BAPPEDA Sumbar Road Map Sida

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Road Map Penguatan Sistem I novasi Daerah (SI Da) yang
bertujuan untuk menumbuh kembangkan suatu sistem atau jaringan yang
akan meningkatkan keunggulan komperatif daerah menuju keunggulan
kompetitif yang mempunyai daya saing berbasis inovasi di daerah.
Road Map Penguatan SI Da disusun berdasarkan
Bersama

Keputusan

Menteri Negara Riset dan Teknolgi dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Sistem I novasi
Daerah. Road Map Penguatan SI Da merupakan hasil kajian yang dilakukan
oleh Tim Perumus yang terdiri dari Dewan Riset Daerah (DRD) serta Bidang
Penelitian dan Pengembangan Bappeda Provinsi Sumatera Barat.
Sistem I novasi Daerah (SI Da) adalah keseluruhan proses dalam satu
sistem untuk


menumbuh kembangkan inovasi yang dilakukan antar

institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga
pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di
daerah yang memuat

kondisi Sistem I novasi Daerah saat ini, tantangan

I novasi Daerah, kondisi Sistem I novasi Daerah yang hendak dicapai, arah
dan strategi penguatan Sistem I novasi Daerah, fokus dan program Sistem
I novasi Daerah serta rencana aksi penguatan Sistem I novasi Daerah
Provinsi Sumatera Barat untuk jangka waktu lima tahun dalam rangka
meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, daya saing daerah, serta

untuk mendukung pelaksanaan Masterplan Percepatan Dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ) Tahun 2011-2025 .
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
yang telah membantu dan mendukung penyusunan Road Map Penguatan

SI Da

disampaiakan terima kasih.

Selanjutnya Dokumen ini diharapkan

akan menjadi pedoman atau panduan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
serta para stakeholder dalam upaya meningkatkan daya saing daerah
melalui penguatan Sistem I novasi Daerah yang berbasis komoditi unggulan
daerah.
Demikian disampaikan, semoga dokumen ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Padang,

Desember 2012

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Barat
Kepala,


Prof. Dr. I r. Rahmat Syahni,MS.MSc

DAFTAR I SI
KATA PENGANTAR ....................................................................

i

DAFTAR I SI .............................................................................

iii

DAFTAR TABEL .........................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

vii


BAB I

BAB I I

PENDAHULUAN ..........................................................

1

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

Latar Belakang ....................................................
Dasar Hukum Penyusunan ....................................
Maksud dan Tujuan .............................................
Hubungan antar dokumen ....................................

1
4

5
5

GAMBARAN UMUM DAERAH .....................................

7

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

Potensi Ekonomi Daerah ......................................
Komoditi Unggulan Dearah ...................................
Kemampuan Produksi ..........................................
Klaster I ndustri ....................................................

7
11
25

52

BAB I I I KONDI SI SI STEM I NOVASI DAERAH SAAT I NI .........

77

3.1.
3.2.
3.3.

BAB I V

BAB VI

77
79
82

KONDI SI SI Da YANG AKAN DI CAPAI …………………… 83
4.1.

4.2.

BAB V

Kondisi Umum I ptek Daerah ................................
Kondisi Sistim I novasi Daerah ...............................
Tantangan dan Peluang .......................................

Konsep Dasar Sistim I novasi Daerah .....................
Tujuan dan Sasaran Penguatan ............................

83
92

STRATEGI DAN KEBI JAKAN ......................................

95

5.1.
5.2.


Strategi Penguatan SI Da ......................................
Kebijakan Penguatan SI Da ...................................

95
96

FOKUS DAN PROGRAM ............................................

97

6.1.

97

Fokus Penguatan Sistim I novasi Daerah ................

6.2.

Program Prioritas Penguatan Sistim I novasi Daerah 103


BAB VI I RENCANA AKSI ......................................................... 105
7.1.
7.2.

Aturan Pelaksanaan ............................................ 105
Rencana Aksi ....................................................... 105

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1

Tabel 2.1

Peringkat Daya Saing Daerah Sumatera Barat di I ndonesia Tahun 2002 ...........................................................

2

Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sumatera Barat
Menurut Sektor / Subsektor 2007-2011 ( Dalam Persentase ) ..........................................................................


8

Tabel 2.2

Pengelompokan Sektor-sektor menurut Potensi Ekonomi
Daerah Berdasarkan Klassen Typology ......................... 10

Tabel 2.3

Laju Pertumbuhan Produksi Komoditi Unggulan Menurut
Jenis Di Provinsi Sumatera Barat 2006-2010 .................. 15

Tabel 2.4

I ndeks Koefisien Sektor dan Subsektor Provinsi Sumatera
Barat 2006-2010 .......................................................... 17

Tabel 2.5

Jumlah Penyediaan Lapangan Kerja Di Sumatera Barat

Menurut Jenis Komoditi Unggulan 2006-2010 ( Dalam Kk
Petani ) ...................................................................... 21

Tabel 2.6

Kriteria Penilaian Skor dan Bobot Menurut Unsur Penilaian .......................................................................... 23

Tabel 2.7

Analisis Gabungan Penentuan Komoditi Provinsi Sumatera Barat ...................................................................... 24

Tabel 2.8

Luas dan Produksi Kakao Nasional dari Tahun 2000-2011 26

Tabel 2.9

Volume Dan Nilai Ekspor Serta Volume Dan Nilai I mpor
Kakao Nasional Dari Tahun 2000-2009 .......................... 27

Tabel 2.10 Data luas Tanaman Perkebunan Sumatera Barat ........... 29
Tabel 2.11 Luas Tanaman perkebunan Rakyat Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2006 sampai
dengan Tahun 2010 .................................................... 30

Tabel 2.12 Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kakao
Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Barat Pada
Tahun 2010 ................................................................ 32
Tabel 2.13 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Provinsi Sumatera Barat
2005-2009 ................................................................... 33
Tabel 2.14 Spesifikasi Peralatan Pengolahan Kakao Yang Ada Pada
Beberapa Kelompok Tani Kakao Di Provinsi Sumatera
Barat .......................................................................... 40
Tabel 2.15 Luas dan Produksi Tanaman Gambir Provinsi Sumatera
Barat .......................................................................... 42
Tabel 2.16 Pengembangan Komoditi yang Diprioritaskan ................ 45
Tabel 2.17 Kondisi Perikanan Tangkap Sumatera Barat .................. 48
Tabel 2.18 Produksi I kan Laut Unggulan Bernilai Ekonomis Penting
Di Sumatera Barat (2006-2011) .................................. 50
Tabel 2.19 Jumlah Nelayan Berdasarkan Kategori Di Sumatera Barat
(2006 – 2010) ............................................................ 51
Tabel 2.20 Nilai Produksi Ekspor I kan Tuna di Pelabuhan Perikanan
Samudera Bungus dari Tahun 2006-2009 .................... 51
Tabel 2.21 Produksi I kan Menurut Jenis Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan
Samudera Bungus 2005-2009 Yang
Potensi Untuk I ndustri Pembekuan ............................... 51
Tabel 2.22 Perbedaan Blue Economy dan Green Economy .............. 76
Tabel 3.1

Perkembangan Jumlah Judul Penelitian di Sumatera
Barat Tahun 2006-2010 ............................................... 77

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Peta I ndonesia .........................................................

