Jaminan Kematian UU SJSN Pasal 43 Jaminan Pensiun

b Photocopy Kartu keluarga 5 Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa tunggu 1 satu bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan: a Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan b Surat pernyataan belum bekerja lagi c Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri SipilPOLRIABRI 6 Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut BPJS Ketenagakerjaan melakukan pembayaran JHT.

3. Jaminan Kematian UU SJSN Pasal 43

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan secara berkala. a. Manfaat Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: 1 Santunan Kematian: Rp 14.200.000,- 2 Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,- 3 Santunan Berkala: Rp 200.000,- bulan selama 24 bulan b. Tata Cara Pengajuan Jaminan Pengusahakeluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti: 1 Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan 2 Surat keterangan kematian dari Rumah sakitKepolisianKelurahan 3 SalinanCopy KTPSIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku 4 Identitas ahli waris photo copy KTPSIM dan Kartu Keluarga 5 Surat Keterangan Ahli Waris dari LurahKepala Desa setempat 6 Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa apabila pengambilan JKM ini dikuasakan BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak.

4. Jaminan Pensiun

Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total. 73 Dengan sifat jaminan pensiun seperti itu, dapat dipahami bahwa diperlukan masa transisi 15 sampai 20 tahun dalam penyelenggaraan program jaminan pensiun, untuk mencapai “universal-coverage”. Penerapan kedua sistem mekanisme Iuran ditetapkan berdasarkan persentase upahpendapatan atau jumlah nominal tertentu, menjadi beban pekerja dan pemberi kerja, yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah UU SJSN Pasal 39 ayat 1,2, dan 3. Manfaat jaminan pensiun diberikan setiap bulan kepada para peserta yang telah memenuhi membayar iuran selama lima belas tahun, sesuai dengan formula yang ditetapkan. Apabila peserta meninggal sebelum masa iuran lima belas tahun, ahli warisnya tetap menerima manfaat jaminan pensiun prinsip asuransi. Sementara itu, kalau peserta tidak dapat membayar iuran sampai lima belas tahun, peserta akan memperoleh manfaat akumulasi iuran ditambah hasil pengembangnya prinsip tabungan. Manfaat pensiun terdiri pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun jandaduda, pensiun anak, dan pensiun orang tua bagi peserta yang tidak mempunyai anak UU SJSN Pasal 1,2,3,4,dan 5. 73 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, Pasal 39 ayat 1 dan 2 pengumpulan iuran itu, asuransi sosial dan tabungan wajib, tentunya memberi peluang fleksibilitas penyelenggaraan sehingga dalam penyelenggaraan program jaminan pensiun tidak dikenal apa yang dikenal sebagai “past service liability” PSL, yaitu kewajiban membayar iuran terutang bagi peserta. Hambatan dalam penyelenggaraan program jaminan pensiun adalah bahwa sampai saat ini, penyelenggaraan program jaminan pensiun bagi PNS dan anggota TNI masih sebagian besar menjadi beban APBN, yaitu sekitar 75 beban pembayaran pensiun, sementara bagi tenaga kerja swasta, belum terwujud program jaminan pensiun. Apabila tidak ada perubahan, beban pensiun PNS dan anggota TNI dipastikan akan sangat memberatkan APBN, sementara bagi tenaga kerja swasta, akan merupakan ledakan sosial yang dahsyat, di mana sebagian besar manula manusia usia lanjut tidak akan memiliki jaminan pensiun. Pada ktahun 2029, angka itu bisa mencapai 20 sampai 25 juta. Selain itu, bagi pekerja formal swasta, penyelenggaraan jaminan pensiun juga harus diselenggarakan dengan memerhatikan UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dalam hal ini, dewan Jaminan Sosial Nasional perlu merumuskan kebijakan penyelenggaraan jaminan pensiun sehingga penyelenggaraan jaminan pensiun dapat diselaraskan dengan pelaksanaan UU No. 11 Tahun 1992 serat UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain itu, juga harus memerhatikan perkembangan ekonomi pada umumnya, khususnya kemampuan pemberi kerja. Sementara itu, dalam penyelenggaraan jaminan pensiun bagi PNSTNI, perubahan sistem, dari beban APBN “pay as you go” system menjadi penyediaan dana iuran sejak awal fully funded, juga perlu memperoleh pertimbangan yang cermat, meskipun harus dilakukan. 74

1. Tenaga Kerja Di Luar Hubungan Kerja TK-LHKSektor

Dokumen yang terkait

Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

7 149 101

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

6 127 174

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

4 100 108

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJABURUH A. Sejarah Pengaturan Sistem Jaminan Sosial Bagi PekerjaBuruh - Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara J

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

0 0 19

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 28

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 25