BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kasus atau perkara pidana yang merupakan perkara publik, yang dilibatkan adalah orang atau subyek hukum yang melawan Negara yang dalam hal
ini dijalankan oleh lembaga penegak hukum baik kepolisian dan kejaksaan sekaligus hakim sebagai tonggak keadilan dalam penyelesaian kasus pidana. Ada
beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses penyelesaian perkara pidanatersebut sebagaimana kita kenal dengan istilah hukum acara pidana yang
diatur dalam KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada Pedoman
Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman sebagai berikut.
1
“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk
mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan
dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.”
Lembaga peradilan sebagai lembaga penegakan hukum pidana yang merupakan tumpuan dari para pencari keadilan selalu menghendaki peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
1
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 7 – 8.
Universitas Sumatera Utara
Kehakiman.Keadilan yang dihasilkan melalui proses peradilan yang tertuang di dalam putusan hakim adalah merupakan syarat utama untuk menjaga wibawa
hukum sebagai panglima yang menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Putusan- putusan hakim yang kurang adil akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga peradilan berkurang, sehingga akan membawa masyarakat ke dalam suatu pemikiran yang enggan menempuh jalur hukum dalam mengatasi
permasalahan hukum yang mereka hadapi. Oleh karena itu, hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili di dalam
proses peradilan pidana, memiliki peran vital dalam penegakan hukum acara pidana untuk tercapainya kebenaran yang hakiki.
Penyelenggaraan peradilan pidana sebenarnya tidak hanya dijalankan oleh hakim saja.Komponen struktur dalam Sistem Peradilan Pidana sebagai aparat
penegak hukum yang mengemban tugas dan fungsi mekanisme proses peradilan pidana melibatkan berbagai unsur seperti: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan,
Lembaga Pemasyarakatan serta Advokat yang bekerja mulai dari proses penyelidikan, penangkapan, penahanan, penuntutan sampai akhirnya pada
pemeriksaan di sidang pengadilan hingga pada pemidanaan. Namun, institusi komponen sub sistem Peradilan Pidana yang dipandang sebagai titik kunci
lahirnya embrio keadilan itu, adalah Pengadilan yang selama ini dianggap oleh publik terutama pencari keadilan sebagai tempat lahirnya sebuah keadilan melalui
putusan vonis hakim yang secara teoritikal dikenal dengan putusan pengadilan atau putusan hakim.
Universitas Sumatera Utara
Ketika seorang hakim sedang menangani perkara maka diharapkan dapat bertindak arif dan bijaksana, menjunjung tinggi nilai keadilan dan kebenaran
material, bersifat aktif dan dinamis, berlandaskan kepada perangkat hukum positif, melakukan penalaran logis sesuai dan selaras dengan teori dan praktek,
sehingga kesemuanya itu bermuara kepada putusan yang akan dijatuhkannya yang dapat dipertanggungjawabkan dari aspek ilmu hukum itu sendiri, hak asasi
terdakwa, masyarakat dan Negara, diri sendiri serta Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2
Putusan hakim yang merupakan putusan peradilan merupakan aspek penting dalam menyelesaikan perkara pidana.Dapat dikatakan bahwa putusan
hakim di satu pihak berguna bagi terdakwa untuk memperoleh kepastian hukum rechts zekerheids tentang statusnya. Sedangkan di lain pihak hakim diharapkan
dapat memberikan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dengan mempertimbangkan sifat baik ataupun sifat jahat dari terdakwa sehingga putusan
yang dijatuhkan memang sesuai dengan kesalahannya. KUHAP telah menjelaskan proses peradilan pidana yang harus dilalui
sampai kepada acara penjatuhan keputusan oleh hakim. Sebelum sampai pada acara pengambilan keputusan oleh hakim maka terlebih dahulu Jaksa Penuntut
Umum harus melengkapi berkas dengan surat dakwaan yang telah dibuat setelah menerima berkas dari penyidik.
Putusan pengadilan yang dijatuhkan oleh hakim harus berdasarkan kepada surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umumyang berisi fakta-fakta
2
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi Dan Putusan Peradilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi dalam suatu tindak pidana delik beserta aturan-aturan hukum yang dilanggar oleh terdakwa. Penuntut Umum harus teliti dan cermat dalam membuat
isi daripada surat dakwaan, dimana harus memenuhi baik syarat formil maupun materil surat dakwaan tersebut seperti yang disebutkan di dalam Pasal 184 ayat
2 KUHAP. Surat dakwaan akan menjadi dasar bagi pemeriksaan di persidangan dan pengambilan keputusan oleh hakim. Dengan kata lain, putusan hakim di
dalam perkara pidana dibatasi oleh apa yang didakwakan jaksa penuntut umum, sama dengan perkara perdata dibatasi pula oleh apa yang digugat.
Pada tahap penuntutan, dapat terjadi kemungkinan Penuntut Umum kurang teliti dan cermat dalam mendakwakan tindak pidana terhadap terdakwa.
Kelalaian Penuntut Umum tersebut dapat mengakibatkan terdakwa bebas dari jeratan hukum sebagaimana amanah Pasal 184 ayat 3 KUHAP yang menyatakan
bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan akan batal demi hukum. Tugas Hakim dalam menyelenggarakan peradilan adalah menegakkan
hukum yang didalamnya mengandung makna bahwa Hakim dalam memutus perkara harusnya berdasar hukum, artinya tidak boleh bertentangan dengan
hukum. Sebab Hakim bertugas mempertahankan tertib hukum, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara yang diajukan kepadanya.
Pendapat tersebut apabila dihubungkan dengan yang tersurat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai Kebebasan Hakim atau kebebasan
Peradilan yang secara konstitusional dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, maka kebebasan yang dimaksud bukan merupakan hak istimewa bagi Hakim
Universitas Sumatera Utara
untuk berbuat dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus dimaknai dengan kebebasan yang terikat atau terbatas.
Meskipun telah secara jelas kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh undang-undang, namun di sisi lain Hakim sebagai penegak hukum
dan keadilan dituntut pula wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat sebagaimana isi Pasal 5
ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat itu
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri atau bersifat dinamis, sementara hukum berkembang dengan sangat lambat atau cenderung
statis. Seiring dengan bergulirnya waktu maka kedua hal tersebut akan bertentangan. Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi Hakim dalam memutus
suatu perkara yang diadilinya. Di lain pihak, juga terdapat kemungkinan bahwa surat dakwaan yang
sudah dibuat oleh Penuntut Umum secara cermat dan teliti tersebut memberikan hasil yang diharapkan. Pemeriksaan Pengadilan mungkin saja tidak dapat
meyakinkan hakim bahwa dakwaan atas tindak pidana terhadap terdakwa memang benar adanya.Hal tersebut dapat lebih jelas dilihat secara tersirat pada Pasal 191
ayat 1 KUHAP yang menyatakan Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.Secara formal ketentuan ini sebenarnya membatasi ruang gerak Hakim
dalam memberikan putusan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dengan jelas memberitahu kita bahwa Hukum Acara Pidana Indonesia mengakui dakwaan daripada Jaksa Penuntut Umum yang ada dalam
Surat Dakwaannya merupakan landasan daripada pemeriksaan di persidangan dan juga sebagai dasar putusan yang akan dijatuhkan hakim. Jika ternyata apa yang
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya tidak terbukti, maka terdakwa mau tidak mau harus dibebaskan.
Meskipun sudah ada ketentuan larangan bagi Hakim untuk tidak boleh menjatuhkan hukuman kepada terdakwa apabila perbuatan tersebut tidak terbukti
atau tidak didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya, namun ternyata dalam praktek peradilan pidanamasih ada Hakim yang menjatuhkan
putusan di luar dakwaan Penuntut Umum. Hakim dengan segala kekuasaan yang melekat padanya, menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa meskipun tindak pidana yang dilakukan terdakwa tidak tertulis di dalam surat dakwaan, yang pada pokoknya hal ini sebenarnya tidak
dibenarkan secara hukum dan tidak sesuai dengan isi Pasal 182 ayat 4 KUHAP yaitu Musyawarah tersebut pada ayat 3 harus didasarkan atas surat dakwaan
dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang. Hal ini dapat dilihat melalui putusan majelis hakim pada kasus yang terdapat dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012 dan Nomor 2497 KPid.Sus2011. Melalui kedua putusan atas kasus narkotika pada tingkat kasasi ini pula,
dapat dilihat penyelesaian oleh judex jurist yang berbeda terhadap dua permasalahan yang serupa, yaitu judex factie yang menjatuhkan vonis atas tindak
pidana yang tidak terdapat dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya perbedaan pertimbangan yang terjadi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012 dan Nomor 2497 KPid.Sus2011
yang menjatuhkan putusan di luar dakwaan tersebut menimbulkan kegamangan akan hukum acara pidana sehingga dipandang perlu dicarikan solusi hukumnya
demi tegaknya wibawa Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
suatu tulisan yang berjudul ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGENAI PUTUSAN YANG DIJATUHKAN DI LUAR PASAL YANG
DIDAKWAKAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012
Dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 KPid.Sus2011 .
B. Perumusan Masalah