dalam proses pembelian.

41 Phillip Kotler & Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia, 2001), 439.


(40)

28

b. Penetapan Harga

Ditinjau dari segi pemasaran, penetapan harga sangat penting, karena setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan mengakibatkan tingkat permintaan terhadap produk berbeda. Dalam sebagian besar kasusnya, biasanya permintan dan harga berbanding terbalik, yakni semakin tinggi harga semakin rendah permintaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah harga, semakin tinggi tingkat permintaan terhadap produk oleh Karena itu, penetapan harga yang tepat perlu mendapat perhatian yang besar dari perusahaan.

Pada hakikatnya harga ditentukan oleh biaya produk. Jika harga yang ditetapkan oleh perusahaan tepat dan sesuai dengan daya beli konsumen, maka pemilihan suatu produk tertentu akan dijatuhkan pada produk tersebut.43

Bila konsumen bersedia menerima harga tersebut, maka produk tersebut akan diterima oleh masyarakat, perusahaan menetapkan harga karena berbagai pertimbangan, namun baiknya jika dalam penetapan harga tersebut disesuaikan juga dengan nilai, manfaat, kualitas produk dan juga harga yang kompetitif yang mampu bersaing. Selain itu juga harga yang rendah atau harga


(41)

29

yang terjangkau menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran.

Menetapkan harga itu sulit. Karena keputusan harga memiliki peran yang penting dalam implementasi strategi pemasaran. Idealnya perusahaan bisa menarik pelanggan lewat harga dan service. Jika perusahaan tidak bermaksud menarik pelanggan berdasarkan harga, service perusahaan harus sangat bagus. Keputusan untuk menaikkan harga juga tidak mudah, tapi pastikan pihak perusahaan mengkomunikasikan hal ini pada pelanggan. Pelanggan dapat menerina kenaikan harga yang logis, juga lebih mudah bagi mereka jika kenaikan harganya sedikit demi sedikit daripada menerima kenaikan yang besar secara tiba-tiba.44

Pada masa Rasulullah, beliau menolak untuk membuat kebijakan dalam penetapan harga, pada saat harga sedang naik karena dorongan permintaan dan penawaran secara alami. Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi pembeli dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah maka akan menzalimi penjual.45

44 Ivonne Wood, Layanan Pelanggan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 77.

45 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syariah..., 201-202


(42)

30

Menurut Ibn Taimiyyah, harga haruslah ditentukan oleh kekuatan pasar bebas selama harga tersebut tidak melonjak secara artifisial. Apabila kenaikan harga yang artifisia itu terjadi, maka pemerintah harus menetapkan harga yang pasti. Oleh karena itu, Ibn Taimiyyah lebih menyukai ekonomi bebas yang diatur oleh kepentingan publik dan ditentukan oleh norma-norma Islam.46

Menurut Ibn Taimiyyah, harga dapat naik diakibatkan oleh kurangnya pasokan dari ko\moditi dan juga disebabkan oleh pendapatan rakyat yang lebih tinggi. Ibn Taimiyyah mengajukan konsep harga yang setara untuk menegaskan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan pasar dalam struktur pasar kompetitif tanpa paksaan, penipuan, dan tindakan monopolistik, praktik penimbunan barang dan korupsi, serta mendorong untuk menetapkan harga yang memuaskan dan dapat diterima oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Harga lain yang ada, karena ketidaksempurnaan/ketidakstabilan harga pasar akan memberikan pengaruh pada kesejahteraan manusia dan oleh karena itu menutut adanya intervensi pemerintah dan bila perlu control harga dari pemerintah.47

Tujuan penetapan harga adalah untuk mencapai laba. Dimana tujuan untuk mencapai laba adalah tujuan yang berlaku secara universal. Penetapan harga juga mempunyai tujuan-tujuan lain seperti

46 Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam Kontemporer, (Depok: Gramata Publishing, 2011), 41.


(43)

31

pembentukan citra seperti sebagai market leader yang mampu menentukan price leader, percepatan penjualan, promosi, perlindungan terhadap ancaman pesaing yang kerap memainkan harga, meningkatkan daya saing melalui harga “miring”, dan lain-lain.48

Faktor pertimbangan dalam penetapan harga adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut49:

a. Elastisitas harga permintaan

Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak perubahan harga terhadap permintaan, karena itu perubahan unit penjualan sebagai akibat perubahan harga perlu diketahui. Namun, perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan penjualan perusahaan, yakni perubahan unit penjualan dan perubahan penerimaan per unit. Jadi, manajer jangan hanya berfokus pada sensitivitas harga di pasar, namun juga mempertimbangkan dampak perubahan harga terhadap pendapatan total.

b. Faktor persaingan

Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan.

