Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014

36

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka teori, untuk penelitian ini dibuat kerangka konsep penelitian yang dibatasi hanya pada beberapa faktor seperti tampak pada gambar 3.1 di bawah. Adapun variabel yang tidak diteliti adalah jenis kelamin, karena seluruh pekerja bengkel las adalah laki-laki, sehingga akan bersifat homogen. Kebiasaan menggunakan APD juga tidak diteliti karena saat studi pendahuluan pekerja tidak ada yang menggunakan APD seperti masker, sehingga jika diteliti tidak ada variasinya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit, riwayat pekerjaan, masa kerja, lama kerja per minggu dan paparan kadar debu total. Variabel- variabel tersebut akan dihubungkan dengan kapasitas vital paru KVP pekerja bengkel las sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan kapasitas vital paru KVP pekerja tersebut. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru berdasarkan pengelompokkan yaitu faktor individu pekerja antara lain yaitu umur, semakin bertambah umur seseorang maka volume paru dan elatisitas paru akan semakin menurun, sehingga menyebabkan kapasitas vital paru menurun dan dapat mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang. Kebiasaan merokok, ribuan zat kimia yang terdapat pada rokok menimbulkan reaksi inflamasi dengan atau tanpa pembentukan mukus dalam saluran pernapasan sehingga dapat merusak jaringan elastin yang berasal dari polutan hasil pembakaran tembakau, akibatnya fungsi paru menurun. Kebiasaan olahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan. Bila seseorang mempunyai volume oksigen yang lebih banyak maka peredaran darahnya lebih baik, sehingga otot-otot mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan berbagai aktivitas tanpa rasa letih. Status gizi memiliki peran penting terhadap fungsi paru, terutama berkaitan dengan konsumsi zat gizi yang merupakan sumber antioksidan. Selain itu ketika keadaan lapar kapasitas vital paru menurun rata-rata 390 ml. Penurunan tersebut akan kembali normal dalam 12 minggu setelah seseorang kembali pada keadaan diet normal. Riwayat penyakit paru pada seseorang mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru. Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar olsigen dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik dan anorganik. Riwayat pekerjaan sebelumnya mempunyai kemungkinan bahwa penyakit yang sekarang diderita merupakan akibat dari faktor-faktor penyebab penyakit yang ada pada lingkungan kerja sebelumnya. Pekerja yang memiliki riwayat kerja yang menghadapi debu berbahaya atau yang dapat menyebabkan pneumokoniosis, misalnya pernah bekerja di pertambangan, pabrik keramik, dan lainnya memungkinkan terjadinya gangguan fungsi paru yag lebih tinggi. Semakin lama seseoang bekerja pada lingkungan berdebu, maka akan semakin menurunkan kapasitas vital paru. Dimana setiap penambahan masa kerja dalam satu tahun akan terjadi penurunan kapasitas paru sebesar 35,3907 ml. Dengan demikian masa kerja sangat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Lama kerja per minggu yang melebihi 40 jam serta memiliki paparan debu yang melebihi nilai ambang batas, maka dapat mempengaruhi kapasitas paru pekerja akibat kumulatif paparan debu yang diterima. Namun, kadar paparan yang rendah dalam waktu yang lama mungkin tidak akan segera menunjukkan adanya gangguan fungsi paru. Paparan debu terhirup yang melebihi ambang batas NAB=10 mgm 3 akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi paru. Namun demikian, perlu diketahui bahwa kadar debu yang rendah namun lama keterpaparan terjadi dalam waktu yang lama akan dapat menimbulkan efek kumulatif sehingga pada akhirnya pekerja dapat mengalami gangguan fungsi paru. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kebiasaan Merokok Umur Kebiasaan Olahraga Status Gizi Riwayat Penyakit Riawayat Pekerjaan Masa Kerja Paparan Kadar Debu Total Jumlah Jam Kerja Per Kapasitas Vital Paru 3.2.Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independen Kapasitas Vital Paru Hasil pengukuran ventilasi paru yang dinilai dengan menggunakan parameter KVP ≥ 80 dan tidak normal jika KVP 80. Pengukuran menggunakan alat spirometer Sprirometer Persen Ratio Variabel Depeden Umur Usia responden yang terhitung sejak tanggal lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner dan pengecekan KTP. Tahun Ratio Kebiasaan Merokok Perilaku pekerja melakukan kegiatan menghisap rokok. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner 0. Tidak Merokok 1. Merokok Ordinal Kebiasaan Oaharaga Latihan fisik aerobik seperti berjalan, berlari, bersepeda, bulu tangkis dan lainnya secara teratur. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner 0. ≥ 3 kali seminggu 1. 