Cintakarya Produk Hukum bumdes

(1)

KEPALA DESA CINTAKARYA

KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DESA CINTAKARYA

NOMOR: 6 TAHUN 2016

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA CINTAKARYA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan amanat Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa maka perlu mengatur terkait dengan pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;

b. bahwa pendirian Badan Usaha Milik Desa penting untuk dilaksanakan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan pelayanan umum bagi warga Desa yang harus dikelola secara profesional, proporsional, berkeadilan dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka meningkatkan pendapatan Desa guna menunjang pelaksanaan pembangunan, dan pemeberdayaan ekonomi masyarakat desa;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Desa Cintakarya tentang Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

Atas kesepakatan bersama,

BADAN PERMUSYARATAN DESA CINTAKARYA DAN

KEPALA DESA CINTAKARYA MEMUTUSKAN,

Menetapkan : PERATURAN DESA CINTAKARYA TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDESA)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa Cintakarya, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat.

2. Kepala Desa adalah pimpinan Pemerintah Desa.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

4. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.


(2)

5. Peraturan Desa yang selanjutnya disebut Perdes adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.

6. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur secara teknis pelaksanaan Perdes dan/atau peraturan-perundang-undangan yang lebih tinggi.

7. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Perdes maupun Peraturan Kepala Desa.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB-Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Perdes.

9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. 10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musaywarah Desa dalam bentuk

kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua BPD dan Kepala Desa.

11. Partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap proses penetapan dan pelaksanaan keputusan kebijakan publik sehingga lebih aspiratif, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

12. Pendapatan Desa adalah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening Desa yang merupakan hak Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Desa.

13. Belanja Desa adalah meliputi semua pengeluaran dari rekening Desa yang merupakan kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Desa.

14. Pembiayaan Desa adalah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang berjalan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

15. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan Desa yang dapat dinilai dengan uang yang dikelola dan digunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. 16. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB-Desa atau perolehan hak lainnya yang diakui dan sah menurut peraturan perundang-undangan. 17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUM Desa adalah badan usaha yang dibentuk dan didirikan oleh Pemerintah Desa yang seluruh dan atau sebagian modalnya berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan.

18. Lembaga Keuangan Mikro merupakan salah satu penggerak roda perekonomian masyarakat yang dibentuk atas inisiatif Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat dalam upaya meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya di peDesaan serta memberikan kontribusi terhadap pendapatan Daerah/Desa.

19. Aanggaran Dasar BUM Desa yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan tertulis yang memuat dan terdiri atas aturan-aturan pokok BUM Desa yang berfungsi sebagai pedoman dan acuan penetuan kebijakan serta penyusunan aturan-aturan lain untuk mencapai tujuan BUM Desa.

20. Anggaran Rumah Tangga BUM Desa yang selanjutnya disingkat ART adalah aturan tertulis yang merupakan kebijakan operasional terperinci dari aturan-aturan pokok dalam AD dalam melaksanakan tata kegiatan BUM DESA.

21. Penyertaan Modal Pemerintah Desa adalah pengalihan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal atau saham Desa pada BUM Desa atau kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat.

22. Dewan Komisaris adalah organ/unsur BUM Desa sebagai dewan penasehat yang secara ex offocio dipimpin oleh Kepala Desa sebagai kuasa pengguna anggaran Keuangan Desa.

23. Direksi adalah organ/unsur BUM Desa yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional BUM Desa. 24. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat RUPS adalah organ/unsur BUM Desa yang

memegang kekuasaan tertinggi yang tidak dapat diserahkan kepada organ/unsur BUM Desa lainnya. 25. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memiliki kekayaan bersih Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil usaha tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 26. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar; memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp


(3)

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

27. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil usaha tahunan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.

28. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil usaha tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB II PENDIRIAN BUMDESA

Pasal 2

BUM Desa didirikan dengan maksud menampung dan meningkatkan kegiatan perekonomian di Desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian Desa.

Pasal 3 BUM Desa didirikan dengan tujuan untuk:

a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c. membuka lapangan kerja bagi warga Desa;

d. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa;

e. meningkatkan pendapatan asli Desa untuk mewujudkan struktur keuangan Desa yang seimbang dan meningkatkan kemampuan Pemerintah Desa dalam aspek anggaran untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;

f. menumbuhkembangkan kemampuan Usaha Mikro dan Usaha Kecil sektor informal yang ada di Desa menjadi usaha yang tangguh dan mandiri;

g. meningkatkan peran Usaha Mikro dan Usaha Kecil dalam pembangunan Desa agar mampu bermitra dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar agar tercipta lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan; dan

h. meningkatkan daya saing Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui pengembangan usaha berbasis potensi Desa dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi masing-masing pelaku usaha.

Pasal 4 Dalam rangka pendirian BUM Desa harus mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa;

c. sumberdaya alam di Desa;

d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan

e. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

Pasal 5

Pendirian BUM Desa melalui Musyawarah Desa yang khusus diadakan untuk itu dengan mengikutsertakan seluruh perwakilan unsur masyarakat.

Pasal 6

Pokok-pokok pembahasan dalam Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 antara lain mengenai:

a. nama, bentuk dan badan hukum lembaga usaha; b. mekanisme perekrutan pengurus BUM Desa;

c. wilayah usaha, lokasi atau tempat kedudukan BUM Desa; d. jenis dan pengembangan usaha;

e. rancangan AD dan ART;

f. investasi Pemerintah Desa untuk modal usaha; dan g. pengelolaan keuntungan atau bagi hasil usaha.

Pasal 7

Kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dituangkan dalam Berita Acara untuk selanjutnya dijadikan bahan acuan penetapan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa mengenai pengurusan dan pengelolaan BUM Desa.


