HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas serbuk buah kepel (Stelechocarpus burahol) dalam menurunkan kadar amonia, trimetilamin dan fenol pada feses mencit (Mus musculus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bau yang dihasilkan tubuh melalui feses dapat dihitung melalui perhitungan kadar senyawa odoran seperti amonia, trimetilamin dan fenol dalam feses. Pemberian serbuk buah kepel pada mencit dilakukan untuk melihat pengaruh yang terjadi pada kadar senyawa odoran yang terdapat pada feses mencit yang dicekok serbuk buah kepel. Dosis pemberian serbuk buah pada hewan coba berdasarkan pada informasi empiris masyarakat, yaitu banyaknya asupan buah kepel yang dapat menimbulkan efek deodoran pada manusia. Secara rerata jumlah kepel yang dikonsumsi untuk mendapatkan khasiat buah kepel sebagai deodoran adalah sebanyak dua buah. Bobot rata-rata dari dua buah kepel adalah 100 gram. Dosis pada manusia tersebut dikonversi berdasarkan tabel konversi Laurence Bacharah 1964 menjadi dosis mencit, sehingga didapat dosis pada mencit sebesar 2,6 mggram bobot mencit. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot rata-rata 20 gram, sehingga serbuk daging buah kepel yang untuk tiap ekor mencit sebanyak 52 mg. Amonia merupakan senyawa volatil yang dapat merusak kesehatan. Amonia pada feses ditemukan dari hasil dekomposisi protein pada tubuh. Protein dalam tubuh dapat diperoleh melalui konsumsi makanan sehari-hari. Pada penelitian ini, kandungan protein yang diberikan secara merata pada pakan mencit adalah sebesar 22 atau 22 gram protein dalam 100 gram pakan mencit. Protein ini akan diserap melalui dinding usus dan dipecah menjadi asam amino, kemudian asam amino ini akan dibawa ke hati untuk dijadikan protein darah dan ditransportasikan ke dalam darah sebagai asam amino bebas sehingga dapat digunakan oleh organ-organ lain. Setelah itu, asam amino ini akan mengalami deaminasi di hati dan menghasilkan urea yang akan dibuang melalui urine. Amonia pada feses dapat dihasilkan melalui aktivitas fermentasi di kolon oleh mikroba usus sehingga menghasilkan senyawa berupa amonia Muchtadi 2009. Kadar amonia dalam feses dapat menurun seiring dengan penurunan kadar protein yang diberi pada pakan hewan Otto et al. 2003. Pengaruh pemberian serbuk buah kepel terhadap kadar amonia yang dihasilkan pada feses mencit disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Konsentrasi amonia dalam feses mencit mg100g Jenis Odoran Hari ke- Akuades Serbuk Buah Kepel Amonia 313,47 ± 102,18 316,23 ± 86,13 4 387,96 ± 66,23 167,81 ± 13,41 a 8 201,82 ± 61,17 77,44 ± 20,01 b perbedaan huruf superscript menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p0,05 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada mencit perlakuan dapat dilihat bahwa kadar amonia feses mencit mengalami penurunan yang signifikan pada pengukuran hari ke-4 yaitu sebesar 46,93 dan kadar amonia semakin menurun pada pengukuran hari ke-8 yaitu sebesar 53,85. Secara keseluruhan, mencit yang diberi serbuk buah kepel selama 7 hari mengalami penurunan kadar amonia sebesar 75,5. Hasil juga menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan mencit kontrol meskipun kadar amonia feses mencit kontrol juga mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak terjadi secara signifikan. Amonia merupakan senyawa yang larut air. Pencekokan akuades pada mencit kontrol menyebabkan senyawa ini terlarut dalam air dan diekskresikan melalui urine sehingga kadar amonia pada feses mencit kontrol juga mengalami penurunan. Gambar 3 Kadar amonia pada feses mencit akibat pemberian serbuk daging buah kepel. Berkurangnya kadar amonia pada mencit yang diberi serbuk buah kepel dapat disebabkan karena kerja buah kepel sebagai adsorben. Senyawa