3 kali seminggu Yunus, 1997 Ordinal Status Gizi Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, dimana datanya digunakan sebagai pengukuran indeks masa tubuh. Pengukuran perhitungan IMT IMT= Berat badanTinggi badan 2 Timbangan injak, Microtoice dan lembar isian. 0. Berisiko IMT 18,5 dan 25 1. Tidak Berisiko IMT 18,5-25 Almatsier, 2009 Ordinal Riwayat Penyakit Kondisi riwayat penyakit pernapasan responden yang dapat mengganggu atau mempengaruhi hasil pmeriksaan fungsi paru, seperti asma, TBC, bronkitis, flu alergi seperti akibat debu, cuaca dingin, dan mikroorganisme. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner 0. Tidak Pernah 1. Pernah Ordinal Riwayat Pekerjaan Responden memiliki riwayat pekerjaan sejenis pekerja las atau pekerjaan yang memiliki pajanan debu bagi pekerja. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner 0. Tidak Pernah 1. Pernah Ordinal Masa kerja. Lamanya pekerja bekerja di bengkel las dari mulai bekerja sampai waktu wawancara dilakukan dalam hitungan tahun. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner Tahun Ratio Jumlah Jam Kerja Per Minggu Jumlah jam kerja per minggu pekerja dalam satu minggu penuh Senin – Minggu Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner Jam Ratio Paparan Kadar Debu Total Hasil pengukuran kadar debu total menggunakan metode grafimetri selama 1 jam Haz Dust Model EPAM 5000 Melihat hasil dari pengukurat alat Haz Dust Model EPAM 5000 mgm 3 Ratio 3.3.Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 4. Ada hubungan antara status gizi terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 5. Ada hubungan antara riwayat penyakit terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 6. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 7. Ada hubungan antara masa kerja terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 8. Ada hubungan antara lama kerja per minggu terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 9. Ada hubungan antara paparan kadar debu total terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014. 45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional potong lintang karena penelitian ini melakukan pengamatan variabel independen dan dependen pada waktu atau periode yang sama.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 – Maret 2014 di bengkel las yang berada di Kelurahan Cirendeu, Tangerang Selatan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja di bengkel las yang berada di Kelurahan Cirendeu, Tangerang Selatan sebanyak 58 Orang dari 15 bengkel las. Sedangkan Sampel ditentukan berdasarkan metode probability sampling dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sample secara acak bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel Notoatmojo, 2010. Dalam perhitungan jumlah sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai berikut : n = { Z 1−α2 �2P1−P+ Z 1−β �P 1 1−P 1 + P 2 1−P 2 } 2 P 1 −P 2 2 Keterangan : N : Jumlah sampel minimal yang diperlukan P1: Proporsi kejadian gangguan kapasitas vital paru pada kelompok yang memiliki riwayat penyakit. P2: Proporsi kejadian gangguan kapasitas vital paru pada kelompok yang tidak memiliki riwayat penyakit. P : Rata-rata proporsi P1+P22 Z 1- α2 : Derajat kemaknaan α pada dua sisi two tail yaitu sebesar 5=1,96 Z 1- β : Kekuatan uji 1- β yaitu sebesar 80=0,84 Adapun hasil proporsi variabel penelitian sebelumya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Variabel Diketahui Total Sampel Lama Paparan P1 : 80 = 0.8 P2 : 12,50 = 0,125 Pv : 0.032 Yulaekah, 2007 8 x 2 = 16 Kebiasaan Olahraga P1: 87,5 = 0,875 P2: 38,9 = 0,389 Pv:0,001 Prasetyo, 2010 15 x 2 = 30 Riwayat Penyakit P1: 100 = 1 P2: 66,1 = 0,661 Pv:0,027 Rasyid, 2013 19 x 2 = 38 Kadar Debu Total P1: 82,5 = 0,825 P2: 56,7 = 0,567 Pv:0,036 Rasyid, 2013 49 x 2 = 98 Kebiasaan Merokok P1: 87,5 = 0,875 P2: 38,9 = 0,389 Pv:0,001 Prasetyo, 2010 15 x 2 = 30 Kebiasaan Olahraga P1: 83,3 = 0,833 P2: 31,2 = 0,312 Pv:0,000 Prasetyo, 2010 13 x 2 = 26 Berdasarkan hasil perhitungan sampel di atas, didapatkan bahwa variabel dengan perhitungan total sampel tertinggi yaitu riwayat penyakit sebesar 38 orang. Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka sampel yang diambil sebanyak 42 orang.

4.4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti sendiri dibantu oleh rekan dan laboran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui : 1. Uji Fungsi Paru Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja bengkel las menggunakan alat spirometer Autospiro Minato AS-505. Pengukuran dilakukan oleh peneliti didampingi laboran di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun cara pengukuran fungsi paru pekerja bengkel las, sebagai berikut : a. Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum pemeriksaan.