Gambaran Umum SAP Daerah overview 08022015

GAMBARAN UMUM
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
(PP 71 TAHUN 2010)

AGENDA

1.

Gambaran Umum PP 71

2.

Laporan Operasional

3.

Permendagri 64 tahun 2013

4.


Aplikasi & Diskusi

HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012
PEMERINTAH DAERAH
LKPD
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

WTP

%

WDP

3

4
13
15
34
67
113

1%
1%
3%
3%
7%
13%
27%

327
283
323
330
341

349
267

OPINI
%
TW
28%
59%
67%
65%
65%
67%
64%

28
59
31
48
26
8

4

%

TMP

%

6%
13%
6%
10%
5%
1%
1%

105
123
118
111

121
100
31

23%
26%
24%
22%
23%
19%
8%

JML
463
469
485
522
524
524
415


Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK
(UU 15/2004)

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:
“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance
dalam pengelolaan keuangan pemerintah”.
Sumber: IHPS BPK
Sumber Rakernas 2014, untuk 2013 jumlah WTP 13 Propinsi dan 125 kab/kota, untuk opini lain belum selesai seluruhnya

Opini Pertanggungjawaban Keuangan

Otonomi


Pengelolaan

Pertanggungjawaban

Kelemahan dalam
Kelemahan dalam
pengelolaan
pengelolaan kas daerah
persediaan
Ketidakpatuhan
dalam pengadaan
barang dan / jasa
belanja barang dan
belanja modal.
Kelemahan dalam
Kelemahan dalam
pengelolaan investasi
pengelolaan Aset Tetap permanen dan investasi
dan Aset Lain-Lain
nonpermanen


OPINI
LKPD
2013

DASAR HUKUM

Psl 1
UU17/2003

Psl 36 ayat
(1) UU
17/2003

Psl 70 ayat
(2) UU 1/2004

• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih

• Belanja negara/daerah adalah kewajiban
pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)
tahun

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun anggaran 2008

PENYUSUNAN SAP AKRUAL

SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP
24/2005 dengan mengacu pada International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan
perundangan serta kondisi Indonesia.
• Pertimbangan:
– SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas

Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik
akuntansi berbasis akrual,
– Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.


PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)

• Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,
perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan
• Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh
KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP

PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I

BASIS AKRUAL

PP 71
2010

Menjadi

PP71/2010

LAMPIRAN II
BASIS CTA
PP24/2005

• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dapat segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual 
Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015

8

STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN I & II)
PSAP

BASIS KAS MENUJU AKRUAL
(LAMPIRAN II)

BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)

PSAP 01

Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian Laporan Keuangan

PSAP 02

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas

PSAP 03

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas

PSAP 04

Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan

PSAP 05

Akuntansi Persediaan

Akuntansi Persediaan

PSAP 06

Akuntansi Investasi

Akuntansi Investasi

PSAP 07

Akuntansi Aset Tetap

Akuntansi Aset Tetap

PSAP 08

Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

PSAP 09

Akuntansi Kewajiban

Akuntansi Kewajiban

PSAP 10

Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa

Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Operasi yang Tidak Dilanjutkan

PSAP 11

Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan Keuangan Konsolidasian

PSAP 12

-

Laporan Operasional

PUSAP
(PASAL 6)

• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan



Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan
mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan.
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

PENERAPAN BASIS AKRUAL
(PASAL 7)

• Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan
SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada
pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan
SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada
pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri

APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS
AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH




Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka
penerapan SAP berbasis akrual.
Ruang lingkup  kebijakan akuntansi pemerintah daerah; .
SAPD; dan BAS.
Permendagri dilengkapi dengan :





Lampiran I
: Panduan penyusunan kebijakan
akuntansi
pemerintah daerah
Lampiran II
: Panduan penyusunan SAPD
Lampiran III
: Bagan Akun Standar
Lampiran IV
: Format konversi penyajian LRA

KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan
pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban
(belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi


Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.



Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan secara lengkap 
hanya Kas

13

TUJUAN & MANFAAT AKRUAL
Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan
pemerintah
Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan
kewajiban pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya
jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik
Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik
Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset

14

KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

ANGGARAN

BASIS
KAS
LRA

BASIS
AKRUAL

SILPA/SIKPA

Laporan
Perubahan SAL

AKUNTANSI
LO

Surplus/
Defisit-LO

Laporan
Perubahan
Ekuitas

Ekuitas

Neraca

15

KOMPONEN LK – PP 71/2010

1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (SAL)
3.
4.
5.
6.
7.

Neraca
Laporan Arus Kas
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas Laporan Keuangan

LAPORAN PERUBAHAN SAL



Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :


Saldo Anggaran Lebih awal,



Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,



Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,



Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,



Saldo Anggaran Lebih Akhir.

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

NO

URAIAN

1 Saldo Anggaran Lebih Awal

20X1

20X0

XXX

XXX

(XXX)

(XXX)

XXX

XXX

4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

XXX

XXX

5

XXX

XXX

6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya

XXX

XXX

7 Lain-lain

XXX

XXX

8

XXX

XXX

2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan
3

Subtotal (1 - 2)

Subtotal (3 + 4)

Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7)

18

LAPORAN OPERASIONAL
• LO menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam






Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO

STRUKTUR DAN ISI LO


Menyajikan berbagai unsur
• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,



Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub
jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara
wajar

KONSEPSI BASIS

Pendapatan
dan Belanja
over/
underestimate
Pembiayaan
diperhitungka
n dalam
perhitungan
SILPA/SIKPA