48Hendri Ma’aruf, Pemasaran Ritel..., 163.

49 Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa teori dan Praktik, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,


(44)

32

c. Faktor biaya

Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan faktor pokok yang menentukan batas bawah harga. d. Faktor lini produk

Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka memperluas served market dengan cara perluasan lini dalam bentuk perluasan vertikal (vertical extension) dan perluasan horizontal.

e. Faktor pertimbangan lain

Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam rangka merancang program penetapan harga antara lain :

1.) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan, perlindungan konsumen.

2.) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam konteks global

Indikator harga menurut Hermann, yaitu50 a. Keterjangkauan harga

Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari suatu produk yang tertulis di suatu produk, yang harus dibayarkan oleh pelanggan. Maksudnya adalah pelanggan

50Hermann, et, al., “The social influence of brand community: evidence from


(45)

33

cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah akan menerima nilai yang baik seperti yang diharapkan. Harapan dalam melihat harga yaitu :

1. Harga yang ditawarkan mampu dijangkau oleh pelanggan secara financial.

2. Penentuan harga harus sesuai dengan kualitas produk sehingga pelanggan dapat mempertimbangkan dalam melakukan pembelian.

b. Diskon/potongan harga

Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual. Jenis diskon bermacam-macam, seperti :

a.) Diskon Kuantitas (quantity discount), merupakan

potongan harga yang diberikan guna mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan. Dalam praktik, diskon kuantitas sering tidak terbentuk potongan tunai, melainkan tambahan unit yang diterima untuk jumlah pembayaran yang sama (bonus atau free goods) yang diberikan kepada konsumen yang membeli dalam jumlah yang besar.


(46)

34

b.) Diskon musiman (seasonal discount), adalah

potongan harga yang diberikan pada masa-masa tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorong agar membeli barang-barang yang sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu mendatang.

c.) Diskon tunai (cash discount), adalah potongan

harga yang diberikan kepada pembeli atas pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan mereka melakukan pembayaran tepat pada waktunya.

d.) Diskon perdagangan (trade discount), diberikan

oleh produsen kepada para penyalur (wholesaler dan retailer) yang terlibat dalam pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, seperti penjualan, penyimpanan, dan record keeping.

c. Cara pembayaran

Cara pembayaran sebagai prosedur dan mekanisme pembayaran suatu produk / jasa sesuai ketentuan yang ada. Kemudahan dalam melakukan pembayaran dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi nasabah dalam melakukan keputusan pembelian. Karena jika fasilitas pembayaran tersebut masih kurang memadai atau tidak


(47)

35

memudahkan nasabah, maka hal itu dapat mengakibatkan masalah baru kepada nasabah.

Harga dapat diukur dengan beberapa indikator, diantaranya yaitu51:

a.) keterjangkauan harga b.) diskon/potongan harga c.) cara pembayaran. 8. Pasar Syariah

a. Pengertian Pasar

Pengertian pasar dalam pengertian umum yang berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli, sedangkan pengertian pasar dalam ekonomi berarti konteks pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Perilaku penjual dan pembeli di pasar dipengaruhi oleh struktur pasar yang dihadapi penjual dan pembeli.52

Pasar juga didefinisikan sebagai pertemuan antara pembeli dan penjual. Di sini pembeli datang ke pasar dengan fungsi permintaan barang tertentu bertemu dengan penjual dengan fungsi penawaran yang sama. Sedangkan mekanisme pasar adalah cara bekerjanya pertemuan antara pembeli dan penjual barang tertentu.

51 Ibid.,


(48)

36

Hasil dari pertemuan tersebut adalah kemungkinan terjadinya kesepakatan tentang tingkat harga dan jumlah barang dalam transaksi.53

b. Pasar pada Masa Rasulullah

Muhammad dilahirkan di suatu masyarakat yang maju dalam haal perdagangan dan beliau tumbuh besar menjadi sosok pedagang, yang juga sangat mengerti bagaimana mekanisme pasar. Pada umur 12 tahun, Muhammad sudah belajar untuk berdagang. Paman Beliau yang juga walinya saat itu mengajaknya melakukan perjalanan ke Syam.54

Tepat pada saat Muhammad tumbuh menjadi remaja, dengan hanya bermodalkan kejujurannya, ia pun mampu bekerja sama dengan pemilik modal pada saat itu, yaitu Khadijah. Beberapa perjalanan bisnis yang dilakukan oleh Muhammad adalah ekspedisi dagang ke Yaman dan Habasyah, empat kali ke Syiria, Jorash, dan Bahrain (Timur semenanjung Arab). Pada saat Muhammad menikahi Khadijah, di rentang umurnya yang ke-25 hingga 37 tahun, Beliau sudah menjelma menjadi seorang pengusaha yang andal.55

Setelah menikah dengan Khadijah, Muhammad Saw. Tetap menjalankan usaha perdagangannya. Beliau menjadi manager

53 Jusmaliani et.al., Kebijakan Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005),

197-198.

