PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Resa Saptalia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Oleh Resa Saptalia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas. Sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Penelitian ini membandingkan hasil belajar siswa antara pembelajaran menggunakan model Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing: (2) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen

dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemmpuan awal siswa: (3) Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing

terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada semester genap sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas XI IPA3 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamen dan kelas XI


(3)

Resa Saptalia

IPA4 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Snowball

Throwing. Pemilihan kelas sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2x3 yang merupakan modifikasi dari quasi experimental design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model Team Games Tournamen

dengan Snowball Throwing. Ada perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamen

dan Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika. Rata- rata hasil belajar (posttest) pada kelas Team Games Tournamen yaitu sebesar 78,67

sedangkan pada kelas Snowball Throwing yaitu sebesar 83,83. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Team Games Tournamen.

s

Kata kunci: Team Games Tournamen, Snowball Throwing Kemampuan Awal, Hasil belajar.


(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Oleh

RESA SAPTALIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(6)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT

DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Resa Saptalia Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022043 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Agus Suyatna, M.Si

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19600821 198503 1 004

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Resa Saptalia

NPM : 0853022043

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Semeru III No 51 Perumnas Wayhalim Bandarlampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Juni 2012

Resa Saptalia NPM. 0853022043


(8)

(9)

MOTTO

Hidup itu bagaikan A, B, C dan D (A = Born, C = Choice, D = Die) Allah menciptakan manusia untuk dilahirkan dan memilih yang terbaik untuk

Hidupnya, jika tidak bisa memilih maka akan mati. (Resa Saptalia)

Apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari pemikiran kita kemarin (Dr Edwin)

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Waykanan, pada tanggal 30 september 1990 anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hi. Abdurrahman dan Ibu Hj. Rupawan.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK pakuan ratu Waykanan. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri1 Pakuan Ratu, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SLTP Negeri 1 Pakuan Ratu hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Banyumas. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Hi. Abdurrahman. dan Ibu Hj. Rupawan tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan

keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap do’a, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak -kakak : dr. Relly Reagen, dr. Resta Suri, dan Resmen Khadafi S.H. M.H. yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa bagi penulis. 3. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(12)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs .Ma’arifudin Mz. selaku Kepala SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(13)

8. Ibu Nur Hayati S.Pd selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Teman seperjuanganku di P. Fisika’08: Hervin, Yesika, Intan, Ewo, Larno,

elly, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita, Nova, Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, khumairoh, Selly, Rofa, Indah, Uji, Nando, Yeni,desti, nining dan Yuniar atas bantuan dan kebersamaannya. 10.Sahabat ku tercinta: Eva novalia, fitri, fadila,khusnul,dewi, wina, atas

kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis galau. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

11.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu. 12.Teman seperjuangan KKN: Riska, Jani, Nisa, Eliza, Neng, Adi, dan Dedek

atas dukungan dan kebersamaan kita selama tiga bulan.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, 5 Juni 2012 Penulis


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Model Pembelejaran Kooperatif ... …12

2.2 Peningkatan Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Empat Orang ...16

2.3 PeRingk Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Tiga Orang………...….. 17

2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok...18

3.1 Desain Faktorial Penelitian ...32

3.2 Indeks Reliabilitas... ... ....36

3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anova Dua Jalan...43

4.1 Hasil Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ...50

4.2 Hasil Uji Reabilitas Soal...50

4.3 Hasil Belajar Kelas Team Games Tournamen dan Snowball Throwing ... ... ...51

4.4 Hasil Uji Normalitas posttest Berdasarkan Kemampuan Awal...52

4.5 Hasil Uji Homogenitas...53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan ... 15 2.2 Kerangka pemikiran ... 29 4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang disebabkan oleh Kemampuan Awal..58 4.2 Grafik Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 2.1 Pembelajaran Koopratif ... 9

2.2 Hasil Belajar ... 23

2.3 Kampuan Awal……… 25

B. Kerangka Pemikiran... 26

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel Penelitian...31

C. Metode dan Desain Penelitian...31

D. Data Penelitian...33

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Validitas ...35

2. Reliabilitas ...36

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan...37

2. Tahap Pelaksanaan...37

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data...41


(17)