Tidak ada
pemisahan
Kegiatan non
operasional
dan pos luar
biasa

PP 24/2005

LRA

Surplus/defisit
akrual yang
menambah/
mengurangi
ekuitas

Pendapata
n dan
belanja
akrual

Pemisahan
laporan
pertanggung
jawaban
anggaran dan
laporan
finansial

Ada
pemisahan
kegiatan
non
operasiona
l dan pos
luar biasa

PP 71/2010

LRA & LO

21

KONSEPSI BASIS
PP 24/2005 CTA
Opsional (Laporan
Kinerja Keuangan)

COST
LO menyediakan
informasi
mengenai seluruh
kegiatan
operasional
keuangan entitas
pelaporan yang
penyajiannya
disandingkan
dengan periode
sebelumnya

Performace

Estimation

Equity

PP 71/2010 AKRUAL
Laporan
pendapatan dan
beban akrual

Besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah dalam menjalankan pelayanan
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas
dan kehematan perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi
Memprediksi pendapatan LO yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah dalam periode mendatang
dengan menyajikan laporan secara
komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus
operasional) dan penurunan ekuitas (bila
22
defisit operasional)

PERANAN LAPORAN OPERASIONAL


Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang
dapat digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan
pelayanan

Laporan Operasional
Beban pegawai

Perhitungan Cost
Labor cost

Beban belanja barang
Beban bunga
Beban subsidi

Material cost

Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer
Beban lain-lain

Overhead cost

COST untuk
setiap
program/
kegiatan

PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Konsep VFM digunakan untuk menilai
apakah suatu organisasi telah mencapai
benefit maksimal, dengan mengunakan
sumber daya yang ada.

Evaluasi kinerja
berdasarkan konsep
Value for Money
(ekonomi, efisien &
efektif)

efektivitas
Output
(keluaran)

efisien

Input
(cost dari
program/
kegiatan)

Laporan
Operasional

ekonomi

Laporan
Kinerja

PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak
atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
(beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur
Manajemen Kinerja

Manajemen Keuangan

Aset &
Kewajiban

Pendapatan

Beban

Cost

Kinerja

Mengaitkan cost dengan kinerja

LAPORAN
KEUANGAN

EVALUASI KINERJA

LAPORAN
KINERJA

INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN

• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang
diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas
pelaporan
menyajikan
beban
yang
diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi
lain
yang
dipersyaratkan
menurut
ketentuan
perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.

PENDAPATAN LO
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.

KOREKSI KESALAHAN
KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring)
atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada
periode
sebelumnya
dibukukan
sebagai
pengurang
pendapatan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang sama.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada
periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

AKUNTANSI BEBAN
AKUNTANSI BEBAN
• Beban diakui pada saat:
– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat
potensi jasa.

ekonomi

atau

• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.

AKUNTANSI BEBAN

• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran
uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari
entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
yang
diwajibkan
oleh
peraturan
perundangundangan.
• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali
beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Dalam hal mengakibatkan penambahan beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

SURPLUS DEFISIT KEGIATAN
OPERASIONAL
• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih
lebih antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih
kurang antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

KOMPONEN LAPORAN
OPERASIONAL
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL
• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan
surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.

TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA

• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam
bentuk barang/jasa
harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai
wajar barang/jasa tersebut pada tanggal
transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan
atas
Laporan
Keuangan
sehingga
dapat
memberikan semua informasi yang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.

LAPORAN OPERASIONAL


Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan
pelaporan.



Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja



Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
No
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33

URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pendapatan Asli Daerah Lainnya
Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 )
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 )
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24)
Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32)

20X1

20X0

Kenaikan/
Penurunan

(%)

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

35

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65

BEBAN
Beban Pegawai
Beban Persediaan
Beban Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan Dinas
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Transfer
Beban Lain-lain
JUMLAH BEBAN (36 s/d 47)
SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48)

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Nonlancar
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58)

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

POS LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Beban Luar Biasa
POS LUAR BIASA ( 62-63)
SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64)

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

36

SKPD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

37

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• LPE merupakan komponen laporan keuangan yang
menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:





ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
ekuitas akhir.

• Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas
dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

NO

URAIAN

20X1

20X0

1

EKUITAS AWAL

XXX

XXX

2

SURPLUS/DEFISIT-LO

XXX

XXX

3

DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:

4

KOREKSI NILAI PERSEDIAAN

XXX

XXX

5

SELISIH REVALUASI ASET TETAP

XXX

XXX

6

LAIN-LAIN

XXX

XXX

7

EKUITAS AKHIR

XXX

XXX

39

HUBUNGAN ANTAR LAPORAN
 Laporan Finansial:
LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca

Laporan Pelaksanaan Anggaran:
LRA Laporan Perubahan SAL

KETERKAITAN LAPORAN
Laporan Operasional
Pendapatan
500
Beban
(200)
Surplus/Defisit Opr
300
Kegiatan non
operasional
60
Surplus/Defisit LO
360

Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal
1.000
Surplus/Defisit LO
360
Ekuitas Akhir
1.360

Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas

2.000
640
1.360

LRA
Pendapatan
Belanja
Surplus/(defisit)
Pembiayaan
SILPA

450
(0)
450
1.000
1.450

Laporan Perubahan SAL
SAL Awal
Penggunaan SAL
SILPA
SAL Akhir

100
(30)
1.450
1.520

SUBSTANSI PERATURAN

Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah

SUBSTANSI
PERMENDAGRI
64 TAHUN 2013

Bagan Akun Standar
(BAS)
Konversi Penyajian LRA
Penyajian kembali
(Restatement)

LAPORAN
KEUANGAN
PEMDA

Pendapatan-LRA
Belanja
Transfer

1

4

LRA

SAL

7

Pembiayaan
PP
71/2010

Pendapatan-LO

2

5
LO

Beban

LPE

Kas & Setara Kas
Permen
dagri
64/2013

*)
**)