3

Gambar 2.1

Sebaran Luas Pertanaman Kakao Berdasarkan
Kabupaten/ Kota Di Sumatera Barat Pada Tahun 2010,
(diganti) ...................................................................

31

Distribusi Jumlah Produksi Kakao Berdasarkan
Kabupaten/ Kota Di Provinsi Sumatera Barat Pada
Tahun 2010 .............................................................

33

Gambar 2.3

Sub-Klaster Pengembangan Budidaya Tanaman Kakao

56

Gambar 2.4

Pohon I ndustri Komoditi Kakao .................................

57

Gambar 2.5

Sub-Klaster Fermentasi dan pengeringan Biji Kakao ....

58

Gambar 2.6

Sub-Klaster pengolahan Biji Kakao .............................

59

Gambar 2.7

Klaster I ndustri ( Pemanfaatan Gambir pada industri
Kulit) .......................................................................

67

Gambar 2.8

Klaster I ndustri ( Tinta Fokus Tinta Pemilu ) ...............

68

Gambar 2.9

Klaster I ndustri ( Gambir Sebagai Bahan Baku I ndustri
Kosmetik dan Farmasi) ...........................................

69

Gambar 2.10 Klaster I ndustri ( Kreatif Papan Partikel Berperekat
Gambir ) ..................................................................

70

Gambar 2.11 Klaster Hasil Laut Dan Perikanan ...............................

75

Gambar 2.12 Model Pemanfaatan Limbah Tuna ..............................

76

Gambar 2.13 Konsep Sistem I novasi Daerah (SI Da) Sumatera Barat

88

Gambar 2.2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan perekonomian daerah
mesti meningkat dan berkelanjutan untuk menciptakan keadilan dan
kemakmuran pada masyarakat suatu daerah. Dalam peningkatan perekonomian daerah, pemerintahan daerah beserta organ-organnya berupaya
menjalankan tugas dan fungsi dengan efektif dan efisien serta memiliki
strategi dan program pembangunan yang tepat. Berdasarkan perkembangan ekonomi daerah, kapasitas pemerintahan daerah provinsi, kabupaten
dan kota di Sumatera Barat dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
daerah masih belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan lima
tahun terakhir dari tingkat pertumbuhan ekonomi, PDRB, nilai ekspor,
pendapatan per kapita dan prosentase pengangguran. Persoalan kapasitas
tersebut disebabkan oleh belum lengkapnya infrastruktur dan sistem yang
mendukung adanya inovasi daerah.
Daya saing daerah Sumatera Barat sebagai daerah investasi dan
industri masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
Indonesia seperti di Pulau Jawa. Di kawasan Sumatera, daya saing
Sumatera Barat masih di bawah Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jambi dan
Sumatera Selatan. Hal ini diperlihatkan pada Tabel 1.1 yang menunjukkan
perbandingan capaian Sumbar dibandingkan dengan daerah lain di
Indonesia. Banyak pakar menyatakan dan pengalaman empiris menunjukkan bahwa tanpa inovasi, suatu negara atau daerah tidak akan memiliki
daya saing tinggi. Daya saing tinggi merupakan faktor penting dalam
peningkatan ekonomi.
Provinsi yang mempunyai daya saing tertinggi adalah DKI Jakarta
sedangkan provinsi dengan daya saing terendah adalah Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Namun demikian, sangat disadari bahwa karena studi ini
dilakukan pada tahun 2002 yang lalu, sehingga besar kemungkinan
peringkat daya saing daerah ini sudah mengalami perobahan dewasa ini. Di
samping itu, karena penilaian dilakukan berdasarkan aspek yang cukup luas
dan sebagian tidak dapat dinilai secara kuantitatif, maka penilaian juga
akan cenderung menjadi kurang tepat dibandingkan dengan kondisi
sesungguhnya di lapangan. Namun paling kurang telah diketahui bahwa,

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

1

daya saing merupakan faktor pendorong akselerasi pembangunan dan
peningkatan ekonomi daerah.
Tabel 1.1
Peringkat Daya Saing Daerah Sumatera Barat di Indonesia tahun 2002
Provinsi

Kemampuan
Ekonomi
Daerah

Ketersediaan
Infrastrukur

Iklim
Investasi

Kualitas
Sumber daya
Manusia

Peringkat
Keseluruhan

DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
DIY Yokyakarta
Bali
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan
Riau
Kalimantan Tengah
Lampung
Jambi
Sumatera Selatan
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
NTB
Sulawesi Tenggara
NTT
Maluku
Irian jaya
Bengkulu
Aceh

1
3
9
4
2
7
12
6
10
5
8
19
20
14
23
16
11
21
24
18
13
26
17
25
22

1
2
3
9
13
15
8
7
5
4
12
18
22
16
6
14
20
17
19
23
21
26
11
25
24

1
6
2
8
5
3
7
11
9
10
15
4
13
14
12
17
19
18
23
20
22
21
25
24
26

1
6
5
3
4
2
7
8
14
20
18
10
17
11
16
13
23
21
24
19
25
12
26
18
22

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Sumber : Bank Indonesia, Daya Saing Daerah: Konsep dan Pengukurannya di
Indonesia, Yokyakarta; BPFE, 2002, halaman 101-110 dengan melakukan
beberapa modifikasi.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

2

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia telah memiliki Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 20112025 dengan visi Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur. Hal ini menjadi arah kebijakan pemerintah dalam prioritas
pembangunan nasional pada berbagai daerah di Indonesia. Dengan
demikian, swasta, asing dan pemerintah dapat menanamkan investasi,
mendirikan infarstruktur dan industri yang dapat menciptakan pertumbuhan
sesuai fokus dan koridor pengembangan ekonomi yang telah ditetapkan.
Sayangnya, Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi di Pulau
Sumatera tidak termasuk dalam koridor utama I pengembangan ekonomi
Sumatera dalam MP3EI 2011-2025 karena koridor utama tersebut hanya
melalui Medan, Pekan Baru, Jambi, Palembang dan Lampung (lihat Gambar
1.1). Bagi Sumatera Barat, hal ini merupakan suatu “disadvantage”.
Walaupun demikian, keterlibatan daerah Sumatera Barat tetap dapat
berperan dengan menjadi pendukung untuk program pembangunan dalam
MP3EI tersebut karena MP3EI membutuhkan dukungan dan pasokan untuk
infrastruktur yang diinvestasikan dan industri yang dijalankan.

