b Photocopy Kartu keluarga
5 Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti
bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa tunggu 1 satu
bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:
a Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari
perusahaan b
Surat pernyataan belum bekerja lagi c
Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri SipilPOLRIABRI
6 Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut BPJS
Ketenagakerjaan melakukan pembayaran JHT.
3. Jaminan Kematian UU SJSN Pasal 43
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena
kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman
maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dengan jaminan kematian
yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan
secara berkala. a.
Manfaat Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga
kerja seperti:
1 Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-
2 Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-
3 Santunan Berkala: Rp 200.000,- bulan selama 24 bulan
b. Tata Cara Pengajuan Jaminan
Pengusahakeluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan
disertai bukti-bukti:
1 Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan Asli tenaga Kerja yang
Bersangkutan 2
Surat keterangan kematian dari Rumah sakitKepolisianKelurahan
3 SalinanCopy KTPSIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja
bersangkutan yang masih berlaku 4
Identitas ahli waris photo copy KTPSIM dan Kartu Keluarga 5
Surat Keterangan Ahli Waris dari LurahKepala Desa setempat 6
Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa apabila pengambilan JKM ini dikuasakan
BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak.
4. Jaminan Pensiun
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat
tetap total.
73
Dengan sifat jaminan pensiun seperti itu, dapat dipahami bahwa diperlukan masa transisi 15 sampai 20 tahun dalam
penyelenggaraan program jaminan pensiun, untuk mencapai “universal-coverage”. Penerapan kedua sistem mekanisme
Iuran ditetapkan berdasarkan persentase upahpendapatan atau jumlah nominal tertentu, menjadi beban pekerja dan pemberi kerja,
yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah UU SJSN Pasal 39 ayat 1,2, dan 3.
Manfaat jaminan pensiun diberikan setiap bulan kepada para peserta yang telah memenuhi membayar iuran selama lima belas tahun,
sesuai dengan formula yang ditetapkan. Apabila peserta meninggal sebelum masa iuran lima belas tahun, ahli warisnya tetap menerima
manfaat jaminan pensiun prinsip asuransi. Sementara itu, kalau peserta tidak dapat membayar iuran sampai lima belas tahun, peserta
akan memperoleh manfaat akumulasi iuran ditambah hasil pengembangnya prinsip tabungan. Manfaat pensiun terdiri pensiun
hari tua, pensiun cacat, pensiun jandaduda, pensiun anak, dan pensiun orang tua bagi peserta yang tidak mempunyai anak UU SJSN Pasal
1,2,3,4,dan 5.
73
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, Pasal 39 ayat 1 dan 2
pengumpulan iuran itu, asuransi sosial dan tabungan wajib, tentunya memberi peluang fleksibilitas penyelenggaraan sehingga dalam
penyelenggaraan program jaminan pensiun tidak dikenal apa yang dikenal sebagai “past service liability” PSL, yaitu kewajiban
membayar iuran terutang bagi peserta. Hambatan dalam penyelenggaraan program jaminan pensiun
adalah bahwa sampai saat ini, penyelenggaraan program jaminan pensiun bagi PNS dan anggota TNI masih sebagian besar menjadi
beban APBN, yaitu sekitar 75 beban pembayaran pensiun, sementara bagi tenaga kerja swasta, belum terwujud program jaminan pensiun.
Apabila tidak ada perubahan, beban pensiun PNS dan anggota TNI dipastikan akan sangat memberatkan APBN, sementara bagi tenaga
kerja swasta, akan merupakan ledakan sosial yang dahsyat, di mana sebagian besar manula manusia usia lanjut tidak akan memiliki
jaminan pensiun. Pada ktahun 2029, angka itu bisa mencapai 20 sampai 25 juta.
Selain itu, bagi pekerja formal swasta, penyelenggaraan jaminan pensiun juga harus diselenggarakan dengan memerhatikan UU
No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dalam hal ini, dewan Jaminan Sosial Nasional perlu merumuskan kebijakan
penyelenggaraan jaminan pensiun sehingga penyelenggaraan jaminan pensiun dapat diselaraskan dengan pelaksanaan UU No. 11 Tahun
1992 serat UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain itu,
juga harus memerhatikan perkembangan ekonomi pada umumnya, khususnya kemampuan pemberi kerja.
Sementara itu, dalam penyelenggaraan jaminan pensiun bagi PNSTNI, perubahan sistem, dari beban APBN “pay as you go”
system menjadi penyediaan dana iuran sejak awal fully funded, juga perlu memperoleh pertimbangan yang cermat, meskipun harus
dilakukan.
74
1. Tenaga Kerja Di Luar Hubungan Kerja TK-LHKSektor