2. Teknik Pengumpulan Data... 41

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas...42

2. Uji Homogenitas...43

a. Uji Homogenitas varians...44

b. Analisis Varians Dua Jalan ... 44

3. Pengujian Hipotesis .. ...44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Pelaksanaan a. kelas ekspeiemen satu...46

b. kelas ekspeiemen dua...47

2. Hasil Uji Penelitian a. Uji Validitas dan Reabilitas...49

b. Uji Hasil Belajar Siswa...52

c. Uji Normalitas... ...52

d. Uji Homogenitas ...53

e. Hasil Uji Univariate………53.

(a) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Perbedaan Model Pembelajaran ...54

(b) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Kemampuan Awal...55

(c) Uji Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Sisw...55.

B. Pembahasan a. Perbedaan rata-rata hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran . ...56

b. Perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa .. ...58

c. Interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajarnva…...59

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan …...…... 61


(18)

B. Saran...…... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 1... 69

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 2... 75

4. Lembar kegiatan kelompok siswa …... 79

5. Kunci jawaban lembar kegiatan kelompok siswa... 116

6. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 1... 126

7. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 2 ... 128

8. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 1 ... 131

9. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 2 ... 132

10.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I ... 133

11.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II... 135

12.Rubrikasi Tes Hasil Belajar I …... 137

13.Rubrikasi Tes Hasil Belajar II .…... 139

14.Lembar Tes Hasil Belajar I………..152

15.Lembar Tes Hasil Belajar II……….154

16.Daftar Nilai Model Pembelajaran Team Games Tournamen…... 156

17.Daftar Nilai Model Gambar Pembelajaran Snowball Throwing…... 160

18.Hasil Uji Instrumen ...…... 170

19.Hasil Uji Normalitas…... 178

20.Hasil Uji Univariate...…... 179


(19)

22.Kartu kendali bimbingan skripsi ... 183 23.Daftar hadir seminar usul penelitian ... 186 24.Daftar hadir seminar hasil penelitian ... 187


(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan sebuah bangsa karena sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan harus berjalan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

karenanya pendidikan juga harus senantiasa diperbaharui atau disempurnakan untuk menjawab tuntutan zaman.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Berdasarkan pada permendiknas 2006 tentang standar isi,

pendidikan berpusat potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya beragam dan terpadu . dan diatur di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kata lain, pendidikan sangat


(21)

2

diperlukan bagi setiap orang, dan setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan tingkat menengah secara khusus dalam mata pelajaran fisika. Dalam membelajarkan fisika, guru memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang guru fisika disamping menjelaskan konsep, prinsip, dan teori juga harus mengajarkan fisika dengan menciptakan kondisi yang baik agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.

Berdasarkan observasi awal di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. Masalah-masalah tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi

pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan mengabaikan model pembelajaran lain yang lebih menarik dalam proses belajar mengajar.Model pembelajaran seperti ini membuat siswa jenuh, dan menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami sehingga tidak banyak disukai.

Pembelajaran fisika yang tidak menyenangkan tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses


(22)

3

evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPA 3, sebanyak 55,26 % siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran fisika,Hal ini disebabkan siswa kurang memahami materi fisika yang diberikan guru, apalagi jika harus menyelesaikan permasalahan fisika. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat fisika menjadi pelajaran yang

menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami materi dan meningkatkan hasil belajarnya.

Membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

dimaksudkan agar siswa mengetahui perannya di dalam kelas dan memiliki sikap tanggung jawab terhadap pelajaran yang diberikan guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut, serta melihat hasil belajar siswa yang belum optimal maka, membuat perubahan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya mulai diterapkan di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam


(23)

4

perubahan pendidikan. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana belajar penuh dengan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan positif lain yang diterapkan sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Salah satunya pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournamen yaitu model pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Model Pembelajaran Tipe

Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih semangat dalam belajar.


(24)

5

Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih semangat dalam belajar.