Gambar 1.1. Peta Indonesia
Bambar 1.1 Peta Indonesia

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Sumatera Barat memerlukan
peningkatan kapasitas pemerintahan dalam peningkatan ekonomi daerah
dan peningkatan daya saing daerah serta keterlibatan sebagai pendukung
dalam MP3EI 2011-2025. Dalam rangka hal tersebut di atas diperlukan
penguatan sistem inovasi daerah secara terarah, komprehensif, terintegrasi,

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

3

dan berkesinambungan yang akan menjadi panduan untuk percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Sumatera Barat dan Indonesia terutama
di Sumatera. Untuk itu, diperlukan adanya sistem inovasi daerah Sumatera
Barat yang menjadi panduan dalam peningkatan kapasitas pemerintah
dalam pembangunan ekonomi, peningkatan daya saing ekonomi daerah
dan keterlibatan daerah Sumatera Barat dalam MP3EI. Hal ini didukung oleh
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri Republik Indonesia masingmasing Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Dasar hukum dalam penyusunan Road Map Penguatan Sistem
Inovasi Daerah, antara lain:
1.

2.

3.
4.
5.

6.

7.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Sinas P3 IPTEK).;
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025;
Permendagri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan
Pengembangan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri;
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri Nomor 03 dan Nomor 36
Tahun 2012 tentang penguatan SIDa;
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025;
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015;
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 77 Tahun 2010 tentang
Jakstrada IPTEK Provinsi Sumatera Barat 2011-2015;

Dasar hukum di atas diharapkan dapat mendukung programprogram pemerintah terkait dengan penguatan SIDa dalam hal
kelembagaan, program, SDM, pendanaan, dan kemitraan. Kelembagaan
SIDa harus mampu berkoordinasi dengan SKPD dan Lembaga-lembaga
terkait lainnya baik di pusat maupun di daerah.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

4

1.3. Maksud dan Tujuan
Penyusunan ini bertujuan untuk menghasilkan Road Map Penguatan
Sistem Inovasi Daerah Provinsi Sumatera Barat yang menjadi pedoman
untuk penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sumatera Barat yang
komprehensif dan menjadi panduan pembangunan ekonomi daerah
berbasis inovasi untuk jangka menengah.
1.4. Hubungan Antar Dokumen
Road Map penguatan Sistim Inovasi Daerah (SIDa) disusun
bersinergi dan selaras dengan proses dan dokumen perencanaan
pembangunan daerah baik dokumen jangka panjang, menengah dan
tahunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Berikut hubungan Roadmap
penguatan sistem inovasi di daerah dengan berbagai dokumen perencanaan
pembangunan seperti RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi, RPJMD Provinsi, serta
RPJPD dan RPJMD Kabupaten/Kota.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

5

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

6

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
Provinsi Sumatera Barat merupakan suatu daerah yang terletak di
pantai barat pulau Sumatera berikut Kepulauan Mentawai. Topografi daerah
berbukit-bukit karena dilalui oleh bukit barisan yang terhampar dari utara
sampai keselatan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Sementara
itu, pada daerah ini terdapat pula hutan lindung yang cukup luas baik yang
tergabung dalam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) maupun yang
terletak di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Limapuluh Kota. Akibatnya
daerah yang relatif datar dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian
menjadi relatif kecil dibandingkan dengan provinsi tetangga lainnya.
Kegiatan ekonomi utama penduduk adalah dalam bidang pertanian,
khususnya perkebunan dan perikanan. Namun demikian, kegiatan sektor
jasa, seperti transportasi, perdagangan dan jasa-jasa lainnya, ternyata juga
berperan cukup penting dalam kegiatan ekonomi Provinsi Sumatera Barat.
Masyarakat yang tinggal di daerah daratan umumnya beragama
Islam dan berbudaya Minangkabau, sedangkan masyarakat yang tinggal di
Kepulauan Mentawai umumnya beragama Kristen dan berbudaya Mentawai.
Perbedaan agama dan budaya tersebut sangat mempengaruhi kebiasaan
dan tingkah laku masyarakat yang akhirnya juga mempengaruhi proses
pembangunan daerah.Walaupun mempunyai kondisi sosial yang beragam,
ternyata kehidupan masyarakat dapat berjalan secara damai dan rukun
yang ditandai dengan tidak banyaknya terjadi konflik sosial, sehingga
proses pembangunan daerah dapat berjalan dengan baik dan kondusif.
2.1. Potensi Ekonomi Daerah
Analisis potensi pengembangan ekonomi wilayah diperlukan untuk
dapat mengetahui secara makro (menyeluruh) sektor dan subsektor yang
mempunyai potensi pengembangan yang relatif cukup besar. Analisis ini
diperlukan mengingat masing-masing daerah mempunyai potensi pengembangan yang bervariasi sesuai dengan kondisi daerah bersangkutan.
Informasi ini diperlukan dalam penyusunan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)
Provinsi Sumatera Barat guna dapat menentukan arah dan prioritas
pengembangan kegiatan inovasi daerah. Hal ini diperlukan mengingat
pengembangan inovasi terkait erat dengan kelayakan ekonomis dari produk
yang akan dihasilkan. Aspek kelayakan ekonomi ini menjadi lebih penting

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

7

lagi dalam era globalisasi dewasa ini dimana tingkat persaingan menjadi
semakin tajam sehingga produk yang akan dapat bertumbuh dan
berkembang baik adalah produk-produk yang mempunyai daya saing tinggi.
Pembahasan tentang potensi ekonomi regional Provinsi Sumatera
Barat dilakukan dengan memperhatikan Keuntungan Komperatif
(Comperative Advantage) dari masing-masing kabupaten dan kota secara
relatif dalam provinsi Sumatera Barat. Dengan cara demikian, potensi
ekonomi suatu kabupaten dan kota yang diukur dengan nilai tambah dari
masing-masing sektor dan subsektor dibandingkan potensi ekonomi ratarata Provinsi Sumatera Barat. Ini berarti bahwa suatu sektor atau subsektor
dapat dikatakan mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar bilamana
kegiatan produksinya relatif lebih mononjol peranannya diban-dingkan
dengan daerah lain, baik dari segi jumlahnya maupun pertum-buhannya.
Potensi ekonomi daerah dalam hal ini dianalisis dengan memperhatikan kapasitas produksi dari masing-masing sektor ekonomi yang
terdapat di daerah. Sedangkan potensi produksi tersebut diketahui dengan
memperhatikan dua unsur yaitu: laju pertumbuhan nilai tambah dan
kontribusi masing-masing sektor dalam perekonomian daerah. Laju
pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa sektor tersebut mampu
berkembang cepat dan demikian pula sebaliknya. Sedangkan kontribusi
menunjukkan peranan kegiatan tersebut dalam perekonomian daerah, dan
demikian pula sebaliknya. Gabungan kedua unsur ini dapat menunjukkan
potensi ekonomi suatu sektor dalam perekonomian daerah.
Tabel 2.1
Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sumatera Barat
Menurut Sektor/Subsektor 2007-2011 (Dalam Persentase)
No.
1
a
b
c
d
e
2
a
b

Sektor/subsektor

2007

2011

Laju
Pertumbuhan
(Dalam %)

22,81
11,44
5.75
1,84
1,24
2,53
3,03

8.039
4.030
2.024
631
468
885
1.028

9.414
4.723
2.375
758
513
1.043
1.252

4,03
4,05
4,08
4,69
2,32
4,19
5,05

0,53

189

220

3,87

Kontribusi Terhadap
PDRB 2011
(Dalam %)

Pertanian
Tanam pangan & Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa gas

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

Nilai PDRB (Rp. Juta)

8

No.

