Marini dan Andriani 2005 mengutip pendapat Prabana 1997, bahwa kualitas perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa
kanak-kanaknya. Pengalaman tersebut berupa interaksi dengan orang tua melalui pola asuh yang ada dalam keluarga yang menentukan pola respons seseorang dalam
menghadapi berbagai masalah. Menurut survei yang dilakukan oleh The National Campaign 2012, remaja
mengatakan bahwa orangtua paling besar mempengaruhi keputusan mereka tentang seks, lebih daripada teman sebaya, budaya, guru dan lain-lain. Bahkan, remaja
melaporkan bahwa mereka akan lebih terbuka berbicara tentang seks dengan orang tua mereka dan menghindari kehamilan remaja, diperoleh hasil 4 dari 10 remaja
38 mengatakan orang tua paling memengaruhi keputusan mereka tentang seks, dibandingkan dengan 22 yang dipengaruhi oleh teman-teman.
Untuk setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda – beda. Menurut Baumrind 1991 dalam Santrock 2007, dalam kehidupan sehari – hari
kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari beberapa pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan dari pola asuh lainnya dan
sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.
2.3.4 Teman Sebaya
Menurut Notoatmodjo 2007, secara garis besar, ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan remaja, yaitu internal pressure dan external
pressure. Dalam hal ini, internal pressure yaitu tekanan dari dalam diri remaja berupa
Universitas Sumatera Utara
tekanan psikologis dan emosional, sedangkan external pressure yaitu tekanan dari luar diri remaja seperti teman sebaya, orang tua, guru dan masyarakat.
Meskipun remaja masih bergantung pada orang tuanya, namun intensitas ketergantungan tersebut telah berkurang dan remaja mulai mendekatkan diri pada
teman-teman yang memiliki rentang usia yang sebaya dengan dirinya. Remaja mulai belajar mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih matang dan
berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya.
Menurut Notoatmodjo 2007, perubahan sosial yang dialami remaja akan membawa remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya daripada orang
tuanya sendiri. Kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dan sekolah mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
lingkungan bermainnya yang bisa saja pengetahuan tersebut salah, Sehingga muncullah mitos – mitos di seputar seksualitas, sebuah informasi yang belum pasti
kebenarannya, namun sudah terlanjur dipercaya oleh remaja, salah satunya adalah mitos hubungan seks sekali tidak membuat hamil, sehingga dari mitos inilah angka
kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi. Menurut Muadz dan Syaefuddin 2010, dalam berperilaku seseorang akan
melihat kondisi dan situasi dalam arti luas. Asertif memperhatikan hak individu dengan tetap memperhatikan hak pihak lain. Karena itu keterampilan ini sangat
penting dalam situasi sosial dimana ada tekanan untuk melakukan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suwarni 2009, bahwa pengaruh perilaku seksual teman sebaya secara langsung paling besar memengaruhi perilaku seksual remaja. Pengaruh
perilaku seksual teman sebaya secara langsung sebesar 20,2, sedangkan pengaruh perilaku seksual teman sebaya secara tidak langsung melalui niat berperilaku seksual
sebesar 14,24. Tekanan yang dihadapi remaja perempuan berbeda dengan yang dihadapi
remaja laki-laki. Perempuan biasanya akan menghadapi tekanan ganda dari teman sebayanya, baik dari teman sesama perempuan maupun dari teman laki-laki. Dari
teman sesama perempuan, tekanan yang dihadapi misalnya dalam hal berpakaian, dandanan dan bertingkah laku serta bergaul. Dari teman laki-laki, baik pacar sendiri
maupun laki-laki pada umumnya, tekanan yang dihadapi perempuan bisa berupa ajakan berhubungan seksual maupun pelecehan seksual dalam berbagai bentuknya.
Bagi remaja, berbagai perilaku berisiko seperti penyalahgunaan napza dan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab dapat terjadi sebagai hasil dari
kesulitan dalam mengekspresikan ide-ide, minat dan nilai-nilai, serta ketidakmampuan menolak tekanan kelompok yang tidak sehat dan tekanan sosial.
Sikap Asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu berkaitan dengan ajakan untuk terlibat kedalam risiko
triad KRR, yaitu seksualitas, HIVAIDS dan napza.
2.3.5 Pengetahuan