54 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah, 200.


(49)

37

sekaligus mitra dalam usaha isterinya. Muhammad Saw juga terlibat dalam urusan dagang yang besar di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz selama musim haji. Pada musim yang lain, beliau sibuk mengurus perdagangan grosir di pasar-pasar kota Mekah. Beliau melakukan hampir semua urusan dagang melalui agen-aagennya ddan hanya sedikit sekali bertindak ssebagai agen untuk para pedagang lain. Kadanf-kadang beliau mengambil pinjaman berdasarkan gadai, membeli barang dengan tunai, dan dengan pinjaman.56

Setelah Muhammad menerima kenabian, maka Beliau melewati masa-masa sulit, seperti pemboikotan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Sejak saat itu konsentrasinya yaitu berdakwah dan menyebarkan wahyu yang diturunkan kepada Beliau, untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia. Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah Saw ke Madinah, maka Beliau menjadi pengawas pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu buktinya yaitu Rasulullah Saw menolak untuk membuat kebijakan dalam penetapan harga, pada saat harga sedang naik karena dorongan permintaan dan penawaran yang alami. Nabi juga tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan terlalu mahal,


(50)

38

maka akan menzalimi pembeli; dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah, maka akan menzalimi penjual.57

Rasulullah Saw juga merubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al-quran. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al-quran adalah sebagai berikut:58

a) Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta.

b) Manusia hanyalah khalifah Allah Swt di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya.

c) Semua yang dimiliki daan didapatkan manusia adalah seizin Allah. Manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.

d) Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.

e) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan. sebagaimana ayat berikut59:

ِذَلا

َنِم ُناَطْيَشلا ُهُطَبَخَتَ ي يِذَلا ُموُقَ ي اَمَك ََِإ َنوُموُقَ ي ََ اَبِ رلا َنوُلُكْأَي َني

َبِ رلا َمَرَحَو َعْيَ بْلا ُهَللا َلَحَأَو اَبِ رلا ُلْثِم ُعْيَ بْلا اَمَنِإ اوُلاَق ْمُهَ نَأِب َكِلَٰذ ۚ ِ سَمْلا

ۚ ا

57 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah..., 201-202.

58 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam..., 77. 59 Al-Qur’an Surah Al Baqarah Ayat 27.


(51)

39

ْنِم ٌةَظِعْوَم َُءاَج ْنَمَف

َع ْنَمَو ِهَللا ىَلِإ ُُرْمَأَو َفَلَس اَم ُهَلَ ف ٰىَهَ تْ ناَف ِهِ بَر

َدا

َنوُدِلاَخ اَهيِف ْمُ ِراَلا ُباَحْصَأ َكِئَٰلوُأَف

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah: 275)

f) Menerapkan sistem warisaan sebagai media re-distribusi kekayaan.

g) Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.

5) Fasilitas Layanan

Menurut Tjiptono fasilitas adalah sumber daya fisik yang harus ada sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada konsumen. Fasilitas


(52)

40

dapat pula berupa segala sesuatu yang memudahkan konsumen dalam memperoleh kepuasan.60

Menurut Sulastyono, fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk member kemudahan kepada konsumen untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.61

Pada penelitian ini, Fasilitas merupakan sarana yang disediakan perusahaan berupa perlengkapan fisik guna menunjang kebutuhan konsumen agar konsumen merasa lebih nyaman dan kebutuhan konsumen terpenuhi.

Dalam penelitian ini perusahaan adalah pasar tradisional Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Pasar tradisional merupakan salah satu bentuk ruang publik, dimana ruang publik merupakan ruang yang dapat mudah diakses oleh masyarakat tanpa harus mendapatkan konsekuensi tertentu, terutama biaya. Beberapa komponen pembentuk ruang dalam ruang publik yang terbagi sebagai berikut62:

Penyediaan dan penataan fasilitas pelayanan publik harus memperhatikan fungsi dan skala pelayanannya. Begitu pula dalam penyediaan fasilitas pasar, suatu pasar yang diperuntukkan sebagai pasar

60 Fandy Tjiptono, Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS), (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2001), 184

61 Isti Faradisa et al, “Analisis Pengaruh Variasi Produk, Fasilitas, Dan Kualitas Pelayanan

Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Pada Indonesian Coffeeshop Semarang (Icos Café)”, Jurnal Management, Vol 2. No 2, (Maret 2016), 6.