2007
839

2011
1.031

Laju
Pertumbuhan
(Dalam %)
5,29

12,14

4.209

5.010

4,05

12,14

4.209

5.010

4,05

Listrik , Gas , dan Air Minum
Listrik
Gas
Air bersih

1,11
1,00

394
357

458
413

3,83
3,71

0,11

36

44

5,14

Bangunan

5,48

1.627

2.261

8,57

Perdagangan
Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel
Restoran

17,97
17,32
0,18
0,48

6.057
5.853
52
151

7.419
7.147
74
197

5,20
5,12
9,44
6,87

Pengangkutan dan Komunikasi
a. pengangkutan
b. komunikasi

15,25
11,14
1,15

4.527
342
1.100

6.294
459
1.698

8,59
7,63
11,46

Keuangan dan Jasa Perusahaan
Bank
Lembaga keuangan tanpa bank
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan

5,11
1,82
1,24
1,90
0,14

1.692
590
408
645
49

2.110
751
514
786
59

4,51
6,22
5,94
5,07
4,75

17,09
11,50
5,59
100,00
4,41

5.338
3.527
1.811
32.913

7.055
4.748
2.308
41.276

7,22
9,96
6,25

Sektor/subsektor

c

Penggalian

a
b

Industri Pengolahan
Industri migas
Industri tanpa migas

a
b
c

3

4

5
6
a
b
c
7
a

8
a
b
c
d
9
a
b

Kontribusi Terhadap
PDRB 2011
(Dalam %)
2,50

Jasa - jasa
Pemerintahan umum
Swasta
Jumlah
Rata-rata

Nilai PDRB (Rp. Juta)

5,82

Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka

Dengan menggunakan data PDRB yang tersedia dapat diketahui
tingkat pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor dalam
perekonomian daerah Sumatera Barat seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Dalam periode waktu yang diambil adalah yang terakhir, yaitu 2007-2011
sesuai dengan data tersedia pada waktu penulisan rencana ini. Pada tabel
ini terlihat bahwa kontribusi terbesar dalam perekonomi Sumatera Barat
diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 23,84% dan disusul oleh
sektor perdagangan sebesar 17,74%. Sedangkan kedalam sektor pertanian
tersebut, ternyata sektor perkebunan merupakan sektor yang sangat
menonjol. Akan tetapi, mengingat sektor perdagangan, pengangkutan dan
Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

9

komunikasi, keuangan dan jasa-jasa pada dasarnya adalah sektor jasa,
maka sebenarnya perekonomian Sumatera Barat dewasa ini sudah mulai
didominasi oleh sektor jasa ini. Namun demikian, peranan sektor industri
dan pertambangan masih relatif kecil, sehingga Provinsi Sumatera Barat
belum dapat dikatakan sebagai daerah industri.
Pengelompokkan masing-masing sektor ekonomi tersebut sesuai
dengan potensi pengembangannya dapat ditentukan dengan menggunakan
matrik typologi Klassen. Dengan menggunakan typologi ini akan dapat
diketahui sektor-sektor yang termasuk dalam kelompok sektor berpotensi
tinggi, kelompok sektor tertekan, kelompok sektor berkembang dan
kelompok sektor-sektor yang terbelakang. Dengan demikian, dalam rangka
mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi daerah, sebaiknya pengembangan
kegiatan inovasi diprioritaskan pada kelompok sektor yang berpotensi
tinggi. Pengelompokkan sektor-sektor sesuai potensi ekonominya dapat
dipresentasikan pada Tabel 2.2 berikut ini
Tabel 2.2 Pengelompokkan Sektor-sektor Menurut Potensi Ekonomi Daerah
Berdasarkan Klassen Typology
Laju Pertumbuhan
Kontribusi
Dalam PDRB

Kontribusi Sektor
Rata-Rata

Diatas

Kontribusi Sektor Dibawah
rata-Rata

Laju Pertumbuhan
Di atas Rata-Rata

Laju Pertumbuhan
Di bawah Rata-Rata

Kelompok I
Sektor Maju
Bangunan, Pengangkutan, Jasa
Pemerintahan dan jasa Swasta.

Kelompok II
Sektor Potensial
Tanaman Pangan, Perkebunan, Industri Non Migas, dan Perdagangan

Kelompok III
Sektor Berkembang
Hotel, Restoran, Telekomunikasi, Bank, Lembaga Keuangan
Non Bank,

Kelompok IV
Sektor Tertinggal
Peternakan, Kehutanan, Perikanan,
Pertambangan, Penggalian, Listrik, Air
Bersih, Sewa Bangunan dan Jasa
Perusahaan.

Hasil pengelompokkan yang dihasilkan dengan menggunakan Klassen
Typologi adalah cukup menarik bila dikaitkan dengan upaya pengembangan
Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Kelompok I adalah sektor-sektor yang dapat
diklasifikasikan sebagai sektor yang sudah cukup maju karena tingkat
pertumbuhan dan kontribusi dalam perekonomian daerah cukup tinggi.
Sektor ini umumnya tidak banyak lagi memerlukan inovasi sehingga tidak
perlu masuk dalam cakupan program SIDa untuk daerah Sumatera Barat.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

10

Sektor dan subsektor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
Bangunan, Pengangkutan, Jasa Pemerintahan dan Jasa Swasta.

Kelompok II adalah sektor dan subsektor yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena mempunyai kontribusi yang besar dalam
perekonomian daerah, tetapi mempunyai laju pertumbuhan yang masih
rendah. Sektor-sektor tersebut adalah tanaman pangan, perkebunan,
industri non migas dan perdagangan. Kelompok ini potensial untuk
dikembangkan melalui sistem inovasi agar pertumbuhan dan nilai
tambahnya kedepan dapat ditingkatkan sehingga dampaknya terhadap
peningkatan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat diperkirakan
akan cukup besar.

Kelompok III adalah sektor dan subsektor yang sedang bertumbuh
cepat, tetapi peranannya dalam perekonomian daerah masih relatif kecil.
Sektor dan subsektor yang termasuk dalam kelompok ini adalah: hotel,
restoran, telekomunikasi, bank dan lembaga non bank. Kelompok ini juga
tidak mendesak untuk dikembangkan melalui SIDa karena pertumbuhannya
sudah cukup cepat walaupun peranannya dalam perekonomian daerah
masih relatif kecil.