(4)

BAB III

ASAS, PENGURUS, ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BUMDESA

Bagian Kesatu

Asas Pengurusan dan Pengelolaan Pasal 8

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendirian, maka pengurusan dan pengelolaan BUM Desa harus berasaskan: a. kekeluargaan dan kegotongroyongan;

b. demokrasi ekonomi; c. kebersamaan; d. efisiensi berkeadilan; e. berkelanjutan; f. kemandirian;

g. pembinaan dan pemberdayaan; h. keterbukaan; dan

i. akuntabilitas;

Bagian Kedua Bentuk Organisasi BUM Desa

Pasal 9

(1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.

(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat.

(3) Dalam hal BUM Desa tidak atau belum mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa berdasarkan Perdesa ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 7.

Pasal 10 Unit-unit usaha yang dapat dibentuk oleh BUM Desa meliputi:

a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan

b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai dengann peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.

Bagian Ketiga

Organisasi Pengurus dan Pengelola BUM Desa Pasal 11

Organisasi pengelola BUM Desa harus terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa dan bersifat independen serta tidak memihak kepada suatu kelompok masyarakat dan/atau golongan tertentu.

Pasal 12 (1) Organisasi BUM Desa terdiri atas:

a. Dewan Komisaris (Pemerintah Desa dan Penyerta Modal); b. Direksi (unsur masyarakat Desa) sebagai pelaksana operasional; c. Dewan Pengawas (unsur BPD dan masyarakat).

(2) Jumlah anggota kepengurusan BUM Desa disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Struktur Organisasi BUM Desa diatur lebih lanjut dalam AD dan ART.

Pargraf 1 Komisaris Pasal 13

(1) Komisaris Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, secara ex officio dijabat oleh Kepala Desa dan berfungsi sebagai penasehat BUM Desa.

(2) Komisaris sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang:

a. mengundang Direksi dan Pengawas untuk meminta penjelasan mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan BUM Desa; dan

b. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM Desa. (3) Komisaris dalam mengembangkan BUM Desa berkewajiban :

a. membina dan mengembangkan usaha BUM Desa agar tumbuh dan berkembang menjadi lembaga usaha Desa yang bermanfaat bagi warga masyarakat Desa;

b. mengusahakan terciptanya pelayanan yang adil;

c. memupuk kerjasama yang baik dengan lembaga perekonomian yang lainnya;

d. mengusahakan kekompakan dalam menjaga usaha dan pengurus BUM Desa sehingga menjadi lembaga perekonomian di Desa yang potensial;


(5)

f. memberikan nasehat kepada Direksi dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa;

g. memberikan saran/endapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan

h. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa. (4) Komisaris Utama berhak:

a. mendapatkan tunjangan dari keuntungan hasil usaha BUM Desa; dan

b. meminta pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

Pasal 14 (1) Komisaris Utama dapat berhenti atau diberhentikan apabila :

a. telah berakhir masa jabatannya; b. meninggal dunia;

c. mengundurkan diri;

d. dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

(2) Apabila Komisaris Utama berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini maka jabatan Komisaris Utama dijabat oleh Penjabat Kepala Desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa yang baru.

Paragraf 2 Direksi Pasal 15

(1) Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) hurf b merupakan pelaksana operasional organisasi yang melaksanakan kebijakan pengelolaan BUM Desa sesuai dengan AD dan ART yang ditetapkan.

(2) Direksi mempunyai peran dan fungsi:

a. perumusan kebijakan operasional pengelolaan BUM Desa;

b. menunjuk dan mengangkat anggota pengelola BUM Desa dengan persetujuan Komisaris; c. pengelolaan keuangan dan aset BUM Desa;

d. pengkoordinasian seluruh tugas pengelola BUM Desa baik kedalam maupun keluar; e. mewakili BUM Desa di dalam dan di luar pengadilan;

f. mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga dengan persetujuan Komisaris;

g. pelaksanaan pinjam atau meminjam uang BUM Desa dengan persetujuan Komisaris dan BPD; h. mengikat BUM Desa sebagai penjamin dengan persetujuan Komisaris dan BPD;

i. penyusunan laporan pelaksanaan pengelolaan BUM Desa;

j. penyampaian Laporan pertanggungjawaban pengelolaan BUM Desa.

(3) Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 selaku pelaksana operasional bertugas mengurus dan mengelola sesuai dengan AD dan ART BUM Desa.

(4) Direksi sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (3) berkewajiban:

a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;

b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa, dan

c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga ekonomi lainnya di Desa dan/atau di luar Desa. (5) Direksi sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (3) berwenang:

a. membuat laporan keuangan dan perkembangan kegiatan seluruh unit usaha BUM Desa setiap bulan; dan

b. memberikan laporan perkembangan seluruh unit usaha BUM Desa kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.

Pasal 16 (1) Direksi dipilih dari masyarakat yang memenuhi persyaratan.

(2) Syarat-syarat untuk diangkat sebagai anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), antara lain: a. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Warga Negara Indonesia (WNI);

c. berdomisili/bertempat tinggal di Desa sekurang-kurangnya selama 2 tahun; d. berpendidikan serendah-rendahnya SMA atau yang sederajat;

e. memiliki kredibilitas dan integritas moral yang baik;

f. memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap kemajuan BUM Desa;

g. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan dalam bidangnya dan memahami administrasi dan menajemen perusahaan;

h. mempunyai waktu yang penuh untuk melaksanakan tugasnya; i. sehat jasmani dan rohani;

j. berumur sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun; k. lulus ujian lisan dan tulisan; dan


(6)

l. syarat-syarat lain yang ditentukan dalam AD. Pasal 17 Direksi dapat diberhentikan dengan alasan sebagai berikut: a. meninggal dunia;

b. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam AD & ART BUM Desa; c. mengundurkan diri;

d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat perkembangan kinerja BUM Desa; melakukan dan/atau terlibat kasus/perkara tindak pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka; dan e. tidak lagi memenuhi syarat menjadi Direksi BUM Desa.