adsorben digolongkan ke dalam sediaan obat yang bekerja secara lokal yang bersifat protektifa, demulsensia, astringensia dan emoliensia Webster 2001. Berdasarkan Darusman 2010, serbuk daging buah kepel merupakan adsorben yang sangat baik terhadap senyawa amonia dan metil merkaptan. Hal ini disebabkan karena senyawa adsorbensia berupa tanin dan proantosianidin flavanoid yang teruji secara fitokimia terkandung dalam buah kepel Darusman 2010. Tanin merupakan senyawa astringensia yang bekerja sebagai penyamak atau mempresipitasikan protein di permukaan sehingga dapat melindungi bagian bawahnya. Adanya tanin dalam buah kepel dapat bekerja sebagai deodoran oral karena lapisan saluran pencernaan yang terlindungi oleh tanin terlindungi dari invasi mikroba patogen atau zat kimia beracun yang dapat merusak sel-sel usus. Saluran pencernaan yang bekerja dengan baik secara tidak langsung akan mempengaruhi bau pada feses yang didominasi oleh mikroba, senyawa amina dan sulfida, serta produk dekomposisi usus Darusman 2010. Proantosianidin merupakan flavonoid terpolimerasi yang terdiri dari flavan-3-ol atau flavane-3,4-diol dan biasa ditemukan di biji anggur, buah apel, kacang merah, kayu pinus, dan lain-lain. Proantosianidin juga telah dipatenkan sebagai senyawa aktif penyusun deodoran oral oleh Yamakoshi et al. 2002. Senyawa ini juga melepaskan senyawa antosianidin seperti sianidin, delfinidin dan pelargonidin Yamakoshi et al. 2002. Menurut Mitsunaga et al. 1999, struktur molekul proantosianidin memiliki satu sisi aktif yang berpotensi secara elektrostatis terhadap senyawa odoran. Potensi elektrostatis tersebut terdistribusi secara merata dan memungkinkan terjadinya ikatan silang antara proantosianidin dan odoran membentuk sebuah ikatan kompleks Mitsunaga et al. 1999. Trimetilamin merupakan senyawa yang diekskresikan pada feses akibat aktivitas bakteri usus. Trimetilamin bersumber dari kolin yang dapat diperoleh melalui makanan seperti telur, ikan, hati, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Pengaruh pemberian serbuk buah kepel terhadap kadar trimetilamin yang dihasilkan pada feses mencit disajikan pada tabel 4. Tabel 4 Konsentrasi trimetilamin dalam feses mencit mg100g Jenis Odoran Hari ke- Akuades Serbuk Buah Kepel Trimetilamin 20,46 ± 3,23 19,91 ± 4,15 4 12,43 ± 6,33 8,92 ± 1,35 a 8 7,87 ± 3,19 4,91 ± 1,05 b perbedaan huruf superscript menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p0,05 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar trimetilamin pada mencit kontrol mengalami penurunan pada pengukuran hari ke-4 dan hari ke-8. Hal ini dikarenakan mencit sehat dapat mengoksidasi trimetilamin dari dalam tubuh menjadi trimetilamin-oksida yang akan diekskresikan melalui urine. Jumlah trimetilamin pada mencit yang diberi serbuk buah kepel juga mengalami penurunan yang signifikan pada pengukuran hari ke-4 yaitu sebesar 55,2. Kadar trimetilamin ini semakin mengalami penurunan pada pengukuran hari ke-8 yaitu sebesar 44,9. Secara keseluruhan, mencit yang diberi serbuk buah kepel selama 7 hari mengalami penurunan kadar trimetilamin sebesar 75,. Tetapi jika dibandingkan dengan mencit kontrol, kadar trimetilamin pada feses mencit perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata. Menurunnya kadar trimetilamin pada feses mencit yang dicekok serbuk buah kepel dapat disebabkan karena proantosianidin yang terdapat dalam buah kepel yang dapat menghambat pertumbuhan enterobakteri sehingga kadar trimetilamin menurun. Gambar 4 Kadar trimetilamin pada feses mencit akibat pemberian serbuk daging buah kepel. Tubuh mengandung enzim yang disebut flavinmonoxygenases FMOs yang berfungsi untuk memecah racun dalam tubuh. Salah satu komponen dari enzim ini, yang disebut FMO3, berfungsi