Kelompok IV adalah sektor dan subsektor yang termasuk dalam
sektor yang tertinggal karena baik pertumbuhannya dan sumbangannya
dalam perekonomian daerah masih kecil. Untuk saat sekarang sektor dan
subsektor ini belum dapat dimasukkan ke dalam program SIDa karena baik
peranan dan sumbangannya masih rekatif kecil. Mungkin dimasa
mendatang bila sektor dan subsektor sudah mulai berkembang dengan baik
baru akan dapat dimasukkan dalam program SIDa Provinsi Sumatera Barat.
2.2. Komoditi Unggulan
Penetapan komoditi unggulan dalam Sistem Inovasi Daerah (SIDa)
diperlukan untuk dapat memberikan fokus dan prioritas yang jelas dalam
pelaksanaan kegiatan dan pengembangan Sistem Inovasi Daerah. Hal ini
sangat penting artinya untuk dapat memberikan arah yang jelas dalam
pengembangan Sistem Inovasi Daerah sehingga tujuan dan sasaran dapat
diwujudkan dengan baik, walaupun dalam kondisi sumberdana dan tenaga
yang dimiliki oleh daerah relatif terbatas.
Dalam rangka menjaga ketepatan dan kesahihan penentuan
komoditi unggulan tersebut, analisis didasarkan pada beberapa kriteria

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

11

tertentu sesuai dengan pengertian tentang komoditi unggulan serta
ketersediaan data yang diperlukan. Pada dasarnya komoditi unggulan
adalah produksi barang dan jasa yang diperkirakan akan dapat berkembang
dengan baik sesuai dengan potensi ekonomi daerah dan merupakan
tulangpunggung kegiatan ekonomi masyarakat Sumatera Barat secara
umum.
A. Kriteria Penetapan Komoditi Unggulan Daerah
Penetapan komoditi unggulan daerah Provinsi Sumatera Barat
dalam rangka pengembangan Sistem Inovasi Daerah di dasarkan pada
beberapa kriteria pokok. Kriteria tersebut meliputi aspek ekonomi, sosial
dan geografi. Berikut ini diuraikan dasar pemikiran dan landasan teoritis
yang dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih kriteria penentuan
komoditi unggulan daerah tersebut.

1) Kelayakan Ekonomi
Secara umum, kelayakan ekonomi suatu produk akan sangat
ditentukan oleh tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dari hasil produksi
dan penjualannya. Sedangkan keuntungan tersebut secara definisi adalah
penerimaan per unit (Average Revenue) dikurangi dengan jumlah biaya
produksi per unit produksi (Average Cost). Penerimaan per unit tersebut
pada dasarnya adalah sama dengan harga komoditi bersangkutan.
Besar kecilnya biaya produksi rata-rata perunit akan sangat
bervariasi dan ditentukan oleh lokasi sumber bahan baku dan pasar. Karena
itu, biaya produksi akan cendrung lebih rendah bilamana lokasi bahan baku
dan pasar relatif lebih dekat dengan tempat kegiatan produksi. Disamping
itu, jumlah produksi juga turut menentukan biaya produksi karena kegiatan
usaha kecil akan mempunyai biaya perunit rata-rata yang lebih tinggi dari
bilamana diproduksi dalam jumlah besar.

2) Keuntungan Komparatif Daerah
Pada era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini, persaingan
ekonomi dan bisnis adalah sangat tajam sekali, tidak hanya dengan produk
yang berasal dari luar negeri, tetapi juga produk yang dihasilkan antar
daerah. Kondisi ini dipicu oleh adanya globalisasi dalam perekonomian
dunia yang semakin nyata. Disamping itu, dan pelaksanaan otonomi daerah
dimana masing-masing daerah berlomba-lomba untuk terus meningkatkan
Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

12

pertumbuhan ekonomi daerahnya masing-masing. Dalam situasi yang
demikian, komoditi yang akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
adalah komoditi yang mempunyai daya saing cukup tinggi, baik di pasaran
dalam negeri maupun luar negeri.
Secara umum, daya saing tersebut ditentukan oleh Keuntungan
Komperatif yang dimiliki oleh produk bersangkutan. Sedangkan Keuntungan
Komperatif tersebut secara umum akan diketahui dengan membandingkan
perkembangan jumlah produksi produk yang sama antar daerah. Secara
lebih khusus, daya saing produk pada dasarnya ditentukan oleh harga dan
kualitas produk yang dapat dihasilkan. Sedangkan harga akan sangat
ditentukan oleh biaya produksi dan transportasi yang harus dikeluarkan oleh
para pengusaha dalam menghasilkan produksi. Sedangkan kualitas produksi
sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam menghasilkan
produk bersangkutan yang terlihat dari jenis peralatan produksi apakah
sudah bersifat mekanisasi atau masih banyak bersifat manual.

3) Peranan Terhadap Perekonomian Rakyat
Peranan terhadap kegiatan ekonomi rakyat akan diketahui dari
jumlah lapangan kerja yang dapat disediakan oleh kegiatan ekonomi
bersangkutan. Bila jumlah lapangan kerja yang dapat disediakan relatif
kecil, maka hal ini menunjukkan bahwa peranan kegiatan tersebut terhadap
perekonomi rakyat relatif kecil. Sebaliknya bilamana jumlah lapangan kerja
yang dapat disediakan relatif besar, maka hal ini menunjukkan bahwa
peranan kegiatan tersebut terhadap perekonomian rakyat juga relatif cukup
besar. Sedangkan penyediaan lapangan kerja akan dapat diketahui dari
jumlah pekerja yang digunakan oleh kegiatan ekonomi bersangkutan.
Ketiga kriteria jelas mempunyai ukuran yang berbeda satu sama
lainnya. Karena itu penggabungan ketiga kriteria tersebut untuk dapat
melakukan penetapan kriteria unggulan terpaksa dilakukan dengan
menggunakan sistem skor dan bobot yang ditentukan berdasarkan data
yang tersedia untuk masing-masing kriteria tersebut. Sangat disadari bahwa
penggunaan skor dan bobot ini bersifat subjektif karena itu pengambilan
kesimpulan harus dilakukan secara hati-hati melalui sebuah Focus Group
Discussion (FGD) yang baik dan berkualitas.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

13

B.