Paragraf 3 Pengawas Pasal 18

(1) Pengawas merupakan unsur Organisasi BUM Desa yang melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan kebijakan pengelolaan BUM Desa sesuai dengan AD dan ART yang ditetapkan.

(2) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan operasional pemeriksaan pengelolaan BUM Desa;

b. pelaksanaan pemeriksaan atas kebijakan pengelola dalam menjalankan BUM Desa; c. pemeriksaan aktifitas pengelolaan BUM Desa pada aspek administrasi dan manajemen; d. penyampaian laporan pemeriksaan pengelolaan BUM Desa kepada Komisaris;

e. pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan dengan persetujuan Komisaris;

f. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan pengelolaan BUM Desa kepada Komisaris.

(3) Pengawas sebagaimana dimkasud pada ayat (1) mempunyai kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

(4) Pengawas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, terdiri atas: a. unsur Pemerintahan Desa (bukan Kepala Desa);

b. profesional/praktisi; c. tokoh masyarakat.

(5) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri atas: a. Ketua merangkap anggota;

b. Sekretaris merangkap anggota; dan c. Anggota.

(6) Syarat-syarat untuk diangkat menjadi anggota Pengawas adalah sebagai berikut : a. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Warga Negara Indonesia ;

c. bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan; d. memiliki kredibilitas dan integritas moral yang baik;

e. memiliki integritas, loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap BUM Desa;

f. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan dalam bidangnya dan memahami manajemen perusahaan.;

g. mempunyai waktu yang penuh untuk melaksanakan tugasnya; h. sehat jasmani dan rohani;

i. berumur sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun;

j. tidak terlibat hubungan keluarga dengan unsur Pemerintahan Desa atau Unsur Direksi; k. syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Komisaris.

(7) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:

a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (5); b. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Direksi; dan

c. penetapan hasil pengawasan dan evaluasi kebijakan pengembangan kegiatan usaha BUM Desa. Pasal 19

Pengawas BUM Desa dapat diberhentikan apabila : a. meninggal dunia;

b. telah berakhir masa baktinya; c. mengundurkan diri;

d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar sehingga merugikan, menghambat pertumbuhan dan perkembangan BUM Desa;

e. dinyatakan melakukan dan/atau terlibat tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap;


(7)

Pasal 20

Hal-hal lain terkait Pengawas, seperti masa bakti, pengangkatan dan tunjangan, serta hal-hal lainnya diatur dan ditetapkan dalam AD dan ART.

Bagian Keempat

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Pasal 21

(1) Rancangan AD dan ART BUM Desa disusun oleh Tim Perumus yang dipilih atas dasar kesepakatan bersama antara BPD dan Pemerintah Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(2) Secara Umum AD dan ART memuat hal-hal pokok yang antara lain sebagai berikut: a. nama dan tempat kedudukan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha; c. jangka waktu berdiri;

d. jenis-jenis atau bidang-bidang usaha; e. susunan Komisaris, Direksi dan Pengawas;

f. tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris, Direksi dan Pengawas; g. tata cara penyelenggaraan rapat rapat Komisaris, Direksi dan Pengawas;

h. tata cara penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);

i. tugas pokok, peran dan fungsi, hak dan kewajiban Komisaris, Direksi dan Pengawas; j. jumlah dan sumber permodalan; dan

k. pengelolaan keuntungan atau Bagi Hasil Usaha. (3) AD dan ART ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB IV

JENIS DAN PENGEMBANGAN USAHA Pasal 22

(1) Usaha BUM Desa dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa yang ada, yaitu antara lain memperhatikan:

a. kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;

b. sumberdaya Desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan Desa;

c. sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat di Desa; dan

d. unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi yang dikelola secara tersendiri, sederhana dan kurang terakomodasi.

Pasal 23

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum

(serving) kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memanfaatkan sumberdaya lokal dan teknologi tepat guna, meliputi:

a. sarana air bersih Desa; b. usaha listrik Desa; c. lumbung pangan; dan

d. sumberdaya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.

(3) Ketentuan mengenai pemanfaatan sumberdaya lokal dan teknologi tepat guna sebagaimana dimkasud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa.

Pasal 24

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Desa.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimksud pada ayat (1) meliputi: a. alat transportasi;

b. perkakas pesta; c. gedung pertemuan; d. rumah toko;

e. tanah milik BUM Desa dan/atau milik Desa; dan f. barang sewaan lainnya.

Pasal 25

(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan kepada warga masyarakat Desa.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. jasa pembayaran listrik;

b. pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; dan c. jasa pelayanan lainnya.


(8)

Pasal 26

BUM Desa dapat menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.

Pasal 27

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memberikan akses kredit dan pinjaman yang mudah dikases oleh masyarakat Desa.

Pasal 28

(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal maupun kawasan perdesaan.

(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri yang diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agr tumbuh menjadi usaha bersama.

(3) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengembangan dan ekspansi usaha perdagangan, kerajinan masyarakat (handycraft), hasil bumi dan atau tanaman pangan berskala besar untuk mengorganisasi kelompok pengrajin, kelompok tani atau gabungan kelompok tani;

b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat; dan c. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya.

Pasal 29

Rincian lebih lanjut mengenai jenis usaha BUM Desa diatur dan ditetapkan dalam AD/ART BUM Desa.