***)

Kebijakan
Akt &
SAPD

Piutang
Persediaan
Investasi Jangka
Panjang
Aset Tetap &
Penyusutan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Kewajiban
Koreksi Kesalahan

3
Neraca

C
A
L
K
**)

6
LAK

Transaksi
Transitoris

Konsolidasi
ReStatement
Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN
SKPD
Pendapatan-LRA

1

LRA

Belanja
Pendapatan-LO

2

Permendagri
64/2013

Kas & Setara Kas
Piutang
Persediaan
Aset Tetap &
Penyusutan

4

LO

Beban
PP
71/2010

5

LPE
C
A
L
K

3

Neraca

Aset Lainnya
Kewajiban
Koreksi Kesalahan
Konsolidasi
Laporan Pemda

APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH


Permendagri dilengkapi dengan :






Lampiran I
penyusunan
Lampiran II
penyusunan
Lampiran III
Standar
Lampiran IV

: Panduan

kebijakan akuntansi
pemerintah daerah
: Panduan
SAPD
: Bagan Akun
: Format konversi
penyajian LRA









Ketentuan Umum
Tujuan
Ruang Lingkup
Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
Bagan Akun Standar
Ketentuan Lain-lain

LANGKAH PELAKSANAAN
Rumuskan Kebijakan Akuntansi

Susun Sistem Akuntansi
Aplikasikan Sistem Akuntansi
• Ketentuan pencatatan transaksi akrual
• Setu up BAS

Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014 dengan
basis Akrual
Penerapan basis Akrual

MODUL SAPD

Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan
suatu instrumen untuk mengoperasionalkan prinsip-prinsip
akuntansi yang telah ditetapkan dalam SAP dan kebijakan
akuntansi.

SAPD menjelaskan siapa melakukan apa dan menegaskan
tentang transaksi apa saja yang dicatat dan bagaimana
mencatatnya

Modul iakan mendeskripsikan SAPD berdasarkan elemenelemen laporan realisasi anggaran, laporan operasional, dan
neraca pemerintah daerah.

MODUL SAPD

Identifikasi prosedur apa yang harus dibuat
Menentukan pihak-pihak terkait dengan prosedur

Menentukan dokumen terkait

Menentukan jurnal standar untuk mencatat
Menuangkan dalam langkah teknis

POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL

Penyiapan sistem aplikasi akuntansi terlambat
Kapasitas SDM pengembang dan pelaksana terbatas
Ketersediaan Infrastruktur TI belum memadai
Parlemen masih lebih concern pada kas daripada akrual
Komitmen pimpinan entitas masih focus pada opini BPK
Sistem penganggaran masih menggunakan basis kas
Kewenangan setiap daerah membangun sistem aplikasi
sendiri

POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL DAERAH
◊ Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban
◊ Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama
kali maupun penyusutan berkala
◊ Penyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrual
◊ Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri:
Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;
◊ Lemahnya sistem pengendalian intern
◊ Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)
◊ Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;
◊ Belum sepenuhnya SKPD/PPKD memanfaatkan aplikasi akuntansi berbasis
teknologi informasi;

PENERAPAN AKRUAL










Untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis Akrual dapat
ditempuh
dengan dualaporan
pendekatan.
Untuk menghasilkan
keuangan berbasis Akrual dapat
ditempuh
dengan
dua pendekatan.
1. Melakukan
perubahan
total sistem sehingga penerapan basis
dimulai
pada pencatatan
awal
transaksi.
Merubahbasis
titik awal
1. akrual
Melakukan
perubahan
total sistem
sehingga
penerapan
pencatatan
 pengakuan
akrual.awal transaksi. Merubah titik awal
akrual dimulai
pada pencatatan
 pengakuan
akrual.
2. pencatatan
Menyusun laporan
keuangan
berbasis akrual namun tetap
pencatatan
2. mempertahankan
Menyusun laporanproses
keuangan
berbasisdengan
akrual basis
namunCTA
tetap
mempertahankan
proses pencatatan
basis
CTA
Kedua
proses akan menghasilkan
laporandengan
keuangan
yang
sama
namun
akan memiliki
prosedur pencatatan
yang berbeda.
Kedua proses
akan menghasilkan
laporan keuangan
yang sama
namun
akan kedua
memiliki
prosedur
pencatatan
yang berbeda.
Pendekatan
dapat
dilakukan
dalam proses
transisi pada awal
penerapan
harus
tetap
menyusun
sistem
Pendekatanakrual
keduanamun
dapat entitas
dilakukan
dalam
proses
transisi
pada awal
dengan
mendasarkan
pada
pendekatan
pertama.
penerapan
akrual namun
entitas
harus tetap
menyusun sistem
dengan
mendasarkan
padaentitas
pendekatan
pertama. menyusunnya untuk
Untuk pendekatan
kedua,
dapat mencoba
laporan
keuangan 2013
dan
2014dapat
sebagai
upaya untuk
berlatih untuk
Untuk pendekatan
kedua,
entitas
mencoba
menyusunnya
menyiapkan
informasi
dalam
rangka
akrual.
laporan keuangan
2013yang
dandiperlukan
2014 sebagai
upaya
untuk
berlatih
menyiapkan informasi yang diperlukan dalam rangka akrual.

