Deskripsi Dari Variabel – Variabel Yang Diteliti

D. Deskripsi Dari Variabel – Variabel Yang Diteliti

Sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap 43 responden yang bersumber dari kuisioner dalam penelitian ini. Dari kuisioner tersebut maka diperoleh data – data tentang pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Data – data yang telah diperoleh Sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap 43 responden yang bersumber dari kuisioner dalam penelitian ini. Dari kuisioner tersebut maka diperoleh data – data tentang pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Data – data yang telah diperoleh

Penyusunan tabel atau distribusi frekuensi dari data – data tersebut dapat menggunakan beberapa tahap yaitu sebagai berikut : ( Djarwanto, 2000 :7)

1. Menentukan Jumlah Kelas Digunakan dengan menggunakan pedoman sturges dengan rumus sebagai berikut : k = 1+ 3,3 log n Dimana : K = Jumlah Kelas

n = Jumlah Sampel

Maka dalam penelitian mengenai keuntungan industri kecil pembuatan gitar di Kabupaten Sukoharjo ini didapatkan jumlah kelas sebagai berikut: k = 1 + 3,3 log ( 43 )

Jadi diperoleh 6 kelas yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Menentukan Interval Kelas 2. Menentukan Interval Kelas

Ci =

Dimana : Ci

= Interval Kelas

R = Range

k = Jumlah Kelas

Data – data di luar kategori diatas dimana merupakan data tambahan dalam menggambarkan kondisi dan deskripsi dari keuntungan industri kecil pembuatan gitar di Kabupaten Sukoharjo yang tidak dimasukkan dalam variabel penelitian ini disusun tanpa adanya kelas yang sudah ditetapkan melainkan sesuai dengan kriteria – kriterianya masing – masing. Data – data hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Keuntungan

Keuntungan merupakan hasil dari pengembalian modal yang diperoleh dari jumlah penerimaan yang dikurangi dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, keuntungan ini sendiri diukur dengan satuan rupiah. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi keuntungan usaha industri kecil pembuatan gitar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Distribusi Frekuensi Keuntungan Industri Kecil Pembuatan Gitar Di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo

NO

KEUNTUNGAN ( Rupiah )

43 100 % Sumber : Data Primer Tahun 2012, Diolah

Dari Tabel 4.7 tersebut diketahui bahwa dari 6 kelas dengan

43 responeden terdapat 24 pengrajin (57%) yang memiliki keuntungan kurang dari Rp 2.500.000,00. untuk keuntungan antara 2.500.000 sampai dengan kurang dari 5.000.000 sebanyak 11 pengrajin (26%). Sebanyak 2 pengrajin (5%) yang mempunyai keuntungan antara 5.000.000 sampai dengan kurang dari 7.500.000, sebanyak 5 pengrajin (12%) yang mempunyai keuntungan antara 7.500.000 sampai dengan kurang dari 10.000.000, dan untuk keuntungan di atas 12.500.000 hanya sebanyak 1 pengrajin (2%) . serta tidak ada pengrajin yang mempunyai keuntungan antara Rp10.000.000,00 sampai dengan Rp 12.500.000,00

Hal ini menunjukan bahwa frekuensi terbesar adalah pada keuntungan lebih kecil dari Rp 2.500.000,00 yaitu sebanyak 24 pengrajin. Sedangkan pada kelas berikutnya yang mempunyai frekuensi terbesar yaitu yang mempunyai keuntungan antara Rp 2.500.000,00 Hal ini menunjukan bahwa frekuensi terbesar adalah pada keuntungan lebih kecil dari Rp 2.500.000,00 yaitu sebanyak 24 pengrajin. Sedangkan pada kelas berikutnya yang mempunyai frekuensi terbesar yaitu yang mempunyai keuntungan antara Rp 2.500.000,00

2. Modal

Modal dalam hal ini merupakan modal usaha yang digunakan oleh pengrajin gitar dalam menjalankan usahanya. Modal ini dapat berupa uang maupun berupa barang, maka diperoleh distribusi frekuensi dan pembagian kelasnya sebagai berikut :

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Modal Industri Kecil Pembuatan Gitar di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo

NO

MODAL ( Rupiah )

43 100 % Sumber : Data Primer Tahun 2012, Diolah

Berdasarkan tabel di atas tersebut diketahui bahwa frekuensi terbesar pertama yaitu untuk modal di bawah Rp 16.500.000,00 sebanyak 23 pengrajin atau 54 %. Sedangkan untuk kelas kedua yaitu sebesar 30 % atau sebanyak 13 responden yang memiliki modal antara Rp16.500.000,00 sampai dengan kurang dari Rp 33.000.000,00. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar modal dari industri kecil

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang terlibat langsung dalam proses produksi. Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam mengalokasikan maupun memanfaatkan faktor produksi sehingga dapat menghasilkan output yang bermanfaat. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi tenaga kerja dalam industri kecil pembuatan gitar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja Industri Kecil Pembuatan Gitar Di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo

NO

TENAGA KERJA ( Orang )

43 100 % Sumber : Data Primer Tahun 2012, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.9 Terlihat bahwa untuk industri kecil pembuatan gitar di Kabupaten Sukoharjo paling banyak memiliki tenaga kerja antara 2 sampi dengan 4 orang yaitu sebesar 37% atau 16 industri kecil pembuatan gitar. Sedangkan menurut data lapangan Berdasarkan Tabel 4.9 Terlihat bahwa untuk industri kecil pembuatan gitar di Kabupaten Sukoharjo paling banyak memiliki tenaga kerja antara 2 sampi dengan 4 orang yaitu sebesar 37% atau 16 industri kecil pembuatan gitar. Sedangkan menurut data lapangan

4. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha merupakan jangka waktu yang telah dilalui oleh pengrajin gitar dalam menjalankan usahanya. Pengalaman usaha diukur dalam satuan tahun. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi pengalaman usaha industri kecil pembuatan gitar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Pengalaman Usaha Industri Kecil Pembuatan Gitar Di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo

NO

PENGALAMAN USAHA

43 100 % Sumber : Data Primer Tahun 2012, Diolah

pengrajin yang mempunyai pengalaman usaha yang terbesar yaitu antara 6,5 tahun sampai dengan 13 tahun sebesar 35% . Sedangkan untuk kelas terbesar berikutnya yaitu sebesar 21 % antara 19,5 tahun sampai dengan 26 tahun. Sehingga dapat disimpulkan jika sebagian besar industri kecil pembuatan gitar di Kabupaten Sukoharjo sudah menjalankan usahanya lebih dari 6,5 tahun. Semakin lamanya usaha tersebut dijalankan maka dapat semakin meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkannya tersebut.

5. Promosi

Promosi merupakan salah satu jenis defferiensi produk yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkannya tersebut. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi promosi dalam industri kecil pembuatan gitar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Promosi Industri Kecil Pembuatan Gitar Di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo

NO

PROMOSI

FREKUENSI PRESENTASE

1 Melakukan Promosi

14 33 %

2 Tidak Melakukan Promosi

29 67 %

JUMLAH

43 100 % Sumber : Data Primer Tahun 2012, diolah

tersebut, sebanyak 14 pengrajin atau sebesar 33 % menggunakan promosi, dan sebanyak 29 pengrajin atau 67 % tidak melakukan promosi dalam menjalankan usahanya tersebut. Dalam penelitian pembuatan gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki promosi yang dilakukan antara lain menggunakan sarana internet, mempromosikan melalui radio, promosi yang langsung lewat teman hingga mempromosikan langsung dengan membawa produk gitarnya tersebut. Namun tidak semua pengrajin gitar di Kabupaten Sukoharjo menggunakan promosi untuk menawarkan produk gitarnya tersebut.

6. Hambatan

Industri kecil pembuatan gitar yang berada di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo ini mempunyai hambatan dalam mengembangkan usahanya tersebut. Dari data lapangan yang didapat bahwa hambatan yang paling dominan dalam industri kecil pembuatan gitar ini adalah kurangnya tenaga kerja ahli yang butuhkan dalam proses produksi. Kurangnya tenaga kerja yang sudah ahli ini dirasakan oleh hampir semua pengrajin gitar, kurangnya tenaga kerja yang ahli ini karenakan banyak tenaga yang memilih untuk bekerja pada sektor lain maupun banyak yang tenaga kerja ahli yang memilih membuka industri kecil pembuatan gitar ini sendiri.

permasalahan modal, kurangnya permodalan juga memperlambat pengrajin untuk mengembangkan usahanya. Sulitnya kredit yang didapat oleh para pengrajin juga merupakan permasalahan yang dialami oleh para pengrajin, selain itu bunga kredit yang tinggi juga menyebabkan para pengrajin tidak berani untuk mengambil pinjaman.

Industri kecil pembuatan gitar ini juga belum mempunyai standarisasi harga jadi antar pengrajin yang satu dengan yang lain harga gitar yang dihasilkannya berbeda, sehingga keuntungan yang didapat oleh pengrajin ini kurang maksimal. Hal ini akan menjadi kerugian untuk para pengrajin jika sudah berhadapan dengan para tengkulak atau toko karena toko akan membeli dengan sistem harga terendah, sehingga disini toko yang mempunyai peranan dalam menentukan harga walaupun sebenarnya para pengrajin sudah mempunyai stadar harga jual produknya.

Mahalnya bahan – bahan yang digunakan untuk memproduksi gitar ini juga merupakan permasalahan yang membayangi para pengrajin gitar. Dalam hal ini bahan yang semakin mahal khususnya bahan pendukung pembuatan gitar yaitu bahan kimia seperti cat, tiner, maupun melamin sehingga membuat biaya produksinya semakin tinggi.