BAB V PERMODALAN

Pasal 30 (1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. penyertaan modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat Desa.

Pasal 31

(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a, meliputi:

a. kekayaan BUM Desa yang bersumber dari penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan yang bersumber dari APB Desa;

b. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

c. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten melalui mekanisme APB Desa; d. pinjaman dari bank Pemerintah/Swasta dan/atau lembaga keuangan lainnya yang sah;

e. kerjasama usaha bagi hasil atas dasar saling menguntungkan dengan pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa; dan f. aset Desa yang pengelolaannya diserahkan kepada BUM Desa sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku sebagai sumber Pendapatan Desa.

(2) Penyertaan modal masyrakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf b bersumber dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat.

Pasal 32

(1) Penyertaan modal Pemerintah Desa pada BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) serendah-rendahnya sebesar 55 % (lima puluh lima perseratus) dari seluruh modal usaha BUM Desa. (2) Peneyertaan modal Pemerintah Desa pada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

atas dasar kesepakatan BPD secara tertulis dan ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Desa.

(3) Peneyertaan modal Pemerintah Desa pada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termuat dalam APB Desa berupa Pengeluaran Pembiayaan.

(4) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah untuk ditambahkan dalam modal usaha BUM Desa merupakan penyertaan modal Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1).

Pasal 33

Besaran total penyertaan modal pihak swasta dan lembaga lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a dan huruf e harus lebih kecil dari besaran pernyertaan modal Pemerintah Desa dalam BUM Desa, yaitu paling tinggi hanya 45 % (empat puluh lima perseratus) dari seluruh modal usaha BUM Desa.

Pasal 34

(1) BUM Desa dapat melakukan pinjaman untuk penambahan modal melalui Bank Pemerintah/Swasta dan/atau lembaga keuangan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(9)

(2) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Komisaris dan BPD secara tertulis setelah diadakan konsultasi khusus untuk itu.

BAB VI HASIL USAHA

Pasal 35

(1) Hasil Usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban kepada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

(2) Pembagian hasil usaha dari pendapatan BUM Desa ditetapkan berdasarkan besaran kontribusi penyertaan modal.

(3) Penetapan pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan.

(4) Pengaturan pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dalam AD dan ART BUM Desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 36

(1) Penghitungan hasil usaha dan laba kegiatan usaha disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris dan Pemegang Saham lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 37

(1) Setiap Tahun Tutup Buku BUM Desa wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk: a. distorkan ke Kas Desa sebagai Pendapatan Asli Desa;

b. Dana Cadangan; c. Dana Bantuan Sosial;

d. Dana Pendidikan dan Pelatihan Pengurus BUM Desa;

e. Dana pendidikan dan pelatihan pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil di Desa;

f. Dana Purna Tugas dan Jasa Produksi disamping pembagian laba untuk Pemegang Saham.

(2) Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam rapat Pengurus BUM Desa atau RUPS dengan mengacu kepada AD dan ART serta peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

Hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan laba atau hasil usaha BUM Desa diatur dalam AD dan ART. BAB VII

KERJASAMA BUM DESA DENGAN PIHAK KETIGA DAN ANTAR BUM DESA Pasal 39

(1) Untuk mengembangkan usaha, BUM Desa dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dan atau dengan BUM Desa lain atas dasar saling menguntungkan.

(2) Kerjasama BUM Desa dengan pihak ketiga dan atau BUM Desa lainnya dapat dilakukan melalui : a. kerjasama pengelolaan;

b. kerjasama usaha patungan dan/atau investasi modal bersama dalam satu kegiatan usaha di Desa. c. kerjasama pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur perdesaan.

(3) Jangka waktu kerjasama paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. (4) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.

(5) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten.

(6) Kerjasama antar BUM Desa dan atau dengan pihak ketiga harus mendapat persetujuan BPD dan Pemerintah Desa.

Pasal 40

(1) Kerjasama BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dibuat dalam naskah perjanjian kerjasama. (2) Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. subyek kerjasama; b. obyek kerjasama; c. jangka waktu;

d. hak dan kewajiban masing-masing pihak; e. pendanaan;

f. keadaan memaksa; g. pengalihan aset; dan h. penyelesaian perselisihan.

(3) Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dan ditandatangani oleh pimpinan pengelola dari masing-masing pihak yang bekerjasama.


(10)

Pasal 41

Untuk pengembangan BUM Desa program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ada di Desa dapat dijadikan kesatuan usaha/merger atau dikerjasamakan dengan BUM Desa.

Pasal 42

Ketentuan lebih lanjut tentang kerjasama antar BUM Desa dan atau dengan pihak ketiga diatur dalam AD atau ART BUM Desa.

BAB VIII

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 43

(1) Direksi berkewajiban :

a. mengelola keuangan dan kekayaan BUM Desa dengan sebaik-baiknya guna mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya bagi pertumbuhan dan perkembangan BUM Desa;

b. membuat laporan keuangan;

c. membuat laporan semester dan laporan tahunan kepada Komisaris;

d. menyampaikan pertanggungjawaban akhir masa bhakti yang ditujukan kepada Pemerintahan Desa. (2) Pengawas berkewajiban :

a. melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengelolaan BUM DESA termasuk pelaksanaan rencana kerja, AD, ART sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Komisaris secara berkala atau setiap waktu yang diperlukan.

c. Laporan Keuangan dan pembukuan BUM Desa serta hasil inventarisasi kekayaan BUM DESA diperiksa oleh Pengawas, jika diperlukan dapat melibatkan jasa akuntan publik.

a. Pendapatan : dalam hal sebagian modal BUM Desa dimiliki oleh beberapa pemegang saham atau pihak ketiga, pembagian pendapatan bersih diatur dalam AD dan ART;

b. pengelolaan keuangan BUM Desa selama dan setiap tahun anggaran dibukukan dengan prinsip-prinsip akuntansi dengan kelengkapan minimal jenis-jenis pembukuan antara lain: Buku Kas Harian; Buku Jurnal;

Buku Besar; Neraca Saldo; Laporan Rugi Laba; Laporan Rasio Keuangan; dan Laporan Arus Kas.