Neraca Akrual
 Saldo Ekuitas di CTA  ditutup
 Ekuitas dana lancar (piutang, persediaan)
 Ekuitas dana diinvestasikan pada aset tetap
 Ekuitas dana diinvestasikan pada aset lainnya
 Ekuitas dana diinvestasi pada cadangan
 Ekuitas dana untuk pembayaran kewajiban
 Saldo ekuitas dana dipindahkan ke Ekuitas
 Pastikan nilai dalam neraca, aset, kewajiban memenuhi definisi
aset dan kewajiban dan pastikan bahwa semua aset dan
kewajiban Pemda telah disajikan dalam laporan keuangan.
 Sebaiknya Penetapan Neraca Awal Akrual dibuat dalam
dokumen legal sebagai bukti dan landasan hukum.

NERACA AWAL
 Untuk melakukan proses penyesuaian harus
dipastikan bahwa neraca CTA sudah mencerminkan
semua akrual yang telah ada di akhir tahun.
 Aset tetap  depresiasi, aset rusak, aset belum
dicatat
 Persediaan  persediaan rusak, hilang,
persediaan belum dicatat
 Piutang  piutang tidak dapat ditagih, piutang
yang belum dicatat
 Hutang  utang yang belum dicatat
 Reklasifikasi Ekuitas Dana  EKUITAS

PENYESUAIAN CTA  AKRUAL
 Data dalam Neraca dapat direkonsiliasikan dengan data dalam LRA
contoh:
 Kenaikan aset tetap  belanja modal + perolehan aset hibah –
penjualan / pelepasan aset
 Kenaikan investasi  penerimaan pembiayaan investasi –
pengeluaran pembiayaan investasi  Pastikan semua data untuk melakukan penyesuaian tersedia.
 Pendapatan yang masih harus diterima  piutang
 Pendapatan diterima dimuka yang telah menjadi pendapatan
atau pendapatan diterima dimuka dari transaksi yang telah ada.
 Biaya dibayar dimuka  aset
 Biaya yang masih harus dibayar - utang
 Beban depresiasi, penyisihan piutang  transaksi non kas
 Penjualan aset, aset yang diterima dari hibah
 Pendapatan investasi yang telah diakui secara akrual

TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL

• TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN
ANGGARAN
TRANSAKSI AKRUAL
• Pendapatan masih harus diterima
• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan

PENYESUAIAN KAS - AKRUAL
Pendapatan LRA dan Pendapatan LO

LO

LRA

Belanja dan Beban

Belanja
Sekaligus
Beban

Pendapatan-LO
Sekaligus
Pendapatan-LRA

Pend.
Diterima
Dimuka

Pendapatan
LO sudah
diterima Kasnya

LO

LRA

Piutang
Pendapatan

Belanja
Dibayar
Dimuka

Beban sudah
dikeluarkan
Kas-nya/
Dibayar

Utang atas
Belanja
(YMHD)

TRANSAKSI KAS
• Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan
Belanja  LRA
• Beberapa transaksi kas sebenarnya juga
mencerminkan akrual  sehingga sama dengan
Pendapatan atau Beban dalam LO
• Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang
yang telah bekerja
• Pembayaran beban sewa selama satu periode
anggaran
• Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut 
retribusi

• Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan
akrual
• Pembiayaan
• Belanja modal

PENDAPATAN - SKPD

• Jurnal anggaran digunakan untuk mencatat
penetapan anggaran.
• Jurnal ini tidak harus secara formaal dibuat.
Tanggal 1 Januari 20X5 ditetapkan bahwa Estimasi Pendapatan SKPD A
untuk tahun 20X5 adalah Rp500.000.000, sedangkan belanjanya
dianggarkan sebesar Rp650.000.000.

Tanggal
2 Jan
20x5

Finansial

Anggaran
Estimasi Pendapatan
Estimasi SAL
Aproriasi Belanja

500.000.000
150.000.000
650.000.000

PENDAPATAN
• Pendapatan yang diterima akan diakui sebagai
pendapatan ketika kas sudah diterima – pajak,
retribusi, transfer, pendapatan lain.
• Pada akhir tahun akan dilakukan penyesuaian jika
ada pajak yang belum dibayar  akan diakui sebagai
piutang.
Pada tanggal 1 Juni 20X2 diterima pendapatan pajak sebesar 300.000.000.
Pada 31 Desember masih ada pajak yang belum dibayar 50.000.000
Tanggal

Finansial

Anggaran

2 Juni
20x2

Kas
Pendapatan pajak – LO

300.000.000
Perubahan SAL
300.000.000
Pendapatan – LRA

31 Des

Piutang Pajak
Pendapatan – LO

20.000.000
Tidak dicatat
20.000.000

300.000.000
300.000.000

PENDAPATAN - SKPD
• Tanggal 28 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan
dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hotel atas
Hotel Bulan sebesar Rp50.000.000
• Tanggal 10 Juni 20X5 Hotel Bulan membayar pajak hotel ke SKPD
Tentram Rp50.000.000.
• Tanggal 11 Juni 20X5 Bendahara Penerimaan SKPD Aman menyetorkan
uang pajak tersebut ke rekening Kas Daerah.