Indikator Komoditi Unggulan

Kriteria penetapan komoditi unggulan tersebut di atas tentunya
memerlukan data-data tertentu yang sesuai dengan kriteria tersebut. Akan
tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua data yang dibutuhkan
tersedia secara cukup. Akibatnya diperlukan penentuan indikator-indikator
umum yang dapat mewakili kriteria tersebut. Berikut ini diberikan analisis
dari beberapa indikator yang dapat digunakan sesuai dengan data yang
tersedia.
1) Laju Pertumbuhan Produksi
Data tentang biaya produksi rata-rata per unit cukup sulit untuk
diperoleh karena memerlukan survei lapangan yang sangat intensif. Di
samping itu, besar kemungkinan para petani dan memberikan indikasi
bahwa keuntungan pengusaha tidak akan bersedia memberikan informasi
yang sebenarnya tentang biaya produksi mereka karena hal ini merupakan
rahasia bisnis. Karena itu, untuk kemudahan, perlu digunakan suatu
indikator umum yang dapat mewakili variasi dalam biaya produksi tersebut.
Indikator umum tersebut adalah laju pertumbuhan produksi rata-rata setiap
tahunnya. Bila laju pertumbuhan produksi cukup tinggi, maka hal ini
memberikan indikasi bahwa keuntungan dari kegiatan usaha tinggi
sehingga mendorong para pemilik usaha untuk meningkatkan produksinya.
Demikian pula sebaliknya bilamana tingkat keuntungan yang diperoleh
relatif rendah.
Indikator umum lainnya yang juga dapat menunjukkan kelayakan
ekonomi suatu produk adalah adalah harga pasar produk yang
bersangkutan. Bila harga pasar relatif tinggi, maka hal ini menujukkan
bahwa komoditi bersangkutan mempunyai kelayakan ekonomi yang lebih
tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Demikian
pula sebaliknya bilamana harga pasar kemoditi tersebut relatif rendah,
maka hal ini menunjukkan kelayakan ekonomi yang lebih rendah karena
keuntungan yang akan diperoleh cendrung menjadi lebih kecil.
Seperti terlihat pada Tabel 2.3 ternyata dibidang perkebunan,
komoditi yang mempunyai laju pertumbuhan produksi yang sangat tinggi
terdapat pada komoditi kakao dengan laju pertumbuhan 36,78%.
Sedangkan komoditi karet dan sawit ternyata mempunyai laju pertumbuhan
yang relatif rendah, yaitu hanya sekitar 6-7% saja rata-rata setiap
tahunnya. Bahkan gambir yang merupakan komoditi khusus Sumatera Barat
Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

14

ternyata laju pertumbuhannya sangat rendah yaitu rata-rata hanya sekitar 2
persen saja. Sedangkan untuk komoditi hasil kelautan ternyata ikan tuna
dan ikan nila merupakan dua komoditi yang mempunyai laju pertumbuhan
rata-rata yang cukup tinggi. Sangat mengherankan, produksi ikan kerapu
yang sangat potensial dan mempunyai harga cukup tinggi ternyata laju
pertumbuhannya sangat rendah.
Tabel 2.3
Laju Pertumbuhan Produksi Komoditi Unggulan Menurut Jenis
di Provinsi Sumatera Barat 2006-2010
Komoditi

Satuan

2007

2008

2009

2010

Rata-rata
Pertumbuhan
(%)

Perkebunan:
Sawit
Ton
326.580
349.317
363.904
395.586
6,60
Karet
Ton
89.714
103.880
133.816
134.912
7,05
Kakao
Ton
18.381
29.840
40.250
47.045
36,79
Gambir
Ton
13.115
13.930
13.932
13.845
2,04
Kelautan:
Tuna
Ton
3.213,7
738,8
4.731,2
521,8
21,38*
Tongkol
Ton
20.095,2
13.979,7
20.733,8
20.149,9
0.01
Nila
Ton
18.511
21.347
30.873
42.572
32,00
Kerapu
Ton
16
14,8
27,1
11,98
30,00*
Peternakan:
Ayam
Ekor
24.528.031 26.580.470 27.678.163 29.026.809
5.44
Sapi
Ekor
451.511
470.627
493.098
514.112
4.23
Kerbau
Ekor
190.015
196.854
202.997
207.648
2.91
*dihitung diluar data produksi tahun 2010 yang datanya sangat diragukan kebenarannya
Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Barat

Dari indikator tersebut terlihat bahwa dari segi kelayakan ekonomi
yang diukur dengan rata-rata pertumbuhan produksi ternyata untuk sektor
perkebunan komoditi kakao dapat dikatakan mempunyai keunggulan yang
cukup tinggi. Sedangkan untuk sektor hasil kelautan terlihat pula bahwa
komoditi ikan tuna dan ikan nila merupakan komoditi unggulan provinsi
Sumatera Barat. Namun demikian, keunggulan ini harus pula dikonfirmasi
dengan unsur pertimbangan lainnya yaitu Keuntungan Komperatif Daerah
dan peran dalam ekonomi kerakyatan.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

15

2) Koefisien lokasi
Seperti dinyatakan terdahulu bahwa daya saing sangat ditentukan
oleh Keuntungan Komperatif Daerah (Regional Comperative Advantage)
yang dimiliki oleh masing-masing komoditi unggulan. Sedangkan indikator
yang lazim dipakai untuk mengetahui tingkat Keuntungan Komperatif
tersebut adalah Koefisien Lokasi (Location Quotient) yang merupakan indek
perbandingan peranan masing-masing komoditi secara rekatif dalam suatu
daerah. Dalam hal ini, hanya komoditi dengan nilai LQ>1 yang dapat
dikatakan relatif unggul dibandingkan dengan komoditi lainnya. Sedangkan
data yang digunakan dalam perhitungan indek adalah jumlah produksi
masing-masing komoditi menurut wilayah penghasilnya.
Karena Sistem Inovasi Daerah ini dilakukan untuk tingkat provinsi,
maka perhitungan Koefisien Lokasi juga harus ditentukan untuk tingkat
Provinsi Sumatera Barat. Ini berarti bahwa perhitungan Koefisien Lokasi
akan diperoleh terlebih dahulu dengan jalan membagi antara jumlah
produksi daerah untuk masing-masing komoditi unggulan dengan jumlah
produksi unggulan yang sama pada tingkat nasional. Hasil perhitungan ini
kemudian dibagi lagi dengan hasil perbandingan antara nilai PDRB
Sumatera Barat dengan nilai PDB Indonesia.
Seperti terlihat pada Tabel 2.4 ternyata bahwa ternyata sektor
pertanian ternyata masih merupakan salah satu potensi ekonomi wilayah
yang cukup penting bagi pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat.
Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai LQ lebih besar dari satu yaitu 1,75 yang
memperlihatkan bahwa sektor ini mempunyai Keuntungan Komperatif yang
cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata pada
provinsi lainnya di Indonesia.
Di dalam sektor pertanian tersebut terlihat pula bahwa subsektor
tanaman pangan ternyata merupakan potensi ekonomi utama Provinsi
Sumatera Barat. Kondisi ini terlihat dari nilai LQ yang cukup tinggi yaitu
rata-rata 1,78. Sedangkan subsektor perkebunan ternyata juga merupakan
potensi ekonomi wilayah yang sangat besar dengan nilai LQ rata-rata
mencapai 2,75. Sedangkan subsektor Kehutanan ternyata juga mempunyai
potensi pengembangan yang juga cukup tinggi dengan nilai LQ sebesar
1,71. Sedangkan subsektor perikanan dan peternakan juga mempunyai
potensi pengembangan yang cukup besar yang terlihat dari nilai LQ yang
lebih besar dari satu.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