Kemampuan awal siswa pun ikut mempengaruhi hasil belajar yang dicapai saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kemampuan awal diukur dengan dilakukan tes awal sebelum guru memulai materi. Kemampuan awal yang berbeda-beda perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan penerimaan pada masing-masing siswa yang berakibat pula pada hasil belajar mereka.


(25)

6

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan penelitian “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Pembelajaran menggunakan Model Team Games Tournamen (TGT) dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas X1 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournamen dengan snowball throwing? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games

Tournamen dengan snowball throwingditinjau dari kemampuan awal siswa? 3. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan

model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan

Team Games Tournamen dengan snowball throwing.

2. Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen


(26)

7

3. Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

Bagi Guru memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa. Bagi SiswaMemberikan pengalaman belajar yang berbeda, Membiasakan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen

dengan snowball throwingyang digunakan diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar dan hasil belajar fisika siswa di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif dan dapat menambah pengetahuan wawasan peneliti.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar jelas arah penelitian yang dilaksanakan, maka batasan ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Subjek Penelitian

Siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, yang terdiri dari kelas XI IPA 3 (untuk model pembelajaran kooperatif Teams Games


(27)

8

Tournamen) dengan XI IPA 4 (untuk model pembelajaran kooperatif snowball throwing)

2. Objek Penelitian

Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwingdalam pembelajaran fisika materi fluida statis.

3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa yang meliputi dua ranah yaitu: kognitif, dan afektif setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing.

4. Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen adalah model Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

5. Pembelajaran kooperatif Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Fluida Statis.

7. Penelitian ini melihat proses belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe Teams Games Tournamen (TGT) dengan Snowball Throwing terhadap hasil belajar ditinjau dari kemampuan awal siswa.


(28)

(29)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama. Menurut As’ari (2003: 5):

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan

bersama.

Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008: 12) yang menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.


(30)

10 Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif.

Keterampilan keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:

Keterampilan kooperatif tingkat awal

Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi

Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk


(31)

11 hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2008: 31) yaitu “(1) Saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja

kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.

Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nurhadi, dkk 2004):

1. Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi.

2. Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa- siswa.

3. Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual.

Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil, berbeda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada tabel 1 fase dalam model pembelajaran kooperatif.


(32)

12 Tabel 2.1 Fase dalam model pembelajaran kooperatif.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar Fase 6

Memberi Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok

(Arends,1997: 113)

Menurut Johnson dan Johnson, ( Lie,2004: 7), suasana belajar Cooperative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah - misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan hubungan positif antar siswa satu sama lain sehingga menimbulkan sikap saling menghormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan meningkat sehingga penguasaan konsep yang dimiliki siswa pun akan meningkat.

Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, diantaranya Student Team Achievment Division (STAD), Team Games


(33)

13

Tournament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), dan Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC).

1. Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Komponen utama dalam model pembelajaran tipe TGTmenurut pendapat Slavin sebagai berikut :

a. Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas dengan

menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada


(34)

14 saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Kelompok (team)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Setelah guru menjelaskan materi, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam mengerjakan lembar kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen dilaksankan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu dirombak kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat


(35)

15 kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok disatukan dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4. Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2001: 263) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah.

Hal ini diceritakan dalam gambar tentang mekanisme turnamen berikut ini:

Kelompok A

Kelompok B Kelompok C

Gambar 2.1. Penempatan Anggota Kelompok di Meja Pertandingan

Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab pertanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu

kemenangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah,

A1 A2 A3 A4 Tinggi sedang sedang rendah

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4

B1 B2 B3 B4

tinggi sedang sedang rendah

C1 C2 C3 C4 tinggi sedang sedang rendah


(36)

16 siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat

pertandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam

kelompok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini

Tabel 2.2 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Empat Siswa Tingkatan Pemain Tidak Ada seri Tingkat 1-2 seri Tingkat 2-3 Seri Tingkat 3-4 seri Tingkat 1-2-3 Seri Tingkat 2-3-4 seri Tingkat 1-2-3-4 Seri 1-2 seri 3-4 seri Top