Tanggal

Finansial

Anggaran

28 Mei
20X5

Piutang pajak hotel
Pendapatan LO

50.000.000
50.000.000

-

10 Juni
20X5

Kas di Bendahara
Penerimaan
Piutang pajak hotel

50.000.000
Perubahan SAL
50.000.000
Pendapatan pajak
hotel - LRA

50.000.000
50.000.000

11 Juni
20X5

RK PPKD
Kas di Bendahara
Penerimaan

50.000.000
50.000.000

PENDAPATAN - SKPD
• Tanggal 29 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan
dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hiburan atas
Bioskop71 sebesar Rp400.000.000
• Tanggal 14 Juni 20X5 Bioskop71 membayar pajak hiburan ke kas daerah
Tentram Rp360.000.000.
• Tanggal 30 Juni 20X5 masih terdapat saldo piutang pajak hiburan Rp
40.000.000
Tanggal

Finansial

Anggaran

28 Mei
20X5

Piutang pajak hiburan
Pendapatan pajak
hiburan - LO

400.000.000
400.000.000

-

14 Juni
20X5

RK PPKD
Piutang pajak hotel

360.000.000
Perubahan SAL
360.000.000
Pendapatan pajak
hiburan - LRA

360.000.000
360.000.000

14 Juni
20X5

PPKD
Kas
RK SKPD

360.000.000
360.000.000

BEBAN
• Beban akan diakui pada saat terdapat bukti
transaksi beban telah terjadi. Biasanya terkait
dengan bukti pembayaran
• Pada akhir tahun jika ada beban yang dibayar
dimuka atau utang beban akan dibuat jurnal
Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibayar beban barang (pembelian ATK) sebesar
penyesuaian
30.000.000. Pada 31 Desember masih ada persediaan 2.000.000
Tanggal

Finansial

Anggaran

2 Juni
20x2

Beban Barang
Kas

30.000.000
Belanja Barang
30.000.000
Perubahan SAL

31 Des

Persediaan
Beban Barang

2.000.000
Tidak dicatat
2.000.000

30.000.000
30.000.000

BEBAN - SKPD
 Tanggal 15 Februari 20X5 Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP UP sebesar
Rp25.000.000 kepada PA melalui PPK SKPD. Pada hari yang sama PPK SKPD
menerbitkan SPM UP, SPM ini diotorisasi dan langsung diserahkan oleh PA kepada
BUD. Tanggal 16 Februari 2015 BUD menerbitkan SP2D UP.
 Tanggal 20 Februari 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman membayar makan
dan minum rapat dengan uang UP senilai Rp500.000.
 Tanggal 25 April 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman melakukan
pembayaran dengan menggunakan uang UP atas belanja ATK sebesar
Rp2.500.000
 Tanggal 28 Februari 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Gaji Pokok sebesar
Rp215.000.000.
Tanggal

Finansial

Anggaran

15 Feb
20X5

Kas di Bend. Pengeluaran
RK PPKD

25.000.000
25.000.000

-

-

20 Feb
20X5

Beban makan dan minum
rapat
Kas di Bendahara
Pengeluaran

500.000

Belanja makan minum
rapat
Perubahan SAL

500.000

25 Feb
20X5

Beban ATK
Kas di Bendahara
Pengeluaran

2.500.000
2.500.000

Belanja ATK
Perubahan SAL

2.500.000

28 Feb
20X5

Beban Gaji Pokok
RK PPKD

215.000.000
215.000.000

Belanja Gaji Pokok
Perubahan SAL

215.000.000
215.000.000

500.000

500.000

2.500.000

PEMBELIAN ASET TETAP
• Aset tetap yang dibeli akan dicatat sebagai aset dan
kas yang dikeluarkan untuk membayar. Transaksi ini
akan dicatat dalam LRA sebagai belanja modal.
• Atas peralatan akan dibuat jurnal penyusutan
Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibeli peralatan sebesar 50.000.000. Pada 31
Desember beban depresiasi 5.000.000
Tangga
l

Finansial

Anggaran

2 Juni
20x2

Peralatan
Kas

50.000.000 Belanja Modal
50.000.000
Perubahan SAL

31 Des

Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan

5.000.000
Tidak dicatat
5.000.000

50.000.000
50.000.000

PENJUALAN ASET TETAP
• Aset tetap yang dijual akan dicatat kas yang
diterima, aset yang dijual dihapuskan dari
pembukuan nilai aset dan akumulasinya. Dalam LRA
akan dicatat sebagai penerimaan pendapatan lain
sebesar kas yang diterima
Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada
tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan
sebesar 30.000.000

Tgl
2 Juni
20x2

Finansial
Kas
Akumulasi penyusutan
Defisit penjualan aset
Peralatan

Anggaran

10.000.000
Perubahan SAL
30.000.000
Hasil penjualan aset
10.000.000
50.000.000

10.000.000
10.000.000

PENJUALAN ASET TETAP
• Aset tetap yang dijual akan dicatat kas yang
diterima, aset yang dijual dihapuskan dari
pembukuan nilai aset dan akumulasinya. Dalam LRA
akan dicatat sebagai penerimaan pendapatan lain
sebesar kas yang diterima
Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada
tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan
sebesar 30.000.000

Tgl
2 Juni
20x2

Finansial
Kas
Akumulasi penyusutan
Defisit penjualan aset
Peralatan

Anggaran

10.000.000
Perubahan SAL
30.000.000
Hasil penjualan aset
10.000.000
50.000.000

10.000.000
10.000.000

ASET TETAP - SKPD






Tanggal 9 Juni 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Barang untuk pembelian kendaraan dinas
senilai Rp400.000.000
Tanggal 15 Juni 20X5 menerima hibah peralatan dari aktivitas CSR BUMN senilai 200.000.000.
Tanggal 29 Juni melakukan pelelangan aset tetap. Peralatan dijual seharga Rp 20.000.000,
peralatan tersebut harga perolehannya 80.000.000 dan telah disusutkan semuanya. Mesin dijual
dengan harga Rp 50.000.000, harga perolehan 200.000.000, akumulasi penyusutan
125.000.000
Tanggal 30 Juni 20X5 mengakui beban depresiasi peralatan sebesar 50.000.000