62 http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/610/jbptitbpp-gdl-adecahyatr-30497-3-2008ta-2.pdf, hal 21,


(53)

41

induk atau pasar grosir akan berbeda pola penyediaan fasilitas dan penataannya dengan pasar hewan. Pasar yang ditujukan untuk pasar lingkungan dengan pasar kelurahan dan pasar kecamatan juga akan berbeda. Fungsi pasar dalam ruang kota harus disesuaikan dengan arahan kebijakan penataan ruang, karakteristik masyarakat serta kesesuaian dengan lingkungan masyarakat sekitarnya Skala pelayanan suatu pasar tergantung pada ukuran luas dan jumlah penduduk yang dapat dilayani berdasarkan standar kebutuhan fasilitas pasar atau pusat perdagangan. Pentingnya pertimbangan terhadap skala pelayanan dari sebuah fasilitas pelayanan publik akan berpengaruh pada luasan dan penyediaan sarana prasarana di dalamnya.

Penilaian usulan pembangunan pasar rakyat yang meliputi aspek sarana dan prasarana pasar menurut Kementerian perdagangan yaitu63:

a. Tata letak zona pedagang sesuai dengan komoditi yang dijual (kering dan basah)

1) Tata letak berdasarkan jenis komoditas.

Pedagang didalam Kios, Los, ataupun Lapak temporer sebaiknya dikelompokkan menurut JENIS atau SIFATNYA, sehingga menjamin ketertiban, keamanan, keindahan dan kesehatan bagi para pedagang dan pengunjung pasar.

63Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Penilaian Usulan Pembangunan Pasar Rakyat”, http://penilaianpasarrakyat.com/eva/aspek_sarana.php diakses pada 08 Juni 2016.


(54)

42

a.) Memisahkan antara komoditas sayur mayur dengan

komoditas daging, ayam karkas, ikan basah serta sembako olahan lainnya.

b.) Menempatkan tempat pemotongan ayam diluar bangunan

utama yang bertujuan untuk mencegah menularnya penyakit seperti flu burung.

b. Terdapat jendela/bukaan dinding yang cukup luas untuk pencahayaan alami dan pengudaraan alami.

c. Kelengkapan sarana dan prasarana pasar

1. Jumlah kios sesuai prediksi jumlah pedagang

2. Jumlah los sesuai prediksi jumlah pedagang

3. Tersedianya Kantor pengelola

4. Tersedianya Pos Keamanan

5. Tersedianya Gudang

6. Tersedianya KM/WC tersedia pada setiap lantai (bila bangunan

terdiri dari 2 lantai)

a.) Zona WC adalah zona yang berisi fasilitas umum untuk

buang air kecil dan buang air besar baik untuk pembeli ataupun pedagang.

b.) Zona ini sebaiknya jauh dari sumber air bersih.

7. Tersedianya Musholla

8. Tersedianya Area Parkir Roda 4


(55)

43

10. Tersedianya tempat parkir kendaraan roda 2

11. Tersedianya Utilitas diluar bangunan

12. Tersedianya Hydrant pemadam kebakaran

Adapun dari beberapa pemaparan diatas, Fasilitas dapat diukur dengan beberapa indikator. Diantaranya yaitu:

a. Tata letak kios berdasarkan jenis komoditinya

b. Terdapat jendela atau bukaan dinding yang luas untuk

pengudaraan dan pencahayaan alami

c. Tersedianya Kantor pengelola d. Tersedianya Pos Keamanan

e. Tersedianya KM/WC tersedia pada setiap lantai (bila bangunan

terdiri dari 2 lantai)

f. Tersedianya parkir

g. Tersedianya tempat sampah yang mencukupi

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di sejumlah tempat. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, maupun jurnal yang dijadikan acuan antara lain yang akan tampak pada tabel.


(56)

44

TABEL 2.3

Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Peneliti Persamaan Perbedaan

2006 Pengaruh Persepsi

Perceived Quality, Harga, Citra Ritel, Kejelasan Informasi, dan

Merchandise terhadap Niat Beli Ulang dan Rekomendasi melalui Kepuasan Pelanggan Hartono Elektronik Surabaya M. Farid Afandi Penelitian ini meneliti tentang pengaruh persepsi harga terhadap niat beli ulang Objek pada penelitian ini adalah toko elektronik Hartono Surabaya, sedangkan subjek penelitian Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya adalah Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. 2012 Pengaruh Sertifikat

Halal terhadap Niat Beli Ulang dan Niat

Merekomendasi Pembelian Daging Sapi oleh Konsumen Muslim dan Non-Muslim di Giant Supermarket Wiyung Surabaya Titin Sofyan Susanti Penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Niat Beli Ulang Pada penelitian penulis meneliti tentang label syariah terhadap niat beli ulang.