(3) Hasil penyisihan keuntungan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 yang merupakan bagian Desa dianggarkan dalam APB-Desa setiap tahun sebagai pendapatan asli Desa.

Pasal 44

Dalam hal berakhirnya masa bhakti kepengurusan BUM Desa, maka wajib mempertangungjawabkan pengelolaan dan kekayaan BUM Desa kepada kepengurusan yang baru.

BAB IX KEPAILITAN BUM DESA

Pasal 45 (1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.

(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimiliki BUM Desa, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.

(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimiliki BUM Desa, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

Pasal 46

(1) Pengurus BUM Desa yang dengan sengaja, tidak disengaja dan/atau karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi BUM Desa, maka wajib mengganti kerugian sesuai dengan besarnya kerugian.

(2) Dalam hal BUM Desa menderita kerugian karena alasan bersifat teknis-ekonomis dan manajerial, maka dibebankan kepada Pengelola sesuai dengan bagian modal yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

(3) Tata cara penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Dalam hal terjadi diluar kententuan pada ayat (1) tidak termasuk dalam kejadian force majeure. BAB IX

PENGAWASAN Pasal 47

Pengawasan pengelolaan BUM Desa serta pengawasan terhadap seluruh unsur pengelola dilakukan oleh BPD sesuai dengan peran dan fungsi BPD, dan oleh masyarakat Desa sebagai bentuk partisipasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 48

Bila semua pihak yang berkepentingan dan pihak berwenang lainnya memerlukan kejelasan atas pengelolaan BUM DESA, maka dapat dibentuk komite/panitia ad hoch yang anggotanya disesuaikan dengan kebutuhan dan


(11)

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan kajian dan evaluasi secara seksama.

BAB X SANKSI Pasal 49

Semua pihak yang terkait dan terlibat langsung dan/atau tidak langsung dengan pengelolaan BUM DESA, apabila terbukti melalukan pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Perdes ini dan/atau melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan masyarakat dan atau pihak-pihak terkait dengan BUM Desa, maka harus diajukan dan dituntut di Pengadilan Negara dan wajib dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

Dengan ditetapkannya Perdes ini, maka seluruh pengaturan mengenai pengelolaan BUM Desa beserta aturan pelaksanaannya yang ada di Desa dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

Pasal 51

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perdes ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 52 Perdes ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan mengundangkan dengan menempatkan Perdes ini dalam Lembaran Desa Cintakarya.

DITETAPKAN DI : DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL : 12 MEI 2016

KEPALA DESA CINTAKARYA

WAWAN SETIAWAN

DIUNDANGKAN DI : DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL : .12 MEI 201

SEKRETARIS DESA CINTAKARYA

KARTIWA

LEMBARAN DESA CINTAKARYA TAHUN 2016 NOMOR 6


(12)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) I. UMUM

Pembangunan perekonomian Desa yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, bewawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah, regional dan nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, peningkatan pembangunan dan keberdayaan masyarakat Desa melalui kegiatan perekonomian Desa perlu didukung oleh suatu kebijakan yang mengatur tentang penenglolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang merupakan lembaga usaha yang dibentuk dan didirikan atas prakarsa masyarakat dan Pemerintah Desa untuk dapat menjamin iklim kegiatan masyarakat usaha di Desa untuk tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan serta bebas dari praktik-praktik rentenir.

BUM Desa yang seluruh atau sebagian besar modalnya dari kekayaan Desa yang dipisahkan dibentuk dan didirikan guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli Desa. Selain usaha-usaha lainnya yang ada di Desa; seperti koperasi maupun usaha swasta lainnya, keberadaan BUM Desa di dalam kegiatan perekonomian Desa, Daerah, Regional dan Nasional diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan.

Atas dasar pemikiran di atas sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015; meyatakan bahwa salah satu sumber pendapatan Desa dan bentuk sarana peningkatan perekonomian masyarakat Desa adalah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang dikelola secara efektif dan efisien, transparan, partisipatif dan akuntabel.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas Huruf e

Ya g di aksud de ga struktur keu ga Desa ya g sei a g adalah ko disi di a a tingkat

kemampuan keuangan Desa yang berasal dari berbagai sumber dapat memenuhi kebutuhan untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Huruf f

Cukup jelas Huruf g

Cukup jelas Huruf h

Cukup jelas Pasal 4

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Ya g di aksud de ga pote si usaha eko o i Desa adalah ti gkat ke a pua berbagai

sumberdaya yang ada di desa termasuk peluang dan iklim usaha yang sesuai dengan kondisi sosail budaya Desa.

Huruf c

Cukup jelas Huruf d


(13)

Yang dimaksud de ga su erdaya a usia ya g a pu adalah ya g i di idu ya g erji a wirausaha dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Huruf e

Cukup jelas Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Cukup jelas. Pasal 8

Huruf a

Yang dimaksud de ga asas kekeluargaa dan kegotongroyongan adalah asas ya g ela dasi upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa sebagai bagian dari perekonomian, daerah, regional dan nasional yang diselenggarakan dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan dan keterbukaan, musyawarah mufakat demi kepentingan kesejahteraan masyarakat Desa.