Tanggal

Finansial

Anggaran

9 Juni
20X5

Kendaraan
RK PPKD

400.000.000
400.000.000

Belanja Modal
Perubahan SAL

400.000.000
400.000.000

15 Juni
20X5

Peralatan
Pendapatan hibah

200.000.000
200.000.000

-

-

29 Juni
20X5

Kas
Akumulasi Penyusutan
Surplus penjualan aset
Peralatan

20.000.000
80.000.000
20.000.000
80.000.000

Perubahan SAL
Hasil penjualan aset
daerah

20.000.000
20.000.000

29 Juni
20X5

Kas Bend Penerimaan
Akumulasi Penyusutan
Defisit penjualan aset
Kendaraan

50.000.000
125.000.000
25.000.000
200.000.000

Perubahan SAL
Hasil penjualan aset
daerah

50.000.000
50.000.000

30 Juni
20X5

Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan

50.000.000
50.000.000

-

-

TRANSAKSI AKRUAL
• Transaksi Akrual kadangkala tidak terkait dengan
kas, karena kasnya belum diterima atau
dibayarkan.
• Untuk transaksi ini, harus disediakan informasi
pada tanggal pelaporan.







Piutang (pendapatan yang masih harus diterima)
Pendapatan diterima dimuka
Beban dibayar dmuka
Utang (Beban yang masih harus dibayar)
Persediaan terpakai
Depresiasi

PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA
• Pendapatan masih harus diterima merupakan
pendapatan yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum diterima oleh satker karena
adanya tunggakan pungutan pendapatan dan
transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih
satker dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemerintah
• Contoh:
– Pajak masih harus diterima  Pajak, Retribusi daerah.
– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima 
Pendapatan sumber daya alam, pendapatan bunga,
pendapatan sewa Bagian laba atas laba BUMD.
– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima  Dividen BUMD sudah
diputuskan/diumumkan namun uangnya belum dterima.

PENDAPATAN YANG MASIH HARUS
DITERIMA
Des. 20X2

Pembayaran
1 Februari 20X3
Rp. 250 Jt.

Pendapatan tahun 20X2

Diakui sebagai
pendapatan pada tahun
20X2 dan dicatat sebagai
“Pendapatan yang masih
harus diterima = Aset”

Pembayaran atas
piutang yang telah diakui
pada 31 Des 20X2

70

PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA
Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat SKP yang telah dikirimkan ke pengusaha
restoran dan hotel namun belum diterima pelunasannya. Sebesar 250.000.000. Pelunasan
baru dilakukan pada 1 Februari 20X3
Pada 31 Desember 20X2, terdapat deposito Pemda tertanggal 1 Nopember 20X2 sebesar
500.000.000 berbunga 6%, jangka waktu 3bulan, jatuh tempo 1 Februari 20X3

Tangg
al

Finansial

Anggaran

31 Des
20X2

Piutang Pendapatan
Pendapatan Pajak – LO

250.000.000
Tidak dicatat
250.000.000

31 Des
20X2

Piutang Bunga
5.000.000
Tidak dicatat
Pendapatan Bunga – LO
5.000.000

1 Feb
20X3

Kas
Piutang Pendapatan

250.000.000
Perubahan SAL
250.000.000
Pendapatan Pajak-LRA

250.000.000
250.000.000

1 Feb
20X3

Kas
Piutang Bunga
Pendapatan Bunga – LO

7.500.000
Perubahan SAL
5.000.000
Pendapatan bunga2.500.000
LRA

7.500.000
7.500.000

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO
CTA  AKRUAL
 Pendapatan LO =
 Pendapatan LRA tahun berjalan
 -/Piutang awal periode
 +/+
Piutang akhir periode
 Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang
pendapatan atau – penurunan piutang
20X5
300.000
25.000

20X4Pendapatan LO
Pendapatan LRA
300.000
Piutang
20.000
5.000 kenaikan
Pendapatan LRA + kenaikan piutang
305.000
20X5
800.000
50.000

20X4Pendapatan LO
Pendapatan LRA
800.000
Piutang
80.000
30.000 penurunan
Pendapatan LRA + kenaikan piutang
770.000

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
• Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang telah
diterima oleh pemerintah dan sudah disetor ke Kas Umum Daerah,
namun wajib pajak dan/atau wajib setor belum menikmati
barang/jasa/fasilitas dari pemerintah.
• Contoh:
– Pajak / Retribusi Diterima Dimuka  Pajak / Retribusi yang
diterima lebih dari satu periode.
– Penerimaan sewa yang diterima untuk jangka waktu lebih dari
satu periode

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
Des. 20X2

Des. 20X3

Pembayaran
1 Juli 20X2
Rp. 100 Jt.

Berakhir
30 Jun
20X4

25 Jt.

50 Jt.

25 Jt.

Sewa selama 2 tahun berakhir 30 Juni 20X4

6 bulan sebagai
“Pendapatan
Akrual”

18 bulan sebagai :
- Kewajiban (Pendapatan
Diterima Dimuka);
- Pengurang Pendapatan
Akrual

74

12 bulan pendapatan
20X3,
6bulan Pendapatan
diterima dimuka, yang
akan diakui
pendapatan LO 20x4

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
Pada tanggal 1 Juli 20X2 Diterima pendapatan sewa atas
gedung yang tidak dipakai dalam rangka pendayagunaan aset
daerah dengan nilai sewa 100 juta untuk masa 2 tahun.