2013 Pengaruh Qana’ah

terhadap Niat Pembelian Ulang dan Toleransi Harga melalui

Kepercayaan Konsumen Prima Bros di Surabaya

Putri Prima Octaavanty Penelitian ini meneliti tentang pengaruh qana’ah terhadap niat pembelian ulang dan toleransi harga melalui kepercayaan. Pada penelitian penulis, meneliti tentang pengaruh harga terhadap pembelian ulang. 2003 Pengaruh Persepsi

Kualitas Produk terhadap Niat Pembelian Ulang pada Private Label

“Carrefour” melalui Vina Herawati Penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Persepsi Kualitas Produk terhadap Niat Pembelian Ulang pada Pada penelitian penulis, meneliti tentang pengaruh label syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat


(57)

45

Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Mediasi

Private Label

“Carrefour”

pembelian ulang. 2009 Pengaruh Reputasi

Perusahaan, Atribut Produk dan Harga terhadap Niat Beli Ulang Produk Ramah Lingkungan Bobby Cahyo Hananto Penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Reputasi Perusahaan, Atribut Produk dan Harga terhadap Niat Beli Ulang. Penellitian penulis, meneliti tentang Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas terhadap Niat Pembelian Ulang.

C. Kerangka Konseptual

Model konseptual didasarkan pada kajian pustaka dapat di gambarkan sebagai berikut:

TABEL 2.4. Kerangka Konseptual

Keterangan :

Pengaruh secara parsial (sendiri) Pengaruh secara simultan (bersama)

Label Syariah (X1)

Harga (X2)

Fasilitas (X3)

Niat Pembelian Ulang (Y)


(58)

46

Label syariah ( ), harga ( ), dan fasilitas ( ) adalah variabel bebas ( independen ) yang dapat mempengaruhi variabel terikat ( dependen ). Frekuensi pembelian di Pasar Az-Zaitun 1 Surabaya ( Y ) adalah variabel dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.

D. Hipotesis

Berdasarkan konsep dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.64 Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a) Hipotesis Parsial

a. H0= tidak adanya pengaruh label syariah terhadap niat pembelian ulang Ha = Adanya pengaruh label syariah terhadap niat pembelian ulang b. H0 = tidak adanya pengaruh harga terhadap niat pembelian ulang

Ha = Adanya pengaruh harga terhadap niat pembelian ulang

c. H0 = tidak adanya pengaruh fasilitas terhadap niat pembelian ulang Ha= adanya pengaruh fasilitas terhadap niat pembelian ulang b.) Hipotesis Simultan

64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,


(59)

47

H0= tidak ada pengaruh label syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang

Ha= adanya pengaruh label syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang


(60)

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk pada penelitian kuantitatif yakni, penelitian pemecahan masalahnya didominasi oleh peran statistik.65

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.66

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan yaitu pada tanggal 14 Maret s/d 26 Juni 2016. Tempat penelitian ini dilakukan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya yang beralamat di Jalan Kutisari Selatan XIII Surabaya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam metode penelitian kata populasi, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran

65

Masyhuri & Zainuddin, Meetodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 47.


(61)

49

penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.67

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah masyarakat Kutisari dan sekitarnya yang sedang berbelanja di Pasar Az-Zaitun 1 Surabaya.

Sampel atau disebut sebagai “sampling” adalah proses pemilihan beberapa obyek atau unsur dalam populasi utuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti sifat-sifatnya.68

Sampel penelitian ini menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) adalah pengambilan sampel secara acak di dalam populasi yang sudah dikelompokkan (distratakan).69

Pada penelitian ini jumlah masyarakat yang berbelanja di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 tidak diketahui dengan pasti, sehingga untuk menghitung jumlah sampel minimum yang dibutuhkan menggunakan formula Lemeshow untuk populasi yang tidak diketahui dengan rumus sebagai berikut70:

67 Masyhuri & Zainuddin, Meetodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif..., 151. 68 Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: BPFE, 1999), 33.

69 Ibid., 41.

70 Anwar Hidayat, Menghitung Besar Sampel Penelitian,

http://www.statistikian.com/2012/08/menghitung-besar-sampel-penelitian.html, diakses pada 01 Mei 2016.