Scorer 60 50 60 60 50 60 40 50

High middle scorer

40 50 40 40 50 30 40 50

Low middle scorer

30 30 40 30 50 30 40 30

Low

Scorer 20 20 20 30 20 30 40 30


(37)

17 Tabel 2.3 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Tiga siswa

Tingkatan

Pemain Tidak Ada Seri

Tingkat 1-2 Seri

Tingkat 2-3 Seri

Tingkat 1-2-3 Seri

Top Scorer 60 50 60 40

Middle Scorer 40 50 30 40

Low Scorer 20 20 30 40

(Slavin, 1995: 90)

Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan erolehan poin pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).

d. Team Recognize (Penghargaan Kelompok)

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok heterogen semula. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus:

Nk =

Nk = poin peningkatan kelompok (Slavin, 1995: 82)

Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan point peningkatan kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan yaitu.

Jumlah poin setiap anggota kelompok Jumlah anggota


(38)

18 Tabel 2.4 Kriteria penghargaan kelompok

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15

15≤ Nk ≤25

Nk > 25

Tim cukup bagus Tim bagus Tim sangat bagus

Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:

a. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok lebih besar dari 25.

b. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok antara 15 sampai 25.

c. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok kurang dari 15.

Kelompok dengan perolehan points tertinggi dijadikan sebagai juara pertama, tertinggi kedua, sebagai juara kedua dan tertinggi ketiga, sebagai juara ketiga.

Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGTada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan.


(39)

19 a. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan akademik. b. Guru membagi LKS.

c. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka dalam LKS.

d. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

e. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi.

f. Mengerjakan soal evaluasi. g. Membahas soal.

h. Siswa dikelompokkan secara homogen berdasarkan nilai ujian sebelumnya.

i. Guru memberitahukan aturan permainan dan membagi kartu soal dan jawaban.

j. Turnamen diberikan di akhir pertemuan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Meja turnamen 1 diisi empat siswa yang memiliki prestasi tinggi sebelumnya, meja turnamen 2 diisi siswa yang memiliki prestasi sedang sebelumnya, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada

tiap meja ”naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi misalnya dari meja 8 ke meja.


(40)

20 3. Penutup

Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.

4. Menentukan skor kelompok

Guru menghitung skor kelompok berdasarkan skor turnamen anggota kelompok dan mempersiapkan sertifikat atau penghargaan lainnya untuk kelompok berprestasi tertinggi.

5. Penghargaan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatan penghargaan.

2. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas siswa dalam pembelajaran (Anonim, 2008: 7). Istilah model pembelajaran berbeda dengan metode, strategi, dan prinsip pembelajaran. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Untuk pertama kalinya konsep model

pembelajaran dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Shower, dalam Anonim, 2004: 3).

Model pembelajaran memiliki 4(empat) ciri khusus yang tidak dimiliki oleh metode, dan strategi tertentu, yaitu: (1) Rasional teoritik, yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) Tujuan pembelajaran yang hendak


(41)

21 dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil, (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran berhasil (Ismail dalam Anonim, 2004: 3)

Pada model pembelajaran snowball throwing siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok akan mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa akan membuat pertanyaan dalam selembar yang kemudian dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain, sehingga masing-masing siswa mendapat pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar.

Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Trimo dalam Anonim (2008: 2) Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik dari segi fisik, mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar

pertanyaan seperti “melempar bola salju”. Hal yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran snowball throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi dari UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar beketja (learnimg to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).

Menurut Suprijono (2009: 128) ada 9 (sembilan) langkah kegiatan dalam model pembelajaran snowball throwing, yaitu


(42)

22 (1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

(2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing- masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

(3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelomponya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada teman-temannya,

(4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

(5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih lima menit (dapat disesuaikan),

(6) Setelah masing-masing siswa mendapatkan satu bola, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut,

(7) Guru memberikan kesimpulan (8) Evaluasi,

(9) Penutup.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing dalam Anonim (2007: 7)

yaitu: “(1) Melatih kesiapan siswa, dan (2) Saling memberikan

pengetahuan”.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu:

“(1) pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa saja, dan (2) tidak efektif”.