untuk menghilangkan komponen nitrogen yang terkandung dalam makanan. Senyawa kolin yang diperoleh melalui makanan akan dipecah oleh bakteri usus menjadi Me 3 N. Selanjutnya, Me 3 N ini secara normal akan dioksidasi di dalam hati menjadi senyawa trimetilamin-oksida yang tidak berbau dan akan diekskresikan dari dalam tubuh manusia melalui urine. Tetapi, ketika kemampuan untuk mengoksidasi trimetilamin ini terganggu, maka sejumlah besar amina tidak dikeluarkan sehingga dapat memproduksi bau tubuh yang biasa disebut sindrom bau ikan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah trimetilaminuria MOTM 2003. Trimetilaminuria merupakan gangguan metabolisme karena seseorang tidak dapat memecah trimetilamin menjadi senyawa yang lebih kecil. Trimetilaminuria disebabkan karena trimetilamin yang terakumulasi dalam tubuh dan bau yang dihasilkan dilepaskan melalui keringat, urine, cairan reproduksi, nafas, dan feses. Seseorang dapat menderita trimetilaminuria karena kekurangan enzim FMO3 yang dihasilkan dalam hati dan bertanggung jawab untuk memecah nitrogen, sulfur, dan fosfor Eugene 2002. Fenol merupakan senyawa yang dihasilkan dalam proses fermentasi asam amino fenilalanin dan tirosin Birkett et al. 1996. Fenol pada feses dapat diperoleh karena aktivitas fermentasi yang dilakukan oleh enterobakter di usus. Pengaruh pemberian serbuk buah kepel terhadap kadar fenol yang dihasilkan pada feses mencit disajikan pada tabel 5. Tabel 5 Konsentrasi fenol dalam feses mencit mgg Jenis Odoran Hari ke- Akuades Serbuk Buah Kepel Fenol 0,660 ± 0,047 0,700 ± 0,290 4 0,51 ± 0,10 0,450 ± 0,035 8 0,59 ± 0,08 0,403 ± 0,02 a perbedaan huruf superscript menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p0,05 Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kadar fenol pada mencit yang diberi serbuk buah kepel mengalami penurunan yang signifikan pada pengukuran hari ke-4 yaitu sebesar 35,7. Kadar fenol pun semakin menurun pada pengukuran hari ke-8 yaitu sebesar 10,4. Secara keseluruhan, mencit yang diberi serbuk buah kepel mengalami penurunan kadar fenol sebesar 42,4. Namun, jika dibandingkan antara mencit kontrol dan mencit perlakuan, kadar fenol pada feses baru menunjukkan perbedaan yang nyata setelah pengukuran hari ke-8. Gambar 5 Kadar fenol pada feses mencit akibat pemberian serbuk daging buah kepel. Fenol merupakan zat hasil fermentasi protein yang terjadi di kolon. Proses fermentasi ini dilakukan oleh bakteri-bakteri pencernaan seperti Escherichia colli, Clostridium, Streptococcus faecalis, dan Proteus. Jumlah populasi bakteri ini akan berkurang apabila terjadi peningkatan jumlah bakteri baik atau bifidobakteri, karena bifidobakteri akan menekan pertumbuhan bakteri-bakteri pembusuk Silalahi 2006. Berdasarkan Darusman 2010, serbuk daging buah kepel merupakan prebiotik yang sangat baik dalam menekan pertumbuhan bakteri- bakteri penghasil fenol dan amonia dengan cara meningkatkan populasi bakteri baik seperti Lactobacillus sp. dan Bifidobacter sp. Darusman 2010. Dengan berkurangnya jumlah populasi bakteri penghasil fenol ini, maka jumlah fenol dan amonia yang dihasilkan juga akan mengalami penurunan. Namun penurunan ini terlihat signifikan pada pengukuran hari ke-8, karena pada pengukuran ke-4 serbuk daging buah kepel masih belum menunjukkan pengaruhnya terhadap pencernaan mencit. Hal lain yang menyebabkan kadar fenol mengalami penurunan adalah karena serat yang terkandung pada buah kepel. Serat merupakan bagian makanan yang berasal dari tanaman yang tidak dapat dihancurkan oleh enzim dan bakteri yang ada di dalam saluran pencernaan, sehingga serat dapat menjaring mikroba dan senyawa dekomposisi usus yang terdapat di saluran pencernaan Rusilanti 2007.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN