Gambaran Umum Kondisi Daerah pdf

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada dasarnya menerjemahkan suatu proses pemikiran strategis dan merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dan yang telah ditetapkan. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan arah pengembangan daerah dan target yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, cara mencapainya dan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Penyusunannya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya. Dokumen RPJMD ini terstruktur berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada dasarnya menerjemahkan suatu proses pemikiran strategis dan merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dan yang telah ditetapkan. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan arah pengembangan daerah dan target yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, cara mencapainya dan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Penyusunannya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya. Dokumen RPJMD ini terstruktur berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan

RPJMD 2011 – 2016 merupakan pedoman pokok pembangunan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun sejalan dengan masa tugas Kepala Daerah terpilih. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD disusun mengacu kepada berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen vertikal maupun horizontal. Dari komponen vertikal dapat digunakan sebagai acuan adalah RPJM Nasional dan Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/Provinsi, dan dokumen perencanaan lainnya yang disusun secara sektoral. Dari sisi horizontal, RPJMD Kota mengacu kepada RPJPD Kota, RTRW Kota, dan dokumen perencanaan lainnya, baik yang telah disusun dan ditetapkan di daerah yang bersangkutan, ataupun kabupaten/kota tetangga yang berbatasan langsung. Maksud dirujuknya semua dokumen perencanaan dimaksud adalah untuk menjamin terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan.

Sebagai daerah otonom baru sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008, Kota Tangerang Selatan belum memiliki rangkaian dokumen perencanaan yang lengkap yang diperlukan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunannya. Dokumen RPJMD ini menjadi acuan jangka menengah kerangka kebijakan dan

2. Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut;

3. Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki;

4. Pendekatan Atas-Bawah (top-down) dan Bawah- Atas (bottom-up), pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Hasil proses tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah pembangunan.

RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 – 2016 disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan. Berbagai tahapan analisis sektoral & tata ruang, penjaringan aspirasi masyarakat, serta dialog yang melibatkan pemangku kepentingan strategis telah dilakukan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang komprehensif.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4353);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4935);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

26. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Propinsi Banten Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 – 2012;

27. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2);

28. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Sistem Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam hal ini keterkaitan suatu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat menentukan dan diupayakan saling bersinergi.

Sebagaimana amanat Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004, ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional, maka dokumen perencanaan terdiri atas

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Selatan yang saat ini masih dalam proses pembahasan dengan DPRD. RPJMD ini juga memperhatikan pada Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tangerang pada saat wilayah Kota Tangerang Selatan masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang, dan pada Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kota Tangerang Selatan 2011 – 2031 yang saat ini masih dibahas di BKPRN. Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini akan diimplementasikan pelaksanaannya dalam dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang menjabarkan RPJMD dalam rencana program dan kegiatan dalam lima tahunan, serta menjadi acuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berlaku satu tahunan.

Dalam hal kaitannya dengan sistem keuangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka RPJMD Kota Tangerang Selatan akan dijabarkan ke dalam RKPD untuk setiap tahunnya, dan dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Tangerang Selatan. Berikut ini diuraikan secara diagramatis kaitan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan di tingkat pusat, dokumen perencanaan yang menjadi pedoman dan turunan dari RPJMD, serta perencanaan keuangan daerah.

RKA H RINCIAN

RENSTRA

RENJA

T APBN T

M D RPJP

Pedoman

P E RPJMD

Diserasikan melalui musrenbang

RAPBD APBD T A

H RPJP

Pedoman

RPJMD DAERAH

D RENSTRA SKPD Pedoman

P RINCIAN

RENJA SKPD

Pedoman

RKA SKPD Pedoman

APBD

UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem UU No. 17 Tahun 2003 Perencanaan Pembangunan

tentang Keuangan Negara

Gambar 1-1 Hubungan RPJM Daerah Kota Tangerang Selatan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4. Sistematika Penulisan 1.4. Sistematika Penulisan

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, isinya menguraikan kondisi dari aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah Kota Tangerang Selatan.

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka

Pendanaan, memuat hasil kondisi keuangan daerah sebagai dasar dalam perumusan arah kebijakan keuangan daerah yang mencakup kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Bab IV Analisis Isu-isu Strategis, membahas tentang isu-isu strategis dengan tujuan untuk memudahkan proses perumusan arah kebijakan, strategi dan skala prioritas.

Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, membahas visi dan misi Kota Tangerang Selatan 2011 - 2016, sebagai dasar bagi pembangunan daerah serta tujuan dan sasaran yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut.

Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah, membahas Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah, membahas

Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah, diuraikan indikator kinerja yang harus dicapai oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu 2011 – 2016.

Bab X Penutup, membahas program transisi untuk kurun waktu satu tahun, disiapkan untuk melayani perencanaan pembangunan paska masa kerja Kepala Daerah terpilih. Program disusun untuk menjembatani kekosongan RPJMD pada masa pemilihan Kepala Daerah. Program disiapkan untuk dapat dilaksanakan oleh pejabat Kepala Daerah hingga terpilih dan ditetapkannya Kepala Daerah yang akan menjabat untuk masa lima tahun berikutnya. Selain itu, bab ini juga membahas kaidah-kaidah pelaksanaan RPJMD, sebagai pedoman bagi tersusunnya dokumen perencanaan di satuan-satuan kerja pemerintah daerah, seperti Renstra dan RKPD.

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan dokumen RPJMD 2011 – 2016 Kota Tangerang Selatan adalah untuk memberikan landasan kebijakan strategis dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan dan menjadi bahan bagi penentuan kebijakan

1. Menetapkan dan menjabarkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih ke dalam bentuk strategi, kebijakan, dan program

2. Merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang konsisten dengan visi, misi program Kepala Daerah Terpilih dan dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu sesuai kemampuan daerah atau organisasi.

3. Sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran.

4. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar waktu, antar fungsi pemerintah, baik inter organisasi dalam daerah maupun dengan pusat dalam pencapaian sasaran.

5. Sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang menghubungkan 3 provinsi, yaitu terletak di Provinsi Banten yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta di sebelah timur dan utara sedangkan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah selatannya. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah sebesar 14.719 ha dengan 7 kecamatan yang terdiri dari 49 kelurahan dan 5 desa dan masing-masing luas wilayahnya terdapat pada tabel II.1 dan tabel II.2 Dengan letak daerah yang begitu strategis, Kota Tangerang Selatan diharapkan mampu menjadi kota yang cepat berkembang dan mampu bersaing dengan kota atau kabupaten lainnya di Indonesia.

- Sebelah Barat

Kabupaten Tangerang

5 Wilayah Pemerintahan - Kecamatan

Sumber: - Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 - Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel II.2

Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Kota Tangerang Selatan Persentase

No Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

terhadap luas kota

1 Serpong

16,33% 2 Serpong Utara

12,12% 3 Ciputat

2.1.2. Keadaan Iklim 2.1.2. Keadaan Iklim 2.1.2. Keadaan Iklim

Data iklim di Kota Tangerang Selatan diambil dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, Data iklim di Kota Tangerang Selatan diambil dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, Data iklim di Kota Tangerang Selatan diambil dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa temperatur udara, kelembaban udara, intensitas matahari, banyaknya curah yaitu berupa temperatur udara, kelembaban udara, intensitas matahari, banyaknya curah yaitu berupa temperatur udara, kelembaban udara, intensitas matahari, banyaknya curah hujan dan kecepatan angin. Pada tahun 2009, temperatur udara rata-rata berada disekitar hujan dan kecepatan angin. Pada tahun 2009, temperatur udara rata-rata berada disekitar hujan dan kecepatan angin. Pada tahun 2009, temperatur udara rata-rata berada disekitar 23,74°C – 32,68°C dengan temperatur udara maksimum di bulan September, yaitu sebesar 23,74°C – 32,68°C dengan temperatur udara maksimum di bulan September, yaitu sebesar 23,74°C – 32,68°C dengan temperatur udara maksimum di bulan September, yaitu sebesar 34,5°C dan temperatur udara minimum berada di bulan Juli sebesar 22,90°C. Rata-rata 34,5°C dan temperatur udara minimum berada di bulan Juli sebesar 22,90°C. Rata-rata 34,5°C dan temperatur udara minimum berada di bulan Juli sebesar 22,90°C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79,0 % dan 53,8 %. Keadaan curah hujan kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79,0 % dan 53,8 %. Keadaan curah hujan kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79,0 % dan 53,8 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 359mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 359mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 359mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 166,7mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan setahun adalah 166,7mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan setahun adalah 166,7mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 5,3 Km/jam dan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 5,3 Km/jam dan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 5,3 Km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 35,8 Km/jam. kecepatan maksimum rata-rata 35,8 Km/jam. kecepatan maksimum rata-rata 35,8 Km/jam.

Gambar II.1

Iklim di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

2.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah 1

2.1.3.1. Struktur Ruang

Struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki satu dengan yang lain terkait secara fungsional yang dihubungkan oleh sistem jaringan sarana prasarana kota. Rencana struktur ruang kota diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat pelayanan kota dan arahan sistem prasarana perkotaan dan aspek kependudukan mempengaruhi dalan pembangunan wilayah. Dalam penetapan pusat – pusat kota dilakukan analisis terhadap 5 faktor pengaruh, yaitu:

1. Aspek Sosial

2. Aspek Ekonomi

3. Aspek Guna Lahan

4. Aspek Transportasi

5. Aspek Infrastruktur Dasar Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi: 5. Aspek Infrastruktur Dasar Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi:

2. SPK, meliputi: a. SPK I memiliki fungsi sebagai pelayanan umum, perdagangan dan jasa,

dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong Utara; b. SPK II memiliki fungsi sebagai perkantoran pemerintahan, dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Setu; c. SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Ciputat Timur; dan d. SPK IV memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, perdangan dan jasa dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Pamulang.

3. PL, meliputi:

4. Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang; dan

5. Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, dan Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong.

c. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang; d. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di sekitar Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat; e. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong; dan f. PL kegiatan ekonomi lokal terletak di lokasi pertigaan Puspitek hingga perempatan Muncul, Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan Setu.

b. Sistem Prasarana Wilayah Kota

1. Rencana Sistem Prasarana Utama

Rencana sistem prasarana utama wilayah kota, meliputi:

1. Rencana sistem jaringan transportasi darat

2. Rencana sistem jaringan transportasi perkeretaapian

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung meliputi kawasan lindung setempat yang berupa kawasan sungai dan sempadan sungai, kawasan situ dan sempadan situ, kawasan sempadan jalur pipa gas dan sempadan SUTET atau SUTT, sempadan rel kereta api dan sempadan jalan.

2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan Industri

Pengembangan kawasan peruntukan industri, meliputi industri kecil dan rumah tangga dan industri kreatif. Kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga dapat dikembangkan pada kawasan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya, sedangkan pengembangan kegiatan industri kreatif diseluruh wilayah Kota dengan ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.

b. Kawasan pariwisata

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi pengembangan wisata alam dan rekreasi diarahkan di Sungai Cisadane, Situ Gintung, Situ Ciledug, Situ Pondok Jagung, taman kota dan hutan kota, pengembangan wisata belanja

Sebaran Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2030 meliputi Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Serpong, Kecamatan Setu, Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Ciputat.

d. Kawasan Perdagangan dan jasa

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa terdiri dari pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Kawasan pasar tradisional meliputi pasar Ciputat di Kecamatan Ciputat, pasar Ciputat Permai, di Kecamatan Ciputat, pasar Jombang di Kecamatan Ciputat, pasar Bintaro Sektor 2 di Kecamatan Ciputat Timur, pasar Serpong di Kecamatan Serpong dan pasar Gedung Hijau di Kecamatan Serpong Utara, kemudian pusat perbelanjaan meliputi pengembangan perdagangan skala regional kota berupa perdagangan grosir dan pasar besar ditetapkan di Kecamatan Serpong, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Pondok Aren dan pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan arteri sekunder dan jalan kolektor sekunder, sedangkan toko modern penempatannya ditetapkan dalam peraturan walikota.

e. Kawasan Perkantoran

Kecamatan Ciputat, pelataran parkir terminal Kecamatan Pamulang, pelataran parkir pusat-pusat perdagangan, perkantoran dan jasa dan pedestrian.

(3) Kawasan Peruntukan Sektor Informal

Sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, diantaranya yaitu sektor 9 Bintaro Jaya Kelurahan Pondok Jaya Kecamatan Pondok Aren, pasar modern Bumi Serpong Damai Kelurahan Kecamatan Lengkong Gudang Timur, pusat perdagangan Kecamatan Pamulang, Kecamatan Setu, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Pondok Aren.penentuan lokasi untuk kegiatan sektor informal lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

(4) Kawasan Evakuasi Bencana

Kawasan evakuasi bencana bertujuan untuk memberikan ruang terbuka yang aman dari bencana alam sebagai tempat berlindung dan penampungan penduduk sementara dari suatu bencana alam yang meliputi ruang evakuasi bencana skala kota dan ruang evakuasi bencana skala lingkungan. Ruang evakuasi bencana skala kota terdiri dari Lapangan Bola Cilenggang, Alun-Alun Kecamatan Pondok Aren, Kantor Kecamatan Pamulang, Kantor Kecamatan Ciputat Timur, Kawasan Puspiptek dan Stadion Mini Ciputat, sedangkan ruang evakuasi Kawasan evakuasi bencana bertujuan untuk memberikan ruang terbuka yang aman dari bencana alam sebagai tempat berlindung dan penampungan penduduk sementara dari suatu bencana alam yang meliputi ruang evakuasi bencana skala kota dan ruang evakuasi bencana skala lingkungan. Ruang evakuasi bencana skala kota terdiri dari Lapangan Bola Cilenggang, Alun-Alun Kecamatan Pondok Aren, Kantor Kecamatan Pamulang, Kantor Kecamatan Ciputat Timur, Kawasan Puspiptek dan Stadion Mini Ciputat, sedangkan ruang evakuasi

b. Kawasan Pendidikan

Sebaran Kawasan Pendidikan yang direncanakan hampir di setiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2030.

c. Kawasan Kesehatan

Sebaran Kawasan kesehatan yang direncanakan ada di Kota tangerang Selatan pada tahun 2030 berada di seluruh wilayah kota.

d. Kawasan Peribadatan

Sebaran Kawasan peribadatan yang direncanakan ada di Kota tangerang Selatan pada tahun 2030 berada di seluruh wilayah kota.

e. Kawasan Pergudangan

Sebaran Kawasan pergudangan ditetapkan di Kecamatan setu dan Kecamatan Serpong.

f. Kawasan Pertahanan dan Keamanan

Sebaran Kawasan pertahanan dan keamanan yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2030 meliputi Markas Batalyon Sebaran Kawasan pertahanan dan keamanan yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2030 meliputi Markas Batalyon

1. Tahap pertama, yaitu tahun 2011 – 2015, diprioritaskan pada percepatan pembangunan wilayah;

2. Tahap kedua, yaitu tahun 2016 – 2020, diprioritaskan pada pemerataan pembangunan wilayah;

3. Tahap ketiga, yaitu tahun 2021 – 2025, diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah; dan

4. Tahap keempat, yaitu tahun 2026 – 2030, diprioritaskan pada keberlanjutan pemanfaatan ruang wilayah.

2.1.4. Wilayah Rawan Bencana

Potensi bencana di Kota Tangerang Selatan adalah kemungkinan jebolnya tanggul yang terdapat pada situ-situ dan banjir. Kota Tangerang Selatan memiliki 9 (sembilan) situ yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Pada tahun 2009, terjadi peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit.

Luas Situ

Kapasitas

No Nama Situ

Kecamatan

Status/ Kewenangan

(Ha)

Saat ini (m3)

Hilang 6 Situ Gintung

5 Situ Legoso

Dalam proses revitalisasi 7 Situ Pamulang

Ciputat Timur

Pusat/ Provinsi 8 Situ Ciledug

Pusat/ Provinsi 9 Situ Pondok Jagung

Serpong Utara

Pusat/ Provinsi

Kota Tangerang Selatan

Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010

Tabel. II.4 Lokasi Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan

No Lokasi Banjir

Penyebab Banjir

Kelurahan Kecamatan

1 Perum Puri Bintaro Indah

Ciputat 2 Perum Ciputat Baru

Luapan sekunder Ciledug

Jombang

Ciputat 3 Perum Graha Permai

Luapan kali Ciputat

Sawah

Luapan kali Ciputat

Sawah

Ciputat

No Lokasi Banjir

Penyebab Banjir

Kelurahan Kecamatan

12 Perum Taman Mangu Indah Penyempitan kali Ciputat, Jurang Mangu Barat & Pondok Aren

tingginya debit air

Pondok Aren

13 Mekarsari RT 10, 13, 14, 15 Drainase buruk Pondok Betung Pondok Aren 14 Perum Wadas Sari

Pondok Betung Pondok Aren 15 Perum SEKNEG

Drainase buruk

Pondok Kacang Barat Pondok Aren 16 Perum Kacang Prima

Luapan kali Angke

Jembatan terlalu rendah dan Pondok Kacang Timur Pondok Aren menyempit

17 Perum Villa Bintaro Regensi Luapan kali Sarua Pondok Kacang Timur Pondok Aren 18 Perum Pondok Mahartha

Pondok Kacang Timur Pondok Aren 19 KM 03 Tol Bintaro - Serpong Penyumbatan saluran

Luapan kali Sarua

Tol Serpong-Bintaro Pondok Aren

pembuang drainase tol

20 Kali Ciater (jembatan 3) Aliran air terhalan jembatan Lengkong Wetan & Serpong Utara

Lengkong Karya 21 Perum Duta Bintaro

& pendangkalan

Penyempitan kali Pondok

Paku Jaya

Serpong Utara

Jagung

22 Depan PUSDIKLANTAS

Gorong-gorong saluran

Pondok Jagung Timur Serpong Utara

terlalu kecil

23 Saluran Cipeucang Penyempitan & luapan kali Kedemangan & Setu

Cipeucang

Serpong

Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

Jumlah Jumlah Jumlah Rasio Jenis Rasio Jenis Rasio Jenis No No No

Kecamatan Kecamatan Kecamatan

Laki-laki Laki-laki Laki-laki

Perempuan Perempuan Perempuan

Penduduk Penduduk Penduduk Kelamin Kelamin Kelamin

1 1 1 Serpong Serpong Serpong

137.398 137.398 137.398 98,35 98,35 98,35 2 2 2 Serpong Utara Serpong Utara Serpong Utara

126.291 126.291 126.291 99,19 99,19 99,19 3 3 3 Setu Setu Setu

64.985 64.985 64.985 104,84 104,84 104,84 4 4 4 Pamulang Pamulang Pamulang

288.511 288.511 288.511 102,65 102,65 102,65 5 5 5 Ciputat Ciputat Ciputat

195.900 195.900 195.900 102,98 102,98 102,98 6 6 6 Ciputat Timur Ciputat Timur Ciputat Timur

183.330 183.330 183.330 103,08 103,08 103,08 7 7 7 Pondok Aren Pondok Aren Pondok Aren

Jumlah Jumlah Jumlah

Sumber: Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) Sumber: Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) Sumber: Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010)

Penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 meningkat sebesar 10,75% dari Penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 meningkat sebesar 10,75% dari Penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 meningkat sebesar 10,75% dari tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan periode 2009-2010 merupakan pertumbuhan tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan periode 2009-2010 merupakan pertumbuhan tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan periode 2009-2010 merupakan pertumbuhan tertinggi dari 3 (tiga) periode sebelumnya. tertinggi dari 3 (tiga) periode sebelumnya. tertinggi dari 3 (tiga) periode sebelumnya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016

2 -13

Tabel II.6 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

Pertumbuhan Tahun

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Ket: *) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) **) Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Dengan luas wilayah sekitar 147,19 Km 2 , maka kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 sebesar 8.856 jiwa per kilometer persegi, hal ini berarti bahwa setiap satu kilometer persegi dihuni sekitar 8.856 orang. Kepadatan terbesar berada pada Kecamatan Ciputat Timur, yaitu 11.881 orang per kilometer persegi, sedangkan terkecil terdapat di Kecamatan Setu sebesar 4.291 orang per kilometer persegi. Kepadatan tahun 2010 ini pun meningkat sebesar 12,03% dari tahun 2009.

Tabel II.7 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

Kepadatan Kepadatan Kepadatan No No No

Luas Wilayah **) Luas Wilayah **) Luas Wilayah **)

Kecamatan Kecamatan Kecamatan

Jumlah Penduduk *) Jumlah Penduduk *) Jumlah Penduduk *)

(Org/Km2) (Org/Km2) (Org/Km2) 2009 2009 2009

(Km2) (Km2) (Km2)

Sumber: Sumber: Sumber: *) *) *) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010) **) **) **) Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) ***) ***) ***) Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008 Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008 Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Penduduk Kota Tangerang Selatan Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010

Pondok Aren

Setu Serpong -

Sumber: BPS, hasil sementara sensus penduduk tahun 2010 Sumber: BPS, hasil sementara sensus penduduk tahun 2010

Rencana Pembangunan Jangka Me Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011- 1-2016

2 -14 2 -14 2 -14

Gambar II.3 Gambar II.3 Gambar II.3

Tabel II.8 Jumlah Penduduk Per Jenis Kelamin

No. Keterangan

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010)

Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2010 sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur yang produktif. Jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 225.920 orang atau sebanyak 21,77%, penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 777.690 orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak 34.055 orang atau sebanyak 3,28%. Persentase besarnya penduduk usia produktif sangat berkaitan erat dengan potensi tenaga kerja.

Persentase penduduk yang paling besar terdapat pada selang usia produktif, yaitu pada 30-34 tahun sebesar 10,34%, kemudian disusul penduduk selang usia 25-29 tahun

No. Keterangan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah Jumlah

6 20 - 24 tahun

91.280 8,80% 7 25 - 29 tahun

106.618 10,27% 8 30 - 34 tahun

107.337 10,34% 9 35 - 39 tahun

99.984 9,64% 10 40 - 44 tahun

89.060 8,58% 11 45 - 49 tahun

73.971 7,13% 12 50 - 54 tahun

58.457 5,63% 13 55 - 59 tahun

38.791 3,74% 14 60 - 64 tahun

22.437 2,16% 15 65 - 69 tahun

14.681 1,41% 16 70 - 74 tahun

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Keterangan:

*) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010)

6 6 6 Konghucu Konghucu Konghucu

0,03% 0,03% 0,03% 7 7 7 Penganut Kepercayaan Penganut Kepercayaan Penganut Kepercayaan

12 12 12 0,001% 0,001% 0,001% 8 8 8 Lainnya Lainnya Lainnya

TOTAL TOTAL TOTAL

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010) Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010) Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010)

Jumlah Penduduk Per Agama Kota Jumlah Penduduk Per Agama Kota Tangerang Selatan Hingga Oktober Tangerang Selatan Hingga Oktober 2010 2010

Konghucu Budha Budha

Sumber: Disdukcapil Kota Tangerang Sumber: Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 2010 Selatan, 2010

Tabel II.11 Jumlah Penduduk Per Status Kawin

1 Belum Kawin

50,69% 2 Kawin

46,56% 3 Cerai Hidup

0,66% 4 Cerai Mati

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 2010)

Sebanyak 32,62% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan lulus SLTA, angka ini merupakan angka terbesar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Sementara itu sebesar 14,51% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan tingkat perguruan tinggi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016

2 -17

Tabel II.12 Jumlah Penduduk Per Pendidikan

No

Keterangan

Jumlah*

Persentase

Penduduk Kota Tangerang Selatan memiliki beragam mata pencaharian, dari 1.037.665 penduduk yang terdata, sebanyak 14,77% belum memiliki pekerjaan, 19,32% mengurus rumah tangga, 25,14% pelajar/ mahasiswa, 0,98% pensiunan. Sedangkan 18,29% bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, 11,72% sebagai wiraswasta, 2,30% sebagai Pegawai Negeri Sipil, 1,37% sebagai buruh harian lepas dan selainnya tersebar pada berbagai macam mata pencaharian seperti pada Tabel II.13.

Tabel II.13 Jumlah Penduduk Per Pekerjaan

No. Keterangan Mata Pencaharian

Jumlah

Persentase

1 Belum/Tidak Bekerja

14,77% 2 Mengurus Rumah Tangga

19,32% 3 Pelajar/Mahasiswa

0,98% 5 Pegawai Negeri Sipil

2,30% 6 Tentara Nasional Indonesia

0,19% 7 Kepolisian RI

0,83% 9 Petani/Pekebunan

0,18% 10 Peternakan

No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase

21 Buruh Nelayan/ Perikanan 150 0,01% 22 Buruh Peternakan

84 0,01% 23 Pembantu Rumah Tangga

1.981 0,19% 24 Tukang Cukur

32 0,003% 25 Tukang Listrik

70 0,01% 26 Tukang Batu

333 0,03% 27 Tukang Kayu

111 0,01% 28 Tukang Sol Sepatu

14 0,001% 29 Tukang Las/ Pandai Besi

53 0,01% 30 Tukang Jahit

301 0,03% 31 Tukang Gigi

61 0,01% 32 Penata Rias

44 0,00% 33 Penata Busana

178 0,02% 34 Penata Rambut

58 0,01% 35 Mekanik

199 0,02% 36 Seniman

No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase

47 Promotor Acara 7 0,001% 48 Anggota DPR-RI

29 0,003% 49 Anggota DPD

5 0,0005% 50 Anggota BPK

102 0,01% 51 Anggota Mahkamah Konstitusi

5 0,0005% 52 Anggota DPRD Provinsi

28 0,003% 53 Anggota DPRD Kabupaten/ Kota

32 0,003% 54 Dosen

1.051 0,10% 55 Guru

6.496 0,63% 56 Pilot

155 0,01% 57 Pengacara

191 0,02% 58 Notaris

103 0,01% 59 Arsitek

114 0,01% 60 Akuntan

49 0,005% 61 Konsultan

261 0,03% 62 Dokter

No. Keterangan Mata Pencaharian

Jumlah

Persentase

73 Paranormal 18 0,002% 74 Pedagang

0,26% 75 Perangkat Desa

0,02% 76 Kepala Desa

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010

Menurut data kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, hampir keseluruhan penduduk Kota Tangerang Selatan atau sekitar 99,99% berada pada kondisi yang normal, dalam arti tidak ada cacat yang diderita. Sedangkan beberapa diantaranya mengalami cacat fisik, cacat netral, cacat rungu, cacat mental, dan cacat lainnya seperti pada data Tabel II.14.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB

PDRB Menurut Lapangan Usaha. Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan positif meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat kecepatannya. Sektor yang paling tinggi laju pertumbuhannya selama tahun 2007 hingga 2009 adalah sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank, persewaan & jasa perusahaan yang rata-rata per tahunnya masing-masing mencapai 13,21%, disusul sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 12,32%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terdapat di sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0,55 %. Fenomena ini menggambarkan bahwa Kota Tangerang Selatan sudah bukan lagi daerah agraris. Diikuti pertumbuhan terendah kedua adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 1,72 persen.

Tabel II.15

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 – 2009

A.D.H. Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan

Tabel II.16

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 – 2009

A.D.H. Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan

Lapangan Usaha

(Juta Rupiah)

(Juta Rupiah)

(Juta Rupiah) (%)

1 Pertanian

85,852.88 0.85% 2 Pertambangan & Penggalian

2,329.84 0.02% 3 Industri Pengolahan

1,597,109.90 15.77% 4 Listrik, Gas & Air Bersih

353,223.41 3.49% 5 Bangunan / Konstruksi

727,978.59 7.19% 6 Perdagangan, Hotel & Restoran

3,169,264.08 31.29% 7 Pengangkutan & Komunikasi

1,480,574.95 14.62% 8 Bank, persewaan & jasa

1,284,263.73 12.68% perusahaan 9 Jasa-jasa

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2010

Tabel II.17

Tabel II.18 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 Sampai Dengan

Tahun 2009 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan

No.

Lapangan Usaha

Pertumbuhan HB HK

1 Pertanian

1.09% 2 Pertambangan & Penggalian

14.50%

12.21% 3 Industri Pengolahan

22.09%

3.44% 4 Listrik, Gas & Air Bersih

12.63%

6.25% 5 Bangunan / Konstruksi

14.21%

26.43% 6 Perdagangan, Hotel & Restoran

56.70%

23.42% 7 Pengangkutan & Komunikasi

39.63%

24.65% 8 Bank, persewaan & jasa perusahaan

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2010 (Diolah)

Berdasarkan data PDRB adh berlaku tahun 2007 hingga 2009, empat besar sektor pada struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan adalah perdagangan hotel dan restoran, industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor dengan kontribusi rata-rata di bawah 1% adalah pertanian dan pertambangan & penggalian.

Jasa-jasa Industri

Jika dilihat dari laju pertumbuhannya selama kurun waktu tersebut, sektor dengan laju pertumbuhan rata-rata tertinggi adalah bangunan/konstruksi, disusul oleh perdagangan hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Meskipun semua sektor menunjukkan laju pertumbuhan yang positif, tingkat lajunya berbeda-beda. Ada sektor- sektor yang mengalami percepatan dan ada sektor yang mengalami perlambatan. Sektor- sektor yang mengalami percepatan adalah bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; bank, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa- jasa, yang masuk ke dalam kelompok sektor tersier, kecuali bangunan/konstruksi. Sektor- sektor yang mengalami perlambatan adalah pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; dan listrik, gas dan air bersih. Dua sektor pertama masuk ke dalam sektor primer dan dua sektor terakhir masuk ke dalam sektor sekunder.

Berdasarkan informasi-informasi tersebut, diketahui bahwa ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor-sektor perdagangan hotel dan restoran;

industri pengolahan; jasa-jasa; serta pengangkutan dan komunikasi dengan kecenderungan pergeseran membesarnya andil sektor perdagangan hotel dan restoran; industri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016

2 -23

pengolahan; jasa-jasa; pengangkutan dan komunikasi dan mengecilnya andil sektor industri pengolahan.

Kontribusi Kelompok Sektor Tahun 2009

Sekunder

Primer

Tersier 72,68%

Gambar II.6

Gambaran kontribusi kelompok sektor (primer, sekunder dan tersier) pada tahun 2009

Jika dilihat kecenderungan tahun 2007 hingga tahun 2009, berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, sektor primer mengecil kontribusinya sebesar

0,17% dari 1,16% menjadi 0,99%. Demikian juga dengan sekunder, yaitu mengecil sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016

2 -24

2,48% dari 30,96% menjadi 28,47%. Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor tersier yang

Jika dilihat dari PDRB per kapita, tiga kecamatan memiliki angka di atas sepuluh juta rupiah per orang per tahun adalah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timur. Empat kecamatan lain memiliki PDRB per kapita yang berkisar antara 3 – 6 juta rupiah. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan antar daerah, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks Williamson. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, tiga kecamatan yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah Serpong, Serpong Utara dan Pondok Aren.

Berdasarkan harga konstan, terlihat bahwa Serpong dan Serpong Utara memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan dan juga tumbuh paling cepat. Hal yang sama terlihat pada angka PDRB per kapita: Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timurlah yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2008 dan 2009.

Tabel II.19 Perkembangan PDRB Tahun 2007 - 2009 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK)

Kota Tangerang Selatan

2009**) No. Lapangan Usaha

HB HK

HB HK

HB HK

342,801.48 184,223.38 2 Serpong

1 Setu

2,624,072.70 1,554,859.71 3 Pamulang

Kota Tangerang dan Provinsi Banten

6.44% Provinsi Banten

Kota Tangerang

Sumber: BPS Provinsi Banten, 2010

2.2.1.3. Kesenjangan Perwilayahan

Selain pengangguran dan kemiskinan, Kota Tangerang Selatan juga menghadapi masalah kesenjangan antar wilayah. Dilihat dari kontribusi PDRB per kecamatan pada tahun 2008, beberapa kecamatan memberikan kontribusi yang besar, seperti Serpong (25,91%), Serpong Utara (19,66%) dan Ciputat Timur (16,79%), namun Setu dan Ciputat hanya memberikan kontribusi di bawah 10%. Dilihat dari PDRB per kapita juga terlihat perbedaan mencolok. Angka PDRB per kapita di Ciputat Timur, Serpong dan Serpong Utara lebih besar dari Rp.10 juta sedangkan Setu, Pamulang, Ciputat dan Pondok Aren lebih kecil dari Rp.6 juta.

Angka indeks Williamson, salah satu indikator kesenjangan antar wilayah, juga mengindikasian hal yang sama. Indeks tahun 2009 dan 2008 masing-masing adalah sebesar 0,79 dan 0,71 yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang cukup besar. Dibandingkan angka tahun 2007 yang sebesar 0,60, angka tersebut lebih tinggi yang menjadi indikasi peningkatan kesenjangan antar wilayah (diolah dari data BPS, 2010). Kesenjangan diduga akibat pembangunan yang sangat cepat di wilayah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat

Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008 Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

Kepala &

Rumah Tangga

Persentase RTS

Jumlah No

Rumah Tangga

Anggota

Kecamatan

Penerima BLT Sasaran PPLS

RTS PPLS Penduduk Penduduk

Terhadap Jumlah

102,733 5.18% 2 Serpong Utara

165,559 3.68% 6 Ciputat Timur

164,207 2.44% 7 Pondok Aren

Kota Tangerang Selatan 19,104 16,303 52,644 1,076,302

4.89% Sumber:

- Bappeda Kabupaten Tangerang (2008) - Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008, BPS Kabupaten Tangerang

Jika dilihat per kecamatan, persentase jumlah kepala dan anggota RTS tertinggi adalah di Setu dengan 10,93% dan yang terendah adalah di Ciputat Timur dengan 2,44%. Jika dilihat sebarannya, terlihat ada ketidakmerataan antar kecamatan dan rentang perbedaan yang cukup lebar yaitu 2,44% - 10,93%.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

2.2.2.1. Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah

Kota Tangerang Selatan yang berdiri pada bulan November 2008 pada tahun 2009

Provinsi lain yang mungkin saja urbanisasi ini banyak terdiri dari kalangan pendidikan rendah Provinsi lain yang mungkin saja urbanisasi ini banyak terdiri dari kalangan pendidikan rendah Provinsi lain yang mungkin saja urbanisasi ini banyak terdiri dari kalangan pendidikan rendah ataupun masih buta huruf. ataupun masih buta huruf. ataupun masih buta huruf.

Grafik. ...... Angka Melek Huruf di Kabupaten/Kota dan Prop Banten Tahun 2009

Kota Tangerang;

Kota Tangerang

Selatan; 98,14 98 98 Kota Cilegon; 98,71

97 97 96,3 Kab. Tangerang; 95,66

Propinsi Banten; 95,95

Kab. Pandeglang

Kab. Tangerang Kab. Tangerang Kab. Serang

Kab. Lebak

Kota Cilegon Kota Serang

Kota Tangerang

Kota Tangerang Selatan

Propinsi Banten Propinsi Banten

Rencana Pembangunan Jangka Me Menengah Daer ah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2 1-2016

2 -28 2 -28 2 -28

Indikator pendidikan yang lain dalam komponen Indeks Pembangunan Manusia Indikator pendidikan yang lain dalam komponen Indeks Pembangunan Manusia Indikator pendidikan yang lain dalam komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu rata-rata lama sekolah (RLS), Kota Tangerang Selatan untuk tahun 2009 (IPM) yaitu rata-rata lama sekolah (RLS), Kota Tangerang Selatan untuk tahun 2009 (IPM) yaitu rata-rata lama sekolah (RLS), Kota Tangerang Selatan untuk tahun 2009 mencapai 9,95 tahun. Jika dilihat dari rata-rata lama sekolah seluruh Kab/Kota se Provinsi mencapai 9,95 tahun. Jika dilihat dari rata-rata lama sekolah seluruh Kab/Kota se Provinsi mencapai 9,95 tahun. Jika dilihat dari rata-rata lama sekolah seluruh Kab/Kota se Provinsi Banten, hal ini berarti angka Rata-rata Lama Sekolah tertinggi di Kota Tangerang Selatan dan Banten, hal ini berarti angka Rata-rata Lama Sekolah tertinggi di Kota Tangerang Selatan dan Banten, hal ini berarti angka Rata-rata Lama Sekolah tertinggi di Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Kota Tangerang Selatan meski sebagai daerah otonom baru yang lahir di Kota Tangerang. Kota Tangerang Selatan meski sebagai daerah otonom baru yang lahir di Kota Tangerang. Kota Tangerang Selatan meski sebagai daerah otonom baru yang lahir di

Rata-rata lama sekolah ini sangat dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan penduduk untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi namun disisi lain juga peningkatan fasilitas serta prasarana gedung sekolah dan yang lebih penting adalah program kebijakan dari pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah khusunya bagi kalangan masyarakat kurang mampu.

Tabel II.22 Indeks Pencapaian Pendidikan Kota Tangerang Selatan Tahun 2006 - 2009

(Tahun 2006 – 2007 masih Kabupaten Tangerang)

No. Indikator

1. Angka Melek Huruf (AMH)

2. Indeks AMH

3. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

4. Indeks RLS

Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009/ 2010

Lapangan

Kolam Pacuan GOR / No

Kecamatan Gedung

Mall Tenis Golf Renang Kuda

GSG Olahraga

1 Serpong 1 6 7 5 4 1 3 1 3 2 2 Serpong Utara

1 7 9 5 3 1 3 - 2 2 3 Ciputat

2 - 2 2 4 Ciputat Timur

2 - 2 2 5 Pamulang

3 - 1 2 6 Pondok Aren

1 6 7 3 2 1 2 - 4 2 7 Setu

2 - 1 1 Kota Tangerang

7 44 45 29 16 3 17 1 15 13 Selatan

Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan, 2010

Klub kepemudaan, olahraga dan kebudayaan di Kota Tangerang Selatan juga cukup banyak. Masing-masing klub tersebar di 7 kecamatan. Klub renang yang tercatat paling banyak terdapat di Kota Tangerang Selatan, selain itu klub futsal dan klub pencak silat juga banyak tersebar.

Kota

Ciputat Pondok No

Serpong

Klub Olahraga Serpong

Setu Pamulang Ciputat

Tangerang

Utara

Timur Aren Selatan

2 Futsal 3 3 3 3 3 3 2 20 3 Voli

2 1 1 2 1 1 2 10 4 Bulu Tangkis