Tanggal

Finansial

Anggaran

1 Juli
20x2

Kas
Pendapatan diterima
dimuka – LO

100.000.000
Perubahan SAL
100.000.000
Pendapatan – LRA

31 Des

Pendapatan diterima
dimuka - LO
Pendapatan – LO

25.000.000
Tidak dicatat
25.000.000

100.000.000
100.000.000

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO
CTA  AKRUAL
 Pendapatan LO =
 Pendapatan LRA tahun berjalan
 +/+
Pendapatan diterima dimuka awal
 -/Pendapatan diterima dimuka akhir periode
 Pendapatan LO = Pendapatan LRA – kenaikan pendapatan
diterima dimuka + penurunan pendapatan diterima dimuka

Pendapatan LRA
Pendapatan diterima dimuka

20X2
400.000
30.000

20X1Pendapatan LO
400.000
10.000

Pendapatan LRA – kenaikan pendapatan diterima dimuka

20X2

(20.000) kenaikan
380.000

20X1Pendapatan LO

Pendapatan LRA
600.000
Pendapatan diterima dimuka
50.000
90.000
Pendapatan LRA + penurunan pendapatan diterima
dimuka

600.000
40.000 penurunan
640.000

PENDAPATAN JAMINAN
Pada tanggal 1 Juli 20X2 diterima uang jaminan sebesar
20.000.000. Pada 31 Desember jaminan dieksekusi oleh Pemda

Tanggal

Finansial

Anggaran

1 Juli
20x2

Kas
Utang jaminan

20.000.000
tidak dicatat
20.000.000

31 Des

Utang jaminan
Pendapatan – LO

20.000.000
Perubahan SAL
20.000.000
Pendapatan – LRA

20.000.000
20.000.000

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO
CTA  AKRUAL
 Pendapatan LO =
 Pendapatan LRA tahun berjalan
 -/Piutang awal periode
 +/+
Piutang akhir periode
 +/+
Pendapatan diterima dimuka awal
 -/Pendapatan diterima dimuka akhir periode
 Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang
pendapatan – kenaikan pendapatan diterima dimuka

Pendapatan LRA
Piutang
Pendapatan diterima dimuka

20X2
300.000
25.000
10.000

Pendapatan LRA + kenaikan piutang +
penurunan pendapatan diterima dimuka

20X1Pendapatan LO
300.000
20.000
5.000 kenaikan
14.000
(4.000) penurunan
309.000

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR
• Beban yang masih harus dibayar merupakan kewajiban
yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima
dan dinikmati dan/atau perjanjian komitmen telah dilakukan,
namun sampai akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/pelunasan/realisasi atas
hak/perjanjian/komitmen tersebut.
• Contoh:
– Belanja Pegawai yang masih harus dibayar
– Belanja Barang yang masih harus dibayar
– Belanja lainnya yang masih harus dibayar

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR
Des. 20X2

Pembayaran
1 Februari 20X3
Rp. 150 Jt.

Beban tahun 20X2

Diakui sebagai beban
pada tahun 20X2 dan
dicatat sebagai “Beban
yang masih harus
dibayar = Kewajiban”

Pembayaran atas utang
yang telah diakui pada
31 Des 20X2

80

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR
Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat tagihan atas kegiatan pemeliharaan rutin
sebesar 20.000.000 yang telah diselesaikan oleh seorang rekanan, namun belum
dibayar. Karena kegiatan rutin ini disatukan dalam kontrak pemeliharaan setahun maka
pembayaran baru dilakukan pada 1 Maret 20X3
Tanggal

Finansial

Anggaran

31 Des
20X2

Beban barang/jasa
Beban yang masih
harus dibayar

20.000.000
Tidak dicatat
20.000.000

1 Mar
20X3

Beban yang masih
harus dibayar
Kas

20.000.000
20.000.000

Belanja barang/jasa
Perubahan SAL

20.000.000
20.000.000

BEBAN LO
CTA  AKRUAL
 Beban LO =
 Belanja tahun berjalan
 -/Beban yang masih harus dibayar awal periode
 +/+
Beban yang masih harus dibayar akhir periode
 Beban LO = Beban LRA – penurunan beban yang masih harus
dibayar + kenaikan beban yang masih harus dibayar.
20X2
20X1
Belanja pegawai
500.000
Beban yang masih harus dibayar
40.000
30.000
Belanja LRA - penurunan beban yang masih
harus dibayar + kenaikan beban yang masih
harus dibayar

Beban
500.000
10.000 Kenaikan

20X2
20X1
Belanja pegawai
300.000
Beban yang masih harus dibayar
10.000
30.000
Belanja LRA - penurunan beban yang masih
harus dibayar + kenaikan beban yang masih
harus dibayar

Beban
300.000
20.000 Penurunan

510.000

280.000

BEBAN DIBAYAR DIMUKA
• Beban Dibayar Dimuka merupakan pengeluaran satuan
kerja/pemerintah yang telah dibayarkan dari rekening Kas dan
membebani pagu anggaran, namun barang/jasa/fasilitas dari pihak
ketiga belum diterima/dinikmati satuan kerja/pemerintah.
• Persediaan dan aset tetap sebenarnya beban dibayar dimuka,
namun karakteristiknya khusus

• Contoh:
– Beban Pegawai dibayar dimuka
– Beban Barang dibayar dimuka
– Uang muka kegiatan

BEBAN DIBAYAR DIMUKA
Des. 20X2
Pembayaran
1 Januari 20X2 Rp.
40 Jt untuk 4 tahun.

