masih bergantung pada orang tuanya, namun intensitas ketergantungan tersebut telah berkurang dan remaja mulai mendekatkan diri pada teman-teman yang memiliki
rentang usia yang sebaya dengan dirinya. Walaupun banyak penelitian yang membuktikan bahwa pola asuh demokratis lebih berpengaruh kepada asertifitas
remaja namun orang tua otoriter juga mampu mengarahkan anak lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggung
jawab dalam menjalani hidup.
5.5 Pengaruh Teman Sebaya terhadap Asertifitas dalam Perilaku Seksual
Pengaruh teman sebaya terhadap asertivitas dalam perilaku seksual didapat bahwa dari 68 orang responden yang memiliki teman sebaya baik terdapat 73,5
yang asertivitas dalam perilaku seksual tinggi. Terdapat 33,3 responden yang memiliki teman sebaya yang buruk tetapi memiliki asertivitas dalam perilaku seksual
yang tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 artinya ada pengaruh yang signifikan antara teman sebaya terhadap asertivitas dalam perilaku seksual.
Menurut analisis multivariat terdapat pengaruh yang signifikan teman sebaya terhadap asertivitas dalam perilaku seksual dengan nilai p
= 0,001 α=0,05 dan OR 5,011 dengan 95 CI=2,09-11,99. Hal ini dapat diartikan bahwa kemungkinan
responden yang memiliki teman sebaya baik memiliki asertivitas dalam perilaku seksual 5,01 kali lebih tinggi dibanding responden dengan kelompok responden yang
memiliki teman sebaya kurang baik setelah dikontrol dengan variabel budaya, harga diri, teman sebaya, dan self-efficacy.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suwarjo 2008, dalam menghadapi badai perkembangan storm and stress banyak remaja yang berhasil mengatasi berbagai rintangan. Mereka
menjadikan rintangan dan berbagai kegagalan sebagai peluang dan tantangan untuk tetap bangkit meraih keberhasilan, membentuk kelompok sebaya untuk saling
menguatkan, dan pada akhirnya berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara wajar. Di pihak lain, banyak pula remaja yang gagal dan kandas terhempas ke
dalam berbagai tingkah laku menyimpang yang tidak sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang dituntutkan kepadanya. Seringkali kelompok individu ini larut
dalam aktivitas kelompok sebaya yang kurang positif. Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau
usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di
luar keluarga. Meskipun demikian perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi dengan teman sebaya.
Suwarjo 2008 mengutip pendapat Laursen 2005 menandaskan bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-
masa remaja, remaja dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebaya mereka. Teman dapat
memperkuat harga diri dan perasaan bahagia. Kelompok teman sebaya yang positif memungkinkan remaja merasa diterima, menguji nilai-nilai baru dan pandangan-
pandangan baru, keefektivan komunikasi, tingkah laku, persepsi, dan nilai-nilai yang mereka miliki.
Universitas Sumatera Utara
Ristianti 2010 mengutip pendapat Cairns Neckerman 1988 menyatakan bahwa keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan,
untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan
teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru
serta saling mendukung satu sama lain. Hal senada juga dikutip Ristianti 2010 dari Tarakanita 2001 yang mengatakan bahwa, teman sebaya selain merupakan sumber
referensi bagi remaja mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru
melalui pemberian dorongan dukungan sosial
.
Pertemuan remaja dengan teman sebaya dapat dilakukan baik di sekolah melalui kegiatan-kegiatan seperti OSIS Organisasi Intra Sekolah, dan UKS Usaha
Kesehatan Sekolah yang terdapat di lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Hinai, dan dapat juga di lingkungan masyarakat seperti perkumpulan remaja mesjid, karang
taruna, dll, yang semua kegiatan tersebut berjalan baik di lingkungan kecamatan Hinai. Dengan banyaknya aktifitas-aktifitas yang positif tersebut dapat membantu
remaja dalam memperoleh teman yang mendukung dalam perilaku yang baik. Menurut Notoatmodjo 2007, secara garis besar, ada dua tekanan pokok yang
berhubungan dengan kehidupan remaja, yaitu internal pressure dan external pressure. Dalam hal ini, internal pressure yaitu tekanan dari dalam diri remaja berupa
Universitas Sumatera Utara
tekanan psikologis dan emosional, sedangkan external pressure yaitu tekanan dari luar diri remaja seperti teman sebaya, orang tua, guru dan masyarakat.
Namun, walaupun pada saat ini pengaruh teman sebaya masih kategori baik terhadap pembentukan asertifitas remaja, tidak menutup kemungkinan pengaruh
tersebut berubah kearah yang tidak baik, sehingga tetap diperlukan pengawasan orang tua dalam memantau hubungan anak remaja dengan teman sebaya.
5.6 Pengaruh Pengetahuan terhadap Asertifitas dalam Perilaku Seksual