Huruf b

Ya g di aksud de ga asas de okrasi eko o i adalah pe erdayaa kegiata

perekonomian Desa diselenggarakan sebagai kesatuan dari penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa untuk mewujudkan kesejahteraan/kemakmuran masyarakat.

Huruf c

Ya g di aksud de ga asas ke ersa aa adalah la dasa ya g e doro g pera aktif

seluruh lapisan masyarakat dan dunia usaha di Desa untuk bersama-sama mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Huruf d

Yang dimaksud denga asas efisie si erkeadila adalah asas ya g e dasari pe erdayaa perekonomian Desa dengan memanfaatkan potensi secara proporsional dan efektif untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

Huruf e

Ya g di aksud de ga asas erkela juta adalah asas ya g e dasari setiap pere a aa

pembangunan melalui pemeberdayaan perekonomian di Desa secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian masyarakat yang tangguh dan mandiri.

Huruf f

Ya g di aksud de ga asas ke a diria adalah asas yang mendasari setiap upaya

pemeberdayaan perekonomian Desa bertumpu pada kemampuan masyarakat dan potensi yang ada di Desa serta berpihak pada kepentingan semua pihak.

Huruf g

Ya g di aksud de ga asas pe erdayaa adalah la dasa pelaksa aan kebijakan berbasis

masyarakat yang mengupayakan peningkatan pemahaman, keinginan, dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan tarap hidup dan kehidupannya dengan berperan aktif menumbuhkembangkan usaha ekonomi produktif.

Huruf h

Yang di aksud de ga asas keter ukaa adalah asas ya g e dasari setiap pelaksa aa kebijakan dapat di akses dan diketahui oleh semua pihak dalam rangka mewujudkan partisipasi masyarakat dalam aspek pengawasan efektif.

Huruf i

Ya g di aksud de ga asas aku ta ilitas adalah asas ya g e dasari setiap pelaksa aa

kebijakan dapat dipertanggungjawabkan baik secara administratif, secara teknis, maupun secara normatif serta kesiapan semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kebijakan untuk menerima tanggung gugat sebagai konsekuensi dari tanggung jawab.

Pasal 9 Ayat (1)

Yang dimkasud dengan unit usaha yang berbadan hukum adalah lembaga usaha milik BUM Desa yang independen dan memenuhi persyaratan atau layak untuk melaksanakan usaha sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11


(14)

Ya g di aksud de ga ersifat i depe de adalah keduduka BUM Desa dala elaksa aka

peran dan fungsinya tidak dapat diinterverensi oleh organisasi/lembaga, kelompok dan atau golongan apapun atas dasar keberpihakkan untuk menguntungkan individu, kelompok dan atau golongan tertentu.

Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas Pasal 20

Cukup jelas Pasal 21

Cukup jelas Pasal 22

Cukup jelas Pasal 23

Cukup jelas Pasal 24

Cukup jelas Pasal 25

Cukup jelas Pasal 26

Cukup jelas Pasal 27

Cukup jelas Pasal 28

Cukup jelas Pasal 29

Cukup jelas Pasal 30

Cukup jelas Pasal 31

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan kekayaan Desa yang dipisahkan adalah aset Desa berupa uang dan barang/benda yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada BUM Desa dan merupakan sumber pendapatan asli desa setelah dikurangi biaya-biaya dan kewajiban yang harus dibayar BUM Desa.

Huruf c

Yang dimaksud Bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan atau Pemerintah Daerah Kabupaten adalah dana hibah khusus untuk BUM Desa melalui meknisme APB-Desa yang selanjutnya merupakan kekayaan APB-Desa yang dipisahkan dan termasuk dalam penyertaan modal Pemerintah Desa bagi BUM Desa.

Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33

Cukup jelas Pasal 34

Cukup jelas Pasal 35

Cukup jelas Pasal 36


(15)

Cukup jelas Pasal 37

Cukup jelas Pasal 38

Cukup jelas Pasal 39

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah perorangan yang memiliki perusahaan yang berbadan huhum, organisasi/lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha, baik berskala mikro, kecil, menengah, dan besar di Desa maupun di luar Desa.

Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41

Cukup jelas Pasal 42

Cukup jelas Pasal 43

Cukup jelas Pasal 44

Cukup jelas Pasal 45

Cukup jelas Pasal 46

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan bersifat teknis-ekonomis dan atau manajerial, adalah terkait dengan pelaksanaan kebijakan operasional BUM Desa, yaitu sistem pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan usaha.

Pasal 47

Yang dimaksud dengan pengawasan adalah pengawasan secara menyeluruh terkait dengan pengelolaan dan pengelola/pengurus (Komisaris, Direksi dan Pengawas) BUM Desa – di luar pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas BUM Desa, yaitu dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan kebijakan publik dan dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 48

Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan dan pihak berwenang adalah lembaga-lembaga yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan berwenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan, serta tindakan hukum lainnya.

Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50

Cukup jelas Pasal 51

Cukup jelas Pasal 52

Cukup jelas


(1)

Pasal 41

Untuk pengembangan BUM Desa program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ada di Desa dapat dijadikan kesatuan usaha/merger atau dikerjasamakan dengan BUM Desa.

Pasal 42

Ketentuan lebih lanjut tentang kerjasama antar BUM Desa dan atau dengan pihak ketiga diatur dalam AD atau ART BUM Desa.