Melalui model pembelajaran Snowball Throwing, siswa dilatih untuk mengemukakan pertanyaan yang sulit diungkapkan, siswa bebas membuat pertanyaan yang dirasa sulit dengan suasana yang menyenangkan. Selain itu siswa juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola yang ia peroleh, sehingga dapat mempengaruhi


(43)

23 hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Teknik bertanya seperti ini dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, karena masing-masing siswa mempunyai tugas tersendiri untuk membuat pertanyaan, dan peran guru hanya sebagai pembimbing yang memberikan arahan kepada siswa.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan sisiswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan . Hasil belajar siswa diperoleh setelah berharirnya proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2007: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Hal ini berarti hasil belajar diproleh setelah melakukan kegiatan Pembelajaran . menurut Dimyati (1999: 200):

Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar.Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar dapat diunnjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran .Hasil belajar ini merupakan


(44)

24 suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran. Ahmadi (1990: 35) menyatakan bahwa : ”

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap nilai mengikuti tes”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran .

Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Dimyanti (2002: 26): Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

3. Ranah Afektif

Ranah Afektif terditi atas lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap organisasi, dan pembentukan pola hidup. 4. Ranah psikomotor

Ranah Psikomotor terdiri dari tujuan jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreatifitas.


(45)

25

2.3 Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Menurut tatang (2009: 1) kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan.kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran, sejauhmana siswa mengetahui materi yang akan disajikan.

Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan yang representative.

Kemampuan awal tentu memiliki perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, ada yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi kemungkinan dapat menerima materi dengan mudah, dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal sedang dan rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan awal siswa merupakan keterampilan ataupun pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan menjadi dasar bagi siswa dalam menerima pelajaran yang baru. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa seorang guru dapat menggunakan catatan atau dokumen, tes pra-syarat dan tes awal.


(46)

26

B.Kerangka Pemikiran

Pada kenyataannya fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dimengerti karena terlalu banyak rumus. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

Untuk dapat mencapai hasil belajar dengan optimal siswa harus memiliki kemampuan awal berupa pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman yang telah diterimanya, agar siswa lebih mudah mengembangkan pengetahuan fisika pada tingkatan selanjutnya. Dengan kata lain kemampuan awal merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar fisika.

Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu hasil belajar sangat ditentukan oleh pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu motivasi yang terus-menerus sehingga hasil belajarnya baik pula.

Pembelajaran TGT mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta kerjasama yang baik antar anggota Team, ada ketergantungan saling

memerlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota, keterampilan hubungan antar personal (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka serta membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.


(47)

27 Model pembelajaran TGTatau belajar sambil bermain adalah model

pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada perbedaan status,

melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reifercement.

Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (SnowballThrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih semangat dalam belajar.

Aktivitas belajar dengan bermain yang dirancang dalam pembelajaran


(48)

28 disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Pelaksanaan model pembelajaran ini nantinya akan diawali dengan mengukur kemampuan awal siswa di kelas yang menggunakan model Team Games Tournament dengan Snowball Throwing.

Adapun hal yang akan diamati pada masing-masing kelas adalah aspek kognitif. Aspek kognitif yang akan dinilai yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir setelah pembelajaran.

X1

Y

X2

Keterangan :

X1 = Model pembelajaran Team Games Tournamen X2 = Model pembelajaran Snowball Throwing Y = Hasil belajar


(49)

(50)

30 A.Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diungkapkan di atas maka hipotesis eksperimen yang dilakukan adalah:

Hipotesis satu

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan

snowballthrowing Hipotesis dua

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

Hipotesis tiga

H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif team gamestournamen dengan snowballthrowing


(51)

31

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

B.Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Kelas XI IPA terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2,IPA 3, dan XI IPA 4, dengan jumlah siswa 118 orang. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai sampel adalah kelas XI IPA 3, dan XI IPA 4.

