iodin dan dilakukan pengenceran untuk alkohol 96 menjadi 70, H
2
O
2
Pendistribusian sediaan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi di unit-unit pelayanan.
50 menjadi 3, formalin 40 menjadi 10. Adanya kegiatan produksi yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memberikan efisiensi biaya yang lebih ekonomis kepada rumah sakit.
4.4 Pelayanan Farmasi Klinik 4.4.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan II.
Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep
dan ruanganunit asal resep, persyaratan farmasetik bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan dan persyaratan klinis ketepatan
indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan efek aditif baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
4.4.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat telah dilakukan dengan menggunakan sistem SIRS dan wawancara langsung dengan pasien,
4.4.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Obat yang dibawa pasien dari luar RSUP
Universitas Sumatera Utara
H. Adam Malik tidak boleh digunakan selama masa perawatan untuk menghindari kesalahan pengobatan seperti duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
4.4.4 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh apotek I dan apotek II. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam
Malik yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan Instalasi PKRS. Penyuluhan dilakukan beberapa kali
untuk pasien rawat jalan dan rawat inap. Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordinator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
Pelayanan informasi obat mengenai interaksi obat sebaiknya juga dilakukan terhadap praktisi klinis lainnya sebelum dilakukan peresepan untuk
mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya jumlah obat dipasaran yang saling berinteraksi satu sama
lainnya.
4.4.5 Konseling
Pelaksanaan konseling belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling hanya dilakukan pada pasien geriatri, pediatri dan pasien dengan
penyakit degeneratif. Sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan konseling juga sudah tersedia dengan baik, seperti ruangan konseling, namun pencatatan
data pasien dan data penggunaan obat belum dilaksanakan dengan sistem komputer sehingga belum diperoleh informasi perkembangan pasien setelah
intervensi pengunaan obat. Perlu dilakukan pencatatan data pasien dan data penggunaan obat dengan menggunakan komputer agar konseling yang dilakukan
lebih optimal.
Universitas Sumatera Utara
4.4.6 Visite
Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi
Multisiplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan pemakaian dan
dosis obat yang diberikan dan efek samping obat. Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik.
Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum dilakukan secara menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan jumlah apoteker di pokja
Farmasi Klinis masih kurang sehingga sebaiknya seluruh tenaga apoteker di RSUP H. Adam Malik melakukan visite . Menurut Permenkes perbandingan
jumlah pasien rawat inap dengan apoteker belum sebanding yakni 1:30. Optimalisasi penyampaian informasi kurang tercapai akibat obat yang akan
diberikan tidak tersedia dihadapan pasien.
4.4.7 Pemantauan Terapi Obat PTO