16

Potensi pengembangan sektor jasa ternyata juga cukup besar dalam
perekonomian daerah Sumatera Barat dan cendrung meningkat. Sektor jasa
yang dimaksudkan disini adalah dalam pengertian luas yang meliputi sektor:
perdagangan, perhubungan dan komunikasi, dan jasa-jasa lainnya,
termasuk juga jasa pendidikan dan kesehatan. Seperti terlihat pada Tabel
2.4 potensi pembangunan yang dimiliki oleh sektor perdagangan ternyata
cukup besar yang terlihat dari nilai LQ lebih besar dari satu. Potensi
pengembangan subsektor perdagangan ini terutama terletak pada kegiatan
perdagangan besar dan eceran dengan nilai LQ rata-rata mencapai 1,26.
Perdagangan luar negeri Sumatera Barat masih didominasi oleh
komoditi pertanian yang sebahagian besar merupakan bahan mentah dan
setengah jadi atau hasil olahannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa sektor
industri manufaktur di Sumatera Barat masih belum berkembang. Ekspor
produk industri utama berupa Karet Olahan, Semen, CPO, Minyak Inti Sawit
dan Kayu Lapis. Semen merupakan produk andalan Sumatera Barat
sedangkan Batubara menunjukkan tendensi produksi yang terus menurun
karena menipisnya deposit tambang luar. Struktur ekspor demikian semakin
memperkuat peranan sektor pertanian sebagai basis ekonomi Sumatera
Barat di mana sekitar 47,4% tenaga kerja berada di sektor pertanian.
Sektor penting berikutnya adalah perdagangan, hotel dan restoran yang
menampung sekitar 18% jumlah angkatan kerja.
Tabel 2.4
Indeks Koefisien Lokasi Sektor dan Subsektor
Provinsi Sumatera Barat 2006-2010
No

Sektor/Sub-sektor

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Rata-rata

1.
a.
b.
c.
d.
e.

Pertanian
Tanaman Pangan
Perkebunan
Perternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Pertambangan tanpa gas
Penggalian
Industri Pengolahan
Industri tanpa migas

1.72
1.76
2.57
1.11
1.73
1.24

1.74
1.78
2.69
1.09
1.75
1.21

1.77
1.80
2.80
1.10
1.69
1.21

1.76
1.77
2.85
1.11
1.68
1.23

1.76
1.78
2.83
1.13
1.68
1.22

1,75
1.78
2,74
1,11
1,71
1,22

1.75
1.78
2.75
1.11
1.71
1.22

0.35

0.35

0.36

0.37

0.37

0,36

0.36

0.20
2.97
0.52
0.52

0.20
2.81
0.51
0.51

0.19
2.72
0.51
0.51

0.20
2.67
0.52
0.52

0.19
2.62
0.52
0.52

0,19
2.76
O,52
0,52

0.20
2.76
0.52
0.52

2.
a.
b.
3.
a.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

17

No

Sektor/Sub-sektor

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Rata-rata

Listrik dan Air Minum
1.76
1.80
1.74
1.62
1.51
1,69
1.68
Listrik
2.31
2.36
2.34
2.25
2.23
2,30
2.30
Air bersih
1.04
1.06
1.10
1.13
1.17
1,10
1.10
Bangunan
0.83
0.82
0.80
0.79
0.77
0,80
0.80
1.08
1.06
1.06
1.08
1,07
1.07
1.08
Perdagangan
Perdagangan Besar dan
1.27
1.27
1.24
1.23
1.28
1,26
1.26
Eceran
b. Hotel
0.22
0.22
0.23
0.23
0.23
0,23
0.23
c. Restoran
0.21
0.20
0.20
0.20
0.19
0,20
0.20
Pengangkutan dan
7.
2.06
1.98
1.90
1.76
1.62
1,86
1.87
Komunikasi
a. Pengangkutan
2.71
2.71
2.81
2.89
2.89
2,80
2.80
b. Komunikasi
1.06
1.02
0.94
0.00
0.73
0,75
0.75
Keuangan, Persewaan, dan
0.76
8.
0.55
0.55
0.38
0.54
0,56
0.56
Jasa Perusahaan
a. Bank
0.43
0.45
0.45
1.28
0.46
0,61
0.61
b. Lembaga keuangan tanpa
1.63
1.65
1.61
2.27
1.54
1,74
1.74
bank
c. Jasa Perusahaan
0.09
0.09
0.09
1.14
0.08
0,30
0.30
9.
Jasa- jasa
1.79
1.76
1.75
1.75
1.74
1,76
1.76
a. Pemerintahan
2.65
2.61
2.61
2.64
2.64
2,63
2.63
b. Swasta
1.07
1.07
1.07
1.07
1.05
1,06
1.06
Sumber : Perhitungan LQ tahun 2005-2009 diambil dari RPJMD provinsi Sumatera
Barat 2010-2015 sedangkan untuk tahun 2010 dan angka rata-rata dihitung
sendiri.
4.
a.
b.
5.
6.
a.

Sektor jasa lainnya yang juga sangat potensial untuk dikembangkan
adalah sektor perhubungan dan komunikasi dengan nilai Indek Koefisien
Lokasi sebesar 1.87. Ke dalam sektor perhubungan dan komunikasi ini,
subsektor perhubungan, baik darat, laut dan udara, ternyata merupakan
potensi utama dengan nilai LQ mencapai 2,80. Di samping itu subsektor
jasa-jasa juga mempunyai potensi yang cukup memadai dengan nilai LQ
sebesar 1,76. Ke dalam sektor jasa-jasa ini, subsektor jasa pemerintah
merupakan potensi pembangunan berperan cukup penting dengan nilai LQ
mencapai 2,63.
Salah satu potensi khusus Sumatera Barat adalah dibidang
penyediaan tenaga listrik dan air minum karena didukung oleh sumberdaya
alam spesifik. Sebagaimana diketahui bahwa daerah ini mempunyai
Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