C.Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Dalam penelitian ini dua kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas XI IPA 3 siswa mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model


(52)

32 mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran

SnowballThrowing XIIPA 4. Pada kedua kelas tersebut terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda dan pada penelitian ini siswa digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah dengan melakukan tes kemampuan awal terlebih dahulu. Berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, dibentuk kelompok-kelompok yang heterogen, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Bagi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi adalah siswa yang memiliki skor nilai lebih dari 70% dari nilai tertinggi, untuk siswa yang memiliki kemampuan awal sedang skor nilanya antara 40%-70% dan untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah skor nilainya kurang dari 40% dari nilai tertinggi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara pembelajaran kooperatif TGTdengan snowballthrowing yang ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan sebagi berikut.

Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian

Model Pembelajaran (B) Kemampuan Awal (A)

Team Games Tournamen

(B1)

snowballthrowing (B2)

Tinggi (A1)

A1B1 A1B2

Sedang (A2) A2B1 A2B2

Rendah (A3) A3B1 A3B2


(53)

33 1. Observasi, berguna untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas

yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru fisika selama

pembelajaran. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dangan menggunakan model pembelajaran untuk kelas XI IPA 3 dengan model snowballthrowing pembelajaran untuk kelas XI IPA 4 dengan model Team Games Tournamen.

2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar beserta aturan penskorannya.

3. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.

4. Melakukan uji coba soal tes hasil belajar dan menghitung reliabilitasnya. 5. Melaksanakan penelitian.

6. Mengadakan tes kemampuan hasil belajar. 7. Menganalisis data.

8. Membuat kesimpulan.

D.Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari: 1. Data hasil belajar kognitif

Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari kemampuan awal yaitu tes awal sebelum siswa mendapat perlakuan dan hasil belajar siswa yaitu tes yang dilakukan di akhir tahapan pembelajaran setelah siswa diberikan perlakuan.


(54)

34

E.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan awal fisika dan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. Untuk memperoleh data kemampuan awal fisika siswa diperoleh dari tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum materi diajarkan. Tes kemampuan awal diberikan pada kedua kelas yang dijadikan sampel.

Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes setelah materi selesai. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang dilihat dari hasil belajar fisika siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Team Games Tournamen dengan snowballthrowing.

Dalam upaya mendapatkan data hasil belajar fisika kurang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi, yakni validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, isinya dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Langkah-langkah dalam penyusunan soal tes ini adalah sebagai berikut.

1) Menentukan indikator yang akan diukur yang sesuai dengan materi dalam penelitian

2) Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan indikator yang dipilih 3) Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4) Melakukan penilaian terhadap butir tes


(55)

35 Selain itu, butir tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA. Jika ada penilaian dosen pembimbing dan guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut dikatakan valid.

Instrumen yang akan digunakan diuji coba terlebih dahulu pada kelas diluar sampel tetapi masih dalam populasi. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui, reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

1. Validitas

Validitas isi memiliki sejauh mana instrumen yang digunakan dalam penelitian mencerminkan isi yang diukur. Karena penelitian ini yang akan diukur adalah hasil belajar siswa, maka untuk mengukur hasil belajar tersebut menggunakan alat ukur berupa tes. Untuk mengalami apakah isi tes tersebut mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang

seharusnya diteskan, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajardengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran fisika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksiional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. 2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabiltas tes digunakan rumus Alpha


(56)

36 2 2 11 1 1 i i n n r Keterangan: 11

r

= Koefisien reliabilitas yang dicari

2

i = Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

i = Varians total

n = banyaknya item angket Dimana:

N

N X

Xi i

i / 2 2 2 Keterangan: 2 i

X

= Kuadrat skor total

i

X = Skor total

N = Banyaknya responden

Harga

r

11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengan

kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas

No Indesks Reliabilitas Kriteria

1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi 2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang 4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah 5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah


(57)

37

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan penelitian langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menentukan sekolah tempat penelitian dilakukan

b) Membuat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah c) Menyusun satuan pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

d) Membuat instrumen pengambilan data untuk masing-masing aspek yang diamati.

e) Menentukan kelas eksperimen dan pembagian kelompok eksperimen

2. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok fluida statis sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas. a. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT. Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru memberikan motivasi

3) Guru membagi siswa dalam kelompok


(58)

38 Kegiatan Inti

1) Guru memberikan uraian materi

2) Guru mengajukan pertanyaan/membagikan LKS kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya selama beberapa menit tentang pertanyaan tersebut.

3) Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk mengemukakan hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

4) Guru memberikan respons terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan.

5) Guru membentuk kelompok yang homogen, kemudian menagadakan turnamen.

6) Guru memberikan penghargaan kepada siswa terbaik dan kelompok terbaik.

Kegiatan Akhir

1) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan mengajukan pertanyaan secara acak.

2) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutnya.

b. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

SnowballThrowing

Kegiatan Awal


(59)

39 2. Guru memberikan motivasi.

Kegiatan Inti

1) Guru membentuk kelompok masing-masing 5 orang 2) Guru memanggil masing-masing ketua kelompok

3) Guru menjelaskan materi fluida statis kepada masing-masing ketua kelompok.

4) Ketua kelompok kembali ke kelompok untuk menjelaskan materi yang telah dijelaskan kepada masing-masing kelompok.

5) Guru memberikan masing-masing murit satu lembar kertas

6) Siswa ditugaskan membuat pertanyaan tentang materi fluida statis ditulis dikertas yang telah diberikan ,lalu kertas dibentuk menjadi sebuah bola. 7) Kertas yang telah dibuat bola dilempar dari siswa satu ke siswa yang lain dalam waktu ±5 menit.

8) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang telah ada ditangannya secara bergantian.

Kegiatan Akhir

1) Guru bersama sama dengan siswa menyimpulkan materi fluida statis. 2) Evaluasi


(60)

40

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep.

1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses belajar mengajar.

2. Data penguasaan konsep siswa yang berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan

posttest yang dibandingkan dengan selisih nilai maksimum dengan nilai

pretest. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisi secara statistik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi dan tes. 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sebagai upaya untuk mengamati aktivitas selama proses belajar mengajar berlangsung. Data aktivitas ini diperoleh dengan melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

2. Tes

Tes yang diberikan adalah pretest yang dilakukan di awal penelitian dan


(61)

41 ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa setiap pertemuan.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas, digunakan dengan uji kolmogorov smirnov dan grafik. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2-tiled), nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1)jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. (2) jika nilai sig atau signitifikan atau

probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.

2. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya sampel yang diambil dari populasi. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi tidak homogen; (2) jika nilai sig > (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi homogen.


(62)

42 Homogenitas diuji dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2005: 263) sebagai berikut:

X2 = (ln 10) B (ni 1)logSI2

Hipotesis statistik:

H0 : 1x1 2x2 3x3

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Kriteria uji: Tolak H0 jika X² X²( 1- )(k-1) dimana X²( 1- )(k-1) didapat dari

distribusi Chi Kuadrat dengan peluang (1- ), dk (k-1) dan = 0,05.

b. Analisis varians dua jalan

Analisis dua jalan merupakan tekhnik analisis data penelitian dengan desain dua factorial (Arikunto, 2007: 424). Penelitian ini mengggunakan anava dua jalan untuk mengetahui tingkat signifikansi perbedaan dua model pembelajaran dan apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran fisika.

3. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis yang diajukan menggunakan ANAVA (Analisis Variansi). Analisis Variansi digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan perbedaan dua Mean atau lebih. Hasil perhitungan uji variansi dinyatakan dengan nilai F. Analisis variansi yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Variansi dua jalur (Two Way ANAVA).


(63)

43 Analisis dua jalan merupakan teknik analisis data penelitian dengan desain dua faktorial (Arikunto, 2007: 424).

Tabel 3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan

Sumber variasi

Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo

Antara A Antara B Antara AB (interak si) Dalam (d)

JKA = ∑ JKB = ∑ JKAB = ∑ JK(d) =

A-1 (2) B -1 (2) dbA x dbB (4)

dbT – dbA– dbB - dbAB

Total

(T) JKT = ∑ XT 2

- N – 1 (49)

Keterangan:

JKT = jumlah kuadrat total JKA = jumlah kuadrat variabel A JKB = jumlah kuadrat variabel B

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B JK(d) = jumlah kuadrat dalam

MKA = mean kuadrat variabel A MKB = mean kuadrat variabel B

MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B MKd = mean kuadrat dalam


(64)

44 FA = harga Fo untuk variabel A

FB = harga Fo untuk variabel B

FAB = harga Fo untuk interaksi variabel A dengan variabel B (Arikunto, 2007: 409)

1. : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan

snowballthrowing

2. Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

H1 :.Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

3. Ho : Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif team gamestournamen

dengan snowballthrowing terhadap hasil belajar siswa.