10 Jt.

Berakhir
31 Des
20X5

30 Jt.

Sewa ruangan selama 4 tahun berakhir 31 Desember 20X5

1 tahun sebagai
Beban sewa

3 tahun diakui sebagai
beban tahun 20X3-20X5

3 tahun sebagai Aset (Beban
dibayar dimuka)

84

BEBAN LO
CTA  AKRUAL
 Beban LO =
 Belanja tahun berjalan
 +/+
Beban dibayar dimuka awal periode
 -/Beban dibayar dimuka akhir periode
 Beban LO = Beban LRA – penurunan beban dibayar dimuka +
kenaikan beban dibayar dimuka.
Belanja pegawai
Beban dibayar dimuka

20X5
500.000
30.000

20X4
40.000

Belanja LRA + penurunan beban dibayar dimuka –
kenaikan beban dibayar dimuka
20X5
20X4
Belanja pegawai
200.000
Beban dibayar dimuka
20.000
0.000
Belanja LRA + penurunan beban dibayar dimuka –
kenaikan beban dibayar dimuka

Beban
500.000
10.000Penurunan
510.000
Beban
200.000
(10.000)Kenaikan
190.000

BEBAN DIBAYAR DIMUKA
Pada tanggal 1 Januari 20X2 dibayar sewa ruangan untuk ruang
kantor unit SKPD dengan nilai sewa 40 juta untuk masa 4tahun.

Tanggal

Finansial

Anggaran

1 Januari
20X2

Beban sewa dibayar
dimuka
Kas

40.000.000
Belanja barang/jasa
40.000.000
Perubahan SAL

31 Des
20X2

Beban sewa
Beban sewa dibayar
dimuka

10.000.000
Tidak dicatat
10.000.000

31 Des
20X3

Beban sewa
Beban sewa dibayar
dimuka

10.000.000
Tidak dicatat
10.000.000

40.000.000
40.000.000

BEBAN LO
CTA  AKRUAL
 Beban LO =
 Belanja tahun berjalan
 +/+
Beban dibayar dimuka awal periode
 -/Beban dibayar dimuka akhir periode
 -/Beban yang masih harus dibayar awal periode
 +/+
Beban yang masih harus dibayar akhir periode
 Beban LO = Beban LRA +penurunan beban dibayar dimuka +
kenaikan biaya yang masih harus dibayar.
20X2
Belanja pegawai

20X1

500.000

Beban
500.000

Beban dibayar dimuka

30.000

40.000

10.000Penurunan

Beban yang masih harus dibayar

20.000

14.000

6.000 Kenaikan

Belanja LRA + penurunan beban dibayar dimuka –
kenaikan beban yang masih harus dibayar

516.000

BIAYA PENYUSUTAN
• Penyusutan adalah alokasi biaya atas penggunaan aset
tetap  penyesuaian nilai akibat pemanfaatan dari suatu
aset.
• Metode penyusutan yang dapat digunakan:
– Metode garis lurus
– Metode saldo menurun ganda
– Metode unit produksi

• Akumulasi Penyusutan disajikan sebagai pengurang aset
di neraca.
• Beban penyusutan  identik dengan beban pemakaian
aset tetap
• Beban penyusutan  beban LO tidak ada dalam LRA

REKONSILIASI DATA PENYUSUTAN
• Kenaikan akumulasi penyusutan = beban penyusutan jika
dalam periode tersebut tidak terdapat penjualan / pelepasa
aset.
• Rekonsiliasi data :
• akumulasi penyusutan awal periode
• +/+ beban penyusutan
• -/- akumulasi penyusutan aset yang dijual / dilepaskan
• = akumulasi penyusutan akhir periode
• Beban depresiasi = akumulasi penyusutan akhir periode –
akumulai penyusutan awal periode + akumulasi penyusutan
barang yang terjual

REKONSILIASI DATA ASET TETAP
• Dalam Akrual aset tetap akan dicatat dalam LRA sebagai
belanja modal dan akan dicatat dalam siklus akuntansi
sebagai penambah aset tetap.
• Dalam akhir periode harus dilakukan rekonsiliasi :







Aset tetap akhir periode = Aset tetap awal + penambahan
Penambahan = pembelian (belanja modal) + hibah aset dari
pihak lain
Pengurangan = penjualan aset tetap + aset yang dihibahkan
kepada pihak lain + aset yang dihapuskan.
Jika terjadi penjualan aset harus dihitung keuntungan atau
kerugian penjualan aset = harga jual aset – (harga perolehan
aset yang dijual – akumulasi depresiasi yang telah diakui).
Jika aset dihapuskan juga haru dihitung keuntungan /
kerugiannya. Jika nilai aset yang dihapuskan tidak nol maka
akan muncul kerugian.

BIAYA PENYISIHAN PIUTANG
• Penyisihan piutang adalah penyisihan atas jumlah
piutang yang kemungkinan tidak tertagih di masa depan.
• Aset merupakan manfaat masa depan yang akan
mengalir ke entitas, sehingga jika piutang kemungkinan
tidak dapat ditagih akan dilakukan penyisihan.
• Besarnya piutang ditetapkan dalam kebijakan akuntansi
yang mengacu regulasi yang ada.
• Penyisihan piutang hanya membuat nilai aset agar
menceriminkan nilai yang dapat direalisasi, namun
entitas tetap berupaya untuk melakukan penagihan atas
piutang yang telah disisihkan.
• Untuk proses penghapusan piutang, mengikuti regulasi
yang berlaku.

PENYUSUTAN DAN PENYISIHAN
Pada 31 Desember 20X2, berdasarkan kebijakan akuntansi yang ditetapkan
jumlah penyusutan tahun 20X2 sebesar 230.000.000 dan penyisihan piutang
sebesar 10.000.000
Tanggal

Finansial

Anggaran

31 Des
20X2

Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan

230.000.000
Tidak dicatat
230.000.000

31 Des
20X3

Beban penyisihan piutang
Akumulasi penyisihan
piutang

10.000.000
Tidak dicatat
10.000.000

PERSEDIAAN
• Persediaan dalam perlakuan akuntansi
sebenarnya hampir sama dengan beban
dibayar dimuka.
• Perbedaannya dalam penentuan persediaan
yang dibebankan dalam satu periode
didasarkan pada perhitungan secara fisik.
• Beban persediaan (barang) da