BAB VIII

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 43

(1) Direksi berkewajiban :

a. mengelola keuangan dan kekayaan BUM Desa dengan sebaik-baiknya guna mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya bagi pertumbuhan dan perkembangan BUM Desa;

b. membuat laporan keuangan;

c. membuat laporan semester dan laporan tahunan kepada Komisaris;

d. menyampaikan pertanggungjawaban akhir masa bhakti yang ditujukan kepada Pemerintahan Desa. (2) Pengawas berkewajiban :

a. melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengelolaan BUM DESA termasuk pelaksanaan rencana kerja, AD, ART sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Komisaris secara berkala atau setiap waktu yang diperlukan.

c. Laporan Keuangan dan pembukuan BUM Desa serta hasil inventarisasi kekayaan BUM DESA diperiksa oleh Pengawas, jika diperlukan dapat melibatkan jasa akuntan publik.

a. Pendapatan : dalam hal sebagian modal BUM Desa dimiliki oleh beberapa pemegang saham atau pihak ketiga, pembagian pendapatan bersih diatur dalam AD dan ART;

b. pengelolaan keuangan BUM Desa selama dan setiap tahun anggaran dibukukan dengan prinsip-prinsip akuntansi dengan kelengkapan minimal jenis-jenis pembukuan antara lain: Buku Kas Harian; Buku Jurnal;

Buku Besar; Neraca Saldo; Laporan Rugi Laba; Laporan Rasio Keuangan; dan Laporan Arus Kas.

(3) Hasil penyisihan keuntungan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 yang merupakan bagian Desa dianggarkan dalam APB-Desa setiap tahun sebagai pendapatan asli Desa.

Pasal 44

Dalam hal berakhirnya masa bhakti kepengurusan BUM Desa, maka wajib mempertangungjawabkan pengelolaan dan kekayaan BUM Desa kepada kepengurusan yang baru.

BAB IX KEPAILITAN BUM DESA

Pasal 45 (1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.

(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimiliki BUM Desa, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.

(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimiliki BUM Desa, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

Pasal 46

(1) Pengurus BUM Desa yang dengan sengaja, tidak disengaja dan/atau karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi BUM Desa, maka wajib mengganti kerugian sesuai dengan besarnya kerugian.

(2) Dalam hal BUM Desa menderita kerugian karena alasan bersifat teknis-ekonomis dan manajerial, maka dibebankan kepada Pengelola sesuai dengan bagian modal yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

(3) Tata cara penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Dalam hal terjadi diluar kententuan pada ayat (1) tidak termasuk dalam kejadian force majeure. BAB IX

PENGAWASAN Pasal 47

Pengawasan pengelolaan BUM Desa serta pengawasan terhadap seluruh unsur pengelola dilakukan oleh BPD sesuai dengan peran dan fungsi BPD, dan oleh masyarakat Desa sebagai bentuk partisipasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 48

Bila semua pihak yang berkepentingan dan pihak berwenang lainnya memerlukan kejelasan atas pengelolaan BUM DESA, maka dapat dibentuk komite/panitia ad hoch yang anggotanya disesuaikan dengan kebutuhan dan


(2)

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan kajian dan evaluasi secara seksama.

BAB X SANKSI Pasal 49

Semua pihak yang terkait dan terlibat langsung dan/atau tidak langsung dengan pengelolaan BUM DESA, apabila terbukti melalukan pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Perdes ini dan/atau melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan masyarakat dan atau pihak-pihak terkait dengan BUM Desa, maka harus diajukan dan dituntut di Pengadilan Negara dan wajib dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

Dengan ditetapkannya Perdes ini, maka seluruh pengaturan mengenai pengelolaan BUM Desa beserta aturan pelaksanaannya yang ada di Desa dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

Pasal 51

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perdes ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 52 Perdes ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan mengundangkan dengan menempatkan Perdes ini dalam Lembaran Desa Cintakarya.

DITETAPKAN DI : DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL : 12 MEI 2016

KEPALA DESA CINTAKARYA

WAWAN SETIAWAN DIUNDANGKAN DI : DESA CINTAKARYA

PADA TANGGAL : .12 MEI 201

SEKRETARIS DESA CINTAKARYA

KARTIWA

LEMBARAN DESA CINTAKARYA TAHUN 2016 NOMOR 6


(3)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

I. UMUM

Pembangunan perekonomian Desa yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, bewawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah, regional dan nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, peningkatan pembangunan dan keberdayaan masyarakat Desa melalui kegiatan perekonomian Desa perlu didukung oleh suatu kebijakan yang mengatur tentang penenglolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang merupakan lembaga usaha yang dibentuk dan didirikan atas prakarsa masyarakat dan Pemerintah Desa untuk dapat menjamin iklim kegiatan masyarakat usaha di Desa untuk tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan serta bebas dari praktik-praktik rentenir.

BUM Desa yang seluruh atau sebagian besar modalnya dari kekayaan Desa yang dipisahkan dibentuk dan didirikan guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli Desa. Selain usaha-usaha lainnya yang ada di Desa; seperti koperasi maupun usaha swasta lainnya, keberadaan BUM Desa di dalam kegiatan perekonomian Desa, Daerah, Regional dan Nasional diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan.

Atas dasar pemikiran di atas sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015; meyatakan bahwa salah satu sumber pendapatan Desa dan bentuk sarana peningkatan perekonomian masyarakat Desa adalah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang dikelola secara efektif dan efisien, transparan, partisipatif dan akuntabel.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas Huruf e

Ya g di aksud de ga struktur keu ga Desa ya g sei a g adalah ko disi di a a tingkat kemampuan keuangan Desa yang berasal dari berbagai sumber dapat memenuhi kebutuhan untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Huruf f

Cukup jelas Huruf g

Cukup jelas Huruf h

Cukup jelas Pasal 4

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Ya g di aksud de ga pote si usaha eko o i Desa adalah ti gkat ke a pua berbagai

sumberdaya yang ada di desa termasuk peluang dan iklim usaha yang sesuai dengan kondisi sosail budaya Desa.