H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif team gamestournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa.


(65)

(66)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran (model pembelajaran Team Games Tournamen danmodel pembelajaran

Snowball Throwing, rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Snowball Throwing lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournament.

2. Ada perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:


(67)

62

1. Pada pembelajaran yang menggunakan model Team Games Tournamen, disarankan guru menggunakan Team Games Tournamen tanpa harus mempertimbangkan kemampuan awal siswa.

2. Jika guru ingin menggunakan model Team Games Tournamen, guru harus mampu memaksimalkan waktu yang ada agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Jika ingin menggunakan model Snowball Throwing, guru harus

menyesuaikan materi pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. United States of America: Mc. Graw Hill Companies.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta Depdiknas, 2003. Pendidikan menurut Undang-Undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 Februari 2011 (08.00 wib)

Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Gulton, Abjul 2010. Pengaruh Kemampuan Awal dengan Model Pembelajaran

Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. [online]www.google.com [15 september 2012]

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, 1996. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Purwanto, N. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sa’diyah, R. 2007. Uji Validitas dan Reliabilitas. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teory, Research, and Practise. Boston: Allyn Balcon


(69)

Sudjana, Ahmad. 2011. Model Pembelajaran Langsung. [Online] Tesedia: www.wordpress.com. [6 juli 2011]

Usman Husaini dan Akbar Purnomo S. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Trimo dan Rusantiningsih. 2008. Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang dikolaborasikan dengan model pembelajaran quantum teching dapat mengangkat hasil belajar IPS SDN. Semarang.

Widianingsih, Fitri. 2011. Penerapan model pembelajaran Snowball


(70)

(71)

(1)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran (model pembelajaran Team Games Tournamen dan model pembelajaran Snowball Throwing, rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Snowball Throwing lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournament.

2. Ada perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:


(2)

62 1. Pada pembelajaran yang menggunakan model Team Games Tournamen,

disarankan guru menggunakan Team Games Tournamen tanpa harus mempertimbangkan kemampuan awal siswa.

2. Jika guru ingin menggunakan model Team Games Tournamen, guru harus mampu memaksimalkan waktu yang ada agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Jika ingin menggunakan model Snowball Throwing, guru harus

menyesuaikan materi pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. United States of America: Mc. Graw Hill Companies.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta Depdiknas, 2003. Pendidikan menurut Undang-Undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 Februari 2011 (08.00 wib)

Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Gulton, Abjul 2010. Pengaruh Kemampuan Awal dengan Model Pembelajaran

Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. [online]www.google.com [15 september 2012]

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, 1996. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Purwanto, N. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sa’diyah, R. 2007. Uji Validitas dan Reliabilitas. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teory, Research, and Practise. Boston: Allyn Balcon


(4)

Sudjana, Ahmad. 2011. Model Pembelajaran Langsung. [Online] Tesedia: www.wordpress.com. [6 juli 2011]

Usman Husaini dan Akbar Purnomo S. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Trimo dan Rusantiningsih. 2008. Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang dikolaborasikan dengan model pembelajaran quantum teching dapat mengangkat hasil belajar IPS SDN. Semarang.

Widianingsih, Fitri. 2011. Penerapan model pembelajaran Snowball


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI(COLLABORATIVELEARNING) ANTARA TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN MAKE AMATCH TERHADAPHASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 6 147

MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG DI KELAS XI IPS 1 SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

0 9 77

MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG DI KELAS XI IPS 1 SMA AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

2 8 61

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN QUANTUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SD NEGERI KECAMATAN PARANGGUPITO.

0 0 16