Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks

menghambat atau menginaktifkan gen penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel sasaran serta mengaktifkan den terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga terjadi proloferasi sel yang tidak terkendali. Prakanker serviks menyebabkan kelainan sitologik yang sering mencerminkan keparahan CIN. Saat ini, evaluasi Pap smear merupakan hal pokok dlam permeriksaan penapisan kanker serviks. Yang menarik, sebagian besar lebih dari 70 CIN dari semua derajat dilaporkan berkaitan dengan HPV “risiko-tinggi”. Namun, hanya sebagian kecil yang berisiko berkembang menjadi kanker invasif. Hampir separuh dari kelainan Pap smear yang “nondiagnostik” missal, sel gepeng atipikal yang maknanya tidak diketahui juga mungkin berkaitan dengan HPV risiko-tinggi, tetapi kurang dari dari 25 dari perubahan ini diikuti oleh CIN II atau CIN III dibuktikan dengan biopsi. Sepuluh hingga 15 persen perempuan dengan asupan yang secara sitologis normal mengandung HPV risiko-tinggi. Dari jumlah ini, sekitar 10 akhirnya mengalami CIN derajat berat. Meskipun pemeriksaan HPV dapat mengidentifikasi kelompok perempuan yang berisiko mengidap kanker serviks, sebagian besar perempuan yang aktif secara seksual akan terjangkit infeksi HPV di serviksnya pada suatu saat selama kehidupan mereka. Hal ini membatasi kegunaan pemeriksaan HPV sebagai alat penapisan untuk kanker serviks. Oleh karena itu, sitlogi serviks dan pemeriksaan serviks kolposkopi tetap merupakan alat utama untuk mencegah kanker serviks. Bagaimanapun, perempuan dengan uji HPV negative pada pemeriksaan dengan probe molecular untuk DNA HPV sangat kecil kemungkinannya mengidap CIN. Informasi ini mungkin bermanfaat bagi berbagai strategi yang dirancang untuk memilah secara lebih efisien perempuan yang Pap smear-nya abnormal Kumar et al, 2004.

2.3.5. Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks

Menurut International Federation of Gynecology and Obstetricts WHO, 2009, stadium kanker serviks adalah sebagai berikut: Stadium 1 : Karsinoma masih terbatas pada serviks 1A : Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, Universitas Sumatera Utara lesi dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium 1b. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm 1A1 : Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar tidak lebih dari 7mm. 1A2 : Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan lebar tidak lebih dari 7mm. 1B : Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari 1a. 1B1 : Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm. 1B2 : Besar lesi secara klinis lebih dari 4cm. Stadium II : Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 13 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul. IIA : Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium. IIB : Infiltrasi ke parametrium,tetapi belum mencapai dinding panggul. Stadium Ш : Telah melibatkan 13 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. ШA : Keterlibatan 13 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul. ШB : Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal. Stadium ІV : Perluasan ke luar organ reproduktif. ІVA : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum. ІVB : Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul. Menurut American Joint Committee on Cancer 2009, pembagian stadium kanker serviks berdasarkan T Tumor, N Regional Lymph Nodes, M Distant Metastasis adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Stadium kanker serviks berdasarkan TNM Tumor T TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0 Tidak ada bukti tumor primer Tis Karsinoma in situ karsinoma preinvasif T1 Karsinoma serviks terbatas pada rahim ekstensi untuk corpus harus diabaikan T1a Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Invasi stroma dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang. Keterlibatan vaskuler, vena atau limfatik, tidak mempengaruhi klasifikasi T1a1 Diukur invasi stroma 3,0 mm atau kurang mendalam dan 7,0 mm atau kurang dalam penyebaran horisontal T1a2 Diukur invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran horisontal 7,0 mm atau kurang T1b Lesi klinis terlihat terbatas pada serviks atau lesi mikroskopis lebih besar dari T1aIA2 T1b1 Secara klinis terlihat lesi 4,0 cm atau kurang dalam dimensi terbesar T1b2 Lesi klinis terlihat lebih dari 4,0 cm di dimensi terbesar T2 Serviks karsinoma menyerang di luar rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bawah dari vagina T2a Tumor tanpa invasi parametrium T2a1 Klinis terlihat lesi 4,0 cm atau kurang dalam dimensi terbesar T2a2 Lesi klinis terlihat lebih dari 4,0 cm di dimensi terbesar T2b Tumor dengan invasi parametrium T3 Tumor meluas ke dinding panggul dan atau melibatkan bawah vagina, dan atau menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal Universitas Sumatera Utara Sumber: American Joint Committee on Cancer, 2009. Cervix Uteri Cancer Staging 7 th edition. Klasifikasi kanker serviks berdasarkan histologi menurut WHO 2013: a. Karsinoma sel skuamosa karsinoma epidermoid -Keratinizing -Non-keratinizing -Spindle cell carcinoma b. Adenokarsinoma jenis endoserviks -Varian: adenoma malignum karsinoma deviasi minimal -Varian: adenokarsinoma papiler villoglandular c. Adenokarsinoma endometrioid d. Clear cell adenocarcinoma e. Adenokarsinoma serosa f. Adenokarsinoma mesonefrik g. Intestinal type signet ring adenocarcinoma h. Tumor epitel lainnya T3a Tumor melibatkan bawah vagina, tidak ada perluasan ke panggul dinding T3b Tumor meluas ke dinding panggul dan atau penyebab hidronefrosis atau gagal ginjal T4 Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum, dan atau melampaui panggul sejati edema bulosa tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 Regional Lymph Nodes N NX Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional N1 Metastasis regional kelenjar getah bening Distant Metastasis M M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Metastasis jauh penyebaran termasuk peritoneal, keterlibatan kelenjar supraklavikula, mediastinum, atau getah bening paraaortic, paru-paru, hati, atau tulang Universitas Sumatera Utara -karsinoma adenosquamosa -Adenoid kistik karsinoma i. Karsinoma sel kecil j. Undifferentiated carcinoma k. Metastasis tumor payudara, ovarium, usus besar, dan penyebaran langsung ke karsinoma endometrium

2.3.6. Gambaran Klinik Kanker Serviks