(62)

50

� =�2 � � − �2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Z = skor Z pada kepercayaan 95 % = 1,96 \P = maksimal estimasi = 0,5

d = alpha (0,10) atau sampling error = 10 %

Berdasarkan formula Lemeshow tersebut, maka diperoleh besarnya sampel sebagai berikut :

� = , 2 × , − ,%2 = , 4 × ,, = ,, =

Dari perhitungan menggunakan formula Lemeshow diperoleh jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 96

responden, namun saya membulatkan menjadi 100 responden.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep merupakan penggambaran/abstraksi dari suatu fenomena teertentu, sehingga pada akhirnya variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Oleh karena itu terdapat jenjang yang menurun dari Teori ---- Konsep ---- Konstruk ----


(63)

51

Variabel. Varibel merupakan konstruk/ciri/sifat yang dikaji/diteliti, suatu sifat yang dapat memiliki bermaacaam-macam nilai (sesuatu yang bervariasi).71

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas atau independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor risiko, prediktor, kuasa / penyebab.72 Adapun variabel independen (X) dalam penelitian ini

adalah label syariah (X1), harga (X2), fasilitas (X3).

2. Variabel terikat atau dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat atau variabel tergantung adalah variabel yang memberi respons kepada variabel bebas yang perubahan nilainya kita ukur sebagai akibat pengaruh dari variabel bebas.73 Adapun dalam penelitian ini variabel dependen (Y) adalah

niat pembelian ulang.

E. Definisi Operasional

Pengertian atau definisi masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini agar dapat dioperasionalkan adalah sebagai berikut:

71 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang

Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), 144.

72 Ibid.,145

73 Jonathan Sarwono, IBM SPSS “Advanced Statistic”: Prosedur-Prosedur Generalisasi Perluasan


(64)

52

1. Label Syariah

Pengertian label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Label is the part of a product that carries information about the product or the seller (label adalah bagian sebuah produk yang memberikan informasi tentang produk atau penjualnya).74

Pengertian syariah adalah jalan ke sumber air atau jalan terang yang harus dilalui atau yang harus diikuti oleh orang-orang beriman.

Jadi label syariah adalah yang tugasnya adalah menunjukkan potongan-potongan informasi sesuai dengan syariat Islam yang merujuk pada Al-Qur’an dan hadits.

2. Harga

Pengertian harga menurut Kotler dan Amstrong harga adalah sejumlah nilai yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.75

3. Fasilitas

Menurut Tjiptono fasilitas adalah sumber daya fisik yang harus ada sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada konsumen.76

74 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen...,

63.

75 Phillip Kotler & Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia, 2001), 439.

76 Fandy Tjiptono, Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS), (Yogyakarta: Penerbit Andi,


(65)

53

4. Niat Pembelian Ulang

Menurut Tsiotsou, pembelian ulang adalah suatu perilaku di mana konsumen membeli kembali produknya yang sebelumnya dibeli. Suatu ritel dikatakan berhasil apabila mampu mempertahankan konsumennya untuk menjadi loyal terhadap ritel tersebut. 77

5. Pasar Syariah

Pasar Syariah adalah pasar tradisional yang didalamnya tidak terdapat transaksi yang menyimpang dari syariat Islam.

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.78

Langkah selanjutnya adalah secara statistic, angka korelasi yang diperoleh dengan melihat tanda bintang pada hasil skor total, atau membandingkan dengan angka bebas korelasi nilai r yang menunjukkan valid

.

Pada penelitian ini uji validitas akan dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Untuk menentukan

77 Vina Herawati, Pengaruh Persepsi Kualitas Produk terhadap Niat Pembelian Ulang pada Private

Label “Carrefour” melalui Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Mediasi, Jurnal pada http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/viewFile/207/202 , diakses pada 22 November 2015, hal 2.


(66)

54

nomor-nomor item yang valid dan yang gugur, perlu dikonsultasikan dengan table r produk moment. Kriteria penilaian uji validitas adalah79:

a. Apabila r hitung > r table, maka item kuesioner tersebut valid.

b. Apabila r hitung < r table, maka dapat dikatakan item kuesioner tidak valid.

Realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten.80

Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliable akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer program SPSS. Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah81:

a. Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliable.

b. Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.

79 Rosvita Dua Lembang, Analisis Pengaruh Kualitas Produk,Harga,Promosi dan Cuaca terhadap

Keputusan Pembelian Teh Siap Minum dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro..., 46.

80 Danang Sunyoto, Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010),

83-84.

