Dilihat dari istilah khitan secara terminologi baik istilah fiqih maupun kedokteran, penulis menyimpulkan bahwasanya khitan sebaiknya dilakukan
dengan cara yang ringan yaitu dengan cara membuang bagian ujung kelentit smegma sesuai dengan nasihat Nabi Saw. dalam hadis di atas. Agar mendapat
maslahat dan terhindar dari resiko atau mudhorot dari khitan perempuan.
B. Sejarah Khitan dalam Dunia Islam
Orang yang pertama kali melakukan khitan adalah nabi Ibrahim As. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh hadist Rasulallah Saw. yang diriwayatkan oleh al-
Bukhori, Muslim, Ahmad dan lain-lain dari Hurairah berkata: Ôåعَا ĝع àÅĞçĖا ĥÈا Åğثáح : ĔÅق Êçěح ĝÈ Çيعش ÅĞåÉخا
ĝع Èا
ى Ĝا ÊåيåĢ
Åع َ ىėص َ Ĕْĥسر ġْي
ęėسĤ ĔÅق
ĘاسĖا ġْيėع ęْيĢåْÈا ĝÏÏْخا áعÈ
ًËğس ĝْيĞÅěث ĝÏÏخاĤ
ĘĤáقْĖÅÈ áěحا ĠاĤر
Ėا رÅßÉ
Ħ Ĥ
ęėسĚ Ĥ
Ėا يقģيÉ
1
... dari Abu Hurairah Rasulallah Saw. bersabda Ibrahim As. berkhitan saat berusia 80 tahun dengan dengan kapak kecil.HR. Ahmad, Bukhari, Muslim,
dan Baihaqȋ
11
Dalam riwayat al- Baihaqȋ ditambahkan bahwa, kedua putra nabi Ibrahim juga
dikhitan, nabi Isma‟il dikhitan ketika usianya 13 tahun, sedangkan nabi Ishaq dikhitan dalam usia 7 hari.
12
10
al-Hafizal- Jalȋl ibn Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Baihaqȋ, al-Sunan al-Kubra, jil. 8,
Makkah: Dȃr al-Bȃz, 1994 h.325-326; Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhȃrȋ, Al- Adab al-Mufrad, Beirȗt: Dȃr al-Kutub al-I‟lmiyah, 1986 cet. ke-1, h. 363.
11
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Edisi Indonesia: Fathal- Bȃrȋ buku 28 , Peneliti Syaikh Abdul Aziz
Abdullah bin Baz, penterjemah Amiruddin Jakarta:Pustaka Azzam, 2011 cet ke-2, hal.764.
12
Lihat al-Hafiz al- Jalȋl ibn Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Baihaqȋ, al-Sunan al-Kubra,
h.326.
Di kalangan bangsa Arab, khitan telah menjadi tradisi sejak Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As. Sesudah tersebar Islam keseluruh dunia, maka kebiasaan tersebut
juga dikukuhkan oleh ajaran Islam dan cepat diikuti oleh bangsa-bangsa penganut Islam lainnya.
13
Sedangkan nabi Muhammad Saw. sendiri, tidak dikhitan oleh ayah atau paman atau kakeknya, namun dalam banyak riwayat diceritakan bahwa beliau lahir
dalam keadaan sudah terkhitan. Hal ini dapat dimaklumi karena posisi beliau sebagai nabi dan kondisi terlahir seperti ini merupakan sebagian dari kelebihan beliau.
Kebiasaan orang Arab Makkah sebelum Islam datang, kemungkinan tidak dikhitan, apalagi kaum perempuannya. Namun di Madinah, selain laki-laki dikhitan
ada juga kebiasaan perempuannya yang dikhitan. Hal ini nampak dari peringatan Nabi Saw.
kepada Ummu „Atiyyah yang konon juga berprofesi sebagai tukang sunat tidak menyunat secara berlebihan.
14
Hadis ini diriwayatkan dengan dua versi. 1.
Riwayat Pertama: ْÉعĤ يقْïĚáĖا ĝěْحåĖا áْÉع ĝْÈ ĜÅěْيėس Åğثáح
Åğثáح ĜاĤْåĚ Åğثáح َÅق يعجْش ْْا ęيحåĖا áْÉع ĝْÈ ÆÅĢĥْĖا á ْĞ ْْا Ëيطع Ęأ ْĝع åْيěع ĝْÈ كėěْĖا áْÉع ْĝع يفĥēْĖا ÆÅĢĥْĖا áْÉع ĔÅق ĜÅسح ĝْÈ áěحĚ
ًÊأåْĚا Ĝأ ËيرÅص ْßÎ ْÍĞÅك
أْåěْėĖ ىظْحأ كĖâ Ĝإف يēģْğÎ َ ęėسĤ ġْيėع َ ىėص يÉğĖا ÅģĖ ĔÅقف ËğيáěْĖÅÈ ĝÏ ĕْعÉْĖا ىĖِ ÇحأĤ Ê
àĤاàĥÈا ĠاĤر
11
Dari Ummi „Atiyyah diceritakan bahwa di Madinah terdapat seorang perempuan tukang sunat khitan, lalu Rasulallah saw bersabda kepada
13
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1996, Cet. ke-1, h. 179.
14
Ahmad Lutfi Fathullah, Fiqh Khitan Perempuan, h. 4
15
Imȃm Sulaimȃn bin Asy‟ats Al-Sijistȃnȋ, Sunan Abî Dâwûd, h. 264.