Huruf c

Cukup jelas Huruf d


(4)

Yang dimaksud de ga su erdaya a usia ya g a pu adalah ya g i di idu ya g erji a wirausaha dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Huruf e

Cukup jelas Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Cukup jelas. Pasal 8

Huruf a

Yang dimaksud de ga asas kekeluargaa dan kegotongroyongan adalah asas ya g ela dasi upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa sebagai bagian dari perekonomian, daerah, regional dan nasional yang diselenggarakan dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan dan keterbukaan, musyawarah mufakat demi kepentingan kesejahteraan masyarakat Desa.

Huruf b

Ya g di aksud de ga asas de okrasi eko o i adalah pe erdayaa kegiata

perekonomian Desa diselenggarakan sebagai kesatuan dari penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa untuk mewujudkan kesejahteraan/kemakmuran masyarakat.

Huruf c

Ya g di aksud de ga asas ke ersa aa adalah la dasa ya g e doro g pera aktif seluruh lapisan masyarakat dan dunia usaha di Desa untuk bersama-sama mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Huruf d

Yang dimaksud denga asas efisie si erkeadila adalah asas ya g e dasari pe erdayaa perekonomian Desa dengan memanfaatkan potensi secara proporsional dan efektif untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

Huruf e

Ya g di aksud de ga asas erkela juta adalah asas ya g e dasari setiap pere a aa pembangunan melalui pemeberdayaan perekonomian di Desa secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian masyarakat yang tangguh dan mandiri.

Huruf f

Ya g di aksud de ga asas ke a diria adalah asas yang mendasari setiap upaya

pemeberdayaan perekonomian Desa bertumpu pada kemampuan masyarakat dan potensi yang ada di Desa serta berpihak pada kepentingan semua pihak.

Huruf g

Ya g di aksud de ga asas pe erdayaa adalah la dasa pelaksa aan kebijakan berbasis

masyarakat yang mengupayakan peningkatan pemahaman, keinginan, dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan tarap hidup dan kehidupannya dengan berperan aktif menumbuhkembangkan usaha ekonomi produktif.

Huruf h

Yang di aksud de ga asas keter ukaa adalah asas ya g e dasari setiap pelaksa aa kebijakan dapat di akses dan diketahui oleh semua pihak dalam rangka mewujudkan partisipasi masyarakat dalam aspek pengawasan efektif.

Huruf i

Ya g di aksud de ga asas aku ta ilitas adalah asas ya g e dasari setiap pelaksa aa kebijakan dapat dipertanggungjawabkan baik secara administratif, secara teknis, maupun secara normatif serta kesiapan semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kebijakan untuk menerima tanggung gugat sebagai konsekuensi dari tanggung jawab.

Pasal 9 Ayat (1)

Yang dimkasud dengan unit usaha yang berbadan hukum adalah lembaga usaha milik BUM Desa yang independen dan memenuhi persyaratan atau layak untuk melaksanakan usaha sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11


(5)

Ya g di aksud de ga ersifat i depe de adalah keduduka BUM Desa dala elaksa aka peran dan fungsinya tidak dapat diinterverensi oleh organisasi/lembaga, kelompok dan atau golongan apapun atas dasar keberpihakkan untuk menguntungkan individu, kelompok dan atau golongan tertentu.

Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas Pasal 20

Cukup jelas Pasal 21

Cukup jelas Pasal 22

Cukup jelas Pasal 23

Cukup jelas Pasal 24

Cukup jelas Pasal 25

Cukup jelas Pasal 26

Cukup jelas Pasal 27

Cukup jelas Pasal 28

Cukup jelas Pasal 29

Cukup jelas Pasal 30

Cukup jelas Pasal 31

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan kekayaan Desa yang dipisahkan adalah aset Desa berupa uang dan barang/benda yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada BUM Desa dan merupakan sumber pendapatan asli desa setelah dikurangi biaya-biaya dan kewajiban yang harus dibayar BUM Desa.

Huruf c

Yang dimaksud Bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan atau Pemerintah Daerah Kabupaten adalah dana hibah khusus untuk BUM Desa melalui meknisme APB-Desa yang selanjutnya merupakan kekayaan APB-Desa yang dipisahkan dan termasuk dalam penyertaan modal Pemerintah Desa bagi BUM Desa.

Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33

Cukup jelas Pasal 34

Cukup jelas Pasal 35

Cukup jelas Pasal 36


(6)

Cukup jelas Pasal 37

Cukup jelas Pasal 38

Cukup jelas Pasal 39

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah perorangan yang memiliki perusahaan yang berbadan huhum, organisasi/lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha, baik berskala mikro, kecil, menengah, dan besar di Desa maupun di luar Desa.

Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41

Cukup jelas Pasal 42

Cukup jelas Pasal 43

Cukup jelas Pasal 44

Cukup jelas Pasal 45

Cukup jelas Pasal 46

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan bersifat teknis-ekonomis dan atau manajerial, adalah terkait dengan pelaksanaan kebijakan operasional BUM Desa, yaitu sistem pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan usaha.

Pasal 47

Yang dimaksud dengan pengawasan adalah pengawasan secara menyeluruh terkait dengan pengelolaan dan pengelola/pengurus (Komisaris, Direksi dan Pengawas) BUM Desa – di luar pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas BUM Desa, yaitu dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan kebijakan publik dan dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 48

Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan dan pihak berwenang adalah lembaga-lembaga yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan berwenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan, serta tindakan hukum lainnya.

Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50

Cukup jelas Pasal 51

Cukup jelas Pasal 52

Cukup jelas