81 Rosvita Dua Lembang, Analisis Pengaruh Kualitas Produk,Harga,Promosi dan Cuaca terhadap

Keputusan Pembelian Teh Siap Minum dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro, (Skripsi: Universitas Diponegoro, 2010), 46, skripsi pada http://eprints.undip.ac.id/20263/2/ROSVITA_DUA_LEMBANG.PDF, diakses pada 25 November 2015


(67)

55

Rumus reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = + � − ��. �

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas k = jumlah item per variabel x r = mean korelasi antar item G. Data dan Sumber Data

Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitiaan tidak akan terwujud dan penelitian tidak akan berjalan.82 Dilihat dari segi bentuk

data dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif83. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif. Karena memandang bahwa realitas atau fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.84 Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu:85

82 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang

Kesehatan..., 178.

83 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005), 118. 84 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2008),08.

85 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang


(68)

56

1. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari responden atau tempat penelitian yang dijadikan sampel.86

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan perhitungan prosentase hasil dari kuesioner/angket yang saya sebarkan kepada para pembeli yang sedang berbelanja di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya

2. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).87 Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data sekunder. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.88

F. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, meliputi:

1. Angket/Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden sehubung dengan penelitian.89 Dalam pengertian lain

86 Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung:

PT Refika Aditama, 2008), 13.

87Sugiyono, Metode PenlitianKuantitatif dan Kualitatif dan R&D, 08. 88 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143.

89 Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Yogyakarta: Graha


(1)

105

2. Bagi peneliti yang akan meneliti pada permasalahan yang sejenis diharapkan agar memasukkan variabel lain di luar variabel yang sudah ada dalam penelitian ini.


(2)

106

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. 1991. Al-Qur’an Surah Al Baqarah Ayat 27

Andreani, et al., “The Impact of BrandImage Towards Loyalty with Satisfaction as A Mediator in McDonald’s”. Jurnal manajemen dan kewirausahaan. Vol.14, No.1, Maret 2012.

Anggraeni, Saryono Mekar Dwi. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2013.

Apriani, Munica. “Analisis Pengaruh Fasilitas, Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan terhadap Minat Mereferensikan”. Skripsi—Universitas Diponegoro. Semarang. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PTRineka Cipta. 2002.

Fauzia, Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam PerspektifMaqashid al-Syari’ah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grou.2014. Griffin, Jill. Customer Loyalty Menumbuhkan & Mempertahankan Pelanggan.

Jakarta: Erlangga. 2005.

Hasan, Hasbi. Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam Kontemporer. Depok: Gramata Publishing. 2011.

Herawati, Vina. Pengaruh Persepsi Kualitas Produk terhadap Niat Pembelian Ulang pada Private Label “Carrefour” melalui Kepuasan Konsumen sebagai

Variabel Mediasi. Jurnal pada

http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/viewFile/207/202 diakses pada 22 November 2015. hal 2.


(3)

107

Herman, et, al., “The social influence of brand community: evidence from European car clubs”. Journal of Marketing. Vol. 69. 2007. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/610/jbptitbpp-gdl-adecahyatr-30497-3-2008ta-2.pdf. hal 21. diakses pada 23 November 2015.

Hidayat, Anwar. Menghitung Besar Sampel

Penelitian, http://www.statistikian.com/2012/08/menghitung-besar-sampel-penelitian.html. diakses pada 01 Mei 2016.

Jusmaliani et.al., Kebijakan Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana.2005.

Kertamukti, Rama. Strategi Kreatif dalam Periklanan. Jakarta: Rajawali Pers.2015.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Bob Sabran. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2009.

Kotler, Phillip & Gary Armstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2001.

Kurniawan, Dedy. “Membangun Ekonomi Umat dengan Pasar Syariah”. dalam jatim.kemenag.go.id/file/file/MPA/gheb1436238384.pdf. diakses pada 06Juni 2016.

Laili, Nurul dan Andi Wijayanto. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Loyalitas Konsumen Tupperware (Studi Pada Konsumen Tupperware di Universitas Diponegoro)”. Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 2. Nomor 1. Maret 2013.

Lembang, Rosvita Dua. Analisis Pengaruh Kualitas Produk,Harga,Promosi dan Cuaca terhadap Keputusan Pembelian Teh Siap Minum dalam KemasanMerek Teh Botol Sosro. Skripsi: Universitas Diponegoro. 2010 skripsi Pada http://eprints.undip.ac.id/20263/2/ROSVITA_DUA_LEMBANG.PDF,diakse s pada 25 November 2015.