18

beberapa sumberdaya yang sangat potensial digunakan untuk pembangkit
tenaga listrik seperti tenaga air dan batubara. Dewasa ini telah berjalan dua
Pusat Listrik Tenaga Air, yaitu PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak dengan
kapasitas yang cukup besar. Karena daerah ini juga mempunyai tambang
batubara, telah dibangun pula PLTU Ombilin dan sedang dibangun pula
sekarang PLTU Bungus yang keduanya juga mempunyai kapasitas cukup
besar. Tersedianya potensi pembangkit tenaga listrik yang cukup besar ini
menyebabkan Indek Koefisien Lokasi sektor ini menjadi cukup tinggi yaitu
1,68. Kedalam sektor ini, subsektor listrik merupakan potensi utama dengan
nilai LQ mencapai 2,30.
Sektor industri pengolahan ternyata masih belum banyak
berkembang di Sumatera Barat yang terlihat dari nilai LQ yang masih kecil
dari satu. Hal yang sama juga terjadi dengan sektor pertambangan yang
ternyata pertumbuhannya terus menurun karena semakin menipisnya
deposit tambang luar, sedangkan eksploitasi tambang dalam memerlukan
biaya produksi yang jauh lebih besar sehingga eksploitasinya sampai saat
ini belum dapat dilakukan. Disamping itu, sektor jasa keuangan juga
ternyata belum berkembang secara optimal di Sumatera Barat yang terlihat
dari nilai LQ yang juga kecil dari satu. Namun demikian, potensi
pengembangan jasa keuangan non bank kelihatannya cukup tinggi dengan
nilai LQ mencapai 1,74.
Potensi pembangunan wilayah Provinsi Sumatera Barat dapat
dikelompokkan atas beberapa wilayah atau kawasan. Dalam hal ini
pengelompokkan didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang
terkandung pada masing-masing wilayah. Analisis ini diperlukan untuk
dapat merumuskan strategi dan kebijakan pembangunan daerah sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah dan kawasan bersangkutan.
Pengelompokkan kawasan tersebut meliputi: (a) Kawasan Perikanan dan
Kelautan, (b) Kawasan Tanaman Pangan, (c) Kawasan Perkebunan dan (d)
Kawasan Pertambangan

Kawasan Perikanan dan Kelautan yang meliputi Kabupaten Mentawai,
Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten
Pasaman Barat. Sebagai daerah pantai, maka potensi pembangunan yang
dimiliki kawasan ini tentunya adalah dalam bidang perikanan dan kelautan.
Dewasa ini daerah-daerah perikanan yang cukup potensial untuk
dikembangkan guna mendorong proses pembangunan daerah adalah
Painan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kecamatan Bungus di Kota Padang,

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

19

Kota Pariaman dan Kecamatan Sasak di Kabupaten Pasaman Barat.
Kawasan Bungus sudah sejak beberapa tahun yang lalu ditetapkan sebagai
pusat perikanan laut untuk kawasan Pantai Barat Pulau Sumatera ini. Hal ini
dilakukan mengingat hasil penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa
lautan Samudra Indonesia yang terletak di kawasan pantai Barat Sumatera
Barat ini ternyata mempunyai potensi ikan tuna yang besar dengan kualitas
yang sangat baik.

Kawasan Tanaman Pangan yang meliputi Kabupaten-kabupaten
Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Solok dan Pasaman. Daerah ini
merupakan daerah subur yang sejak lama berfungsi sebagai “lumbung
pangan” Sumatera Barat dengan produksi utama adalah padi, palawija dan
tanaman pangan lainnya. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, daerah
ini sudah sejak` lama dilengkapi dengan fasilitas irigasi yang cukup
memadai. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, kedepan daerah
ini akan terus dikembangkan sebagai penghasil utama komoditi pangan
untuk daerah Sumatera Barat maupun provinsi tetangga terutama Riau.
Kawasan Perkebunan yang meliputi Kabupaten Sawahlunto Sijunjung,
Dharmasraya, Solok Selatan dan Pasaman Barat. Produk utama daerah ini
adalah karet, kelapa sawit dan teh yang merupakan komoditi ekspor utama
Sumatera Barat. Untuk meningkatkan nilai tambah sudah dibangun pula
industri karet remah (Crumb-rubber) terutama di kota Padang dan pabrik
minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO) terutama di daerah Pasaman Barat dan
Dharmasraya. Kedepan kawasan ini akan terus dikembangkan sebagai
daerah perkebunan besar dalam rangka mendukung peningkatan ekspor
daerah Sumatera Barat.
Kawasan Pertambangan, yang meliputi Kota Sawahlunto dan
Kabupaten Sijunjung dengan produksi utama adalah batubara. Walaupun
sejak beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan jumlah produksi karena
berkurangnya produksi tambang luar, namun demikian potensi tambang
dalam sebenarnya masih sangat besar. Disamping itu kualitas batubara
produksi daerah ini terkenal cukup baik dan mempunyai harga yang relatif
cukup tinggi. Dalam rangka peningkatan produksi batubara daerah ini,
pemerintah daerah telah mengundang beberapa investor asing baik dari
Australia, Polandia dan China untuk mengelola tambang dalam yang
memerlukan teknologi pertambangan yang lebih tinggi.

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

20

3) Penyediaan Lapangan Kerja
Indikator penyediaan lapangan kerja diperlukan untuk dapat
memberikan indikasi tentang besarnya peranan dari suatu komoditi
terhadap perekonomian rakyat. Logikanya adalah bahwa bilamana komoditi
bersangkutan dapat menyediakan lapangan kerja yang cukup besar bagi
masyarakat maka ini berarti bahwa peranan komoditi tersebut dalam
perekonomian rakyat juga cukup besar. Akan tetapi bilamana sebaliknya
terjadi yaitu bila jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh komoditi
bersangkutan hanya sedikit maka ini berarti bahwa peranannya dalam
perekonomian rakyat juga relatif kecil.
Data yang dapat mewakili penyediaan lapangan kerja adalah kepala
keluarga (KK) yang bekerja dalam kegiatan produksi dari masing-masing
komoditi. Kelemahan data ini adalah kita tidak dapat mengetahui jenis
pekerjaan anggota keluarga yang sudah dewasa. Perlu dicatat bahwa dalam
hal ini tidak perlu dibedakan antara pekerja penuh atau pekerja paruh
waktu karena informasi ini jarang tersedia. Tabel 2.5 memberikan informasi
tentang penyediaan lapangan kerja untuk masing-masing komoditi
unggulan untuk periode 2006-2010.
Tabel 2.5
Jumlah Penyediaan Lapangan Kerja di Sumatera Barat
Menurut Jenis Komoditi Unggulan 2006-2010 (Dalam KK Petani)
Komoditi
Perkebunan:

2007

2008

2009

2010

Sawit
Karet
Kakao
Gambir
Kelautan:
Peternakan:
Sapi

151.422
144.660
41.320
9.674
33.382

152.244
144.545
49.522
9.727
29.769

154.545
146.645
58.632
9.727
34.984

154.693
152.535
60.076
10.466
34.584

0,71
2,64
11,50
2,53
0,53

177.647

176.188

180.236

201.654

4,01

Rata-rata

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Barat

Informasi yang diperoleh dari Tabel 2.5 menunjukkan bahwa untuk
komoditi perkebunan, penyediaan lapangan pekerjaan yang terbesar adalah
pada komoditi kakao karena kegiatan ini dilakukan oleh rumah tangga yang
tersebar hampir diseluruh daerah Sumatera Barat. Penyediaan lapangan

Roadmap Penguatan SIDa Provinsi Sumatera Barat

21

kerja selanjutnya yang juga cukup besar adalah dalam tanaman karet yang
sudah merupakan komoditi tradisional masyarakat daerah yang kebanyakan
dikelola dengan sistem perkebu