(4)

108

Lupiyoadi. Manajemen Pemasaran Jasa teori dan Praktik. Jakarta: PenerbitSalemba Empat. 2006.

Ma’ruf, Henri. Pemasaran Ritel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005. Mardani. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group. 2014.

Masyhuri & Zainuddin. Meetodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama. 2008.

Melisa, Yuda. Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap Keputusan Pembelian Ulang Konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Jurnal Manajemen Vol. 01. No. 01. September 2012.

Munir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bandung: Bumi Aksara.2005. Nugroho, Bhuona Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian

dengan SPSS. Edisi Pertama. Yogyakarta : ANDI.2005.

Prof H. Suroso. Wawancara. Gedung Aula ABC Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. 20 Mei 2016.

Rahayu, Saptani. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Minuman Jamu Gendong Di Surakarta”. Jurnal.Vol 2. No.2. Desember 2015.

Rohmah, Nur. “Hadist tentang Kebersihan”.

http://www.edukasi.in/2015/08/hadits-tentang-kebersihan.html. diakses pada 13 Juli 2016.

Rustamat, Clyo Paza Kartika dan Anik Lestari Andjarwati. “Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek Dan Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Pada Samsung Galaxy Tab”. Jurnal Manajemen. Vol. 1,No. 5,September 2013.

S.A.Muhidin & M. Abdurahman. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pusaka Setia. 2007.


(5)

109

S.Jai. “Masuk Pasar seperti Masuk Taman”. Dalam

http://tanahapikata.blogspot.co.id/2013/01/feature.html, diakses pada 10 Juni 2016.

Saidani, Basrah dan Samsul Arifin, “Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Dan Minat Beli Pada RanchMarket”. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). Vol. 3,No.1, 2012.

Sarwono, Jonathan. IBM SPSS “Advanced Statistic”: Prosedur Prosedur Generalisasi Perluasan General Linear Model (GLM). Yogyakarta: ANDI. 2012.

Setiadi, Nugroho. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2013.

Silondae ,Arus Akbar dan Andi Fariana. Aspek Hukum dalam Ekonomi Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013.

Simamora, Bilson. Membongkar kotak hitam konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Siswanto, Victorianus Aries. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2008.

Sunyoto, Danang. Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.

Sunyoto, Danang. Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta:Graha Ilmu,2010.

Suparmoko. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE. 1999.

Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.


(6)

110

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005.

Tjiptono, Fandi. Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta: Penerbit Andi. 2001.

Wibowo, Agung Edi. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Jakarta: Gava Media. 2012.

Wood, Ivonne. Layanan Pelanggan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

http://pelajarangame.blogspot.co.id/2013/05/fasilitas-umum.html. diakses pada 27 November 2015


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas, Merek, Harga, Dan Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Bank Syariah Pada Pt Bank Syariah Mandiri

0 8 138

PENGARUH TEKNIK DAMPAKNYA TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DAN PENGARUH TEKNIK E-TICKETING TERHADAP KEPUASAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DAN WOM.

0 3 13

ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PELAYANAN, DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HOTEL SYARIAH Analisis Pengaruh Harga , Kualitas Pelayanan, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Hotel Syariah (Studi Pada Pelanggan Hotel Syariah Di Surakarta).

0 2 14

ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PELAYANAN, DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HOTEL SYARIAH Analisis Pengaruh Harga , Kualitas Pelayanan, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Hotel Syariah (Studi Pada Pelanggan Hotel Syariah Di Surakarta).

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Harga , Kualitas Pelayanan, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Hotel Syariah (Studi Pada Pelanggan Hotel Syariah Di Surakarta).

0 2 6

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL, BRAND DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI KOTA MEDAN | Alfian | AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Syariah 777 1716 1 SM

0 0 24

PENGARUH CITRA MEREK, HARGA, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT PEMBELIAN PRODUK BATIK DANAR HADI DI SURABAYA

0 0 16

PENGARUH CITRA MEREK, HARGA, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT PEMBELIAN PRODUK BATIK DANAR HADI DI SURABAYA

0 0 14

Pengaruh harga dan kepercayaan konsumen memediasi Kualitas website terhadap niat pembelian ulang Tiket hotel traveloka Di surabaya Pengaruh harga dan kepercayaan konsumen memediasi Kualitas website terhadap niat pembelian ulang Tiket hotel traveloka Di su

0 0 23

Pengaruh harga dan kepercayaan konsumen memediasi Kualitas website terhadap niat pembelian ulang Tiket hotel traveloka Di surabaya Pengaruh harga dan kepercayaan konsumen memediasi Kualitas website terhadap niat pembelian ulang Tiket hotel traveloka Di su

1 0 17